• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUMEN HUKUM DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) (STUDI DI DESA HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INSTRUMEN HUKUM DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) (STUDI DI DESA HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

INSTRUMEN HUKUM DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) (STUDI DI DESA

HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN)

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

KURNIAWAN MUHAMMAD NUR Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)

ABSTRAK

INSTRUMEN HUKUM DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) (STUDI DI DESA

HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN)

Oleh

Kurniawan Muhammad Nur, Charles Jackson, S.H., M.H., Syamsir Syamsu, S.H., M.H.

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

Email : apung55@gmail.com

BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumber daya yang dimiliki masing-masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui Peraturan Desa yaitu Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimanakah instrumen hukum dalam pemberdayaan ekonomi lokal melalui Badan Usaha Milik Desa di Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran ?

Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis empiris. Sumber data yang digunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (Library research), dan studi lapangan (Field research).

Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) Instrumen hukum merupakan dasar peraturan yang digunakan dalam mengumpulkan peraturan hukum dalam penyusunan dan pembentukan BUMDes. Adapun di dalam Profil Desa Hanura instrumen hukum BUMDes yang tercantum yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

(4)

LEGAL INSTRUMENTS IN LOCAL ECONOMIC EMPOWERMENT THROUGH VILLAGE BUSINESS ENTERPRISES (BUMDES) (STUDY IN

HANURA VILLAGE SUBSCRIPTION OF TELUK PANDAN DISTRICT OF PESAWARAN)

By

Kurniawan Muhammad Nur, Charles Jackson, S.H., M.H., Syamsir Syamsu, S.H., M.H.

Legal Section State Administration Faculty of Law University of Lampung Street Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

Email : apung55@gmail.com

BUMDes as a legal entity, established based on the prevailing laws and regulations, and in accordance with the agreements established in the village community. Thus, the form of BUMDes can vary across villages in Indonesia. These various forms correspond to the local characteristics, potentials, and resources of each village. Further regulation on BUMDes is regulated through Village Regulation ie Hanura Village Regulation Number 2 Year 2014 on the Establishment of Village Owned Enterprise (Bumdes) of Hanura Village, Teluk Pandan Sub-district, Pesawaran Regency.

The problems in this research are; (1) What is the legal instrument for the empowerment of the local economy through the Village Owned Enterprise in Hanura Village, Teluk Pandan Sub-district, Pesawaran Regency?

The problem approach used is empirical jurisdiction. Data source used primary and secondary data. Data collection used is literature study (Library research), and field study (Field research).

(5)

I. PENDAHULUAN

Dasar pemikiran pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan transparansi. Selain itu pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes dalam operasionalisasinya ditopang oleh lembaga moneter desa (unit pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan yang memadai, pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan distribusi aset kepada rakyat secara luas akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan ekonomi di pedesaan. Tujuan akhirnya, BUMDes sebagai instrumen merupakan modal sosial (social capital) yang diharapkan mampu menjembatani upaya penguatan ekonomi di pedesaan. BUMDes menurut Pasal 1 Ayat 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 diartikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

BUMDes sebelumnya telah diamanatkan di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu pada Pasal 213 ayat (1) diatur bahwa Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Sebagai kerangka dasar otonomi daerah yang mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah dan Pasal 78 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa mengatakan bahwa Desa dapat mendirikan badan usaha. Kemudian di dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia dalam Pasal 2 Peraturan Meneteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa yaitu Pendirian BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dikarenakan: 1. BUM Desa merupakan salah satu

strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).

2. BUM Desa merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif. 3. BUM Desa merupakan salah satu

(6)

4. BUM Desa merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.1 Terbitnya UU Desa telah menempatkan Desa menjadi wadah kolektif dalam hidup bernegara dan bermasyarakat, hingga tercipta konsep Tradisi Berdesa sebagai konsep hidup bermasyarakat dan bernegara di ranah Desa.

Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil);

3. Operasionalisasinya

menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom);

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar;

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy); 6. Difasilitasi oleh Pemerintah,

Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;

1

Anom Surya Puta, et. al., Buku 7, Badan Usaha Milik Desa : Spirit Usaha Kolektif Desa, (Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015), h. 9

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).2

Melalui lembaga BUMDes ini diharapkan mampu menstimulasi dan menggerakkan roda perekonomian di perdesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Lembaga ekonomi ini tidak lagi didirikan atas dasar instruksi pemerintah, tetapi harus didasarkan pada keinginan masyarakat desa yang berangkat dari adanya potensi yang jika dikelola dengan tepat akan menimbulkan permintaan di pasar. Lembaga ekonomi ini agar keberadaannya tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang memiliki modal besar di pedesaan, maka kepemilikan lembaga itu oleh desa dan dikontrol bersama dimana tujuan utamanya untuk meningkatkan standar hidup ekonomi masyarakat. Berdasarkan asumsi itulah maka sudah seharusnya eksistensi desa mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah pusat dengan lahirnya kebijakan-kebijakan terkait dengan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan dengan cara menghimpun dan melembagakan kegiatan ekonomi masyarakat. Tahun 2015 merupakan tahun pertama dilaksanakannya UU No.6 Tahun 2014 Tentang desa, yang merupakan bagian dari ikhtiar mencapai keberdayaan negara dan bangsa Indonesia dari kemandirian desa-desanya. Adapun untuk mewujudkan desa yang mandiri diperlukan adanya strategi

2

(7)

pembangunan. Diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang desa maka menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) yang telah melakukan perubahan paradigma pembangunan daerah tertinggal yang sebelumnya berbasis pada kawasan menjadi berbasis pada pedesaan (Based on village).

Sehubungan dengan itu, skala prioritas yang dilakukan KPDT bagi pembangunan daerah berbasis pedesaan antara lain mencakup: 1. BUM Desa membutuhkan modal

sosial (kerja sama, solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya) untuk pengembangan usaha yang menjangkau jejaring sosial yang lebih inklusif dan lebih luas. 2. BUM Desa berkembang dalam

politik inklusif melalui praksis Musyawarah Desa sebagai forum tertinggi untuk pengembangan usaha ekonomi Desa yang digerakkan oleh BUM Desa. 3. BUM Desa merupakan salah satu

bentuk usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif antara pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi Desa kolektif yang dilakukan oleh BUM Desa mengandung unsur bisnis sosial dan bisnis ekonomi.

4. BUM Desa merupakan badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

5. BUM Desa menjadi arena pembelajaran bagi warga Desa dalam menempa kapasitas manajerial, kewirausahaan, tata kelola Desa yang baik, kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif.

6. BUM Desa melakukan transformasi terhadap program yang diinisiasi oleh pemerintah (government driven; proyek

pemerintah) menjadi “milik

Desa”.3

Pendirian BUMDes Hanura termasuk ke dalam perencanaan pembangunan dari bawah (Bottom-Up Planning), hal ini karena BUMDes Hanura tidak lagi didirikan atas dasar instruksi dari pemerintah, melainkan berdasarkan atas inisiatif dari salah satu warga desa yang ingin menggabungkan usaha-usaha desa yang sebelumya sudah ada agar dijadikan satu dalam sebuah lembaga desa, serta mengembangkan usaha-usaha lainnya yang bermanfaat bagi warga desanya. Berdasarkan usulan warga tersebut kemudian perwakilan masyarakat bersama Kepala Desa dan Pemerintah Desa mengadakan Musyawarah Desa bersama dengan organisasi masyarakat lainnya seperti BPD, LSM, dan tokoh masyarakat terkait perencanaan pendirian program desa tersebut. Dari musyawarah tersebut kemudian didapatkan kesepakatan berupa dicanangkannya program BUMDes yang sesuai dengan UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa dengan membentuk Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

3

(8)

BUMDes Hanura didirikan pada tahun 2014, dengan usaha-usaha yang bergerak di dalamnya seperti Bank sampah yang mula dijadikan unit simpan pinjam disalurkan menjadi simpanan masyarakat untuk pembayaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Adapun sumber modal awal BUMDes berasal dari bantuan berupa hibah dari pemerintah dan kemudian ada penguatan modal yang sebagian berasal dari hibah bergulir (usaha BUMDes sebelumnya) .

Salah satu program BUMDes Hanura dalam peningkatan ekonomi masyarakat yaitu pembuatan sirup belimbing wuluh, dimana BUMDes memberikan suntikan dana kepada masyarakat untuk menanam belimbing yang secara langsung dikelola BUMDes. Belimbing tersebut diproduksi oleh BUMDes untuk dibuat sirup dan selai, pengerjaan produk dari Belimbing wuluh dilakukan langsung oleh masyarakat. Dalam hal ini tentu memberi pemasukan tambahan bagi masyarakat setempat. Bukan hanya itu, BUMDes Hanura juga memproduksi kripik tempe, kripik pisang dan klanting yang diproduksi oleh masyarakat dan telah didistribusikan kewilayah diluar Kecamatan Teluk Pandan, yang menjadi distributornya adalah oleh-oleh khas Provinsi Lampung yaitu

kripik “yenyen”. Melalui kegiatan itu, masyarakat memiliki kesempatan mendapat pekerjan baru sehingga masyarakat mendapat penghasilan tambahan untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah instrumen hukum dalam pemberdayaan ekonomi lokal melalui Badan Usaha Milik Desa di Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran ?

II. METODE PENELITIAN 2.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.4 Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan yang ada dilapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-paraturan yang berlaku, khususnya mengenai instrumen hukum dalam pemberdayaan ekonomi lokal melalui BUMDes di Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

2.2. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:5

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan kepada narasumber untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum

4

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum,. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 112.

5Ibid

(9)

yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.6

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan adalah usaha untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini peneliti melakukan serangkaian studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan, membaca, atau mempelajari, membuat catatan-catatan dan kutipan-kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli dan juga jurnal yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer dengan mengajukan pertanyaan kepada beberapa pihak yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian dengan teknik wawancara dan observasi. Teknik yang digunakan adalah wawancara langsung yang bersifat terbuka, dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang berupa pokok-pokok sebagai panduan yang dapat dikembangkan pada saat wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi dengan bertanya langsung kepada narasumber. Serta melalui observasi dengan mengamati

6Ibid.

kondisi dan aktivitas di lapangan secara langsung.

2.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan secara terperinci hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dari jawaban permasalahan yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

III. PEMBAHASAN 3.1.Pengelolaan BUMDes dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal BUMDes merupakan Badan Usaha yang dimiliki Desa yang memiliki fungsi mengoptimalkan potensi Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bapak Chodri selaku Kepala Desa Hanura mengatakan bahwa BUMDes wajib ada di setiap Desa, seperti dalam peraturan Permendagri nomor 39 tahun 2010 tentang badan usaha milik desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Maka berdasarkan UU tersebut, berdirinya BUMDes Hati Nurani yang dibentuk sejak tahun 2014 mampu menjadi alat untuk mengembangkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat lokal.7

Bapak Zikri selaku Ketua BUMDesa juga menerangkan bahwa

7

(10)

kelembagaan BUMDes bersifat unik. BUMDes bukan sebagai usaha murni pemerintah, bukan usaha bersama masyarakat, bukan usaha swasta, dan bukan pula sebagai bentukpublic and private Partnership. Bapak Zikri juga menambahkan bahwa prinsip dasarnya BUMDes bukanlah proyek pemerintah di desa tetapi sebagai bentuk prakarsa dan gerakan desa. Berdirinya BUMDes di Desa Hanura sangat membantu pendapatan Desa, karena lewat BUMDes, pengelolaan potensi Desa dapat termobilisasi dengan baik. Seperti adanya potensi air terjun yang bisa dikembangkan sebagai usaha BUMDes dalam meningkatkan usaha masyarakat.8 Pendanaan Desa dengan BUMDes itu terpisah, sehingga dalam pengelolaan BUMDes berdiri sendiri, namun masih dalam naungan pemerintah Desa. Terbentuknya BUMDes diharapkan sebagai upaya menjadikan Desa Hanura sebagai Desa mandiri secara finansial, sehingga dapat membantu permodalan usaha masyarakat. Secara pengelolaan, BUMDes berdiri sendiri, namun pendapatan dari setiap unit usaha yang dikelola oleh BUMDes masuk kedalam dana Desa yang kemudian dana tersebut disalurkan untuk digunakan membangun fasilitas Desa dan kegiatan pemberdayaan masyarakat. BUMDes menjadi sebagai wadah badan usaha yang menaungi usaha kecil masyarakat agar lebih optimal pemasarannya. BUMDes Desa Hanura dalam pengelolaannya juga langsung dilakukan oleh masyarakat setempat. Unit usaha yang di kelola oleh BUMDes yang memberikan masukan terbesar dalam keuangan Desa yaitu :

8

Zikri Septiawan, Ketua BUMDes, Wawancara 8 Mei 2018

a. Pengelolaan Pasar 1) Sampah

Diatur dalam Peraturan Desa Hanura No. 2 Tahun 2014 Pasal 8 ayat (1) huruf (b). Desa Hanura merupakan Desa yang terbilang cukup maju di antara Desa di Kecamatan Teluk Pandan. Adanya pasar Tradisional menjadikan pusat kegiatan ekonomi masyarakat maju. Dengan adanya pasar, maka unit usaha yang memberi kontribusi besar berada dipasar. Pasar Ampera menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat Desa Hanura. Unit usaha pengelolaan BUMDes yang ditujukan untuk wilayah pasar memberi kontribusi terbesar terhadap pemasukan anggaran Desa. Dimana pengelolaan sampah ini memberi masukan untuk setiap harinya. Seperti yang diungkapkan Eka Damayanti Bendahara BUMDes adanya unit usaha pengelolaan sampah bukan hanya memberi kemudahan membuang sampah, namun juga memberi pekerjaan baru kepada masyarakat. Uang pengelolaan sampah itu masuk kedalam dana Desa.

2) Pengelolaan Parkir

(11)

keuangan Desa yang bisa digunakan untuk kepentingan bersama.9

Dengan adanya pengelolaan parkir yang baik, kegiatan pasar terkendali. Masyarakat aman dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Lewat parkir, remaja yang tidak memiliki pekerjaan, mendapat masukan tambahan untuk keluarganya. Hampir 80% pendapatan Desa itu berasal dari pasar.

b. Unit Produk dan Jasa

Unit usaha produk dan jasa yang di dirikan oleh BUMDes dibagi menjadi dua yaitu simpanan dan pembiayaan. Berdasarkan hasil interview, bentuk simpanan yang ada yaitu tabungan masyarakat Hanura dan tabungan usaha mikro. Tabungan ini di adakan dengan tujuan untuk memberi dukungan kepada masyarakat dalam meningkatkan usahanya agar tidak kehabisan modal, serta membantu masyarakat untuk menabung untuk kebutuhan mendatang, seperti kebutuhan sekolah. Kedua bentuk tabungan tersebut dikelola oleh BUMDes dengan cara memutarkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan adanya tabungan membantu masyarakat tidak kesulitan mendapatkan modal.10 Berdasarkan hasil interview dan observasi juga, masyarakat banyak tertarik dengan unit produk dan jasa simpan pinjam ini. selain membantu masyarakat untuk menabung, juga membantu masyarakat yang memiliki tekad memulai usaha.

Adapun permodalan BUMDes ini berasal dari Usaha Simpan Pinjam seperti di dalam Peraturan Desa Hanura No. 2 Tahun 2014 Pasal 6

9

Hajuli, Koordinator Unit Usaha Pengelolaan Pasar, Wawancara 9 Mei 2018

10

Eka Damayanti, Bendahara BUMDes, Wawancara 7 Mei 2018

ayat (2) diatur bahwa modal BUMDes yang berasal dari tabungan masyarakat merupakan simpanan masyarakat.

c. Unit Sektor Riil

Bentuk usaha sektor riil yang dikembangkan oleh BUMDes Desa Hanura adalah pengadaan kebutuhan masyarakat sehari-hari yaitu sembako. Toko sembako ini di buka di kantor kelurahan. Toko sembako ini juga merupakan tempat penitipan produk masyarakat seperti keripik, kerajinan dan sebagainya. Berdasarkan hasil observasi, toko sembako ini sampai sekarang masih berjalan dengan baik. Banyak masyarakat juga yang belanja di toko sembako BUMDes.11

Selain toko sembako, unit usaha sektorial riil BUMDes lainya yaitu pengadaan barang dan jasa seperti loket pembayaran listrik, air, telepon, jasa konstruksi dan lainnya. Dari beragam unit usaha tersebut, Bapak Hajuli di pegang langsung oleh masyarakat. Karyawan yang menjaga loket pemuda yang tidak sekolah lagi, sehingga membantu membuka peluang kerja bagi masyarakat. Dengan adanya pengadaan barang dan jasa tersebut, masyarakat semakin mudah dan tidak ribet harus keluar desa. Malahan dengan adanya pengadaan barang dan jasa tersebut, banyak masyarakat dari luar Desa Hanura yang datang ke loket Desa Hanura tersebut.12

d. Industri Rumah Tangga

Bapak Herman selaku koordinator unit usaha rumah tangga BUMDes Desa Hanura menerangkan bahwa unit usaha rumah tangga yang dikelola oleh BUMDes merupakan usaha membantu masyarakat untuk

11

Observasi, 11 Mei 2018

12

(12)

memasarkan produk masyarakat agar bisa terjual. Unit usaha rumah tangga ini juga bekerja sama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Hanura yang kegiatannya memberdayakan Ibu Rumah Tangga.13

Ibu Herlina salah satu pegurus KWT menerangkan : Manfaat adanya BUMDes membantu memasarkan produk yang kita miliki, selama ini produk kita hanya bisa dinikmati oleh anggota KWT saja, tapi setelah adanya BUMDes, produk kami diproduksi lebih banyak, dan itu bisa membantu meningkatkan pendapatan ibu-ibu disini yang tergabung dengan KWT.14

Adapun bentuk Produk rumah tangga Desa Hanura, yaitu :

1. Produk Aneka Kripik

Desa Hanura merupakan Desa yang memiliki hasil bumi yang melimpah, seperti pisang, singkong, dan sebagainya. Banyaknya hasil kebun tersebut, masyarakat khususnya Ibu-ibu manfaatkan untuk menambah pendapatannya. Produk Kripik yang menjadi khas oleh-oleh Desa Hanura adalah keripik sagu tempe.

2. Produk Belimbing Wuluh

Produk belimbing wuluh yang diproduksi oleh masyarakat Desa Hanura berupa sirup belimbing wuluh. Sirup ini sudah masuk kedalam oleh-oleh khas Lampung. Dari berbagai unit usaha yang dikelola oleh BUMDes, dana pengahilan dari setiap unit usaha tersebut masuk dalam dana desa. Dana yang masuk kedalam desa tersebut di gunakan untuk pembangunan desa baik infrastruktur desa,pengadaan barang renting yang

13

Herman, Koordinator Unit Usaha Rumah Tangga, Wawancara 9 Mei 2018

14

Herlina, Warga Desa, Wawancara 9 Mei 2018

dibutuhkan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

3.2. Kegiatan Usaha BUMDes dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Usaha-usaha dalam pendapatan ekonomi masyarakat Desa Hanura Melalui BUMDes dilakukan melalui beragam kegiatan adalah sebuah upaya melakukan pemberdayaan masyarakat. Pelatihan-pelatihan dilakukan sebagai penunjang untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia Desa Hanura yang mandiri, kreatif, kompetitif, serta memiliki etos kerja yang tinggi. Usaha peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta membantu mengembangkan kegiatan usaha masyarakat. Beberapa usaha pengembangan ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui program BUMDes, yaitu :

a. Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus BUMDes Hanura adalah untuk memberikan informasi mengenai berdirinya BUMDes. Kegiatan penyuluhan ini juga dilakukan dalam bentuk sosialisasi unit usaha yang akan dikembangkan di Desa Hanura kepada masyarakat, agar masyarakat ikut serta merealisasikan unit usaha tersebut.

Bapak Dzikri mengatakan bahwa penyuluhan ini dilakukan agar unit usaha yang di bentuk sesuai kebutuhan masyarakat yang bisa membantu mengembangkan ekonomi masyarakat.15

15

(13)

b. Pelatihan Kewirausahaan Pelatihan kewirausahaan dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat Desa Hanura. Melalui pelatihan kemampuan secara hard skill dan soft skill masyarakat akan terlatih, sehingga menjadikan masyarakat yang terampil, mandiri, dan kreatif. Dalam hal ini, kegiatan pelatihan seperti pelatihan pembuatan kerajinana, pelatihan tataboga dan sebagainya dilakukan dengan cara bekerjasama dengan organisasi masyarakat seperti Kelompok Wanita Tani, SKH, dan Watala.

Ibu Anggun mengatakan bahwa, dengan adanya pelatihan mampu meningkatkan keterampilan ibu-ibu rumah tangga untuk bisa menghasilkan penghasilan tambahan dengan cara membuka usaha dari hasil kegiatan pelatihan tersebut.16 Berdasarkan data kegiatan Desa, pelatihan kewirausahaan dilakukan pada bulan Februari 2017. Sampai pada akhir tahun 2017 kegiatan ini sudah 3 kali dilakukan. Kegiatan ini di ikuti sebanyak 24 orang secara umum. Pelatihan ini dibimbing dan di bina oleh pelatih dari lokal maupun dari luar kota yang sudah bekerjasama dengan pihak Watala, Kawan Tani, KWT, dan lainnya. Awal kegiatan ini adalah dengan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa kegiatan kewirausahaan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Selanjutnya masyarakat diberikan pelatihan pengembangan skill masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki seperti dengan menghasilkan produk kerajinan, keripik-kripik dan sebagainya. Tahap terakhir kegiatan ini adalah

16

Anggun, Warga Desa, Wawancara 9 Mei 2018

memberikan edukasi masyarkat mengenai pemasaran produk yang baik. Kegiatan ini lebih mengoptimalkan praktek masyarakat sehingga masyarakat mudah mengaplikasikannya untuk dapat di jadikan pengembangan usaha masyarakat setempat.17

c. Peminjaman Modal

Cara pengembangan usaha dan pengelolaan dana pinjaman untuk masyarakat yang dilakukan oleh BUMDes adalah dana dari Desa yang merupakan hasil dana terkumpul dari setiap unit usaha yang dibuka oleh BUMDes. Masyarakat di beri pinjaman sesuai dengan bentuk usaha yang dimilikinya, kemudian ada juga Modal dari BUMDes, produk masyarakat yang buat, maka hasilnya dibagi dua.

3.3. Instrumen Hukum Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui BUMDes Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran

Instrumen hukum merupakan dasar peraturan yang digunakan dalam mengumpulkan peraturan hukum dalam penyusunan dan pembentukan BUMDes. Di dalam Profil Desa Hanura instrumen hukum BUMDes tercantum dalam Undang-Undang, Peraturan Desa Hanura, Peraturan Menteri Desa, dan aturan pelaksana lainnya. Adapun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro.

Terdapat di Pasal 4, Pasal 5 ayat (2) dan pasal 8 huruf (b).

17

(14)

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Terdapat di Pasal 1 ayat (6), Pasal 87 dan 88.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Terdapat di Pasal 1 ayat (7) dan Pasal 142.

4. Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah

Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

Terdapat di Bab II Pendirian BUM Desa, Bab III Pengurusan Dan Pengelolaan BUM Desa, Dan Bagian Keenam Kepailitan Bum Desa Pasal 27.

5. Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. Bab II Nama Dan Kedudukan Pasal 2

1) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Hanura bernama

Badan Usaha Milik Desa “ HATI NURANI ”

2) Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di Desa Hanura dan sementara berkantor di Balai Desa.

Bab III Maksud Dan Tujuan Pasal 3

Maksud pembentukan BUMDes adalah untuk meningkatkan kemampuan keuangan Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat.

Pasal 4

Tujuan pembentukan BUMDes adalah :

a) Memberdayakan masyarakat melalui peningkatan kapasitas perencanaan dan pengelolaan perekonomian; b) Mewujudkan kelembagaan

perekonomian masyarakat yang tangguh dan mandiri untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat;

c) Menciptakan kesempatan berusaha dan mengurangi angka pengangguran di desa. Bab IV Permodalan BUMDes Pasal 5

Modal BUMDes berasal dari : a) Pemerintah desa;

b) Tabungan masyarakat;

c) Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten;

d) Pinjaman yang tidak mengikat; dan/atau

e) Kerjasama usaha dengan pihak lain.

Pasal 6

1) Modal BUMDes yang berasal dari pemerintah desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, merupakan kekayaan desa yang dipisahkan.

(15)

dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, merupakan simpanan masyarakat.

3) Modal BUMDes yang berasal dari bantuan pemerintah, pemerintah provinsi Lampung, dan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d, dari pinjaman lembaga keuangan atau pemerintah daerah. 5) Modal BUMDes yang

berasal dari kerjasama usaha dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, dapat diperoleh dari pihak swasta dan/atau masyarakat.

Pasal 7

Modal BUMDes selain sebagaimana dimaksud dalam masyarakat melalui pemerintah desa.

Bab V Jenis Kegiatan Usaha Pasal 8

(1) Untuk mencapai maksud dan tujuannya, BUM Des menjalankan jenis-jenis usaha sebagai berikut :

a) Pengelolaan Pasar Ampera Desa Hanura

b) Unit Pengelolaan Sampah Pasar dan Sampah Rumah Tangga

c) Jasa keuangan mikro ;

d) Produk Industri & Kerajinan Rumah Tangga (PIRT)

e) Loket Pembayaran

f) Unit pengadaan Sembilan Bahan Pokok dan sarana Produksi

g) Penyewaan

h) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuannya dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Usaha-usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, diatur dan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa.

Bab VI menjelaskan tentang Struktur Organisasi Pengelola BUMDes, Pasal 9 sampai dengan Pasal 11.

Bab VII menjelaskan tentang Kepengurusan yaitu:

Bagian Kesatu Syarat-syarat dan Tata Cara Pengangkatan Pengurus dan/atau Pelaksana Operasional BUMDes, Pasal 12.

Bagian Kedua Hak, Kewajiban dan Larangan Pengurus dan/atau Pelaksana Operasional BUMDes, Pasal 13.

Bagian Ketiga Masa Kerja, Pemberhentian Pengurus dan/atau Pelaksana operasional, Pasal 14 dan 15.

Bab VIII Kewajiban Dan Hak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Pasal 16

Kewajiban BUMDes adalah : a) Mengakomodasi dan

mendorong peningkatan kegiatan unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat b) Memberikan kontribusi

(16)

c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa

Pasal 17

Hak BUMDes adalah :

a) Mendapatkan perlindungan secara hukum dari Pemerintah Desa

b) Menggali potensi desa terutama potensi yang berasal dari kekayaan milik desa c) Melakukan pinjaman dalam

rangka peningkatan permodalan

d) Mendapatkan bagian dari hasil usaha BUMDes

e) Mengembangkan jenis usaha BUMDes

f) Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga

g) Memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dalam rangka pengembangan BUMDes

h) Mendapatkan bimbingan dalam bidang manajemen perusahaan dan dalam bidang teknis pengelolaan usaha

Bab IX Sistem

Pertanggungjawaban Dan Pelaporan, Pasal 18 sampai dengan Pasal 20

Bab X Bagi Hasil Usaha, Pasal 21 dan 22

Bab XI Kerjasama Dengan Pihak Ketiga, Pasal 23

Bab XII Pembinaan Dan Pengawasan, Pasal 24

Bab XIII Kepailitan Dan Pembubaran, Pasal 25

Bab XIV Ketentuan Peralihan, Pasal 26

Bab XV Ketentuan Penutup, Pasal 27 dan 28

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Instrumen hukum merupakan dasar peraturan yang digunakan dalam mengumpulkan peraturan hukum dalam penyusunan dan pembentukan BUMDes. Adapun di dalam Profil Desa Hanura instrumen hukum BUMDes yang tercantum yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Peraturan Desa Hanura Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.

4.2 Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anom Surya Puta, et. al., Buku 7,

Badan Usaha Milik Desa : Spirit Usaha Kolektif Desa, Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta, 2015. Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP), Buku

Panduan Pendirian dan

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Fakultas Ekonomi: Universitas Brawijaya, 2007. Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

3 Ds : Ibu An. S mengatakan anak saya selama sakit tidak mau makan, minumnya mau. Sebelum sakit makannya mau tapi sedikit.. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

(delapan) sektor yang berspesialisasi lebih cepat atau Pj > 0, yakni: sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor

Penelitian tentang pengaruh brand image terhadap kepuasan pasien rumah sakit besar di Taiwan juga menunjukkan adanya pengaruh langsung yang positif dan signifikan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Sistem Informasi Georafis Berbasis Web Untuk Pemetaan Tempat Kost Di Sekitar Perguruan Tinggi Di Kabupaten Jepara

Allah Bapa umat manusia, kami sudah Kauciptakan, agar berusaha menjadi sempurna dalam cinta kasih dan kebaikan. Semoga hati kami selalu terbuka dan dunia ini menjadi tempat

Selain itu terdapat fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang berada di ruas jalan Pogidon Raya yang dimanfaatkan oleh sebagian penduduk di

Gulma ini biasanya diakhir masa budidaya kelapa sawit. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Pada umumnya gulma ini merupakan tumbuhan berkeping dua,