• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Prilaku, Sifat, Mausuf, Sintaksis Bahasa Arab PENDAHULUAN - Prilaku Sifat dan Mausuf dalam Hubungan Sintaksis Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kata Kunci: Prilaku, Sifat, Mausuf, Sintaksis Bahasa Arab PENDAHULUAN - Prilaku Sifat dan Mausuf dalam Hubungan Sintaksis Bahasa Arab"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

PRILAKU SIFAT DAN MAUSUF DALAM HUBUNGAN SINTAKSIS BAHASA ARAB

Abdul Kholiq

ypputrisalsabila_ramadhani@yahoo.com Abstrak

Hubungan sintaksis membicarakan mengenai pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat agar menjadi kalimat yang dimengerti. Dalam bahasa Arab, sifat dan mausuf terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, pengkaji akan menjelaskan satu persatu dalam tulisan ini. Sifat adalah setiap isim yang mengikuti kepada yang diikuti dan menunjukkan atas sifat pada isim (kata benda) sebelumnya dituliskan bahwa ﺕﻌﻧﻟﺍﻞﻮﻗﻳﺔﻳﺒﺮﻌﻠﺍﺔﻐﻠﻠﺍﺪﻋﺍﻮﻗﺺﺧﻠﻤﺐﺎﺗﻛﻰﻓ ﻪﻟﺒﻗ ﻡﺳﺍ ﻰﻓ ﺔﻓﺼ ﻰﻟﻋ ﻞﺪﻴ ﻊﺒﺎﺗ

( ﻪﻤﻌﻧ , : ٥١ )

Yang dimaksud dengan sifat dalam kajian ini adalah kata sifat atau yang bermakna sifat yang mengikuti kata benda yang menunjukkan arti sifat pada kata benda tersebut, baik pada saat rofa‟, nasab, khofad, dan pada saat Ma‟rifat atau Nakirah. Sedangkan mausuf adalah isim yang menunjukkkan atas zat (benda) sesuatu dan hakekatnya dan didalam mausuf tersebut terkandung makna sifat. Dituliskan sebagai berikut ﻪﻴﻠﻋ ﻞﻣﺤﺗﻠ ﻉﻭﺿﻭﻣﻭﻫﻭ ﻪﺗﻗﻴﻗﺤﻭ ﺊﺷﻠﺍ ﺖ ﺍ ﺬ ﻰﻠﻋ ﻝﺪ ﺎﻤ ﻭﻫ ﻑﻭﺼﻭﻤﻠﺍﻞﻮﻗﻳﺲﻮﺮﺪﻠﺍﻊﻴﻤﺠﺐﺎﺗﻛﻰﻓ

ﺔﻓﺼﻠﺍ ( ﻥﻳﻳﻼﻐﻠﺍ ١٩٨٧ : ٩٦ )

Yang dimaksud dengan mausuf dalam kajian ini adalah setiap kata benda (Isim) yang diikuti oleh kata (kalimat) yang menunjukan makna sifat bagi kata benda tersebut (Isim), baik kata benda tersebut dalam keadaan Rofa‟, Nasab, Khofad, dan pada saat Ma‟rifat atau Nakirah, serta jenis dan adad.

Kata Kunci: Prilaku, Sifat, Mausuf, Sintaksis Bahasa Arab

PENDAHULUAN

Sebagai manusia kita tidak akan pernah berhenti saling berinteraksi dengan manusia yang lainnya karena antara manusia yang satu dengan yang lainnya sangat saling membutuhkan dan sebagian cara berinteraksi manusia dengan manusia yang lainnya adalah dengan cara komunikasi antara sesama, baik itu dengan bahasa lisan atau bahasa tulisan. Sebagai media komunikasi berbagai Bahasa mengalami kemajuan sejalan dengan perkembangan budaya-masing-masing termasuk Bahasa Arab. Bahkan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab sudah dijadikan Bahasa Internasional dan kedua bahasa ini dijadikan sebagai mata pelajaran yang penting di Lembaga Pendidikan yang berciri khas Agama Islam. Dalam mempelajari bahasa-bahasa tersebut para siswa tidak akan luput dari kesulitan-kesulitan, karena bahasa-bahasa tersebut sangat variatif dan mempunyai aturan-aturan yang sangat banyak terutama Bahasa Arab.

(2)

2

lembaga-lembaga pendidikan terutama Lembaga Pendidikan yang bernaung di bawah Depertemen Agama.

Mempelajari Bahasa Arab, tidak akan pernah sempurna hanya dengan mempelajari Bahasa Arab itu sendiri, karena siswa akan menemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, sehingga memperlambat siswa dalam memahami Bahasa Arab tersebut. Membicarakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para siswa dalam mempelajari Bahasa, terutama Bahasa Arab, maka kita akan membicarakan pelajaran-pelajaran yang sangat mendukung para siswa untuk lebih cepat memahami Bahasa Arab terutama pelajaran Nahwu, karena dengan pelajaran Nahwulah para siswa bisa berbahasa Arab dengan baik dan benar, bahkan dalam sebuah syair Bahasa Arab telah di sebutkan “ﺍﺬﺍﻠﻜﻼﻢﺩﻭﻧﻪﻠﻦﻴﻓﻬﻢ” (Muhammad, ibnu Aqil) yang artinya “Perkataan tanpa Ilmu Nahwu maka perkataan tersebut sulit dipahami”. Dengan demikian pelajaran Nahwu merupakan pelajaran dasar bagi para siswa untuk bisa berbahasa dengan baik dan benar. Tapi sering kita jumpai banyak para siswa yang mengeluh dengan pelajaran Nahwu, karena siswa sering salah dalam menggunakan atau menerapkan kaidah atau aturan yang ada dalam pelajaran Nahwu tersebut. Terutama mengenai sifat dan mausuf (Na‟at dan Man‟ut) padahal Sifat dan Mausuf merupakan hubungan sintaksis frasiologis yang tidak mencapai makna klausa yang banyak digunakan dalam berbahasa, baik bahasa lisan atau tulisan. Kemudian dalam penerapan hubungan sintaksis sifat dan mausuf sering kali terjadi kesalahan di kalangan pengguna Bahasa Arab, baik di Madrasah, Pondok pesantren, dan di Perguruan.

Setiap kajian perlu di tetapkan tujuan yang jelas karena dengan tujuan yang jelas akan memudahkan dalam bekerja atau berbuat. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku dan bentuk sifat dan mausuf dalam hubungan sintaksis Bahasa Arab dan makna apa yang muncul dalam hubungan sintaksis sifat mausuf.

KAJIAN PUSTAKA 1. Prilaku

Dalam buku kamus umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Prilaku adalah tingkah laku; kelakuan; perbuatan, bagaimana caranya” ( Poerwadarminta, 1984: 730).

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud prilaku dalam kajian ini adalah prilaku sintaksis sifat mausuf yakni ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku dalam hubungan sintaksis sifat mausuf sebagai fungsi bahasa seperti bilamana harus Muwafaqoh dan kapan harus Mukholafah, baik ditinjau dari segi jenis, jumlah dan I‟rob.

2. Sifat Dan Mausuf

Sifat dan mausuf terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, pengkaji akan menjelaskan satu persatu.

a. Sifat menunjukkan atas sifat pada isim (kata benda) sebelumnya “.

(3)

3 b. Mausuf

ﺔﻓﺼﻠﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻞﻣﺤﺗﻠ ﻉﻭﺿﻭﻣﻭﻫﻭ ﻪﺗﻗﻴﻗﺤﻭ ﺊﺷﻠﺍ ﺖ ﺍ ﺬ ﻰﻠﻋ ﻝﺪ ﺎﻤ ﻭﻫ ﻑﻭﺼﻭﻤﻠﺍﻞﻮﻗﻳﺲﻮﺮﺪﻠﺍﻊﻴﻤﺠﺐﺎﺗﻛﻰﻓ ( ﻥﻳﻳﻼﻐﻠﺍ ١٩٨٧ : ٩٦ )

Artinya: “Mausuf adalah isim yang menunjukkkan atas zat (benda) sesuatu dan hakekatnya dan didalam mausuf tersebut terkandung makna sifat”.

Yang dimaksud dengan mausuf dalam kajian ini adalah setiap kata benda (Isim) yang diikuti oleh kata (kalimat) yang menunjukan makna sifat bagi kata benda tersebut (Isim), baik kata benda tersebut dalam keadaan Rofa‟, Nasab, Khofad, dan pada saat Ma‟rifat atau Nakirah, serta jenis dan adad.

3. Hubungan Sintaksis

Hubungan sintaksis terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, akan di uraikan satu persatu:

a. Hubungan

Di dalam Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa Hubungan adalah keadaan berhubungan atau dihubungkan, berkenaan dengan apa yang di sebutkan dahulu, suatu yang dipakai untuk Berhubungan, Pertalian : Sangkut Paut; Kontak; Ikatan (Keluarga, Persahabatan). (Poerwadarminta, 1984: 362).

Yang dimaksud dengan hubungan dalam kajian ini adalah nisbah, yaitu menggabungkan suatu kata dengan kata lain dengan ketentuan kata kedua merupakan kata sifat atau jumlah. Yang pertama menunjukkan makna Isim.

b. Sintaksis

Dalam Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Sintaksis adalah Pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat; Ilmu Tata Kalimat”. (Poerwadarminta, 1984: 951).

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hubungan sintaksis dalam kajian ini adalah hubungan kata dengan kata lain yang akan melahirkan makna baru selain makna Juzu‟ (unsurnya) yang dalam hal ini adalah hubungan sintaksis Sifat dan Mausuf. Makna baru yang muncul dari hubungan kata dengan kata lain dapat berupa makna klausa atau Frasa.

Hubungan makna klausa adalah hubungan yang membuat kedua kata itu dianggap sebagai kalimat dasar. karena kata-kata tersebut sudah syah mengisi fungsi inti bahasa, sedangkan hubungan frasa adalah hubungan kata dengan kata lain yang maknanya tidak mencapai makna klausa atau kalimat, seperti hubungan Idhofah dan sifat Mausuf.

PEMBAHASAN

Analisis Fungsi Bahasa Dalam Bahasa Arab

Sifat dan Mausuf meupakan persamaan dari Na‟at dan Man‟ut, dan untuk lebih memudahkan kajian, maka dalam Skripsi ini, pengkaji akan memakai Qaidah Sifat dan Mausuf. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya, ternyata jarang ada batasan yang sama antara ahli (Ulama‟) Nahwu yang satu dengan Ulama‟ Nahwu yang lain.

Sehubungan dengan hal tersebut, berikut akan dikemukakan batasan-batasan pengertian Sifat dari berbagai ahli Nawu seperti di bawah ini :

Di dalam kitab Taswik Al-Khallan, dijelaskan menurut bahasa bahwa “Sifat adalah menSifati sesuatu dengan apa yang ada padanya, baik atau buruk“. (Ma‟sum, : -:163).

(4)

4

Sedangkan didalam Kitab Syarah Ibnu Aqil, Juzu‟ At-Sani dijelaskan bahwa, ”Sifat adalah kata yang menyempurnakan kata sebelumnya dengan bentuknya sendiri atau dengan isim (kalimat yang berhubungan dengannya)“. (Abdullah, - :163 ).

Contoh : ﻡﻴﺭﻜ ﻞﺠﺭﺒ ﺖﺭﺭﻤ ﻩﻮﺒﺍﻡﻴﺭﻜ ﻞﺠﺭﺒ ﺖﺭﺭﻤ

Sementara di dalam Kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa, “Sifat adalah Kata Sifat yang disebut setelah Kata Benda (ﻢﺴﺍ) untuk menjelaskan sebagian keadaannya (ﻢﺴﺍ) atau keadaan apa yang berhubungan dengannya (ﻢﺴﺍ) “. (Al-Galyani : 1987 : 221 ).

Contoh : ﺪﻬﺗﺟﻣﻟﺍﺬﻳﻣﻟﺗﻟﺍﺀﺎﺟ ﻩﻭﺧﺍﺪﻬﺗﺟﻣﻟﺍ ﺬﻳﻣﻟﺗﻠﺍ ﺀﺎﺟ

Berdasarkan batasan-batasan pengertian di atas maka, yang dimaksud dengan Sifat dalam kajian ini adalah Kata Sifat yang mengikuti yang disifatinya (Mausuf) untuk menjelaskan dan menyempurnakan sebagian keadaan Mausufnya, baik pada I‟rab, Ma‟rifat, Nakirah, maupun pada Mufrad, Jumlah dan Syibhul Jumlah.

Dan di dalam Kitab Jami‟ uddurus dijelaskan bahwa,”Mausuf adalah isim yang menunjukkan atas zat sesuatu dan hakekatnya, dan dia ditempatkan untuk dibebani atasnya Sifat”. (Al-Galyani,1987: 97).

Berdasarkan batasan pengertian di atas, yang dimaksud dengan mausuf dalam Skripsi ini adalah Isim yang menunjukkan atas zat sesuatu dan hakekatnya, dan diikuti oleh kalimat yang menunjukkan makna Sifat kepada isim tersebut baik pada I‟rab, Ma‟rifat, Nakirah, maupun pada Mufrad, jumah dan Sibhul Jumlah.

Dan dipandang perlu dalam Skripsi ini. Bahwa bahwa pengkaji akan memaparkan beberapa hal yang sangat mendasar dalam hal ini:

Persamaan Dan Perbedaan Sifat Dan Na’at.

Dijelaskan diberbagai kitab Nahwu, bahwa Sifat dan Na‟at memiliki makna yang sama yaitu mengikuti sesuatu, akan tetapi, Na‟at lebih dikhususkan kepada yang berubah–ubah seperti kata ﻀﺎﺭﺏ, ﻗﺎﺌﻢ. Sedangkan Sifat tidak dikhususkan kepada yang berubah–ubah. Bahkan secara umum, boleh dipakai pada yang berubah–ubah dan boleh dipakai kepada yang tidak berubah–ubah seperti kata ﻋﺎﻟﻡ , ﺤﺳﻦ .

Dan mengenai perbedaan antara Sifat dan Na‟at, dijelaskan di dalam kitab Syaikh Kholid bahwa:

- Sifat adalah lafaz –lafaz yang semakna dengan apa yang berlaku sebenarnya. Contoh : ﺍﻮﺼﺎﻖﺍﻟﻟﻪ / Sifat – Sifat Allah dan disini kita bilang Sifat–Sifat Allah bukan Na‟at –na‟at Allah.

Dalam bahasa sifat berperan sebagai kata (kata sifat) dan sebagai fungsi (tataran fungsi bahasa)

- Na‟at adalah lafaz–lafaznya yang dikhususkan kepada yang berubah–ubah.

Contoh : ﻀﺎﺮﺐ , ﻗﺎﺌﻡ

Na‟at hanya bermakna sama dengan sifat sebagai fungsi bahasa.

Contoh : ﻞﻤﺎﻜﻟﺍﺪﻣﺣﻤﺍﺬﻫ

1. Penggunaan Sifat ( Na’at )

Di dalam kitab – kitab Nahwu, dijelaskan bahwa ada 5 tempat digunakan Sifat. a) Untuk Mengkhususkan ( ﻟﻟﺘﺧﺼﻳﺺ )

Contoh : ﺑﺰﻳﺪﺍﻠﺤﻳﺎﻁﻣﺭﺭﺖ

b) Untuk Memuji (ﺡﺩﻤﻠﻠ)

Contoh : ﻞﻤﺎﻜﻟﺍﺪﻣﺣﻤﺍﺬﻫ

(5)

5

c) Untuk Merendahkan / Melecehkan (ﻢﺬﻠﻠ)

Contoh : ﻞﺧﺒﻟﺍﻝﺟﺭﻟﺍﻚﻠﺍﺬ

ﻢﻴﺟﺮﻠﺍﻦﺎﻄﻴﺷﻠﺍﻦﻤﷲﺍﺎﺑﺬﻮﻋﺍ d) Untuk Menghormati (ﻢﺣﺭﺗﻠﺍ)

Contoh : ﻦﻴﻜﺴﻤﻠﺍ ﻚﺪﺒﻌﺒ ﺎﻗﻔﺮ ﻢﻬﻠﻠﺍ

e) Untuk Menguatkan (ﺪﻴﻜﻮﺗﻠﻠ)

Contoh : ﺪﻮﻌﻴﻻﺮﺒﺍﺪﻠﺍ ﺲﻤﺍ

ﺔﻠﻤﺎﻜ ﺓﺮﺷﻋ ﻚﻠﺗﻔ

2. Bentuk – Bentuk Kata Sifat

Di dalam kitab – kitab Nahwu dijelaskan bahwa pada dasarnya Na‟at (Sifat) itu. Terjadi dari Isim Mustak yaitu Isim yang diambil dari Masdar untuk menujukkan satu tujuan dan yang mempunyai Sifat.

Isim Mustaq meliputi:

1. Isim Fa‟il yaitu Sifat yang diambil dari Fi‟il Ma‟lum, untuk menunjukkan atas makna yang berpengaruh dari Mausuf dengannya atau yang berdiri atas bentuk– bentuk kejadian yang tidak kuat/tetap. Dan Isim Fa‟il ini mempunyai dua timbangan:

a. Timbangan dari At–Sulasi Al–Mujarrad

Dan terjadi dari At–Sulasi Al–Mujarrad atas timbangan ﻔﺎﻋﻝ.

Contoh : ﺐﺗﺎﻜ , ﺐﺗﺎﻜﻠﺍﺪﻴﺰﺀﺎﺠ

Dan apabila „Ain Fiil berillat, maka diganti „Ain Fiil tersebut dengan hamzah pada Isim Fa‟il.

Contoh : ﻉﺎﺑ menjadi ﻊﺌﺎﺒ ﻊﺌﺎﺒﻠﺍ ﺍﺪﻴﺰ ﺖﻴﺃﺭ b. Timbangan Dari Selain At–Sulasi Al–Mujarrad

Dan yang di maksud timbangan selain dari At-Sulasi Al-Mujarrad adalah Isim Fail yang terdiri dari At-Sulasi Al-Mazid dan Al-Ruba‟i Mujarrad atau Mazid.

Contoh At-Sulasi Al-Mazid:

- Timbangan ﻞﻌﻔ dengan menambahkan tasydid.

Contoh: ﺡﺭﻔﻤ ﻮﻬﻔ ﺡﺭﻔ ﻞﻌﻔﻤ ﻮﻬﻔ ﻞﻌﻔ - Timbangan ﻞﻋﺎﻔ dengan menambahkan Alif.

Contoh: ﻞﺗﺎﻗﻤ ﻮﻬﻔ ﻞﺗﺎﻗ ﻞﻋﺎﻔﻤ ﻮﻬﻔ ﻞﻋﺎﻔ ﺍﺭﻤﻋﻞﺗﺎﻗﻤﺪﻴﺰﺀﺎﺠ - Timbangan ﻞﻌﻔﺗdengan menambahkan Ta‟ dan Tasydid

Contoh: ﺲﺮﺪﻠﺍﻦﻴﺒﺗﻤﻠﺍﺬﺎﺗﺴﻻﺍﺀﺎﺠ ﻞﻌﻔﺗﻤ ﻭﻬﻔ ﻞﻌﻔﺗ ﻦﻴﺒﺗﻤ ﻭﻬﻔ ﻦﻴﺒﺗ - Timbangan ﻞﻌﺗﻔﺍ dengan menambah Alif dan Ta‟

Contoh: ﻢﻭﻗﻠﺍﻊﻤﺗﺠﻤﻠﺍﺪﻳﺰﺀﺎﺠ ﻞﻌﺗﻔﻤ ﻭﻬﻔ ﻞﻌﺗﻔﺍ ﻊﻤﺗﺠﻤ ﻭﻬﻔ ﻊﻤﺗﺠﺍ - Timbangan ﻞﻌﻓﻧﺍ dengan menambahkan Hamzah dan Nun di awalnya.

Contoh: ﺮﻓﺎﻜﺍ ﻊﻄﻗﻧﻣﻟﺍ ﺮﻣﻋ ﺀﺎﺟ ﻞﻌﻓﻧﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻌﻓﻧﺍ ﻊﻄﻗﻧﻣﻭﻬﻓﻊﻄﻗﻧﺍ

- Timbangan ﻞﻌﻓﺍ dengan menambahkan Hamzah Wasal dan mentasydid Lam.

(6)

6

- Timbangan ﻞﻌﻓﺗﺴﺍdengan menambahkan Hamzah Wasal Sin dan Ta‟ Contoh: ﺐﻭﻧﺬﻟﺍﺮﻓﻐﺗﺴﻣﻟﺍ ﷲﺍﻰﻟﺍ ﺓﻭﻋﺪ ﻞﻌﻓﺗﺴﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻌﻓﺗﺴﺍ

ﺮﻓﻐﺗﺴﻣﻭﻬﻓﺮﻓﻐﺗﺴﺍ

- Timbangan ﻞﻋﻭﻌﻓﺍ dengan menambahkan Hamzah Al-Wasal dan menggandakan „Ain yang diantaranya Huruf Waw.

Contoh: ﻢﻟﻌﻟﺍ ﺐﻟﻄ ﻰﻓ ﺐﺪﻭﺪﺤﻣﻟﺍ ﺍﺪﻣﺤﻣ ﺖﻳﺃﺮ ﻞﻋﻭﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻋﻭﻌﻓﺍ ﺐﺪﻭﺪﺤﻣ ﻭﻬﻓ ﺐﺪﻭﺪﺤﺍ - Timbangan ﻞﺎﻌﻓﺍ dengan menambahkan Hamzah Al-Wasal dan Alif setelah

„Ain dan memberikan tasydid kepada huruf Lam.

Contoh: ﺮﺎﻓﺼﻣﻟﺍ ﺮﻭﻣﻟﺍ ﺖﻟﻜﺍ ﻞﺎﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﺎﻌﻓﺍ ﺮﺎﻓﺼﻣﻭﻬﻓﺮﺎﻓﺼﺍ

- Timbangan ﻞﻭﻌﻓﺍ dengan menambahkan Hamzah Al-Wasal dan dua Waw setelah Alif.

Contoh: ﻄﻭﺮﺧﻣ ﺲﻣﺷﻠﺍ ﻉﺎﻌﺷ ﻞﻭﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻭﻌﻓﺍ ﻄﻭﺮﺧﻣﻭﻬﻓ ﻄﻭﺮﺧﺍ Timbangan Selain At-Sulasi Al-Mujarrad Yaitu:

1. Ruba’i Al-Mujarrad

Ruba‟i Al-Mujarrad memiliki Tujuh Bab yaitu: - Timbangan ﻞﻟﻌﻓ

Contoh: ﻞﻟﻌﻓﻣﻭﻬﻓ ﻞﻟﻌﻓ

ﺐﺒﻟﺠﻣﻭﻬﻓ ﺐﺒﻟﺠ - Timbangan ﻞﻋﻭﻓ

Contoh: ﻞﻋﻭﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻋﻭﻓ

ﻞﻗﻭﺤﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻗﻭﺤ - Timbangan ﻞﻌﻳﻓ

Contoh: ﻞﻌﻳﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻌﻳﻓ

ﺮﻄﻳﺒﻣ ﻭﻬﻓ ﺮﻄﻳﺒ - Timbangan ﻞﻭﻌﻓ

Contoh: ﻞﻭﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻭﻌﻓ

ﺮﻭﻬﺠﻣ ﻭﻬﻓ ﺮﻭﻬﺠ - Timbangan ﻞﻳﻌﻓ

Contoh: ﻞﻳﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻳﻌﻓ

ﻕﻳﺮﺷﻣ ﻭﻬﻓ ﻕﻳﺮﺷ - Timbangan ﻞﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻰﻠﻌﻓ

ﻕﻠﺷﻣ ﻭﻬﻓ ﻰﻗﻠﺷ - Timbangan ﻞﻧﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻧﻌﻓ

ﺲﻧﻠﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﺲﻧﻠﻓ 2. Ruba’i Mazid

- Timbangan ﻞﻠﻌﻓﺗ

ﻞﻠﻌﻓﺗﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻠﻌﻓﺗ ﺝﺮﺧﺪﺗﻣ ﻭﻬﻓ ﺝﺮﺧﺪﺗ - Timbangan ﻞﻠﻧﻌﻓﺍ

ﻞﻠﻧﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻠﻧﻌﻓﺍ ﻢﺟﻧﺮﺧﻣ ﻭﻬﻓ ﻢﺟﻧﺮﺧﺍ - Timbangan ﻞﻠﻌﻓﺍ

ﻞﻠﻌﻓﻣ ﻭﻬﻓ ﻞﻠﻌﻓﺍ ﻦﺄﻣﻄﻣ ﻭﻬﻓ ﻦﺄﻣﻄﺍ

(7)

7

Dan Isim Maf‟ul kalau dibuat dari At-Sulasi Mujarrad, maka timbangannya adalah sepertiﺮﻭﺼﻧﻣ , ﻞﻭﺬﺤﻣ .

Contoh: ﺪﻴﺰﺮﻭﺼﻧﻣﻠﺍﻞﺠﺮﻠﺍﺍﺬﻫ

- Apabila Fi‟il Assulasi, ada di tengahnya huruf illat yaitu alif, seperti ﻉﺎﺒ

, ﺏﺎﻋ ,

ﺪﺎﺸ , maka isim mafulnya adalah ﺩﻴﺸﻤ,ﺐﻴﻌﻣ,ﻊﻴﺒﻤ Contoh: ﺏﺎﺘﻜﻠﺍﻊﻴﺒﻣﻝﺠﺭ ﺀﺎﺠ

- Apabila fi‟il assulasi, ada di tengahnya huruf illat yaitu alif yang sebenarnya waw seperti ﻥﺎﺼ,ﻢﻻ,ﻞﺎﻘ Maka isim maf‟ulnya adalah ﻥﻮﺼﻣ,ﻢﻮﻠﻣ,ﻞﻮﻘﻤ

Contoh: ﻞﻮﻘﻠﺍﻞﻮﻘﻤﻠﺍﻞﺠﺭﻠﺍﻞﺎﻗ

- Apabila Fi‟il Assulasi, ada di akhirnya huruf illat yaitu alif yang sebenarnya ya‟ seperti ﻰﺿﺭ ,ﻰﻤﺭ ,ﻰﻧﺒMaka isim maf‟ulnya adalah ﻲﻀﺭﻤ ,ﻲﻤﺮﻣ ,ﻲﻧﺒﻤ Contoh: ﺫﺎﺗﺴﻻﺍﻲﺿﺭﻤﻠﺍﺐﻠﺎﻃﻟﺍﺏﻫﺬ

- Apabila Fi‟il Assulasi, ada di akhirnya huruf illat yaitu alif yang sebenarnya waw seperti ﺎﻜﺸ ,ﺎﺠﺮ ,ﺎﻋﺩMaka Isim Maf‟ulnya adalah ﻮﻜﺸﻤ ,ﻭﺠﺭﻣ ,ﻮﻋﺩﻤ

Contoh: ﻪﻠﺍﻮﻋﺪﻣﻼﺟﺭﻡﺭﻜ

Dan apabila dibuat dari At-Sulasi Mujarrad, dengan lafaz Mudaroah Majhul maka diganti dengan Hurup Mim yang baris dapan.

Contoh: ﺮﻓﻐﺘﺳﻣﻭﻬﻓﺮﻓﻐﺘﺳﺍ ﺏﻭﻧﺫﻠﺍ ﺮﻓﻐﺘﺳﻣﻠﺍﺪﺒﻌﻠﺍ ﺍﺫﻫ

3. Sifat Musabahah adalah kata Sifat yang diambil dari Fi‟il Lazim untuk menunjukkan makna yang berdiri dengan Mausufnya atas bentuk .

Contoh: ﻦﺳﺣ , ﻢﻴﺮﻜ ﻪﻗﻠﺧ ﻦﺳﺣﺪﻴﺯ ﺀﺎﺠ

4. Isim Tafdil yaitu kata yang diambil dari Fi‟il untuk menunjukkan atas dua sesuatu yang bersatu pada Sifat, dan ada kelebihan salah satu dari keduanya atas yang lain padanya.

Contoh: ﻪﻧﻤ ﻞﺿﻓﺍﻭ ﺪﻴﻌﺳﻦﻤ ﻢﻠﻋﺍ ﻞﻴﻠﺧ

Dan kadang–kadang Isim tafdil diantara dua sesuatu (Isim) menjadi Sifat yang Muhalafah.

Contoh: ﻢﻫﺭﺒﻜﺍﻭ ﻢﻫﺭﻐﺼﺍ ﻢﻭﻗﻠﺍ ﺖﻤﺭﻜﺍ

Wazan (Timbangan) Isim Tafdil itu ada satu yakni ﻞﻌﻔﺍ Untuk laki-laki ﻰﻠﻌﻓ Untuk perempuan.

Contoh: ﻰﻠﺿﻓ ﻞﺿﻓﺍ

ﻯﺭﺒﻜ ﺭﺒﻜﺍ

Dan ada 3 kata, tempat boleh dibuang Alif pada timbangan Isim Tafdil yaitu: ﺭﻳﺧ

ﺲﺎﻧﻠﺍ ﻊﻓﻧﻳ ﻦﻣ ﺲﺎﻧﻠﺍ ﺭﻳﺧ ﻞﺛﻣ ﺭﺷ ﺪﺴﻓﻣﻠﺍ ﺲﺎﻧﻠﺍﺷ ﻞﺛﻣ

ﺐﺤ ﺎﻌﻧﻣﺎﻤﻦﺎﺴﻧﻻﺍﻰﻠﺍﺊﺸﺏﺤ ﻞﺛﻣ

Kadang Na‟at itu terdiri dari Isim Jamid yang dipindahkan dari Isim Mustak Isim jamid yang dipindahkan dari isim mustak itu meliputi:

1. Al-Masdar yaitu lafaz yang menunjukkan atas kejadian yang sunyi dari waktu dan mengandung huruf-huruf fi‟il secara lafaz atau takdir.

Contoh: ﻪﺒ ﻕﻮﺜﻮﻣ ﻯﺍﺔﻗﺜ ﻞﺟﺮ ﻮﻫ

ﻞﺪﺎﻋ ﻯﺍ ﻞﺪﻋ ﻞﺟﺮ ﺖﻧﺍ

(8)

8

3. Kata “ﺬﻮ” yang berarti pemilik (laki – laki) dan kata " ﺖﺍﺬ " yang berarti pemilik (Perempuan).

Contoh: ﻢﻠﻋ ﺐﺤﺎﺼ ﻯﺍ ﻢﻠﻋﻮﺬ ﻞﺠﺮ ﺀﺎﺠ ﻞﺿﻓ ﻪﺒﺣﺎﺼ ﻯﺍ ﻞﺿﻓ ﺖﺍﺬ ﺓﺍﺮﻤﺍ ﺖﺀﺎﺠ

4. Isim Mausul yang diikuti oleh Alif dan Lam.

Contoh: ﺪﻬﺗﺟﻤﻠﺍ ﻯﺍ ﺪﻬﺗﺟﺍ ﻯﺬﻠﺍ ﻞﺟﺭﻠﺍ ﺀﺎﺟ 5. Kata yang menunjukkan atas bilangan Mausuf.

Contoh: ﺔﻌﺑﺭﺍ ﻞﺎﺠﺭ ﺀﺎﺠ 6. Isim yang dipakai untuk menghubungkan Ya‟ ( ﻱ) Nisbah.

Contoh: ﻖﺷﻤﺪ ﻰﻠﺍ ﺐﻮﺴﻤ ﻯﺍ ﻰﻗﺷﻤﺪ ﻞﺟﺭ ﺀﺎﺟ 7. Kata yang menujukkan atas penyerupaan.

Contoh: ﺎﻋﺎﺠﺴ ﻱﺍ ﺍﺪﺴﺍ ﻼﺠﺭ ﺖﻴﺃﺭ

ﻞﺎﺗﺤﻤ ﻱﺍ ﺐﻠﻌﺗ ﻞﺠﺭ ﻦﻼﻔ 8. (ﺎﻣ)Nakirah yang menunjukkan arti umum.

Contoh: ﺎﻣﻼﺠﺭ ﻢﺭﻜﺍ

Dan kadang–kadang yang dimaksud ﻤﺎ Nakirah itu makna umum yang berkeadaan.

Contoh: ﻢﻴﻆﻋﺭﻣﻹ ﻱﺍ ﻪﻔﻧﺍ ﺭﻴﺼﻗ ﻉﺪﺠﺎﻣﺭﻣﻹ

9. Kata (ﻞﻜ) dan (ﻱﺍ) dua kata yang menunjukkan untuk menyempurnakan mausuf untuk sifat.

Contoh: ﺔﻴﻟﻮﺠﺭﻟﺍ ﻰﻔ ﻞﻣﺎﻜﻟﺍ ﻱﺍ ﻞﺠﺭﻟﺍ ﻞﻜ ﻞﺠﺭ ﺖﻧﺍ ﺔﻴﻟﻮﺠﺭﻟﺍ ﻰﻔ ﻞﻣﺎﻜ ﻱﺍ ﻞﺠﺭ ﻱﺍﻞﺠﺭ ﻰﻔ ﺀﺎﺠ ﻞﺠﺭ ﺎﻣﻴﺍ ﻞﺠﺭ ﻰﻔﺎﺠ

Pembagian Sifat Sebagai Suatu Analisis Fungsi Bahasa Dalam Bahasa Arab

Sebelum pengkaji memaparkan pembagian sifat (na‟at), pengkaji akan mengelompokkan pembagian sifat sesuai dengan fungsi sifat secara langsung dan tidak langsung dan bentuk kata atau kalimat yang menjadi sifat.

1. Sifat (Na‟at) Haqiqi dan Sababi

(Pembagian sifat sesuai dengan fungsi secara langsung dan tidak langsung) a. Sifat Haqiqi dan Sababi adalah kaidah yang berbeda, untuk lebih jelasnya

maka diuraikan satu persatu.

Didalam kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa Sifat atau Na‟at Haqiqi kata Sifat yang menjelaskan Sifat dari Sifat – Sifat yang diikuti (Mausuf ). (Al-Galyani 1987: 224).

Contoh : ﺐﻴﺪﻻﺍ ﺪﻟﺎﺧ ﺀﺎﺠ

Sedangkan dalam Kitab A-Tukhfatussaniyah dijelaskan bahwa Sifat Haqiqi adalah Sifat yang merofa‟kan domir yang tersembunyi dan Sifat tersebut kembali kepada yang diikuti (Mausuf). ( Muhammad, -: 141).

Semetara di dalam Kitab Mulakhas Qawaid Al-Lugah Al-Arabiyah dijelaskan bahwa Sifat atau Na‟at Haqiqi adalah kata yang menunjukkan atas Sifat pada jiwa yang diikutinya (Matbu‟ah).( Na‟mah,- : 51).

Berdasarkan batasan–batasan diatas yang dimaksud dengan Sifat (Na‟at) Haqiqi dalam hal ini adalah kata Sifat yang menjelaskan Sifat dari sifat–sifat jiwa yang diikutinya.

Di dalam kitab–kitab Nahwu dijelaskan bahwa Sifat (Na‟at) Haqiqi itu harus cocok empat dari sepuluh, maksudnya mengikuti:

ﻊﻔﺭ

ﺐﺼﻧ ﺔﻔﺭﻌﻣ ﺪﺭﻔﻣﺔﻴﻧﺜﺗ ﺭﻜﺬﻣ

(9)

9 Contoh :

ﺔﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﺔﻤﻂﺎﻔﺕﺌﺎﺠ ﻞﻗﺎﻌﻠﺍ ﻞﺠﺭﻠﺍ ﺀﺎﺠ

ﺔﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﺔﻤﻂﺎﻔ ﺖﻴﺃﺭ ﻞﻗﺎﻌﻠﺍﻞﺠﺭﻠﺍﺖﻴﺃﺭ

ﺔﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﺔﻤﻂﺎﻔﺒ ﺖﺭﺭﻤ ﻞﻗﺎﻌﻠﺍﻞﺠﺭﻠﺎﺒ ﺖﺭﺭﻤ

ﻥﺎﺗﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﻥﺎﺗﻤﻂﺎﻔ ﺕﺌﺎﺠ ﻥﻼﻗﺎﻌﻠﺍ ﻥﻼﺠﺭﻠﺍﺀﺎﺠ

ﻥﻴﺗﻠﻗﻌﻠﺍ ﻥﻴﺗﻤﻂﺎﻔ ﺕﻴﺃﺭ ﻥﻴﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﻥﻴﻠﺠﺭﻠﺍ ﺕﻴﺃﺭ

ﻥﻴﺗﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﻥﻴﺗﻤﻂﺎﻔﺒ ﺕﺭﺭﻤ ﻥﻴﻠﻗﺎﻌﻠﺍ ﻥﻴﻠﺠﺭﻠﺍ ﺎﺑ ﺕﺭﺭﻤ

ﺕﻼﻗﺎﻌﻠﺍﺕﺎﻣﺎﻔﺕﺌﺎﺠ ﺀﻼﻗﻌﻠﺍﻞﺎﺠﺮﻠﺍﺀﺎﺠ

ﺕﻼﻗﺎﻌﻠﺍﺕﺎﻣﻄﺎﻔﻠﺍﺕﻴﺃﺮ ﺀﻼﻗﻌﻠﺍﻞﺎﺠﺮﻠﺍﺕﻴﺃﺮ

ﺕﻼﻗﺎﻌﻠﺍﺕﺎﻣﻄﺎﻔﻠﺎﺒﺕﺮﺮﻣ ﺀﻼﻗﻌﻠﺍﻞﺎﺠﺮﻠﺎﺒ ﺕﺮﺮﻣ

b. Sedangkan Sifat atau Na‟at Sababi adalah dijelaskan di dalam Kitab Mulakhas Qana‟id Al-Lugah Al-Arabiyah “Sifat Sababi adalah kata Sifat yang menujukkan Sifat pada kata benda yang berkaitan dengan yang diikuti “. (Na‟mah, - :52).

Dan di dalam kitab Tukhfatussaniyah dijelaskan bahwa Sifat atau Na‟at Sababi adalah Sifat yang merafa‟kan kata benda (Isim) yang nyata, padanya domir yang kembali pada Sifat (Muhammad,-:141).

Sementara di Kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa Sifat Sababi adalah kata Sifat yang menjelaskan Sifat–Sifat kata yang berkaitan dengan yang diikutinya dan yang berkaitan dengan Sifat itu sendiri (Al galyani, 1987: 224).

Berdasarkan batasan–batasan di atas yang dimaksud dengan Sifat Sababi dalam Skripsi ini adalah kata yang menjelaskan Sifat atas Sifat–sifat kata benda (Isim) yang berkaitan dengan yang diikuti oleh Sifat tersebut.

Adapun mengenai Sifat Sababi dibagi dua: saat mengikuti Mausuf atau Man‟utnya.

a.

Sifat (Na‟at) Sababi yang tidak mengadung Domir Man‟ut, maka dia

harus cocok dua dari lima yaitu dari Rofa‟, Nasab, Khafad, Ma‟rifat dan Nakirah.

Contoh :

ﻪﻤﺍﺔﻤﻴﺮﻜﻠﺍﻝﺟﺮﻠﺍﺖﻳﺋﺮ ﺎﻣﻬﻣﺍﺔﻤﻴﺮﻜﻠﺍﻦﻼﺟﺮﻠﺍﺖﻴﺌﺮ ﻢﻬﻤﺍﺔﻤﻴﺮﻜﻠﺍﻝﺎﺠﺮﻠﺍﺖﻴﺌﺮ ﺎﻬﻤﺍﺔﻤﻴﺮﻜﻠﺍﺔﺌﺮﻤﻠﺍﺖﺌﺎﺠ ﺎﻤﻬﻤﺍﺔﻤﻴﺮﻜﻠﺍﻦﺎﺗﺌﺮﻤﻠﺍﺖﺌﺎﺠ ﻦﻬﻣﺍﺔﻣﻳﺭﻜﻠﺍﺀﺎﺴﻧﻠﺍﺖﺌﺎﺟ

ﻩﻮﺒﺍ ﻢﻴﺮﻜﻠﺍ ﻝﺟﺮﻠﺍ ﺀﺎﺟ ﺎﻣﻫﻮﺒﺍﻢﻴﺮﻜﻠﺍﻦﻶﺟﺮﻠﺍﺀﺎﺟ ﻢﻫﻮﺒﺍﻢﻴﺮﻜﻠﺍﻝﺎﺠﺮﻠﺍﺀﺎﺠ ﺎﻫﻮﺒﺍ ﻢﻴﺮﻜﻠﺍ ﺔﺌﺮﻤﻠﺎﺒ ﺖﺮﺮﻤ ﺎﻤﻫﻮﺒﺍﻢﻴﺮﻜﻠﺍﻦﺎﺗﺌﺮﻤﻠﺎﺒﺖﺮﺮﻤ ﻦﻫﻮﺑﺍﻢﻴﺮﻜﻠﺍﺀﺎﺴﻧﻠﺎﺑﺖﺮﺮﻤ

(10)

10 Contoh :

ﺐﻻﺍﺎﺗﻣﻳﺭﻜﻠﺍﻦﺎﺗﺌﺮﻤﻠﺍﺖﺌﺎﺠ

ﺐﻻﺍﺖﺎﻣﻳﺭﻜﻠﺍﺀﺎﺴﻧﻠﺍﺖﺌﺎﺟ ﺐﻻﺍ ﻢﻴﺮﻜﻠﺍ ﻝﺟﺮﻠﺍ ﺀﺎﺟﺐﻻﺍﺎﻣﺭﻜﻠﺍﻦﻶﺟﺮﻠﺍﺀﺎﺟ ﺐﻻﺍﻢﺍﺭﻜﻠﺍﻝﺎﺠﺮﻠﺍﺀﺎﺠ

Secara Kaidah ungkapan dan contoh di atas sudah benar, tetapi dalam penggunaan bahasa arab, kaidah tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi.

Sifat Mufrad, Jumlah dan Syibhul Jumlah (Pembagian sifat sesuai dengan bentuk kata atau kalimat yang menjadi sifat). Untuk lebih jelasnya maka, pengkaji akan memaparkan satu persatu.

Mufrad

Di dalam kitab-kitab Nahwu dijelaskan bahwa, yang dimaksud dengan Sifat mufrad adalah adalah kata Sifat selain dari jumlah dan yang serupa dengan jumlah, dan termasuk di dalam Mufrad adalah Tasniah dan Jama‟.

Contoh : ﻞﻗﺎﻌﻠﺍﺪﻳﺰﺀﺎﺠ

ﻥﻳﻠﻗﺎﻌﻠﺍﻥﻳﺪﻳﺰﻠﺍﺖﻳﺌﺮ ﻥﻳﻠﻗﺎﻌﻠﺍﻥﻳﺪﻳﺯﻠﺎﺑﺖﺮﺮﻣ Jumlah

Dijelaskan dalam Kitab Mulakhas Qawid Al-Lugah Al-Arabiyah bahwa “Jumlah adalah kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memberi pemahaman yang sempurna”. ( Na‟mah,- : 19).

Sedangkan dalam Kitab Jami‟uddurus dijelaskan bahwa “Jumlah adalah kalimat ayang terdiri dari Jumlah Isimiyah atau Jumlah Fi‟liyah”. (Al-Galyani, 1987: 227)

Berdasarkan batasan-batasan di atas yang dimaksud dengan Sifat (Na‟at) jumlah dalam Skripsi ini adalah kalimat yang terdiri dari Jumlah Isimiyah atau Jumlah Fi‟liyah dan menempati tempat Sifat yang diikutinya.

Contoh: ﺎﺒﺎﺗﻜﻞﻤﺤﻳﻞﺟﺮﺀﺎﺟ

Dan tidak terjadi jumlah itu menjadi sifat bagi ma‟rifat, hanya sifat itu terjadi untuk nakirah, maka jika berada setelah ma‟rifat dia menduduki tempat “Hal”.

Contoh: ﺎﺒﺎﺗﻜﻞﻤﺤﻳﺪﻳﺯﺀﺎﺟ

Kecuali jika jumlah tersebut berada setelah Ma‟rifat yang menggunakan Alif dan Lam Jinsiyah (Menunjukkan jenis), maka boleh jumlah itu menjadi “Sifat” untuk ma‟rifat ditinjau dari segi makna, karena dianggap Nakirah dari segi makna, dan boleh menjadi “Hal”. Ditinjau dari segi Lafaz, karena lafaznya Ma‟rifat dengan Alif dan Lam.

Contoh: ﺀﺎﻬﻓﺴﻠﺍﻞﻤﻋﻞﻤﻌﻳﻞﺟﺮﻠﺍﻃﻠﺎﺧﺗﻻ

ﻰﻧﺑﺴﻳﻢﻳﺌﻠﻠﺍﻰﻠﻋﺮﻤﺍﺪﻗﻠ Sifat (Na’at) Syibhu Al-Jumlah

Dijelaskan dalam Kitab Mulakhas Qawaid Al-Lugas Al-Arabiyah bahwa “Syibhu Al-Jumlah adalah setiap ibarat yang terdiri dari Zharf setelah Mudofun Ilaih dan Jar-Majrur”. (Na‟mah: 19).

Contoh: ﺐﺗﻜﻤﻠﺍﻰﻠﻋ,ﺮﻬﻇﻠﺍﻞﺑﻗ

(11)

11 Contoh:

ﻰﺴﺮﻜﻠﺍﻢﺎﻤﺍﺍﺪﻮﺠﻮﻤﻮﺍﻦﺌﺎﻜﻞﺠﺮﺮﺍﺪﻠﺍﻰﻔ ﻪﻠﺼﺍ ﻰﺴﺮﻜﻠﺍﻢﺎﻤﺍﻞﺠﺮﺮﺍﺪﻠﺍﻰﻔ

ﻪﻧﺎﺻﺤﻰﻔﺍﺪﻮﺠﻮﻣﻮﺍﺎﻧﺌﺎﻜ ﻪﻠﺻﺍ ﻪﻧﺎﺻﺤﻰﻔ ﻼﺠﺮﺖﻴﺌﺮ “ “

Dan semua ini termasuk dalam katagori Sifat (Na‟at) Hakiki.

Dan perlu ketahui apabila Sifat (Na‟at) terdiri dari Mufrad, Zharf, Jar-Majrur dan jumlah maka, boleh mendahulukan dan boleh membelakangkan Jumlah, seperti firman Allah SWT:

ﻦﻴﺮﻓﺎﻜﻠﺍﻰﻠﻋﺓﺯﻋﺃﻦﻴﻧﻤﺌﻤﻠﺍﻰﻠﻋﺔﻠﺪﺍﻪﻧﻮﺒﺤﻴﻮﺮﻬﺠﻳﻢﻮﻗﺑﷲﺍﻰﺗﺄﻴﻒﻮﺴﻔ

ﻪﻧﺎﻤﻴﺍﻢﺗﻜﻴﻦﻭﻋﺮﻓﻞﺍﻦﻤﻞﺠﺮﻞﺎﻗﻭ - -

Dan sebagai pengetahuan bagi kita semua adalah:

- Apabila Na‟at (Sifat) itu bukan untuk satu, maka bisa Na‟at (Sifat) itu Mukhalafah atau bisa juga Muwafaqah.

Jika Muhakhalafah, wajib dipisahkan dengan huruf Ataf.

Contoh: ﻝﻴﺧﺑﻠﺍﻭﻢﻴﺮﻜﻠﺍﻦﻴﺪﻴﺰﻠﺎﺒﺖﻴﺌﺮ

Dan jika Na‟at (Sifat) itu Muwafakoh, harus sifatnya itu didatangkan secara Musanna atau Jama‟.

Contoh: ﺎﻤﺮﻜﻞﺎﺟﺮﺒﻭﻦﻴﻤﻴﺮﻜﻦﻴﻠﺟﺮﺒﺖﺮﺮﻤ

- Apabila disifati dua perbuatan dengan satu Amil perlakuan dari segi makna dan perbuatan, maka Na‟at (Sifat) itu mengikuti Man‟ut (Mausuf) nya dari segi I‟rab.

Contoh: ﻥﻼﻗﺎﻌﻠﺍﻭﺮﻤﻋﻖﻠﻄﻧﺍﻭﺪﻴﺯﺐﻫﺬ

ﻥﻴﻣﻴﺭﻜﻠﺍ ﺍﻮﺭﻣﻋ ﺖﻣﻠﻜﻭﺍ ﺪﻴﺯ ﺖﺜﺪﺣ ﻦﻳﺤﻠﺎﺻﻠﺍﻭﺭﻣﻋﻰﻠﻋﺖﺯﺠﻭﺪﻳﺯﺒﺖﺭﺭﻣ - Apabila berselisih/Mukhalafah makna dua Amil, atau perbuatan

keduanya maka, wajib diputuskan dan tidak bisa mengikuti.

Contoh: ۰١ﻥﻳﻠﻗﺎﻌﻠﺍﻭﺭﻤﻋﺐﻫﺬﻭﺪﻴﺯﺀﺎﺠ

ﻥﻼﻗﺎﻌﻠﺍﻭﺭﻤﻋﺐﻫﺬﻭﺪﻴﺯﺀﺎﺠ ۰٢

Contoh yang pertama dinasabkan Karena Fi‟il yang tersembunyi yaitu:

ﻦﻴﻠﻗﺎﻌﻟﺍﻰﻧﻋﺍ sedangkan contoh yang kedua dirofa‟kan karena Mubtadak

yang tersembunyi yaitu: ﻦﻼﻗﺎﻌﻠﺍﺎﻣﻫ

Dan ini semua dinamakan dengan Sifat (Na‟at) yang terputus.

Catatan:

1. Isim Alam (Nama) tidak bisa menjadi Sifat, dan dia harus menjadi Mausuf. Dan dia itu disifati dengan empat syarat (macam):

a.

Ma‟rifat Dengan Alif Dan Lam

Contoh: ﺪﻬﺗﺠﻣﻠﺍﻝﻳﻠﺧﺀﺎﺠ

b.

Diidafatkan Kepada Ma‟rifat

Contoh: ﺪﻠﺎﺧﻖﻴﺪﺼﻲﻠﻋﺀﺎﺠ

c.

Harus Dengan Isim Isaroh

Contoh: ﺍ ﻨﻫﺎﻴﻠﻋﻢﺮﻜﺍ

d.

Dengan Isim Mausul Yang dimulai dengan Alif Dan Lam.

Contoh: ﺪﻬﺗﺟﺍﻯﻨﻠﺍﻰﻠﻋﺀﺎﺟ

2. Yang Dima‟rifatkan Dengan “Alif Dan Lam” Dan Disifati Dengan lafaz yang ada didalamnya “Alif Lam”.

Contoh:

Dan disandarkan kepada lafaz yang ada alif dan lam

ﺪﻬﺗﺟﻣﻠﺍﻢﻼﻐﻠﺍﺀﺎﺟ

(12)

12

3. Diidofatkan (disandarkan) kepada Alam (Nama) yang disifati dengan sifat nama itu sendiri.

Contoh: ﺪﻟﺎﺧﻕﻳﺪﺼﻲﻟﻋﺬﻳﻣﻟﺗﺀﺎﺟ, ﺪﻬﺗﺟﻣﻟﺍﻲﻟﻋﺬﻳﻣﻟﺗﺀﺎﺟ

4. Isim Isaroh dan kata ﻱﺍ yang keduanya disifati dengan lafaz yang ada alif dan lam.

Contoh: ﻞﺟﺮﻟﺍﺍﺬﻫﺀﺎﺟ

ﻥﺎﺳﻧﻺﺍﺎﻬﻳﺍﺎﻳ

Dan juga bisa kata ﻱﺍ itu, disifatkan dengan isim isyarah Contoh: ﻞﺠﺮﻠﺍﺎﻬﻴﺍﺎﻴ

5. Apabila berulang ulang Sifat, dan bentuk sifat itu satu. maka cukup dengan ditasniahkan atau dijamakkan daripada memisahkannya.

Contoh: ﻦﺍﺮﻋﺎﺸﻟﺍﺪﻟﺎﺧﻮﻲﻟﻋﺀﺎﺠ

ﺀﺍﺮﻌﺷﻟﺍﺪﻴﻌﺴﻮﺪﻟﺎﺧﻮﻲﻟﻋﺀﺎﺠ

Dan apabila Sifatnya berbeda, maka wajib dipisahkan Ataf dengan Waw.

Contoh: ﺮﻋﺎﺷﻮﺐﺗﺎﻜﻦﻼﺟﺮﻰﻧﺌﺎﺟ

ﻪﻴﻗﻔﻮﺮﻋﺎﺷﻮﺐﺗﺎﻜ ﻞﺎﺟﺮﻰﻧﺌﺎﺟ

6. Sebenarnya Sifat itu, ada untuk menjelaskan Mausuf dan kadang-kadang sifat itu digunakan untuk memuji, menghormati, mencela, dan menguatkan.

Contoh: ﻢﻴﺮﻜﻠﺍﺪﺤﻤﺀﺎﺟ

ﻢﻴﺤﺮﻠﺍﻦﻤﺤﺮﻠﺍﷲﺍﻢﺴﺒ ﻢﻴﺟﺮﻠﺍﻦﺎﻄﻴﺷﻠﺍﻦﻤﷲﺍﺎﺑﺬﻮﻋﺍ ﺪﻮﻌﻴﻻﺮﺑﺍﺪﻠﺍﺲﻤﺍ

7. Hak sifat kepada Mausufnya adalah untuk dimiliki, dan kadang- kadang Mausuf itu dibuang karena sangat jelas dan tidak perlu untuk disebut, maka Sifat menempati tempat Mausuf.

Contoh: ﺕﺎﻐﺑﺎﺴﺎﻋﻮﺮﺪﻱﺍﺕﺎﻐﺑﺎﺴﻞﻣﻋﺍﻦﺍ

ﻼﺟﻞﺟﺮﻦﺑﺍﻱﺍﻼﺟﻦﺑﺍﺎﻧﺍ ﻢﺎﻗﺍﻖﻴﻮﺎﻧﻤﻮﻦﻌﻅﻖﻴﻮﺎﻧﻤﻩﺮﻴﺪﻗﺗﻢﺎﻗﺍﺎﻧﻤﻮﻦﻌﻅﺎﻧﻤﻦﺎﻗﻴﺮﻔﻦﺤﻧ

I’rab Sifat

Sebelum pengkaji membicarakan I‟rab Sifat, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai I‟rab.

Di dalam Kitab Al- Kawakib Al-Duriah dijelaskan bahwa I‟rab adalah perubahan baris akhir kalimat yang berbeda Amil (Perlakuan) yang masuk pada kalimat tersebut, baik secara nyata maupun tersembunyi (Muhammad Bin Ahmad:12).

Dengan batasan di atas maka yang dimaksud dengan I‟rob adalah perubahan baris di akhir kalimat karena perbedaan perlakuan yang diterima oleh kalimat tersebut, baik itu Rofa‟, Nasab, Khofad dan Jazam.

Sedangkan yang dimaksud dengan I‟rob Sifat adalah keadaan baris akhir Sifat tersebut dengan ketentuan mengikuti baris akhir dari Mausufnya, yakni jika Mausufnya Rofa‟ maka Na‟at (Sifat) harus Rofa‟, baik itu dengan baris depan (Alif apabila Tastniah) dan Wawu (Apabila Jamak).

Contoh:

ﺪﺮﻔﻤﻪﻧﻷﺔﻤﺿﻪﻌﻔﺮﺔﻤﻼﻋﻮ ﻉﻮﻔﺮﻤﺪﻴﺯﻠﺔﻔﺼﻞﻗﺎﻌﻠﺍﻮﻞﻋﺎﻔﺪﻴﺯﻰﺿﺎﻣﻞﻌﻔﺀﺎﺠﻪﺑﺍﺮﻋﺍﻞﻗﺎﻌﻠﺍﺪﻴﺯﺀﺎﺠ ﻰﻧﺜﻣﻪﻧﻷﻒﻠﻻﺍﻦﻋ ﺔﺑﺎﻴﻧﻒﻠﻻﺍﻪﻋﻔﺮﺔﻣﻼﻋﻮﻉﻮﻔﺮﻣﻦﺍﺪﻴﺰﻠﺔﻔﺼﻦﻼﻗﺎﻌﻠﺍﻦﻼﻗﺎﻌﻠﺍﻦﺍﺪﻴﺰﺀﺎﺟ ﻊﻤﺟﻪﻧﻷﻒﻠﻻﺍ ﻦﻋﺔﺒﺎﻴﻧﻮﺍﻮﻠﺍﻪﻌﻓﺮﺔﻤﻼﻋﻮﻉﻮﻓﺮﻤﻦﻮﺪﻴﺯﻠﺔﻓﺼﻦﻮﻠﻗﺎﻌﻠﺍﻦﻮﻠﻗﺎﻌﻠﺍﻦﻮﺪﻴﺯﺀﺎﺠ

*

(13)

13 Tasniyah dan Jamak Muzakkar, dan dengan Kasrah apabila Jamak Muannas.

Contoh: dengan baris bawah apabila Isim Mufrad, Jamak Taksir dan Jamak Muannas, dan dengan Ya‟ (ﻱ) apabila Tasniyah dan Jamak Muzakkar.

(14)

14

Begitu juga dengan Na‟at (Sifat) sebab cara mengi‟rabnya semua yaitu dengan mengikuti baris ahir yang disifatinya (Yang diikutinya).

ﺓﺮﻫﺎﻅ

Semantik sintaksis sifat mausuf dalam bahasa Arab

Pada Bab ini pengkaji akan membicarakan Simantrik (Makna) Sintaksis Sifat Mausuf dalam Bahasa Arab.

Simantik Sitaksis terdiri dari dua istilah untuk lebih jelasnya, maka akan di uraikan satu persatu dari kedua istilah tersebut.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ”Simantik (Makna) adalah arti dan maksud sebuah kata” (Poerwadarminta, 1984:624).

Sedangkan Simantik dijelaskan pula di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Simantik (Makna) adalah pengetahuan tentang kata dan Kalimat” (Poerwadarminta, 1984: 951).

Berdasarkan batasan-batasan di atas maka yang dimaksud dengan Simantik Sintaksis adalah makna kata yang muncul dengan adanya hubungan kata tersebut dengan kata lain, selain makna Juzu‟ (Unsur) nya, yang dalam hal ini adalah Simantik (Makna) Sintaksis Sifat Mausuf. Makna kata yang muncul dari Simantik Sintaksis dapat berupa Makna Klausa dan Makna Frasa.

Makna Klausa adalah makna yang membuat dua kata itu dianggap syah mengisi fungsi inti bahasa. Sedangkan makna Frasa adalah makna kata yang tidak mencapai makna Klausa atau Kalimat, seperti hubungan Idafat dan Sifat Mausuf.

(15)

15

Adapun Sifat yang bermakna “Yang” terdiri dari: 1. Isim Sarih (Mustak)

Contoh: ﺪﻳﺪﺠ ﺐﺎﺗﻜ ﺍﺬﻫ ﺎﻣﻠﺎﻋ ﺍﺪﻠﻮ ﺕﻴﺍﺮ ﻢﻠﺎﻋ ﺪﻠﻮﺒ ﺕﺮﺮﻣ

2. Terdiri Dari Mu’awwal Atau Yang Dipindahkan Dari Isim Sarih Contoh : ﴾ﺐﺤﺎﺼﻰﻌﻤﺒﺍﺫ﴿ ﺍﺫﻫﺪﻴﺯ ﺀﺎﺠ

ﺍﺫﻫﺍﺪﻴﺰ ﺖﻴﺍﺭ ﴿

ﺐﺤﺎﺼﻰﻌﻤﺒﺍﺫ ﴾

ﻞﺎﻤ ﻯﺫ ﻞﺠﺭﺒ ﺖﺭﺭﻤ ﴿

ﺐﺣﺎﺼﻰﻧﻌﻤﺒﻯﺫ ﴾

Sedangkan Sifat Yang Bermakna “Tempat“ Adalah Terdiri Dari: 1. Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi‟liyah

Contoh Jumlah Ismiyah :

Contoh Jumlah Fi’liyah :

ﻪﻴﻔﺪﺮﺒﻠﺍﻥﺎﻜ ﻡﻮﻳﻰﺿﻤ

ﻯﺮﻣﻻﺍﺬﻫﻪﻧﻤﺖﻠﻗﻧ ﻯﺬﻟﺍﺍ ﺐﺎﺗﻜﻭﻫﺍﺫﻫ ﺔﻴﺒﺮﻌﻠﺍ ﺔﻐﻠﻠﺍ ﺐﺎﺗﻜ ﻦﻤ ﺖﻠﻗﻧ ﻞﻮﻗ ﺍﺬﻫ ﺭﻤﻸﻠﺍﺍﺫﻫﻪﻧﻤ ﺖﻟﻗﻧ ﺐﺎﺘﻛ ﺍﺬﻫ

2. Sibhu Al-Jumlah Yakni Sifat Yang Terdiri dari Zharf Dan Jar-Majrur Contoh : ﻢﻐﻧﻠﺍ ﻊﺌ ﺍﻮﺮﻦﻤ ﻦﺎﺤﻠﺍ ﻉﺍﺬﺗ ﻚﻤ ﺎﻤﺍ ﻞﺟﺮ ﺀﺎﺠ

ﻚﻤﺎﻤﺍ ﻼﺠﺭ ﺖﻴﺃﺮ ﻚﻤﺎﻤﺍ ﻞﺠﺮﺑ ﺖﺮﺮﻤ

SIMPULAN

Setiap kajian atau penelitian yang dilakukan pasti ada tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah: ingin mengetahui bagaimana prilaku sifat maupun dalam hubungan sintaksis bahasa arab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengkaji menggunakan pendekatan atau pengumpulan data berupa membaca dan menganalisis sesuai dengan bab atau pasal yang telah dirancang.

Dari hasil pengumpulan data dengan teknik membaca dan menganalisis sesuai dengan Bab atau Pasal yang dirancang, maka jelas bahwa ada perilaku, bentuk, dan makna yang muncul dalam hubungan Sintaksis Sifat dan Mausuf, yakni:

1. Perilaku sifat yaitu mensifati sesuatu dengan apayang ada padanya, baik ataupun buruk dengan cara mengikuti kata benda (Isim) baik pada I‟rab, Makrifat, Nakirah, Mufrad, Jumlah, Syibhul Jumlah.

2. Bentuk Sifat yaitu Sifat (Na‟at) Hakiki dan Sifat (Na‟at) Sababi dan disertai dengan Sifat (Na‟at) Mufrad, Jumlah, dan Syibhul Jumlah.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghalayani, Mustofa, Jamiuddururur, Al-Maktabah Al-„Asyriyah, Baerut, 1987. Al-Azhari, Khalid, Ibnu Khalid, Al-Haramaen, Jeddah.

Na‟mah, Fu‟ad, Mulakhas Qawaid Al-Lugah Al-‘Arabiyah, Dar Syaqofah Al-Islamiyah, Baerut.

Ma‟sum, Muhammad, Tasyiwiqul Khallan, Al-Haramaen, Jeddah. Abdullah, Al-Asyimawi, Al-‘Asymawi, Syikah An-Nur Asia.

Abdullah, Baha‟uddin, Syarah Ibnu Aqil, Dinamika Berkah Utama, Jakarta.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986. Nasif, Hippi, Dayyab, Muhammad, Thanum, Mustafa, Umar, Mahmud, Muhammad

Sultoan, Qowaid Al-Lugah Al-Arabiyah, Maktabah Syaikh Salim Bin Said Nabhan. Ma‟sum, Muhammad. Al-Amtsilah Al-Tasrifiyah, Maktabah Syaikh Salim Bin Said

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, temuan dalam Fluency menyebutkan bahwa terdapat perbedaan Fluency yang signifikan antara nilai rata- rata variabel nonton video menggunakan Subtitle L2

Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa semakin pendek jarak antara driver coil dengan sensor pick up magnetik didapatkan frekuensi resonansi yang semakin

Untuk mencapainya, dibutuhkan beberapa faktor,antara lain dengan menganalisa beban panas pada selubung bangunan, pencahayaan buatan, sistem penghawaan udara dan

Apapun tujuan anda dibalik keputusan anda melamar pekerjaan, anda tetap harus memilih jawaban terbaik yang memberikan kesan bahwa anda memiliki tekad dan niat yang bulat untuk terjun

Untuk potensi komunikasi matematis siswa (komunikasi tertulis) dengan subjek TFI, RAP, FUW kelompok tingkat kemampuan atas dalam mengerjakan soal open ended penjumlahan

cm, langkah terakhir untuk mencari keliling adalah dengan ukuran yang telah ditentukan ke dalam rumus keliling ebut jelas tampak pada jawan siswa (kode RQ) pada

Dilengkapi dengan kabin yang terluas dikelasnya, kapasitas yang fleksibel, performa tinggi dan efisiensi bahan bakar untuk memberikan kesenangan berkendara yang Kamu