• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen

keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas

MSDM adalah mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja

yang puas akan pekerjaannya. Di dalam organisasi, manusia merupakan unsur

yang terpenting dalam suatu organisasi. Tanpa peran manusia meskipun berbagai

faktor yang dibutuhkan itu telah tersedia, organisasi tidak akan berjalan. Karena

manusia merupakan penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Oleh

karena itu hendaknya organisasi memberikan arahan yang positif demi tercapainya

tujuan organisasi.

Memahami pentingnya keberadaan SDM di era global saat ini salah satu

upaya yang harus dicapai oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas

SDM. Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia diharapkan pegawai

dapat meningkatkan kinerjanya. Kinerja pegawai merupakan suatu tindakan

yang dilakukan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan

perusahaan (Handoko, 2008). Setiap perusahaan selalu mengharapkan pegawainya

mempunyai prestasi, karena dengan memiliki pegawai yang berprestasi akan

memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan. Selain itu, dengan

(2)

perusahaannya. Dengan kata lain kelangsungan suatu perusahaan itu ditentukan

oleh kinerja pegawainya.

Usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya dengan

memperhatikan lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu

yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. (Nitisemito, 2000)

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja

dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dia emban

atau yang menjadi tanggung jawabnya. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman

akan mempengaruhi pegawai bekerja lebih giat dan konsentrasi menyelesaikan

tugas-tugasnya sesuai jadwal. Keberhasilan peningkatan kinerja menuntut

instansi mengetahui sasaran kinerja. Jika sasaran kinerja ditumbuhkan dari

dalam diri karyawan akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi

lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah,

menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005).

Menurut Moekijat (2002), instansi yang mempunyai lingkungan kerja

yang baik dan nyaman akan memberikan motivasi bagi karyawannya untuk

meningkatkan kinerjanya Selain itu kondisi kerja yang baik akan membantu

mengurangi kejenuhan dan kelelahan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

kinerja karyawan.

Menurut hasil penelitian Lidia Febrika Panjaitan (2014) Untuk

(3)

kinerja karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan

pelaksanaan tugas. Lingkungan kerja yang baik akan sangat membantu para

pegawai dalam memberikan kinerja terbaik kepada instansi yang mereka naungi.

Lingkungan kerja di perusahaan juga mempengaruhi kinerja yang dilaksanakan

oleh karyawan. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri atas fisik dan nonfisik yang

melekat dengan pegawai sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha

pengembagan kinerja pegawai.

Menurut hasil penelitian Diana Khairani Sofyan (2013), peningkatan

produktivitas kerja dan peningkatan kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu salah satunya lingkungan kerja dan motivasi. Motivasi akan timbul

jika para pegawai merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang ada didalam

organisasi/instansi tersebut. Namun tentunya untuk meningkatkan kinerja para

pegawai tidak hanya terpaku dengan lingkungan kerja harus juga memperhatikan

faktor-faktor lain diluar itu.

Kinerja sendiri adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas

tertentu. Menurut Rue & Bryan dalam Tjandra (2005 : 38) kinerja didefinisikan

sebagai tingkat pencapaian hasil serta merupakan tingkat pencapaian tujuan

organisasi secara berkesinambungan.

Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam melalui untuk

kerja pegawainya. Tujuan dilakukan penilaiaan kinerja secara umum adalah untuk

memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan

(4)

mempunyai dua kegunaan utama, penilaian pertama adalah mengukur kinerja

untuk tujuan memberikan penghargaan. Kegunaan yang ke lainnya adalah

mengembangkan potensi individu.

Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan sebagai salah satu

instrumen pemerintah dalam hal penyelenggaraan proses kependudukan dan

pendataan jumlah penduduk secara menyeluruh dirasa memegang peranan yang

cukup penting dalam hal tentang pendataan dan informasi kependudukan secara

umum. Proses pendataan dan penyelenggaraan proses kependudukan tentunya

diperlukan adanya proses serta hasil yang valid agar pemerintah memiliki data

yang benar mengenai keadaan serta jumlah penduduk di suatu daerah.

Namun masih saja ditemukan beberapa permasalahan mengenai

kependudukan misalnya jumlah penduduk yang sudah meninggal tapi tetap

dihitung, adanya penduduk ganda untuk satu orang, dll. Menyikapi berbagai

permasalahan itu pemerintah berusaha memperoleh data tentang kependudukan di

Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan yang tepat guna

menanggulangi masalah kependudukan baik di tingkat lokal dan nasional. Data

tersebut diperlukan untuk mampu membuat sebuah program dalam rangka:

pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran

penduduk.

Proses pendataan penduduk yang dilakukan tentunya membutuhkan fokus

serta tingkatan kerja yang maksimal dari para pegawai Dinas Kependudukan Dan

(5)

selama ini dihadapi yakni tentang data kependudukan yang kurang memadai

tentunya hal ini berhubungan erat dengan kinerja para pegawai Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil dalam menjalankan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya. Dalam menjalankan tugas tersebut perlu dilakukan dengan

benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang

memuaskan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tetarik untuk melakukan penelitian

dengan judul : “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

(Studi Pada Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan)”

I.2. Rumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini

memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam

penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun

permasalahan yang diajikan dalam penelitian ini adalah: “Seberapa Besarkah

Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Studi Pada Kantor Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan?”

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Medan tanpa melihat perbandingan dengan Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota lain.

2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keterkaitan antara

(6)

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Kependudukan

Dan Catatan Sipil Kota Medan.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:

1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih

dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis

dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui

suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat

teruji dan berguna.

2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.

3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara

sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi

mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan

pemasalahan ini.

I.5. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah sebahagian konsep, defenisi dan kontruksi

defenisi dan proposisi yang menerangkan suatu fenomena sosial secara

sistematis dengan merumuskan konsep. Kerangka teori merupakan landasan

(7)

menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian (Singarimbun,

2006:73).

I.5.1. Lingkungan Kerja

1.5.1.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas

setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat

mempengaruhi emosi karyawan. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja

dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah di tempat kerjanya,

melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif.

Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama

karyawan dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik

tempat karyawan bekerja.

Menurut Anoroga dan Widiyanti (1993) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya

dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya. Sedangkan menurut

Nitisemito (2000) mengemukakan “Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada

disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan”.

Menurut Supardi dalam Subroto, (2005) “lingkungan kerja merupakan

(8)

memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan

betah kerja.

Menurut Sedarmayati (dalam Intaghina, 2008), “Lingkungan kerja

adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan

sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan

kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.”

Menurut Suyotno (2012:43) mendefinisikan, “ Lingkungan kerja

merupakan bagian komponen yang sangat penting di dalam karyawan

melakukan aktivitas bekerjanya.”

Menurut Pattanayak (2002), motivasi kerja karyawan akan terdorong dari

lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung, maka akan timbul

keinginan karyawan untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Keinginan ini kemudian akan menimbulkan persepsi pegawai dan kreativitas

pegawai yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi pegawai juga

dipengaruhi oleh faktor insentif yang diberikan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2003) dalam membangun hubungan kerja yang

baik diperlukan : pengaturan waktu, tahu posisi diri, adanya kecocokan, menjaga

keharmonisan, pengendalian desakan dalam diri, memahami dampak kata-kata

atau tindakan Anda pada diri orang lain, jangan mengatur orang lain sampai Anda

mampu mengatur diri Anda sendiri dan bersikap bijak dan bijaksana. Hal imi

menunjukan bahwa untuk membangun hubungan kerja yang baik diperlukan

(9)

I.5.1.2 Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa secara garis besar,

jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang

terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja karyawan melakukan

aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat kerja dan emosi

para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas

ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat

mempengaruhi tingkah laku manusia. Sarwono (1992) menyatakan bahwa

“kadang-kadang peningkatan suhu menghasilkan kenaikan prestasi kerja, tetapi

kadang-kadang malah menurunkan”. Menurut Bell, dkk dalam Sarwono (1992),

kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan arousal yang merangsang

prestasi kerja, tetapi setelah melewati ambang batas tertentu, kenaikan suhu ini

sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula

prestasi kerja. Lingkungan kerja fisik ini juga merupakan faktor penyebab stress

kerja karyawan yang berdampak pada kinerja karyawan.

Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :

a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat

(10)

b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut

lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :

temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran

mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Robbins (2007) menyatakan : “Faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik adalah suhu, kebisingan, penerangan dan mutu udara.”

a) Suhu,

Suhu adalah suatu variable dimana terdapat perbedaan individual

yang besar, untuk itu suhu sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga

berada dalam rentang nyaman bagi setiap orang disekitarnya untuk

menghasilkan produktivitas maksimal.

b) Kebisingan,

Berdasarkan telaah-telaah tentang suara kebisingan, suara

kebisingan yang dapat diprediksi dan atau konstan umumnya tidak

mempengaruhi produktivitas kerja, sebaliknya suara kebisingan yang

unpredictable dapat mengganggu konsentrasi kerja karyawan dan

mempengaruhi penurunan produktivitas kerja karyawan.

c) Penerangan,

Unsur penerangan mempengaruhi kinerja mata para karyawan,

hal ini juga dipengaruhi usia karyawan, karyawan yang usianya lebih tua

cenderung memerlukan intensitas cahayayang lebih tinggi dibandingkan

karyawan dengan usia yang lebih muda. Karena berdasarkan penelitian

(11)

kurang cahaya atau cenderung gelap menyebabkan ketegangan pada

mata, mata lebih capat lelah karena pupil harus bekerja ekstra.

d) Mutu udara,

Udara yang tercemar bila dihirup tentu akan member efek buruk

kepada kesehatan pribadi, efek langsung bagi para karyawan dari

udara cemar bisa mengakibatkan mata perih, kepala pusing, cepat

lelah, temperamental bahkan depresi.

Faktor lainnya yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah

rancangan ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan

kenyaman bagi karyawan ditempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang

kerja tersebut menurut Robbins (2002) terdiri atas : “a) ukuran ruang kerja, b)

pengaturan ruang kerja, c) privasi”.

a. Ukuran ruang kerja

Ruangan kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan Ruangan

kerja yang sempit dan membuat karyawan sulit bergerak akan

menghasilkan kinerja yang lebih rendah jika dibanding dengan

karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.

b. Jika ukuran ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per

karyawan, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas.

Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat mempengaruhi

interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi dengan individu-

(12)

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi dan sekatan-sekatan fisik

lainnya. Kebanyakan karyawan menginginkan tingkat privasi yang

besar dalam pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi manajerial,

di mana privasi diasosiasikan dalam status). Namun kebanyakan

karyawan juga menginginkan peluang untuk berinteraksi dengan

rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya privasi. Keinginan

akan privasi itu kuat dipihak banyak orang. Privasi membatasi

gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang-orang yang

melakukan tugas-tugas rumit.

2. Lingkungan kerja Non fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan hubungan kerja baik hubungan dengan atasan maupun hubungan

sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini

juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.

Menurut Alex Nitisemito (2000:171-173) Perusahaan hendaknya dapat

mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,

bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi

yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,

dan pengendalian diri.

Suryadi Perwiro Sentoso (2001:19-21) yang mengutip pernyataan Prof.

Myon Woo Lee sang pencetus teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya

(13)

iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk

mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu

mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya

menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi untuk mencapai tujuan.

Sedarmayanti (2011:26) indikator lingkungan kerja sebagai berikut :

a) Temperatur

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia memiliki

temperature yang berbeda.

b) Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,

biasanya dinyatakan dalam persentase.

c) Sirkulasi udara

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar

tempat kerja.

d) Pencahayaan

Cahaya sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat

keselamatan dan kelancaran kerja.

e) Kebisingan

Salah satu polusi yang cukup menyibukan para pakar untuk

mengatasinya adalah kebisingan.

f) Getaran mekanis

Getaran mekanis adalah getaran yang ditimbulkan alat mekanis yang

(14)

g) Bau tidak sedap

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat mengganggu konsentrasi.

I.5.1.3 Manfaat lingkungan kerja

Menurut Ishak Tanjung (2003), “Manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu,

manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi

adalah pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat. Yang artinya pekerjaan

diselesaikan sesuai standart yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan.

Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan

membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.”

I.5.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Setiap orang memerlukan 5 (lima) kebutuhan yang telah dikemukakan

oleh Maslow sebagaimana diuraikan di atas sebagai sumber lingkungan kerja

dalam rangka meningkatkan semangat kerjanya. Namun yang paling penting bagi

seseorang adalah lingkungan kerjanya, dimulai dari dalam dirinya sendiri

sesuai dengan pendapat Terry dalam Hasibuan (2001) bahwa Lingkungan kerja

yang paling berhasil pengarahan diri sendiri oleh pekerja yang bersangkutan.

Lingkungan kerja adalah kekuatan yang mendorong semangat yang

ada di dalam maupun di luar dirinya baik itu yang berupa reward maupun

punishment sehingga Herberg dalam Luthans (2003) menyatakan bahwa pada

(15)

1). prestasi kerja yang diraih (achievement).

2). pengakuan orang lain (recognition).

3). tanggung jawab (responsibility).

4). peluang untuk maju (advancement).

5). kepuasan kerja itu sendiri (the work itself).

6). dan pengembangan karir (the possibility of growth).

I.5.2. Kinerja Pegawai

I.5.2.1. Pengertian Kinerja Pegawai

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja adalah

hasil kerja seorang pegawai/karyawan selama periode tertentu dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, misalnya standard target , sasaran, atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Jika pegawai tidak

melakukan pekerjaannya, maka suatu organisasi akan mengalami kegagalan.

Seperti juga perilaku manusia, tingkat, dan kualitas kinerja ditentukan oleh

sejumlah variabel perseorangan dan lingkungan. Untuk lebih jelasnya, akan

dikemukakan beberapa pengertian kinerja.

Menurut Mahsun (2006), bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi yang tertuang dalam perencanaan

(16)

adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu dalam rangka

mewujudkan pencapaian hasil untuk mencapai tujuan perusahaan.

Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang

biasanya di pakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau individu.

Kinerja yang baik merupakan suatu langkah untuk menuju tercapainya tujuan

individu. Oleh karena itu kinerja merupakan sasaran penentu dalam mencapai

tujuan individu.

Kinerja (perfomance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang

membentuk sebuah pekerjaan karyawan (Simamora, 2006). Penilaian kinerja

adalah proses dimana organisasi mengawasi pelaksanaan kerja individu. Dalam

penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode

tertentu. Umpan balik penilaian kinerja memungkinkan karyawan mengetahui

seberapa baik mereka bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi.

(Simamora, 2006).

Menurut Mangkunegara, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang

diberikan kepadanya.

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau

perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan

(17)

Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang

memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya:

berorientasi pada prestasi, memiliki percaya diri, berpengendalian diri,

kompetensi.

I.5.2.2. Karakteristik Kinerja Pegawai

Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi oleh Mangkunegara

(2004) sebagai berikut:

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.

3. Memiliki tujuan yang realistis.

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk

merealisasi tujuannya.

5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh

kegiatan kerja yang dilakukannya.

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

I.5.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Menurut Rahmatullah (dalam Martha, 2009), faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu:

1. Faktor individual yang terdiri dari kemempuan dan keahlian latar

(18)

2. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, atitude, personality dan

pembelajaran.

3. Faktor organisasi terdiri dari sistem atau bentuk organisasi sumber daya,

kepemimpinan, komunikasi, lingkungan kerja, budaya kerja,

budaya organisasi, penghargaan, struktur, diklat dan job design.

Menurut Gibson et al (1997), faktor-faktor individual yang mempengaruhi

kinerja meliputi kemampuan fisik, kemampuan mental (intelegensi) dan

keterampilan, faktor demografis (misal umur, jenis kelamin, ras, etnik, dan

budaya) serta variabel-variabel psikologis (persepsi, atribusi, sikap, dan

kepribadian). Variabel lingkungan pekerjaan (job design, peraturan dan kebijakan,

kepemimpinan, sumber daya, penghargaan serta sanksi) dan non pekerjaan

(keluarga, keadaan ekonomi serta hobi) juga berpengaruh pada perilaku bekerja

yang akhirnya membentuk kinerja seseorang.

Menurut Kopelman (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

adalah: individual characteristics (karakteristik individual), organizational

charasteristic (karakteristik organisasi), dan work characteristics (karakteristik

kerja). Lebih lanjut oleh Kopelman dijelaskan bahwa kinerja selain dipengaruhi

oleh faktor lingkungan juga sangat tergantung dari karakteristik individu seperti

kemampuan, pengetahuan, keterampilan, motivasi, norma dan nilai.

Dalam kaitannya dengan konsep kinerja, terlihat bahwa karakteristik

individu seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan suku

bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu,

(19)

organisasi sehingga hal tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi pelanggan atau

pasien. Karakteristik individu selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga

dipengaruhi oleh:

1) karakteristik orgnisasi seperti reward system, seleksi dan

pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi serta

kepemimpinan;

2) karakteristik pekerjaan, seperti deskripsi pekerjaan, desain

pekerjaan dan jadwal kerja.

I.5.3. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Lingkungan kerja di dalam suatu instansi penting untuk diperhatikan.

Penyusunan suatu sistem produk dalam bekerja yang baik tidak akan di

laksanakan dengan efektif apabila tidak didukung dengan lingkungan kerja yang

memuaskan di dalam perusahaan/instansi tersebut. Dengan adanya lingkungan

kerja yang memadai tentunya akan membuat karyawan betah bekerja, sehingga

akan timbul semangat kerja dan kegairahan kerja karyawan dalam melaksanakan

pekerjaannya. kinerja karyawan akan meningkat. Sedangkan lingkungan kerja

yang tidak memadai dapat mengggangu konsentrasi karyawan dalam

melaksanakan pekerjaaannya sehingga menimbulkan kesalahan dalam bekerja dan

kinerja karyawan akan menurun (Siagian, 2002).

Menurut Anorogo dan Widiyanti (1993) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

(20)

nyaman akan mempengaruhi pegawai bekerja lebih giat dan konsentrasi

menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai jadwal.

Keberhasilan peningkatan kinerja menuntut instansi mengetahui sasaran

kinerja. Jika sasaran kinerja ditumbuhkan dari dalam diri karyawan akan

membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang

maka pencapaian kinerja akan lebih mudah, menurut Anwar Prabu Mangkunegara

(2005).

I.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yanag mana

kebenerannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasrkan pada teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric. (Sugiyono, 2005:70).

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu hipotesis

yang dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya Lingkungan Kerja

yang baik maka diharapkan Kinerja Pegawai dapat ditingkatkan

Adapun hipotesinya adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh Lingkungan Kerja Dengan Kinerja Pegawai di Kantor

Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan

Ha : Ada pengaruh positif antara Lingkungan Kerja Dengan Kinerja Pegawai di

(21)

I.7. Definisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang

memang merajuk ke gejala nyata ke alam empiric. Konsep adalah sarana merujuk

kedua empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna (Mutlak) dunia empiris

bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan definisi

dari beberapa konsep yang digunakan :

1. Lingkungan Kerja ialah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan

baik itu yang bersifat fisik ataupun non fisik dan yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan aktivitas bekerja.

2. Kinerja Pegawai ialah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas

maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode

waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

I.8. Defenisi Operasional

Defenisi operasianal adalah unsur yang memeberitahukan bagaimana

caranya mengukur variabel melalui indikator-indikatornya.

Variabel bebas atau variabel (X) adalah lingkungan kerja dengan

indikatornya :

1. Temperatur

2. Sirkulasi Udara

(22)

4. Kelembaban

5. Kebisingan

6. Bau Tidak Sedap

Variabel terikat atau variabel (Y) yaitu Kinerja Pegawai diukur dengan

indikator:

1. Tanggung Jawab

2. Kemampuan

3. Kualitas Kerja

4. Kuantitas Kerja

5. Efisiensi

I.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian,kerangka teori dan sistematika

penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, teknik

analisa data dan sistematika penulisan.

BAB III :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian

(23)

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang diperoleh selama penelitian

dilapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan.

BAB V :ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah

melaksanakan penelitian.

BAB VI :PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan menggunakan UML (Gushelmi, 2012) Dalam memodelkan proses yang terjadi pada rancangan Augmented reality menggunakan Vuforia akan dibuat kedalam 3 (tiga)

Salah satu jenis jagung fungsional yang diteliti dan dikembangkan di Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) adalah jagung kaya betakaroten dengan kandungan vitamin A

Dengan demikian memperoleh hasil yaitu: (1) distribusi pendidikan SMP disebagian Kecamatan Wonogiri mempunyai pola dispersed (menyebar), (2) faktor yang berpengaruh

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

• SDS init dikarang untuk membantu pembeli, pemproses atau mana-mana pihak ketiga yang mengendalikan kimia yang disebutkan di dalam SDS; malahannya, ia tidak

Konsentrasi yang paling optimal untuk menurunkan kadar fosfat dalam larutan standar fosfat 10 ppm terdapat pada membran khitosan dengan konsentrasi 3% dan waktu kontak

Anggota dalam pengurus Karang Taruna pernah mendapatkan Materi Diklat. _ rapat

Lingkungan sekitar merupakan suatu keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi guru baik secara langsung maupun tidak langsung,