• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri - Gambaran Konsep Diri Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Tanjung Gusta Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri - Gambaran Konsep Diri Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Tanjung Gusta Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep diri

2.1.1. Pengertian Konsep diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry

(2005) menyatakan bahwa konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap

dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan

kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

Keliat (1992) menguraikan bahwa konsep diri merupakan aspek

kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang

positif dapat berfungsi lebih elektif yang terlihat dari kemampuan

interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep

diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.

Dari pengertian konsep diri menurut teori yang dipaparkan di atas maka

penulis menarik kesimpulan, konsep diri adalah pola pikir individu terhadap

diri sendiri yang didapatkan berdasarkan pengalaman pribadi dan interaksi

(2)

2.1.2 Jenis – jenis konsep diri

Dalami (2009) menyatakan bahwa dalam perkembangan konsep diri terbagi

dua, yaitu konsep diri yang adaptif dan konsep diri mal-adaptif :

1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi

suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:

a) Aktualisasi diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi

masa lalu akan diri dan perasaannya.

b) Konsep diri positif menunjukan individu akan sukses dalam

menghadapi masalah.

2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah

dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon

mal-adaptif gangguan konsep diri adalah:

a) Gangguan harga diri

Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif kekacauan

identitas.

b) Identitas diri

Kacau atau tidak jelas sehingga tidak memeberikan kehidupan dalam

mencapai tujuan.

c) Tidak mengenal diri

Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat,

(3)

rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan

orang lain.

2.1.3. Komponen konsep diri

a. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan

tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,

bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang

berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu

(Stuart and Sundeen, 1998).

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara

internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang

ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan

perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti

pertumbuhan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada

tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Sikap dan nilai

kultural serta sosial juga mempengaruhi citra tubuh (Perry & Potter, 2005).

Beberapa gangguan pada citra tubuh dapat menunjukan tanda dan gejala,

seperti syok psikologis yang merupakan reaksi emosional terhadap dampak

perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan, menarik diri dimana

klien ingin lari dari kenyataan, tetapi karena tidak mungkin maka klien lari

atau menghindar secara emosional sehingga klien menjadi pasif, tergantung,

(4)

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau

berduka akan muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi

dengan citra tubuh yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh

tersebut adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda

berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga

terjadi gangguan citra tubuh, tanda dan gejalanya berupa menolak untuk

melihat dan menyentuh bagian yang berubah, tidak dapat menerima

perubahan struktur dan fungsi tubuh, mengurangi kontak sosial sehingga

terjadi menarik diri, perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh,

preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang,

mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan ditolak,

depersonalisasi, dan menolak penjelasan tentang perubahan tubuh (Stuart &

Sundeen, 1998).

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus

berperilaku sesuai dengan standar perilaku (Stuart and Sundeen, 1998).

Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diingingkannya atau

sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan

mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial

(keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin dilakukan.

Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku yang di

anggap ideal dan di upayakan untuk dicapai diri ideal berawal dalam tahun

(5)

norma masyarakat dan harapan serta tuntutan dari orang tua dan orang

terdekat (Potter & Perry, 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri diri (Keliat, 1992) :

1. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas

kemampuannya.

2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok

teman.

3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang

realistis; keinginan untuik menghindari kegagalan; perasaan cemas

dan rendah diri.

c. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberap jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart &

Sundeen, 1998). Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan

orang lain, harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan.

Harga diri mencakup penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski

lemah dan terbatas seseorang yang menghargai dirinya yang tinggi.

Seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari

orang lain biasanya mempunyai harga diri yang rendah (Potter & Perry,

(6)

d. Peran

Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan secara

sosial berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial

(Stuart & Sundeen, 1998). Sebagian besar individu mempunyai lebih dari

satu peran. Peran yang umum termasuk peran sebagai ibu atau ayah, istri

atau suami, anak perempuan atau anak laki-laki, pekerja atau majikan,

saudara perempuan atau laki-laki dan teman.

Setiap peran mencakup Draft Only pemenuhan harapan tertentu

dari orang lain. Pemenuhan harapan ini mengarah pada penghargaan

ketidakberhasilan untuk memenuhi harapan ini menyebabkan penurunan

harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang (Potter & Perry, 2005).

Banyak faktor yang mempengaruhi peran dalam menyesuaikan diri dengan

peran yang harus dilakukan (Stuart & Sundeen, 1998) :

1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.

3. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban.

4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5. Pemisahaan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku

(7)

e. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber

diri observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek

konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart & Sundeen, 1998).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan

memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada

duannya. Identitas juga mencakup rasa internal tentang individualitas,

keutuhan dan konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai

situasi (Potter & Perry, 2005).

Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa seseorang belajar

tentang nilai, perilaku dan peran sesuai dengan kultur, untuk dapat

membentuk identitas seseorang harus mampu membawa semua perilaku

yang dipelajari ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten dan unik.

Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai

dengan memandang dirinya secara unik, merasakan dirinya berbeda

dengan orang lain, merasakan otonomi, menghargai diri, percaya diri,

mampu diri, menerima diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi

tentang gambaran diri, peran dan konsep diri.

Stuart & Sundeen (1998) mengidentifikasi 6 ciri identitas ego :

1. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dri

oranglain.

(8)

3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.

4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.

5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.

2.1.4. Konsep diri narapidana remaja

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak

dan dewasa yang pada umunya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir

pada usia belasan tahun atau awal dua puluh tahun (Papila dan Olds, 2011).

Remaja yang kehilangan keluarga dan orang tua akan mengalami gangguan dalam

proses pembentukan konsep dirinya. Pada remaja yang tinggal di Lapas dapat

terjadi perubahan konsep diri. Konsep diri bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil

belajar. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan

dengan oranglain (Riyaldi, 2009).

Konsep diri melalui proses dalam interaksinya dengan lingkungan

LAPAS. Kurang adanya kesempatan mengembangkan diri dan menyesuaikan diri

seperti individu pada umunya mengakibatkan narapidana merasa ditolak oleh

lingkuannya sehingga narapidana mempertahankan diri dengan cara menyimpang,

mempertahankan gambaran diri yang palsu dan mengakibatkan narapidana

mengembangkan konsep diri secara negatif (Wulandari, 2012).

Hal itulah yang terjadi pada remaja yang direhabilitasi di LAPAS.

(9)

direhabilitasi di LAPAS dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembinaan

yang dilakukan di Lapas belum sesuai dengan teori-teori perkembangan remaja,

sering terjadi perilaku kekerasan fisik, pola pembinaan yang dilakukan masih

sama dengan narapidana dewasa, waktu petugas untuk mendengarkan keluhan

remaja juga terbatas, kemampuan petugas memahami persoalan masih rendah, dan

seringkali remaja masih terlantar banyaknya waktu luang yang tidak di isi dengan

kegiatan berarti.

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “ tumbuh” atau “ tumbuh

menjadi dewasa” (Al-Mighwar, 2011). Masa remaja adalah masa transisi dari

kanak-kanak ke dewasa, masa ini hampir selalu merupkan masa-masa sulit bagi

remaja maupun orang tuanya (Jahja, 2011).

2.2 Batasan karakteristik remaja

Batasan karakteristik remaja menurut Agustiani (2006) yaitu :

a. Remaja awal: 12 – 15 tahun

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan

berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak

(10)

bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman

sebaya.

b. Remaja madya: 15 – 18 tahun

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru.

Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah

lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-direced). Pada masa ini remaja

mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan

impusivitas dan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain ini penerimaan

dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

c. Remaja akhir: 18 – 22 tahun

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang

dewasa. Selama periode ini remaja beusaha memantapkan tujuan vokasional

dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk

menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang

dewasa juga menjadi ciri dari tahap ini.

2.3 Ciri – ciri umum masa remaja

Setiap periode penting selama rentang kehidupan memiliki ciri-ciri terentu

yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.

Menurut Al-Mighwar (2011) menyatakan ciri – ciri umum masa remaja sebagai

(11)

a. Masa penting

Semua periode dalam rentang kehidupan memeang penting, teapi ada

perbedaan dalam tingkat kepentingannya. Adanya akibat yang langsung

terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat–akibat jangka panjangnya

menjadikan perioda remaja lebih penting daripada periode lainnya.

b. Masa transisi

Transisi merupakan tahap peralihan dari suatu tahap perkembangan ke

tahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan

membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Jika

seseorang anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dia harus

meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-kanakan dan mempelajari pola

tingkah laku dan sikap baru.

c. Masa perubahan

Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada

empat perubahan yang terjadi pada semua remaja:

1) Emosi yang tinggi. Intensitas emosi bergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi, sebab pada awal masa remaja, perubahan

emosi terjadi lebih cepat.

2) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

(12)

sebelumnya, remaja muda, tampaknya mengalami masalah yang lebih

banyak dan sulit diselasaikan.

3) Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola

tingkah laku. Setelah hampir dewasa, remaja tidak lagi menganggap

penting segala apa yang dianggap penting pada masa anak-anak.

4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menghendaki dan

menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan risikonya

dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.

d. Masa bermasalah

Meskipun setiap periode mengalami masalah sendiri, masalah masa

remaja termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun

perempuan. Alasannya, pertama, sebagian masalah yang terjadi selama masa

kanak-kanak diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga mayoritas

remaja tidak berpengalaman dalam mengatasinya. Kedua, sebagian remaja

sudah merasa mandiri sehingga menolak bantuan orangtua dan guru-guru. Dia

ingin mengatasi masalahnya sendiri.

e. Masa pencarian identitas

Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting

bagi remaja daripada individualitas. Contohnya, dalam hal pakaian, berbicara,

dan tingkah laku, remaja ingin seperti teman-teman gengnya. Apabila tidak

(13)

f. Masa munculnya ketakutan

Majeres berpendapat, “ Banyak yang berangggapan bahwa popularitas

mempunyai arti yang bernilai dan sayangnya, banyak diantaranya yang

bersifat negaif. Persepsi negatif terhadap remaja seperti tidak percaya,

cenderung merusak dan berperilaku merusak, mengindikasikan pentingnya

bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula, terhadap

kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung

jawab.

g. Masa yang tidak realistik

Pandangan subjektif cenderung mewarnai remaja. Mereka memandangi

diri sendiri dan oranglain berdasarkan keinginannya, dan bukan berdasarkan

kenyataan yang sebenarnya, apalagi dalam cita-cita. Tidak hanya berakibat

bagi dirinya sendiri, bahkan bagi keluarga dan teman-temannya, cita-cita yang

realistik ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa

remaja.

h. Masa menuju dewasa

Masa menuju dewasa dimana kematangan kian dekat, para remaja merasa

gelisah stereotip usia belasan tahun yang indah di satu sisi, dan harus

bersiap-siap menuju usia dewasa di sisi lainnya. Kegelisahan itu timbul akibat

kebimbangan tentang bagaimana meninggalkan masa remaja dan bagaimana

(14)

Mereka mencari-cari sikap yang dipandangnya pantas untuk itu. Bila

kurang arahan atau bimbingan, tingkah laku mereka akan ganjil, seperti

berpakaian dan bertingkah laku meniru-niru orang dewasa, merokok,

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada

o Peraturan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan label dan iklan produk pangan, yaitu informasi-informasi produk yang harus ditulis pada label, yang tidak boleh

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mesin pendingin Split AC Panasonic dengan metode pemasangan evaporator seri,parallel,dan tunggal dapat disimpulkan

Melalui peta Indonesia peserta didik mengklasifikasi Nama Kota dan Bandara Penerbangan Domestik dengan bersikap jujur, saling menghargai dan bekerja

Sistematika dokumen Renja Kecamatan Semanding Tahun 2021 sebagaimana mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Sebuah papan permainan yang dimulai dari petak start dan dilengkapi dengan petak-petak materi, petak masuk rumah sakit, parkir bebas, dana umum dan juga

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan lanjutan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP)

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena