• Tidak ada hasil yang ditemukan

Robin Hood Sains dari Kazakstan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Robin Hood Sains dari Kazakstan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Robin Hood Sains dari Kazakstan

Foto: Alexandra Elbakyan

Selasa, 23 Februari 2016

Universitas Harvard adalah kampus paling tajir di dunia. Di kantongnya, ada dana abadi sebesar US$ 37,6 miliar atau Rp 506 triliun. Duit bejibun itulah yang terus diputar oleh Harvard Management Company untuk mengongkosi kegiatan operasional kampus kondang di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, ini.

Tapi bahkan kampus sekaya Harvard pun mengeluhkan ongkos untuk membayar iuran langganan jurnal ilmiah. Beberapa waktu lalu, pengelola perpustakaan Harvard mengirimkan memo kepada ribuan dosen dan peneliti di kampus Harvard, meminta mereka supaya menerbitkan hasil risetnya di jurnal yang bebas akses alias gratis.

Kelakuan perusahaan penerbit jurnal ilmiah, menurut manajemen Harvard, sudah kelewatan. Mereka mengeruk keuntungan hingga 35 persen dari pendapatan. Bahkan ada beberapa jurnal yang menaikkan iuran langganan hingga 135 persen dalam enam tahun. Setiap tahun, menurut Robert Darnton, Direktur Perpustakaan Harvard, mereka harus membayar iuran langganan jurnal ilmiah sekitar US$ 3,5 juta atau Rp 47,2 miliar. Dan angka itu dari tahun ke tahun makin bengkak.

Jika Harvard saja tak mampu membeli semua jurnal yang dibutuhkan penelitinya, bagaimana dengan perpustakaan lain?”

(2)

Beberapa tahun lalu, Research Libraries UK (RLUK), lembaga kolaborasi 34 perpustakaan kampus di Inggris dan Irlandia, mengancam memutus langganan jurnal dari dua perusahaan penerbit raksasa, Elsevier dan John Wiley & Sons, jika besar iuran tak diturunkan. Berkat ancaman itu, mereka bisa memangkas ongkos hingga 20 juta pound sterling atau Rp 386 miliar.

Foto: OIIRJ

Tapi pemotongan iuran itu tetap tak menyelesaikan urusan. “Harvard punya perpustakaan paling kaya di dunia. Jika Harvard saja tak mampu membeli semua jurnal yang dibutuhkan penelitinya, bagaimana dengan perpustakaan lain?” kata David Prosser, Direktur Eksekutif RLUK. Ya, kalau kampus super-tajir seperti Harvard saja ngos-ngosan membayar iuran langganan jurnal, tak perlu tanya bagaimana nasib kampus-kampus lain di dunia, yang isi kantongnya hanya seujung kuku dana abadi Harvard.

Itulah yang dihadapi Alexandra Elbakyan bertahun-tahun lalu. Kala itu Alexandra masih mahasiswa di Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Nasional Teknologi Kazakh di Almaty, Kazakstan. Di Kazakstan, kampus ini sangat kondang, tapi jangan bandingkan dengan Harvard.

(3)

Foto: CBC

Biasanya mahasiswa atau peneliti yang tak punya akses ke jurnal atau tak cukup duit untuk membelinya lari ke Twitter. Mereka tinggal menulis #icanhazpdf dan mengharapkan kebaikan orang lain yang punya artikel itu mengirimkannya. Atau, dia bisa menghubungi penelitinya langsung dan “meminjam” salinan hasil risetnya. Cara “tradisional” ini jelas makan banyak waktu.

Alexandra pilih jalan tak biasa. Dia membajak semua jurnal yang dia butuhkan. Alexandra membuat situs SciHub.org, tempat peneliti lain bisa meminta artikel ilmiah yang dibutuhkan. Urusan selanjutnya, serahkan kepada Alexandra dan pengelola SciHub.org.

Dengan menggunakan akses pinjaman dari orang-orang yang “berbaik hati”, Alexandra dan teman-temannya membajak puluhan juta judul artikel ilmiah dari penerbit-penerbit jurnal berbayar seperti Elsevier dan Wiley. Mereka menyimpan jutaan judul artikel itu di server SciHub.org dan Library Genesis alias LibGen.

(4)

Foto: E-Taxonomy

Ilmu pengetahuan, menurut Alexandra, mestinya tak dikuasai perusahaan-perusahaan tajir seperti Elsevier. “Semua orang harus bisa mengakses ilmu pengetahuan, tak peduli berapa penghasilan dan asalnya dari mana,” kata Alexandra. “Bagiku, ide bahwa ilmu pengetahuan bisa dikuasai oleh segelintir perusahaan merupakan ide yang aneh.... Aku pikir model bisnis seperti Elsevier merupakan bisnis ilegal.”

Gadis itu tentu sangat paham risiko “mencuri” artikel ilmiah dari Elsevier dan penerbit jurnal lainnya. Pertengahan tahun lalu, Elsevier menggugat Alexandra dan SciHub.org ke Pengadilan New York. Buntutnya, alamat SciHub.org diblokir.

(5)

Foto: RLUK

“Terima kasih atas gugatan Elsevier, sehingga mendorong aku sampai ke titik yang tak mungkin berbalik lagi.... Kami harus menang melawan Elsevier dan penerbit jurnal lain untuk membuktikan bahwa apa yang mereka kerjakan benar-benar salah. Dan kami tak akan berhenti untuk menyebarkan ilmu pengetahuan,” kata Alexandra kepada Nature.

Harry Whitaker, pemimpin redaksi jurnal Lingua yang diterbitkan oleh Elsevier, membela model bisnis perusahaan-perusahaan penerbit jurnal. Keuntungan yang diperoleh perusahaan seperti Elsevier, menurut Harry, dibutuhkan untuk mengembangkan jurnal-jurnal ilmiah dan menjamin keberlangsungan hidup jurnal itu. “Makanya aku mendukung perusahaan-perusahaan yang mengambil untung dari jurnal,” kata Harry kepada The Atlantic.

Hanya Satu Kata: Boikot!

“Dunia sains harus memutuskan hubungan dengan tirani penerbit jurnal-jurnal."

Foto: Thinkstock

Selasa, 23 Februari 2016

Bagi para ilmuwan, jurnal kondang seperti Nature, Cell, Lancet, atau Science ibarat etalase mal kelas satu di kota-kota besar dunia. Sekali namanya terpajang di jurnal-jurnal kondang itu, nama dan gengsinya akan naik berlipat-lipat.

Tapi ini adalah jurnal ilmiah, bukan tempat memajang tas atau menggantung busana di toko atau mal. Yang jadi soal, Randy Schekman, penerima Hadiah Nobel Kedokteran pada 2013, menuding perusahaan-perusahaan penerbit jurnal mengelola media ilmiah itu seperti pemilik merek fashion.

(6)

Foto: Guardian

Makin sedikit yang dimuat, makin banyak yang ditolak, makin tinggi pula gengsi jurnal itu. Setiap tahun ada lebih dari 10 ribu artikel yang ditolak oleh dewan redaksi Nature atau Science. Jurnal Nature dikendalikan oleh anak perusahaan Springer Nature, sementara Lancet dan Cell diterbitkan oleh anak usaha Elsevier, perusahaan penerbit jurnal terbesar di dunia dari Belanda.

Ada lima perusahaan, menurut peneliti dari Sekolah Kepustakaan dan Ilmu Informasi, Universitas Montreal, Kanada, beberapa bulan lalu, yang menguasai lebih dari separuh penerbitan jurnal ilmiah di bidang kedokteran dan ilmu hayati. Bahkan, di bidang sosial, lima perusahaan terbesar mengendalikan 70 persen jurnal.

Foto: Sun

(7)

“Dapat bahan mentahnya gratis, kontrol atas kualitasnya gratis, dan kemudian mereka menjualnya sangat mahal,” kata Vincent kepada CBC. Para ilmuwan yang meneliti dan menulis artikel, juga ilmuwan lain yang menguji artikel itu, memang tak mendapat imbalan satu perak pun dari perusahaan penerbit jurnal. “Kami butuh jurnal itu hanya demi gengsi... dan sekarang mereka menjadi seperti oligarki.”

Bukan cuma Randy Schekman dan Vincent yang kesal bukan main kepada Elsevier, Springer, Wiley, serta teman-temannya. Pada 1997, matematikawan asal Universitas California, Berkeley, Rob Kirby, menulis surat terbuka kepada Elsevier. Dia mengkritik habis ongkos berlangganan jurnal terbitan Elsevier yang kelewat mahal. Bersama teman-temannya, belakangan Kirby menerbitkan jurnal bebas akses, bisa dibaca siapa pun tanpa biaya.

Persis empat tahun lalu, giliran matematikawan kondang dari Universitas Cambridge, Inggris, Sir Timothy Gowers, yang menggalang boikot terhadap Elsevier, perusahaan penerbit jurnal yang dianggap paling “berdosa” dalam menghalangi penyebaran ilmu pengetahuan. Hingga hari ini, ada belasan ribu matematikawan yang mendukung boikot Gowers, di antaranya Terence Tao dari Universitas California, Los Angeles, dan Wendelin Werner dari ETH Zurich. Seperti halnya Gowers, mereka juga pemenang Medali Fields, penghargaan paling prestisius di kalangan jago-jago angka ini.

Timothy Gowers

Foto: Mozzochi

“Perlawanan” ilmuwan juga terjadi di dewan redaksi yang bekerja di jurnal milik Elsevier. Pada akhir Januari lalu, David Barner, profesor di Universitas California, San Diego, dan anggota dewan redaksi jurnal Cognition, bersama teman-temannya, menulis petisi kepada manajemen Elsevier menuntut pemangkasan ongkos langganan jurnal.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Pada setiap kutub dua yang terdiri dari sumber energi dan komponen pasif linier selalu dapat digantikan dengan suatu rangkaian yang terdiri dari sumber arus ideal (I N ) dan

Pemegang Saham yang berhak hadir dan memberikan suara dalam Rapat adalah Pemegang Saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 19 Mei 2017

Pasca tsunami, berbagai permasalahan banyak ditemui. Salah satunya terkait kepastian hukum relokasi untuk kawasan hunian tetap korban gempa dan tsunami. Dalam hal

Perencanaan yang dibuat yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, informasi yang diberikan merupahkan hak ibu yaitu hak ibu untuk mendapatkan penjelasan oleh tenaga

copyright Pola mengelompok hanya terdapat di permukiman Puunggaloba yang terletak di tengah lingkunganpermukiman dimana pola ini terbentuk oleh gang-gang sempit

Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Kabupaten Aceh Barat ULP SKPA Dinas Cipta Karya Aceh Verifikasi Keabsahan Data Dokumen Penawaran dengan membawa semua dokumen asli dan menyerahkan

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau yang bisa disebut Classroom Action Research (CAR) dikatakan PTK karena penelitian dilaksanakan didalam

beliau adalah seorang staf pembantu bendahara di bagian keuangan, pada kesempatan itu peneliti melaksanakan wawancara dengan beliau, wawancara yang dilakukan yaitu