• Tidak ada hasil yang ditemukan

Available online at https:jurnal.pascaumnaw.ac.idindex.php Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 1 (1), 2018, 52-59

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Available online at https:jurnal.pascaumnaw.ac.idindex.php Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 1 (1), 2018, 52-59"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi KonsepMelalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Dedy Juliandri Panjaitan

Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Muslim Nusantara. Jalan Garu II No. 93, Medan, Sumatera Utara, 20147, Indonesia.

E-mail: [email protected], Telp: +6281361141563

Abstrak

Pembelajaran Konstruktivistik merupakan suatu pembelajaran dengan siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan pemahamannya, hal ini berkaitan dengan proses belajar mengajar matematika. Adanya paradigma Konstruktivistik berpengaruh kepada strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada proses pembelajaran berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif sehingga pembelajaran tidak berpusat kepada guru tetapi berpusat pada siswa (student center). Pelaksanaan proses pembelajaran matematika diharapkan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik, yang salah satunya adalah model pembelajaran learning cycle. artikel ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan aplikasi konsep matematika siswa dengan pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Learning Cycle pada materi bangun ruang sisi datar. Artikel ini merupakan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning Cycle dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar.

Kata kunci: Learning Cycle, contextual Teaching and Learning, student center

Improved Understanding and Concept Application Through the Contextual Teaching and Learning Approach

Abstract

Constructivistic learning is a learning with students construct their own knowledge and understanding, it is related to the process of learning to teach mathematics. The existence of Constructivistic paradigm affects the learning strategy applied by the teacher. In the learning process acts as a facilitator and students as an active learner so that learning is not centered on the teacher but centered on the students. Implementation of mathematics learning process is expected to use constructivist-oriented learning model, one of which is learning cycle learning model. this article aims to know the improvement of understanding and application of mathematical concepts of students with contextual approach Teaching and Learning through Learning Cycle on the material of building flat side space. This article is the result of Class Action Research where the cycle cycle review consists of four stages. Based on the results of the study concluded that the contextual approach through learning Cycle can improve understanding and application of concepts.

(2)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

PENDAHULUAN

Dewasa ini Pendidikan Nasional sedang dihadapkan pada berbagai krisis yang perlu mendapatkan penanganan secepatnya, diantaranya mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermartabat, unggul dan berdaya saing. Dengan kata lain pendidikan harus didesain yang konkrit dan riil untuk mempersiapkan generasi bukan sekedar bertahan hidup dalam era globalisasi tetapi juga untuk menguasai globalisasi. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dilakukan perubahan dan perbaikan guna meningkatkan pendidikan.

Pembelajaran Konstruktivistik merupakan suatu pembelajaran dengan siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan pemahamannya, hal ini berkaitan dengan proses belajar mengajar matematika. Adanya paradigma konstruktivistik berpengaruh kepada strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada proses pembelajaran berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif sehingga pembelajaran tidak berpusat kepada guru tetapi berpusat pada siswa (student center). Pelaksanaan proses pembelajaran matematika diharapkan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik, yang salah satunya adalah model pembelajaran learning cycle.

Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya adalah ilmu matematika. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Oleh karena itu diperlukan kreativitas dan gagasan yang baru untuk` mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, model, pendekatan dan media yang tepat dalam menyajikan materi pelajaran. Pembelajaran CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan mereka. (Panjaitan,DJ., 2016).

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Pembelajaran kontekstual diartikan sebagai proses pendidikan yang mampu memotivasi siswa untuk lebih memahami makna belajar suatu kompetensi dan mengkaitkannya dengan konteks, baik pribadi, sosial maupun budaya. Langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut : 1) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, 2) Melaksanakan kegiatan inkuiri sejauh mungkin untuk semua topik, 3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, 4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), 5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, 6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan, 7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Panjaitan,DJ., 2016).

Menurut Trianto (2007:105), Pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu Konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).

Menurut kontruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Dalam pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan hal-hal berikut (Trianto, 2007:109) :

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

c. Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar.

(3)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Fajarah dan Dasna: 2007). Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa terlaksana dengan baik.Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajarinya.

Aktivitas dalam pembelajaran learning cycle lebih banyak ditentukan siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif. Dalam proses pembelajaran learning cycle setiap fase dapat dilalui jika konsep pada fase sebelumnya sudah dipahami. Setiap fase yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi.

Menurut Lorsbach dalam The Learning cycle as a Tool for planning Science Instructer dalam learning cycle terdiri dari 5 fase yaitu fase to engage (fase menarik), 2).fase to explore (menggali), 3).fase to explain (fase menjelaskan),4) fase to extend (fase penerapan konsep) dan 5)fase to evaluate (fase evaluasi), kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Dasna,2006): (1) Fase Engagement (Menarik Perhatian ), Fase engagement merupakan fase awal . Pada fase ini guru menciptakan situasi teka –teki yang sesuai dengan topic yang akan dipelajari siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan ( misalnya : mengapa hal ini terjadi ? dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka; (2) Fase Exploration (Eksplorasi). Selama fase eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini menurut teori Piaget merupakan fase “ ketidak seimbangan” dimana siswa harus dibuat bingung. Fase ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji prediksi mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan keputusan; (3) Fase Explaination (Menjelaskan), Pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri; (4) Fase extension. Pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah mereka miliki terhadap situasi lain; (5) Fase Evaluation (Evaluasi), Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan.Guru

bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.

Fajarah dan Dsana (2007) menyatakan penerapan learning cycle 5 fase dilihat dari segi guru memberi keuntungan karena memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran, sedangkan ditinjau dari dimensi siswa, penerapan strategi ini memberi keuntungan diantaranya: (1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (2) membantu

mengembangkan sikap ilmiah siswa; (3) pembelajaran menjadi bermakna.

Berdasarkan hasi observasi tersebut,peneliti ingin menerapkan model pembelajaran learning cycle 5 fase yang memberikan dampak positif terhadap hasil belajar,oleh sebab itu peneliti juga ingin menggabungkan penerapan contextual teaching and learning dengan learning cycle sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

Implementasi learning cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) dan evaluasi (Fajarah dan Dasna, 2007).

Adapun aktivitas dan langkah-langkah pembelajran dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui Learning Cycle adalah sebagai berikut:

1. Mengamati lingkungan sekitar (ekplorasi) Guru meminta siswa untuk mengelompokkan benda-benda disekitarnya yang berbentuk bangun ruang sisi datar.

2. Pengenalan konsep bangun ruang

Guru mengenalkan konsep bangun ruang sisi datar,disertai dengan benda konkrit yang berbentuk bangun ruang sisi datar ,juga alat-alat yang digunakan untuk membuat bangun ruang.Di mana siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. 2. Memberi masalah menarik

(4)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

secara individual dan terjadilah proses inkuiri.

3. Menyelesaikan masalah

Setiap siswa harus dapat memahami masalah yang diberikan guru,siswa yang kurang paham dapat bertanya secara langsung kepada guru atau pun teman sebangku

4. Membandingkan dan mendiskripsikan jawaban

Setelah masalah yang diberikan secara individual dikerjakan kemudian dibentuk kelompok belajar, untuk membandingkan jawaban dari tiap –tiap kelompok .Lalu dilakukan pemodelan didepan kelas.

5. Refleksi

Guru membantu siswa untuk mengaitkan konsep bangun ruang dengan kehidupan nyata ,lalu meminta siswa untuk mengisi lembar refleksi.

6. Penilaian otentik

Tahap terakhir guru memberikan tes untuk melihat kemampuan siswa dalam pelajaran bangun ruang sisi datar.

Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah penerapan contextual teaching and learning melalui learning cycle dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka artikel ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman dan aplikasi konsep matematika siswa dengan pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Learning Cycle pada materi bangun ruang sisi datar.

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka diperoleh manfaat dari

penelitian. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi siswa adalah untuk mengeliminasikan kesulitan dalam belajar matematika, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan kebermaknaan belajar.

2. Sebagai bahan masukan mengenai Model dan strategi pembelajaran CTL yang ideal dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemegang kebijakan pendidikan untuk dijadikan bahan diskusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Harapan 1 Medan, yang dilaksanakan pada kelas VIII SMP yang dilaksanakan pada bulan November 2017 tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikemukan oleh Kemnis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2005 : 97).

Pelaksanaan penelitian dimulai dari siklus pertama 1. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan letak ketidak berhasilan pada tindakan siklus pertama, maka penulis merancang siklus kedua dan begitu seterusnya sampai peningkatan yang diinginkan tercapai. Proses pengembangan konsep dan ide matematika yang dimulai dari dunia nyata disebut Matematisasi Konsep dan memiliki model skematis proses belajar seperti gambar berikut:

Karena penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, maka objek peneliltian ini adalah tindakan pembelajaran yaitu dengan pendekatan contextual teaching and leaning melalui leaning cycle sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang.

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu upaya meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang melalui pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan model learning cycle. Adapun indikator dalam penelitian ini keberhasilan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar matematika siswa.

(5)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

contextual teaching and learning melalui learning cycle; (2) Tes essay sebanyak 5 butir, Test tertulis diberikan agar guru dapat mengetahui hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Test berbentuk essay sebanyak 5 butir, dimana skor idealnya adalah 20 dan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut adalah 40 menit. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa yang bukan responden tetapi mempunyai kemiripan dengan responden untuk melihat validitas dan reabilitas instrumen.

Menurut petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar, Depdikbud (2000) Bahwa “Seseorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap lebih dari 65%”. Sementara itu untuk mencari persentase ketuntasan siswa secara individual dari tiap siklus maka digunakan rumus :

(Dikembangkan dari Depdikbud, 2000) P = Persentase ketuntasan belajar siswa

i

S

Jumlah skor yang dicapai siswa terhadap seluruh butir soal

t

S

Jumlah skor total seluruh soal Kriteria : Sedangkan untuk mencari persentase siswa yang sudah tuntas secara klasikal dari tiap siklus dirumuskan dengan :

%

PPK = Persentase kelas yang sudah tuntas belajar

X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar N = Jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan pada siklus I, pada umumnya keaktifan siswa dalam belajar

belum meningkat, dan meskipun dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar ada beberapa siswa yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar yang berkelompok, dan kebiasaan belajar sebelumnya yang lebih didominasi oleh guru, sehingga siswa pasif. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle siswa tampak senang selama proses belajar mengajar karena mereka terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan siswa menggali pengetahuannya sendiri.

Pada akhir tindakan siklus I ini diberikan tes hasil akhir belajar I yang bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi tindakan. Dari hasil tes yang diberikan (tes hasil belajar I) kepada 34 orang siswa diperoleh 11 orang siswa atau 32,35% memperoleh nilai 65 kebawah, sedangkan 23 siswa atau 67,65% mencapai nilai minimal 65 (syarat ketuntasan belajar), dengan nilai rata-rata 67,65. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar yang cukup baik dari kemampuan awal siswa yaitu sebesar 17,35%.

Observasi ( pengamatan ) dilakukan oleh guru kelas mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai berakhir pelaksanaan tindakan. Guru kelas mengamati aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan guru kelas juga mengamati tindakan peneliti dalam melaksanakan 7 tahapan belajar dalam pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle.

(6)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

digunakan sebagai acuan dalam memberikan tindakan pada siklus II untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada sub pokok bahasan menghitung volume bangun ruang sisi datar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam sub pokok bahasan tersebut.

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut:

a. Peneliti belum dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dalam PBM hanya sebesar 75,75%.

b. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 49,51%.

c. Hasil belajar siswa pada siklus pertama mengalami peningkatan dibandingkan hasil tes awal sebesar 26,47 % dengan tingkat ketuntasan hasil belajar secara kiasikal sebesar 67,65%.

d. Masih ada kelompok yang belum biasa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.

e. Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan kegiatan.

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut :

a. Memberi motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran b. Lebih intensif membimbing kelompok

yang mengalami kesulitan

Pada akhir tindakan siklus II, diberikan tes hasil belajar II yang bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Dari hasil yang diberikan (tes hasil belajar II) kepada 34 orang siswa, diperoleh 5 orang siswa atau 14,71 % memperoleh nilai di bawah 65, sedangkan 29 siswa atau 85,29 % mencapai nilai minimmal 65 (syarat ketuntasan belajar) dengan

rata-rata 73,23. karena ketuntasannya sudah mencapai lebih dari 85 % maka proses pembelajarn ini sudah dianggap berhasil.

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru kelas ( guru matematika ) mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai akhirnya pelaksanaan tindakan. Guru mengamati ktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan mengamati tindakan ppeneliti yang menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle . Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan tindakan untuk siswa yang memiliki kemampuan rendah dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan dari hasil tes relajar II, diperoleh kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada sub pokok bahasan bangun ruang meningkat dari sebelumnya (hasil pos-tes 1). Dari 34 siswa diperoleh 29 atau 85,29 % mencapai tingkat ketuntasan belajar yang mencapai nilai minimal 65, tingkat ketuntasan secara klasikal ádalah 85,29 %

Dari pos-tes I dan pos-tes II, diperoleh peningkatan sebesar 17,64 % dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 100 dan rata-rata 73,23. Karena ketuntasan sudah mencapai lebih 85 % maka proses pembelajaran sudah berhasil dan siklus dihentikan.

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini ádalah sebagai berikut:

a. Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah kepembelajaran yang menggunakan kontekstual (CTL) melalui learning cycle . Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasekan hasil kerjanya dan antusias siswa dalam kegiatan PBM meningkat hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang meningkat dari 49,51 % pada siklus I menjadi 82,75 pada siklus II. Selain itu aktivitas peneliti dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle meningkat dari 75,75 % pada siklus I menjadi 82,75 pada siklus II.

(7)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara

85,29 %. Hasil ini menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan pemahaman konsep bangun ruang, sisi datar dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50 dan nilai rata-rata sebesar 73,23.

Hasil analisis pada setiap siklus menunjukkan ada kemajuan tentang hasil belajar konsep bangun ruang sisi datar oleh siswa kelas VIII SMP Harapan 1 Medan. Hal ini terlihat pada perolehan hasil tes awal siswa dari siklus I dan siklus II. Bila dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal berarti bila telah terdapat 85 % memperoleh nilai minimal 65. Merujuk pada ketentuan tersebut pada setiap siklus, ketuntasan belajar klasikal sebesar 67,65 % pada siklus I, 85,29 % pada siklus II. Dan aktivitas siswa meningkat dari 49,51 % pada siklus I menjadi 82,84 % pada siklus II. Dari data di atas terjadi peningkatan hasil belajar konsep bangun ruang sisi datar yang cukup baik.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle pada pelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Harapan 1 Medan. Hal ini disebabkan karena pendekatan kontekstual (CTL) berangkat dari masalah nyata yang sering dialami siswa lalu beranjak kebentuk abstrak. Sehingga konsekuensi logis dari penerapan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning cycle dalam pembelajaran adalah meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar serta meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan sesuai dengan rumusan masalah maka dapat disimpulkan bahwa presentase ketuntasan belajar pada siklus II tergolong tinggi, sehingga upaya peningkatan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning Cycle berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Avianti Agus, Nuniek, 2008. Mudah Belajar Matematika untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur penelitian.

Jakarta: Bina aksara

Arikunto Suharsimi,Prof. Suhardjono,Prof.Supardi, Prof. 2006. PenelitianTindakan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Deporter Bobbi, Reardon Mark, Nourie-Singer Sarah. 2000. Quantum Teaching. Bandung: KAIFA

Heruman, S.Pd, M.Pd. 2007. Model Pembelajaran Matematika .Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Komalasari. 2013.

Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning

. Bandung:

Refika Aditama

Kunandar,

(2007).

Guru

Profesional

Implementasi

Kurikulum

Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses

dalam Sertifikasi Guru,

Rajawali

Press, Jakarta.

Panjaitan., Dedy. (2014). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Mathematics Paedagogic. Volume 5 Nomor 1 : 37. Panjaitan., Dedy. (2016). Penerepan Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Statistika. Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA. Volume 1 Nomor 1 : 1

Panjaitan., Dedy. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Pembelajaran Langsung. Jurnal Mathematics Paedagogic. Volume 7 Nomor 1 : 83

Panjaitan., Dedy. (2016) Penerapan Permaianan Domino Untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Hitung Bilangan Bulat. Jurnal Kultura. Volume 17 Nomor 1 : 6104

Sudjana, DR.Prof,M.A.M.Sc.2005.Metoda Statistika.Bandung:Tarsito

(8)

Copyright © 2018, Jurnal MathEducation Nusantara ISSN: xxxx-xxxx (print), Online ISSN: xxxx-xxxx (online)

Pendidikan,

Kencana Frenada Media

Grup, Jakarta.

Sanjaya Wina, M.Pd. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana Prenada Media Group

Sobel,M., Maletsky,M., (2001),Mengajar Matematika,Penerbit Erlangga,

Jakarta.Wiriaatmadja Rochiati, Dr.Prof. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak herba meniran (81 mg/kg BB), biji jinten hitam (30 mg/kg BB) dan kombinasi ekstrak herba meniran (40,5 mg/kg BB) dengan biji jinten hitam (15 mg/kg BB)

Dasar pengobatan adalah dengan menggunakan obat-obat antikolinesterase misalnya neostigmin dan piridostigmin. Obat-obat ini berperan menghambat kolinesterase yang

Sifat-sifat guru dalam pandangan Mahmud Yunus dapat penulis uraikan sebagai berikut: (1) Guru harus mengasihi murid-muridnya seperti ia mengasihi anaknya sendiri;

Sarana Prasaran PKD belum ada Pemdes,Kader kesehatan, Bidan desa Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan POS PKD Dianggarkan Dalam APBDesa. 2 1 18 Kegiatan pengadaan

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas ekstrak kloroform dan etanol dari biji pacar air (Impatiens balsamina L) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode