• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN POTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN POTEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN POTENSI

SUMBER DAYA MANUSIA

Dosen: Drs. Ahmad Hanany Naseh, MA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tauhid

Disusun oleh:

Winda Sulistyarini 16410057

Dian Latifah Afriani 16410058

Roudhatun Nafi’ah 16410096

Kharisma Alam 16410097

Miss A-Esah Dadeh 16410101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dengan judul “Hubungan Takdir dengan Peningkatan Potensi Sumber Daya Manusia” yang mencangkup tentang pengertian takdir, konsep takdir dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan hubungan takdir dengan sumber daya manusia.

Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah tauhid, dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen dan teman-teman yang membaca makalah ini. Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Yogyakarta, 29 November 2016

(3)

DAFTAR ISI

COVER

Kata pengantar...2 DAFTAR ISI...3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...4

B. RUMUSAN MASALAH...5

C. TUJUAN...5

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAKDIR...7

B. KONSEP TAKDIR...10

C. HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan akhir. Hal ini dinyatakan dalam al-qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk kitab. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena dengan hanya memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung untuk menjalani hidup dan menyikapinya.

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berpikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi, dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian takdir? 2. Bagaimana konsep takdir?

3. Bagaimana hubungan takdir dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia?

C. TUJUAN

Makalah tentang hubungan takdir dengan peningkatan potensi sumber daya manusia, ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui makna dan konsep takdir

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAKDIR

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tetkait dengan takdir-Nya. Seperti firman Allah:

:

رمقلا ردقب هانقلخءيشلكانإ

)

٤٩

(

“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar : 49)

:

ناقرفلا اريدقتهردقفءيشلك قلخو

)

٢

(

“dan Dia menciptakan segala seuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.” (QS. Al-Furqon : 2)

Segala sesuatu di alam semesta, yang diciptakan dan ditakdirkan oleh Allah, tidaklah berdiri sendiri, namun semuanya ada dalam bentuk “bangunan besar” alam semesta yang dalam istilah Marx disebut “super atruktur”. Bangunan besar alam semeta ini di bangun oleh bangunan-bangunan di bawahnya yang saling berelasi membangun bangunan besar alam semeta. Setiap bangunan yang membangun bangunan besar alam semeta ini dibangun oleh unsur-unsur yang membangun, begitu seterusnya sampai pada unsur-unsur terkecil yang begitu banyak dan tak terhitung, yang kesemuanya berelasi dan berjalin menjadi satu membangun bangunan besar alam semesta. Ini berarti bahwa semua yang ada di alam semesta ini saling berpengaruh satu sama yang lainnya. Kemudian, apa takdir itu dan bagaimana kaitannya dengan segala sesuatu di alam semesta ini?

(7)

teknologi tentang alam semesta (ayat-ayat kauniyah), yang juga memiliki peran besar di dalam memahami takdir Allah.

Takdir berasal dari bahasa arab

اردق ردقي ردق ردقلا

-

- .

memiliki beberapa makna, diantaranya adalah “

مكلا

” (hukum), “

ءاضقلا

(ketetapan), “

قفاوماءاضقلا

” (ketetapan yang sesuai), dan “

ديدحلا

”(batasan). Semua makna ini merupakan realitas-realitas yang tidak bisa diabaikan, dan ada di dalam kata “takdir”. Realitas-realitas ini saling berelasi membentuk jaringan dan merupakan unsur-unsur yang membangun makna takdir1. Jadi “takdir” adalah “hukum Allah”. Hukum yang ditetapkan

berdasarkan pada kekuatan, daya, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya. Jika takdir Allah dikaitan dengan segala sesuatu di alam semeata ini telah ditetapkan hukumnya oleh Allah, berdasarkan daya dan kekuatan, ukuran, dan batasannya sediri, yang hal ini berarti memiliki potensi, sifat ini tidak berdiri sendiri-sendiri, melaikan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan membentuk bangunan unsur yang lain, yang berarti membentuk hukum yang lain pula.

Jika diandaikan bahwa “segala sesuatu atau setiap unsur” pembentuk

bangunan besar alam semasta itu berjumlah 10 dan berupa unsur A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J, maka A memiliki hukum dan karekteristiknya sendiri yang berbeda dengan B, demikian pula B memiliki hukum dan karekteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jika A terpengaruh oleh B dan sebaliknya B terpengaruh oleh A kemudian bergabung menjadi satu nonhuman baru yaitu AB, maka AB memiliki hukum dan karekteristiknya sendiri yang berbeda dengan A maupun B.2AB bukanlah A atau B, akan tetapi having an dari keduanya Dengan kata lain,

A memiliki takdirnya sendiri, B memiliki takdirnya sendiri, dan AB memiliki takdir yang berbeda dengan A maupun B.

Karena tidak ada unsur di alam semesta ini yang berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada pula yang tetap, akan tetapi selalu berubah karena adanya saling pengaruh antara unsur, maka setiap perubahan itu akan membentuk hukum atau takdir yang lain. Dengan demikian, takdir ibarat bangunan yang dibangun oleh

(8)

unsur-unsur yang saling berelasi membentuk takdir. Takdir akan selalu berubah selama setiap unsur terus saling berpengaruh. Ini berarti bahwa didalam takdir ada causalitas dan proses, dan bahkan setiap proses itu sediri adalah hukum atau takdir. Hukum atau takdir Allah begitu banyak sebanyak unsur yang diciptakan oleh Allah di alam semesta ini, dan bahkan sebanyak kelipatannya unsur-unsur yang diciptakan oleh Allah. Karena begitu banyaknya hukum atau takdir Allah, maka takdir dianggap sebagai rahasia Allah yang tidak bisa diketahui oleh manusia dan bahkan takdir Allah itu hanya bisa diketahui oleh manusia setelah mereka masuk surga.3

Tidak semua takdir atau hakum Allah tidak bisa diketahui oleh manusia. Akan tetapi banyak takdir Allah yang bisa diketahui oleh manusia melalui berbagai penelitian dan penemuan-penemuan ilmiahnya tentang alam semesta, baik dalam bidang fisika, kimia, biologi, astronomi, dan lainnya, yang ternyata setiap unsur di alam semesta ini memiliki hukumnya masing-masing, dan kesemuanya berjalan sesuai dengan hukum atau takdir Allah.

Takdir Allah, menurut pendapat sebagian ulama, telah ditetapkan sejak zaman azali, dalam arti “qadim” (dahulu) dan “tidak memiliki permulaan” sebagaimana qadim dan tidak bermulanya Allah. Inilah yang dipahami oleh sebagai besar ulama salaf dan Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Di dalam hadits disebutkan bahwa takdir Allah ditetapkan pada saat Allah menciptakan qalam (Pena), baru kemudian menciptakan langit dan bumi4. Dalam konteks ini, azali bearti “memiliki

permulaan” yaitu pada saat Allah menciptakan qalam, dan bearti “terus berlanjut atau istimrar” yaitu pada saat Allah menciptakan bumi dan langit atau alam semesta. Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki takdir atau hukumnya sendiri-sendiri dan saling berpengaruh membentuk hukum atau takdir yang baru. Qalam konteks ini, azali berarti “selalu berlanjutnya wujud” pada setiap saat dan tempat. Dengan demikian, maka takdir Allah terus berlanjut dan selalu ada pada setiap saat dan tempat, sejak mula pertama kali Allah menciptakan hingga hari kiamat, yang dalam bahasa juga disebut “azali”. Jika demikian, maka tidak ada

(9)

kontradiksi antara takdir yang azali dengan takdir Allah pada saat menciptakan manusia di dalan kandungan, katana keduanya merupakan keberlanjutan wujud takdir.

Takdir Allah (pada saat Allah menciptakan qalam atau pena), oleh sebagian besar ulama, dipahami sebagai qadla dan bersifat global (ijmaly) karena belum terealisasi dan belum memiliki pijakannya yaitu alam semesta. Qadla baru direalisasikan secara rinci (tafsyiliy) ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dan disebut “takdir”, namun secara jelas yang dikehendaki Allah, di dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, adalah takdir dan bukan qadla, yaitu dengan kata “

ءيشلكريداقمبت

”. Dalam konteks ini takdir Allah bisa dikatakan dan dipahami sebagai “program besar Allah” yang begitu rinci dan detail yang berupa hukum-hukum bagi setiap unsur5. Dengan demikian, setiap unsur terkecil di dalam

semesta ini memiliki hukum atau takdirnya.

Jika demikian, takdir Allah mengenai umur manusia, rizki, mati, bahagia dan susahnya yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan oleh Allah, mestinya tidak dipahami sebagai sesuatu yang sudah pasti dan ada begitu saja, akan tetapi harus dipahami sebagai “sesuatu yang adanya dibangun oleh berbagai macam takdir yang saling berelasi dan mepengaruhi manusia”6, membentuk umur manusia,

rizki, mati, bahagia dan susahnya. Takdir Allah tentang umur dan mati misalnya, tidak berarti bahwa setiap manusia telah ditetapkan umurnya sehingga pada saat manusia sampai pada umur yang ditetapkan maka manusia harus mati. Akan tetapi manusia berada dalam ruang dan waktu, dan berjalan sesuai hukum dan takdir Allah di manusia. Manusia memang tidak mengetahui berapa umurnya dan kapan akan mati, tetapi manusia bisa mengusahakan agar umurnya menjadi panjang dan tidak cepat mati dengan cara mengikuti, mengesuaikan, dan mengikapi berbagai hukum atau takdir Allah yang ada di alam semesta. Makanan yang sehat dan bergizi akan mempengaruhi kesehatan manusia, dan selanjutnya kesehatan mempengaruhi umur manusia. Manusia yang sehat jasmani dan rohani akan

(10)

cenderung panjang umur dan tidak cepat mati, ini adalah hukum atau takdir Allah7.

Do'a, silatulrahim, sodaqoh, dan berbuat baik juga merupakan bagian dari sekian banyak unsur yang membangun takdir tetang umur, mati, rizki, bahagia dan susah manusia. Oleh karenanya, do'a, silaturahim, shadakah, dan perbuatan baik dikatakan sebagai hal-hal yang bisa mengubah takdir. Setiap perbuatan baik, akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Do'a adalah bagian dzikir, dan dzikir menjadikan hati manusia tenang jika hati tenang, sejara psikis dia juga sehat. Dengan silaturahim manusia bisa memecahkan berbagai persoalan hingga banyak pikiran atau stres, ia tidak akan mudah sakit. Di samping itu, dengan siraturahim bisa terjalin relasi-relasi, yang dalam kontaks bisnis, akan banyak mendatangkan rizki. Sodaqoh menjadikan manusia tidak mudah khawatir, tidak mudah susah, dan akan cenderung merasa aman dari lingkungannya. Semua hal ini merupakan hukum-hukum yang bisa mempengaruhi dan mengubah takdir manusia tentang mati, umur, rizki, bahagia, dan susahnya8.

B. KONSEP TAKDIR

Islam mengenal takdir dengan sebutan qadha dan qadar. Sebagian ulama menafsirkan qadha sebagai hubungan sebab akibat dan qadar sebagai ketentuan Allah sejak zaman ajali. Jadi secara singkat qadha adalah pelaksanaan dalam tataran operasional yang dipilih oleh manusia untuk selanjutnya menemui qadarnya dan akhirnya menentukan nilai dari amal perbuatannya.

Percaya atau iman terhadap takdir Tuhan merupakan salah satu rukun iman yang harus dipercayai oleh setiap orang yang mengaku dirinya Islam. Namun mempercayai takdir Tuhan masih menyisakan berbagai persoalan pemahaman yang rumit, karena keberadaannya yang bersifat ghoib, abstrak, dan tidak mudah dipahami nalar manusia, sebagai rukun-rukun iman yang lain9.

(11)

Takdir memiliki empat tingkatan yang mana keempat tingkatan tersebut wajib kita imani, antara lain:

1. Al-Ilmu

Bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana firman Allah:

ِيفففف َاففمم ممففلمععيموم ومففهم ل

ل إف َاففهممملمععيم لم ب

ف يعغملعا حمتفَافممم همدمِنعفوم

ةةبلحم ل

م وم َاهممملمععيم للإف ةةقمرموم ِنمف ط

م قمس

ع تم َامموم رفحعبملعاوم رربملعا

ِيفففف ل

ل إف س

ة

بفَاففيم ل

م وم ب

ة ففط

ع رم لموم ض

ف

رعل

م ا تفَاففمملمظ

م ِيفففف

ِن

ة يبفمم ب

ة َاتمك

ف

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-an`am 59)

2. Al-Kitabah

Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana firman-Nya:

ن

ل إف ض

ف

رعلع

م اوم ءَاممففسللا ِيفففف َاففمم مملمععيم هملللا نلأم معلمععتم معلمأم

رريس

ف يم هفلللا َىلمع

م ك

م لفذم نلإف بةَاتمكف ِيفف كملفذم

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj : 70)

(12)

Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat/masyiah (kehendak /keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaannya yang tidak diinginkannya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Dzat Allah atau yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

هملم لموقميم ن

ع أم َااْئيعش

م دمارمأم اذمإف همرممعأم َاممنلإف

ن

م وك

م يمفم ِنعكم

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)

4. Al-Khalqu

Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya, dan menguasainya, dalam firman-Nya dijelaskan: mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha, dan berusahapun telah Allah dijadikan sebagai kewajiban. “Tugas kita hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang menentukan”, itulah kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui qadarnya. Dan ada 3 hal yang sering disebut sebagai takdir, yaitu jodoh, rizki, dan kematian.

Macam-macam takdir ada dua, yakni:

1. Takdir mubram, yaitu ketentuan atau hukum (qadha dan qadar) yang

(13)

pasti dan tidak bias dihindari. Misalnya ketentuan tentang kapan kita dilahirkan, di mana kita akan meninggal, terjadinya hari kiamat.

2. Takdir Muallaq, yaitu takdir yang tergantung kepada usaha (ikhtiar) manusia. Misalnya jika seseorang mau bekerja keras, maka ia dapat merubah keadaan hidupnya menjadi lebih layak10.

C. HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

(14)

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya ketika dia lahir hingga kematian menjemputnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam al-qur’an bahwa segala sesuatu terhadap diri seseorang itu sudah tertulis dalam induk kitab yaitu al-qur’an. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau dikatakan belumlah lengkap, karena dengan hanya memahami seperti di atas dapat menyebabkan seseorang bingung dalam menjalani kehidupannya dan mensikapinya dan mempercayai takdir Tuhan masih menyisakan berbagai persoalan yang rumit.

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan suatu kesadaran akan kelemahan terhadap dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dan kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi, dan perencanaan yang canggih. Akan tetapi segala semua yang telah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya karena sesungguhnya manusia itu hanya akan tahu takdirnya setelah terjadi.

Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidupnya di dunia ini dan telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk berusaha dan berdoa untuk mengubahnya. Usaha yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah SWT melarangnya untuk menepuk dada atau berbangga kalau itu adalah hasil karyanya sendiri. Bahkan apabila usaha itu gagal dan manusia tersebut bersedih hati serta bermuram durja dan menganggap dirinya itu adalah sumber kegagalan, maka Allah juga akan menganggap hal itu adalah suatu kesombongan yang dilarang juga (Al-Hadid QS. 57: 23)12

11 Batamy Anggae,Hubungan Manusia dengan Takdir.

http://Anggaebatamy.blogspot.co.id/2015/04/hubunganmanusia -dengan-takdir-a.html. (diakses 30 November 2016, 10:43)

(15)
(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

“Takdir” adalah “hukum Allah”. Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada kekuatan, daya, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya.

Takdir memiliki empat tingkatan yang mana keempat tingkatan tersebut wajib kita imani, antara lain : Ilmu, Kitabah, Masyiyah, Al-Khalqu. Macam-macam takdir ada dua yakni takdir mubram dan takdir mu’allaq.

Takdir sebagai pembangkit potensi sumber daya manusia. Takdir sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, dengan adanya takdir membuat seorang individu untuk lebih bersemangat dalam beramal ibadah, bersemangat dalam menjalani hidup diiringi dengan tercapainya keridhaan Allah SWT. Selain itu manusia di dunia ini akan mengetahui betapa rendahnya kemampuan diri sehingga ia tidak merasa sombong dan yang paling bisa segala-galanya serta menumbuhkan jiwa keberanian hati untuk menghadapi berbagai tantangan serta menguatkan keinginan di dalamnya.

B. SARAN

(17)
(18)

DAFTAR ISI

1. Akademik, Pokja, Tauhid, (Yogyakarta: Pokja Akademik, 2005). 2. Hidayati, Wiji, Ilmu Kalam, (Yogyakarta: Ombak, 2013).

3. Batamy Anggae,Hubungan Manusia dengan Takdir.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah s.w.t Rabb Semesta Alam, karena atas izin-Nya, skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Umur dan Lama Paparan Dengan Penurunan Daya Dengar Pada Pekerja

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Pada bab ini kita akan mempelajari segala sesuatu yang dapat diperoleh dari lingkungan yang disebut dengan sumber daya alam (SDA).... Hubungan Sumber Daya Alam

Tahukah kamu siapakah yang menciptakan alam semesta ini? Yang menciptakan alam semesta ini adalah Allah Swt.. bersifat Mahakuasa, Maha Berkehendak sehingga segala sesuatu

Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah halal hukumnya, asal sesuatu yang dicipta Allah adalah halal dan mubah tidak ada satupun yang haram, kecuali karea ada nash

Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI  Faktor-faktor produksi adalah sesuatu yang diperlukan dalam melakukan proses produksi, yang terdiri dari:  Sumber Daya Alam natural resources, adalah

Di dalam providensi Allah, segala sesuatu yang terjadi termasuk segala hal yang baik dan segala kejahatan di dalam alam semesta ini, ada di dalam penetapan Allah.37 Alkitab