• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Calon Kepala Sekolah. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Calon Kepala Sekolah. pdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN SEKOLAH YANG EFEKTIF

DENGAN PENDEKATAN POLA

”SUMARSO”

MAKALAH

Disusun Dalam Rangka Seleksi Calon Kepala Sekolah Tahun 2007

Disusun Oleh :

SUMARSO, S.Pd.

NIP : 132166128

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 2 SAKETI

▸ Baca selengkapnya: sk kepala sekolah pdf

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah dengan judul : MANAJEMEN SEKOLAH YANG EFEKTIF DENGAN

PENDEKATAN POLA ”SUMARSO”

Telah diteliti dan disetujui untuk diajukan sebagai persyaratan seleksi calon Kepala

Sekolah Tahun 2007

Disahkan : Di : Saketi

Hari / Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2007

Pengawas Pembina : Kepala SMP Negeri 2 Saketi :

DRS. TEDI TEJA SUMANTRI DRS. H.E. SYACHRUDDIN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan

nikmat, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu

persyaratan seleksi Calon Kepala Sekolah.

Makalah yang penulis ajukan adalah berjudul : MANAJEMEN SEKOLAH

YANG EFEKTIF DENGAN PENDEKATAN POLA ”SUMARSO”, yang merupakan gagasan dari penulis dalam mengelola sekolah yang efektif, karena calon Kepala Sekolah

dituntut untuk dapat menggerakan dan mengelola sekolah sehingga fungsi sekolah

sebagai agen pembelajaran untuk menyiapkan peserta didik dalam kehidupan masyarakat

dapat tercapai secara baik sesuai dengan tujuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang

2. Bapak Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang

3. Bapak Kepala SMP Negeri 2 Saketi, Kabupaten Pandeglang

4. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 2 Saketi

Karena berkat segala dorongan, bimbingan serta saran, makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan dari Bapak dan Ibu, Amin.

Saketi, Oktober 2007

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Halaman :

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Ruang Lingkup ... 4

C. Tujuan ... 4

BAB II PEMBAHASAN MASALAH ... 5

1. SIMPLE ... 6

2. UNIFIED ... 7

3. MEANINGFUL ... 7

4. ACCEPTABLE ... 8

5. REASONABLE ... 8

6. SENSIBLE ... 9

7. OPTIMAL ... 9

BAB III PENUTUP ... 11

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan "baru"

dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school

based management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,

pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American

Association of School Administrators, National Association of Elementary School

Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan

dokumen berjudul school based management, a strategy for better learning.

Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola

pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki

untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang bahwa para

kepala sekolah merasa nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan

terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin

pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan

kreativitas berinovasi.

Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul belakangan sejalan

dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian

sekolah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah pusat

untuk menyelenggarakan urusan politik pendidikan. Para pengelola sekolah sama

sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara

mandiri. Semua kebijakan tentang penyelenggaran pendidikan di sekolah umumnya

diadakan di tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah

hanya menerima apa adanya. Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah

(6)

2

adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isyu

kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan

serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil.

Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,

manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah

pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.

Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan

penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational

production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2)

penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat

khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini

Usman, 2002).

Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang

sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk

mengembangkan SDM adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah

(school based management) dimana sekolah diberikan kewenangan untuk

merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan

yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana

terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai

community learning center; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau

learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi

manusia yang diberdayakan. Selain itu pada tanggal 2 Mei 2002, bertepatan hari

pendidikan nasional, pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk

(7)

3

Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap

bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa

diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang

luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling

memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan

yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang

mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat

Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan

manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan

suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di

Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c)

Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika

Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang

dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon

Kepala Sekolah).

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu

yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik,

mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan

semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas

dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan

masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung

upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun

administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak

lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf

(8)

4

Dari uraian diatas penulis mencoba menuangkan gagasan pengelolaan sekolah

yang efektif sesuai dengan semangat otonomi sekolah dan manajemen berbasis

sekolah dengan satu pendekatan yang penulis sebut dengan pola ”SUMARSO”

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah membahas pengelolaan

sekolah yang efektif dengan pendekatan pola ”SUMARSO” yang merupakan gagasan

dari penulis.

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin memberikan gagasan tentang

pengelolaan sekolah yang efektif dengan pendekatan pola ”SUMARSO” yang

(9)

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

Manajemen pendidikan merupakan bagian dari manajemen pada umumnya karena

manajemen bergerak dalam usaha memberikan layanan jasa untuk umum. Selain itu

banyaknya beban yang diberikan kepada manajemen sekolah, maka manajemen sekolah

terpisah dari manajemen pada umumnya. Hal ini juga terkait dengan karakteristik dari

sekolah yang berbeda dengan badan, lembaga atau perusahaan.

Manajemen pendidikan sejalan dengan manajemen pada umumnya dalam pola

dan proses kerja, seperti adanya usur-unsur perencanaan, pengorganisasian, dan

sebagainya. Manajemen sekolah memiliki kaitan dengan manajemen pendidikan.

Manajemen sekolah memiliki hubungan sangat erat dengan manajemen pendidikan.

Manajemen sekolah menjalankan berbagai rencana pelaksanaan proses pendidikan dan

pengajaran dengan cara sebaik-baiknya. Dengan maksud untuk mewujudkan berbagai

tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh manajemen pendidikan. Manajemen

sekolah merupakan perangkat pelaksana, sedangkan kepala sekolah sebagai manajer

memiliki beberapa tanggung jawab, diantaranya memberikan arah bagi sekolah dan

pelaksanaan berbagai peraturan yang ditetapkan.

Manajemen sekolah selalu memperhatikan segala aspek dari proses pendidikan

dan pengajaran. Manajemen sekolah bertanggung jawab mewujudkan suasana yang

sesuai dengan perkembangan peserta didik yang sangat kompleks. Dengan demikian,

maka manajemen sekolah memainkan peranan penting dalam penerapan berbagai pola

interaksi dalam rangka mewujudkan berbagai tujuan yang diharapkan.

Kepala sekolah sebagai manajer adalah panglima pengawal pendidikan yang

melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan

didalamnya. Suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi

yang dibebankan diatas pundaknya.

(10)

6

Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang

mendukung kegiatan sekolah. Demi suksesnya dalam mengemban berbagai beban dan

tugas, maka ia harus memiliki beberapa sifat berkaitan dengan kepribadiannya dan

profesinya.

Dari uraian diatas penulis mencoba mengajukan gagasan bagaimana mengelola

sekolah yang efektif dengan pola yang penulis sebut dengan ”SUMARSO”.

Pola ”SUMARSO” merupakan akronim atau singkatan dari Simple, Unified,

Meaningful, Acceptable, Reasonable, Sensible, dan Optimal.

Unsur tersebut penulis anggap merupakan sifat atau pola yang efektif diterapkan dalam

mengelola sebuah sekolah.

Untuk lebih jelasnya penulis ingin menguraiakan unsur-unsur pola ”SUMARSO”

satu persatu, seperti dibawah ini :

1. SIMPLE

Simple artinya sederhana. Maksud dari sederhana adalah penulis maksudkan

bahwa sebagai kepala sekolah dalam menetapkan visi, misi, dan strategi sekolah

hendaknya sederhana dan mudah dipahami oleh semua warga sekolah. Kadang ada

kepala sekolah yang membuat visi sekolah terlalu kompleks, sehingga pemahaman

dari warga sekolah tentang visi sekolah kurang.

Selain sederhana dalam penetapan visi sekolah, seorang kepala sekolah juga

harus dapat menerapkan kesederhanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah

khususnya dalam penyusunan anggaran sekolah. Sederhana disini tidak dimaksudkan

untuk asal-asalan tetapi prinsip efisiensi dan penghematan sangat perlu diciptakan

tanpa mengabaikan faktor mutu.

Kesederhanaan juga perlu diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari.

Baik dari pihak kepala sekolah, guru, maupun siswa. Bukan tidak mungkin

penampilan yang berlebihan akan membuat suasana yang tidak enak diantara warga

sekolah. Seperti contohnya apabila ada guru yang berpenampilan berlebihan,

(11)

7

secara berlebihan, maka kemungkinan terjadi situasi yang tidak sehat dapat muncul.

Sehingga timbul suasana yang tidak kondusif yang pada akhirnya tidak dapat

mewujudkan teamwork yang solid untuk melaksanakan semua rencana sekolah yang

telah ditetapkan.

2. UNIFIED

Unified artinya adalah mempersatukan. Sekolah adalah merupakan sebuah

organisasi atau dapat pula diibaratkan sebagai sebuah kapal yang akan berlayar

menuju kesebuah pulau tujuan. Kepala sekolah merupakan nahkoda yang harus dapat

mempersatukan seluruh anak buah kapal serta penumpang yang ada didalam kapal,

sehingga kapal dapat berlayar dengan aman serta dapat melewati seluruh rintangan

yang mungkin dihadapi dengan rasa kekeluargaan yang aman dan nyaman.

Syafaruddin (2002:58) berpendapat beberapa pertimbangan yang penting

untuk diperhatikan adalah prespektif yang dibutuhkan para pemimpin pendidikan

yang meliputi hal-hal berikut, …sense of the whole, rhytme, passion, intensity, and

enthusias. Yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi

dari setiap staff.

3. MEANINGFUL

Meaningful artinya adalah berarti atau penuh arti. Berarti atau penuh arti

penulis maksudkan bahwa kepala sekolah dalam menentukan visi, misi dan strategi

sekolah selain sederhana juga harus berarti atau penuh arti, sehingga jelas kemana

arah serta tujuan sekolah yang dipimpinnya.

Penuh arti juga diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari, artinya

kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang menimbulkan kesan positif

kepada warga sekolah, sehingga timbul rasa memiliki dan motivasi untuk berprestasi

(12)

8

Tindakan konkrit dari kepala sekolah contohnya adalah memberikan

penghargaan kepada setiap warga sekolah yang berprestasi serta pujian dengan

kata-kata yang berkesan pada warga sekolah, serta memberikan hukuman kepada warga

sekolah yang membuat pelanggaran atau kesalahan, tentunya dengan hukuman atau

teguran yang bijaksana dan tidak menimbulkan rasa sakit hati.

4. ACCEPTABLE

Acceptable artinya dapat diterima. Dapat diterima disini penulis maksudkan

adalah kepala sekolah didalam membuat program kegiatan sekolah atau rencana

kegiatan harus secara terbuka serta melibatkan semua unsur sekolah, seperti guru,

tata-usaha, perwakilan siswa serta komite sekolah. Sehingga perencanaan atau

program yang direncanakan adalah hasil pemikiran semua unsur sekolah, dengan

demikian program sekolah dapat diterima oleh semua unsur sekolah.

Selain itu, kepala sekolah juga harus melibatkan semua unsur sekolah dalam

menetukan visi, misi dan strategi sekolah agar semua program dan rencana kegiatan

untuk mencapai visi sekolah tersebut dapat diterima oleh semua warga sekolah.

5. REASONABLE

Reasonable artinya adalah masuk akal. Dalam menentukan atau mengambil

suatu kebijakan, kepala sekolah sebagai pimpinan harus selalu berpedoman kepada

hal yang masuk akal serta realistis. Seperti penyusunan RAPBS, RPS, serta visi, misi

sekolah, hendaknya dipikirkan bahwa semua yang diputuskan masuk akal dan

(13)

9

6. SENSIBLE

Sensible diartikan dengan bijaksana. Kepala sekolah harus bersikap bijaksana

dalam memutuskan sutau kebijakan sekolah tanpa harus kehilangan wibawa. Artinya

semua warga sekolah selalu diajak untuk bekerja sama dalam upaya memajukan

sekolah. Kepala sekolah juga harus bijaksana memberikan penugasan kepada guru

atau pegawai sesuai dengan kemampuan, dan berperinsip memberikan tugas kepada

orang yang tepat, sehingga guru yang diberi tugas akan sanggup melaksanakannya

dan tujuan dari kegiatan yang direncanakan dapat tercapai.

Bijaksana juga berarti kepala sekolah dalam memberikan teguran harus

mempertimbangkan faktor psikologis, seperti tidak memberikan teguran didepan

orang banyak sehingga tidak menimbulkan malu dan sakit hati kepada guru atau

pegawai yang diberi teguran.

7. OPTIMAL

Optimal dapat dartikan dengan terbaik atau paling menguntungkan. Kepala

sekolah harus dapat mengoptimalkan semua potensi sekolah agar dapat menjadi

pendukung yang kuat dalam mencapai tujuan sekolah. Guru sebagai ujung tombak

keberhasilan pembelajaran harus benar-benar dioptimalkan dan diberdayakan.

Dalam konteks manajemen mutu terpadu pendidikan, pemberdayaan guru

termasuk pegawai, salah satunya melalui pembagian tanggung jawab. Disini jelas

bahwa keberadaan guru sebagai staf dalam proses pembelajaran dan pengajaran di

lembaga pendidikan menjadi salah satu pilar kepemimpinan. Menurut Sallis (1993)

dalam Syafaruddin (2002:67) berpendapat, ”a key aspect of leadership role in

education to empower teacher to give them the maximum opportunity to improve the

learning of their students”

Artinya guru diberi kebebasan dan kesempatan yang maksimal dalam

berimprovisasi atau berkreasi dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru-guru harus

(14)

10

semua yang mereka lakukan. Sudah barang tentu dengan didasarkan pada komitmen

untuk mengembangkan budaya mutu bagi sekolah. Pada gilirannya, pemberdayaan

guru mengacu pada pemberian kewenangan penuh dalam melakukan perbaikan mutu

sejalan dengan budaya mutu yang dikembangkan, sehingga inisiatif, kreatifitas dan

sikap proaktifnya tumbuh dengan penuh tanggung jawab bagi sekolah.

Menurut Sue Law dan Derek Glover (2002) dalam Syafaruddin (2002:69)

berpendapat bahwa beberapa elemen motivator positif bagi guru dalam proses

manajemen pendidikan, yaitu : (1) pengembangan pelajar dan pembelajaran. (2) sikap

antusias terhadap mata pelajaran mereka. (3) pengakuan, minat, harga diri, dan

dukungan. (4) kesempatan memberikan kontribusi dan pencerahan. (5) kesempatan

memberikan tanggung jawab. (6) tantangan terhadap ketrampilan profesional mereka.

(7) memberikan inspirasi terhadap yang lain. (8) membuka peluang prospek karier

para guru.

Mengoptimalkan semua potensi sekolah termasuk mengoptimalkan potensi

guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran menjadi sangat berarti dalam

peningkatan mutu pembelajaran yang akhirnya dapat membawa kedalam peningkatan

mutu sekolah.

Demikian uraian dan gagasan dari penulis sebagai masukan dalam upaya

pengelolaan sekolah yang efektif, dengan menggunakan pola ”SUMARSO”. Penulis

berharap betapapun sederhana gagasan ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi

kepala sekolah maupun calon kepala sekolah dalam mengelola sekolah sehingga tujuan

(15)

BAB III PENUTUP

Kepemimpinan pendidikan merupakan aspek penting dalam menerapkan

manajemen mutu pendidikan. Kepala sekolah menjadi pemeran utama didalamnya. Guru

dan pegawai menjadi pendukung tugasnya. Visi, integritas, dan kemampuan menjadi

syaratnya. Kepemimpinan menentukan dalam menjawab peluang perubahan kultur mutu

pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu komitmen manajemen puncak terhadap

perbaikan mutu harus menjadi pilar utama.

Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah harus kreatif dan inovatif dalam

berupaya mengelola sekolah yang efektif dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

serta mutu pendidikan pada umumnya.

Pendekatan pola ”SUMARSO” yang penulis ajukan semoga dapat memberikan inspirasi

bagi kita semua dalam rangka mengelola sekolah yang efektif menuju kepada

peningkatan mutu.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ath-Thuwairaqi, Nawwaal. (2004). Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah.

Jakarta : Darul Falah

Depdiknas. (2000). Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Depdiknas

Sukamto, dkk. (2000). Hand Out Pelatihan Calon Kepala Sekolah. IKIP Jogjakarta

Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep, Strategi,

dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi dari adanya temuan dan pemahaman akan kondisi bahwa : 1) Untuk mewujudkan sekolah efektif, kepala sekolah dituntut memiliki kepemimpinan

sekolah Kepala sekolah mengelola perubahan dan perkembangan sekolah, mengelola guru dan staf, mengelola sarana dan prasarana, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Ukuran yang menjadi dasar penilaian pada calon kepala sekolah/madrasah adalah respon mereka terhadap skenario tentang kondisi Sekolah/Madrasah yang memuat tiga

BAKAL CALON KEPALA SEKOLAH.. Pendidikan Terakhir/Program Studi :

Seorang kepala sekolah selaku supervisor dituntut untuk bisa mengelola supervisi yang ada agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan utama dari supervisi

Walau pengertian kepemimpinan efektif sulit didefinisikan secara tegas, secara umum dapat dirumuskan standar kepemimpinan kepala sekolah secara efektif. Pada dasarnya

Program kegiatan • Berdasarkan Petunjuk Penyusunan Rencana Tindak Kepemimpinan RTK Diklat Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013, dinyatakan bahwa program