MAKALAH
ZIS Sebagai Sarana Perputaran Ekonomi kewajiban orang kaya untuk kaum miskin Yangdiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hadist
DOSEN PENGAMPU
Tadjudin M.Pd.I
Disusun oleh :
Nama : Asnawi abdur rochim Nim : 1721143072
Kelas : PAI 2A
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, bahwa hanya dengan petunjuk dan hidayah-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan sampai di hadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Tulungagung, yang telah memberikan ijin untuk mengikuti proses perkuliahan.
2. Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd.I, selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) yang telah memperlancar proses perkuliahan.
3. Tajudin M.Pdi selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah banyak memberikan arahan dan saran-saran kepada penulis hingga penulisan makalah ini bisa selesai
Sebagaimana pepatah yang menyatakan tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi pengembangan studi Islam pada umumnya.
Tulungagung, Maret 2015
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusiaan yang bernilai social. ZIS memilki manfaat yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran islam maupun dari segi aspek pembangunan kesejahteraan umat. Melihat dari fakta tersebut, sudah seharusnya masyarakat islam diseluruh dunia sebagai muzakki, untuk lebih bergerak lagi dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, infaq dan sedekah melalui badan amil zakat yang ada. Karena ZIS juga Sebagai Sarana Perputaran Ekonomi
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bunyi hadits serta terjemahnya tentang ZIS?
2. Apa penjelasan dari ZIS sebagai sarana perputaran ekonomi Dan Apa kewajiban orang kaya terhadap kaum miskin?
3. Bgaimana pendapat para pakar mengenai ZIS?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui bunyi hadits serta terjemahnya tentang ZIS.
2. Untuk mengetahui penjelasan dari ZIS sebagai sarana perputaran ekonomi serta Untuk mengetahui kewajiban orang kaya terhadap kaum miskin.
BAB II PEMBAHASAN
1. Hadits tentang zakat, infaq dan shadaqah
No. Hadist: 1338
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Hakim bin Hiram radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata,: "Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya". Dan dari Wuhaib berkata, telah mengabarkan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam seperti ini".
ةوقحفننبمولبا ي
ح هن ايحلبعولبا دويحلبافح ىلحفبس
س لا دنيحلبا ن
ب من رميبخح ايحلبعولبا دويحلبا ةحلحأ
ح س
ب محلباوح ف
ح فسعحتدلاوح
ةولحئناس
د لا ي
ح هن ىلحفبس
س لاوح
Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu'man berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi' dari Ibnu'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. Dan telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda ketika berada di atas mimbar, diantaranya Beliau menyebut tentang shadaqah dan masalah tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah. Tangan yang diatas adalah yang memberi (mengeluarkan infaq) sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta".
لوعت تمبادب او ىنغ رهظ نع ةق دصلا امنا
Artinya:
“Sesungguhnya sedekah itu berasal dari harta orang kaya dan mulailah dari orang yang banyak tanggungannya.”
Diriwayatkan oleh:
Thahawi dalam Mukhtasanul Atsar dari Jabir bin Abdillah r.a.
Asababul wurud:
Jabir menceritakan bahwa seorang anak laki-laki membebaskan budak dari tuan yang memilikinya. Setelah budak itu dijualnya, dia membutuhkannya kembali. Lalu ia menyuruh membeli budak itu dengan harga 800 dirgam. Maka Rasulullah SAW bersabda: “ Infakkanlah untuk keluargamu, “ dan seterusnya beliau mengucabkan sabdanya seperti bunyi hadist di atas.
Zakat merupakan faridhah maliyah (kewajiban berkenaan dengan harta) dan bersifat sosial. Dia merupakan rukun yang ketiga dari rukun Islam. Barangsiapa yang tidak mau menunaikan zakat karena pelit maka ia dita'zir (hukuman yang mendidik) atau diambil secara paksa. Apabila ia memiliki kekuatan untuk melawan, maka diperangi sampai takluk dan mau
melaksanakannya. Apabila secara terang-terangan ia mengingkari akan wajibnya, sedang dia bukan orang yang baru dalam berislam, maka pantaslah dihukumi murtad dan keluar dari agama Islam.
Harus dipahami bahwa zakat bukanlah hibah (pemberian) seorang kaya raya kepada si fakir, sama sekali bukan. Akan tetapi itu merupakan hak yang pasti bagi si fakir dan kewajiban atas para muzakki tempat daulah (negara) berwenang untuk memungutnya, kemudian membagikannya kepada yang berhak menerimanya melalui para pegawai zakat yang di sebut dengan istilah "Badan Amil Zakat." Karena itulah Rasulullah SAW mengatakan, "Dipungut dari aghniya' (orang-orang kaya) mereka (kaum Muslimin), kemudian diberikan kepada fuqara' (kaum Muslimin)" sehingga seakan seperti pajak yang dipungut, bukan tathawwu' (sedekah) yang diberikan dengan kerelaan hati.
Zakat dalam banyak hal berbeda dengan pajak yang diambil dari para pekerja dan usahawan sampai para pedagang kaki lima para pegawai untuk membiayai kepentingan pemerintah dan perangkatnya. Sering kita lihat bahwa dalam prakteknya pajak itu diambil dari kaum fuqara' untuk diberikan kepada aghiya'.
Ungkapan Rasulullah SAW "Diambil dari aghniya' mereka dan diberikan kepada fuqara' mereka" ini menunjukkan bahwa zakat tidak lain kecuali memberikan harta ummat -dalam hal ini dilaksanakan oleh orang-orang kaya- kepada ummat itu sendiri yaitu orang-orang-orang-orang fakir mereka. Dengan demikian maka zakat adalah dari ummat untuk ummat, dari tangan yang diberi amanat harta kepada tangan yang membutuhkan, dan kedua tangan itu baik yang memberi atau yang mengambil merupakan dua tangan yang ada pada satu orang, satu orang itu adalah ummat Islam.19)
untuk berkurban, meskipun tidak diminta dan untuk berinfaq meskipun tidak diwajibkan kepadanya, dan bahwa harta dan dunia bagi mereka adalah kecil. Islam juga memperingatkan pemiliknya dari sifat pelit dan kikir, sebaliknya mendorong untuk berinfaq, baik dalam keadaan suka maupun duka, di waktu lapang ataupun sempit, rahasia maupun terang-terangan. Islam menjanjikan ganti berupa karunia Allah di dunia dan pahala di akhirat kelak. Allah
3. Pendapat para pakar:
Menurut pendapat mayoritas ulama’ salaf dan khalaf, yang dimaksud shadaqah dalam hadist diatas adalah zakat. Sedangkan obyek bicara yang harus melaksanakan perintah pada hadist tersebut adalah Nabi SAW dan orang yang bertugas menangani kepentingan umat Islam sesudahnya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi AD.1999.Asbabul Wurud 2.Jakarta.
19) Lihat Kitab Al Islami Aqidah dan Syari'ah, karya Imam Syaikh Mahmud Syaltut
www.media.isnet.org/islam/Qardhawi/Masyarakat/JaminanSosial.html