EFEKTIVITAS PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PERWUJUDAN SMART CITY
Evi Putri Yuliani, Nur Andini Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, (022) 2013163-2013164 / (022) 2013651 Email : info@upi.edu
Abstrak
Bandung merupakan kawasan yang dapat disebut sebagai region perkota an. Kota Bandung dahulu terkenal dengan suhu yang dingin dan air yang bersih. Namun untuk saat ini semakin ba nyak penduduk yang bermukim di Kota Bandung, menimbulkan berbagai masalah. Hasil sensus tahun 2013 menyebutkan kota Bandung memiliki penduduk sejumlah 2.483.977 orang dengan angka kepadatan penduduk yang mencapai 14.847orang/km2. Hal tersebut memengaruhi kualitas Kota Bandung terutama dalam hal lingkungan. Dapat dilihat dari kondisi kota Bandung yang memiki beban sampah dari pemukiman sebanyak 909,15 ton dan dari pasar sebanyak 143,4 ton. Sampah yang berada di pasar dan tempat-tempat sampah yang berada di pemukiman akhirnya menggunung dan membusuk. Puncak dari permasalah lingkungan tersbut terjadi pada tahun 2005, kota Bandung pernah mengalami bencana sampah. Hal ini tidak seiring dengan program Kota Bandung sebagai Smart City. Dalam hal ini, salah satu upaya peningkatan kualitas lingkungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung adalah tempat pembuangan akhir. Namun sejauh ini efektivitas progra m bank sampah belum tersaji, sehingga belum dapat diketahui prospektivitas program bank sampah sebagai sarana Bandung sebagai Smart City. Maka penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui efektivitas program bank sampah di Kota Bandung sebagai perwujudan Smart City. Dalam penelitian ini kami menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan studi literature.
A.Pendahuluan
Kota Bandung dahulu terkenal sebagai kota yang dingin dengan air yang bersih. Namun, banyaknya penduduk yang bermigrasi ke kota Bandung menjadikan kota Bandung padat dan tak terkendali. Hasil sensus tahun 2013 menyebutkan kota Bandung memiliki penduduk sejumlah 2.483.977 orang dengan angka kepadatan penduduk yang mencapai 14.847orang/km2. Kondisi Bandung diperparah dengan perilaku penduduknya yang tidak paham akan kebersihan sehingga kota Bandung tidak lagi menjadi kota yang indah. Dapat dilihat dari kondisi kota Bandung yang memiki beban sampah dari pemukiman sebanyak 909,15 ton dan dari pasar sebanyak 143,4 ton. Sampah yang berada di pasar dan tempat-tempat sampah yang berada di
pemukiman akhirnya
menggunung dan membusuk. Kurangnya penanganan yang cepat oleh pemerintah kota Bandung menjadikan sampah sampah menjadi teronggok dan tidak dimanfaatkan dengan baik.
Dalam menangani hal ini pemerintah kota Bandung sudah sering mengeluarkan dan
menjalankan
program-programnya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di kota Bandung termasuk program kebersihan. Salah satu konsep pemerintah yang terkenal adalah Smart City. Smart City ini dapat
menunjang kota Bandung menjadi kota yang tidak bermasalah lagi. Bahkan bisa menjadi acuan kepada kota-kota lain yang belum menerapkan Smart City dan menjadikan kota Bandung menjadi kota maju dan dikenal oleh ASEAN sebagai kota yang indah. Dalam programnya, Smart City mempunyai enam unsur: 1. Ekonomi Pintar (Smart kami mengambil konsentrasi pada unsur lingkungan pintar (Smart Envrionment) untuk menangani masalah-masalah lingkungan di kota Bandung terutama dalam hal sampah. Smart City menjadikan kota Bandung berbasis IT. Termasuk dalam menangani sampah pun harus berbasis IT agar dapat terkendali dengan benar.
sampah sebenarnya sudah ada sudah ada di berbagai kelurahan di seluruh tanah air. Di sinilah sampah rumah tangga dipilah ke dua kelompok: sampah organik dan sampah non-organik. Sampah organik diolah menjadi kompos, sementara sampah non-organik kemudian dipilah lebih lanjut ke tiga sub-kelompok: plastik, kertas, serta botol dan logam. Di setiap rumah-rumah mempunyai beberapa tong sampah yang sampahnya dikumpulkan ke dalam tong tersebut. Jika tong tersebut sudah penuh, maka sampah-sampah yang ada di dalam tong dipindahkan ke bank sampah untuk dipilah-pilih sebagaimana penjelasan di atas. Konsep ini sudah kami ketahui dan untuk saat ini kami ingin melihat bagaiman efektivitas dari bank sampah tersebut untuk mewujudkan lingkungan pintar dalam Smart City.
Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan, maka permasalahan mengenai bank sampah dalam Smart City adalah efektivitas program bank sampah di Kota Bandung sabagai perwujudan Smart City
B.Metode
1. Sumber data penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu :
a. Data primer
Dalam pennelitin ini data yang dipeoleh dari wawancara langsung dengan
pengurus Bank sampah RW 14 Tamansari Atas dan RW 05 Muarageulis Kelurahan Cihaurgeulis dan beberapa nasabah sampah tersebut. b. Data sekunder
Dalam penelitian ini peneliti
melakukan studi
kepustakaan serta dokumentasi yang berkaitan dengan pembahasan ini. 2. Teknik pengumpulan data
a. Teknik Observasi
Observasi membantu peneliti dalam mencari data dan menjawab pertanyaan akan keefektivitasan program bank sampah. b. Teknik Interview
Wawancara kepada para pelaku atau yang mengetahui perkembangan pengelolaan sampah di Bank Sampah RW 14 Tamnasari Atasa dan RW
05 Muarageulis
Kel.Cihaurgeulis yaitu pengurus dan warga sekitar. c. Teknik Dokumentasi
Peneliti melakukan studi kepustakaan serta dokumentasi yang berkaitan dengan pembahasan ini yaitu melalui jurnal dan pnelitian sebelumnya. 3. Teknik Pengolahan dan
Analisis Data
a. Subjek penelitian ini adalah narasumber yang diberikan
kewenangan untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara (peneliti)
b. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah RW 14 Tamansari Atas dan Bank
Sampah RW 05
Muarageulis Kel.
Cihaurgeulis.
Kerangka Penelitian Sumber : Dokumen P enulis
C.Hasil Simulasi/riset dan Analisis 1. Gambaran Umum
Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang diantara 1070 36’ Bujur Timur, 60 55’ Lintang Selatan. Ketinggian tanah ±791m di atas permukaan laut, titik terendah ±675 m berada di
sebelah selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi ±1.050 m berada di sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit.
Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 Km, dimana sungai utamanya yaitu Sungai Cikapundung beserta anak-anak sungainya pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bermuara ke Sungai Citarum. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang sejuk tetapi beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu yang disebabkan polusi dan pemanasan global.
Luas wilayah Kota Bandung Berdasarkan Peraturan DaerahKotamadya Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65.
Secara administratif Kota Bandung berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
c. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan d. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bandung Kualitas air yang buruk sudah tampak jelas di sungai sungai yang melintas di Kota Bandung.Kepala SubDinas Operasi dan Pemeliharaan Dinas Pengairan Kota Bandung Mulyono Heryanto mengakui, pemerintah terlambat dalam menata penduduk di bantaran sungai. Karena itu, kualitas dan kuantitas air menurun akibat limbah rumah tangga dan sampah industri dibuang ke sungai.
Sampah di sungai adalah masalah lama yang tak pernah dituntaskan. Berdasarkan data Dinas Pengairan, saat penjaringan sampah di depan PLN Cikapundung, pada bulan April lalu, sampah menumpuk sampai dengan 50 meter kubik dalam sehari.
Berdasarkan data PD.Kebersihan, sebelum Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah longsor, timbunan sampah di Kota Bandung mencapai 6.586 meter kubik per hari. Namun, setiap hari ada sekitar 1.942 meter kubik yang tidak terangkut dari tempat pembuangan sementara. Sampai dengan saat ini Pemerintah Kota Bandung masih belum menemukan
konsep dalam menjawab persoalan sampah. Yang
terakhir pembuatan
Pembangkit Listrik Bertenaga Sampah (Waste To Energi) yang akan dibangun di wilayah Gede Bage, juga mengalami penolakan oleh masyarakat yang berada disekitar wilayah lokasi pembangunan.
2. Gambaran Umum Bank Sampah
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan total penduduk sejumlah 237 juta jiwa. Pada tahun 2025, jumlah penduduk ini diperkirakan akan bertambah menjadi 270 juta. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, diperkirakan akan dihasilkan sampah sebanyak 130.000 ton/hari. Ini merupakan potensi yang besar sebagai sumberdaya (bahan yang dapat di daur ulang, sumber energi, dll), tetapi saat ini sebagian besar masih menjadi sumber penyebab polusi.
Meningkatnya timbulan
sampah dikarenakan
meningkatnya populasi dan rasio timbulan sampah menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia untuk menyusun pengelolaan sampah padat yang tepat (Chaerul et. al., 2007). Oleh karena itu, maka pengurangan sampah untuk membatasi volume sampah yang dihasilkan harus segera dilakukan.
penanganan sampah di perkotaan dengan paradigma lama yaitu dilakukan dengan cara kumpul, angkut, buang, menjadi paradigma baru melalui penerapan program Reduce, Reuse, dan Recycle dengan maksud untuk mengurangi timbulan sampah sehingga seyogyanyadilakukan pengolahan sampah mulai dari sumber timbulnya sampah hingga di Tempat Pembuangan Akhir.
Undang-Undang tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tang Salah satu usaha yang diterapkan Pemerintah untuk meningkatkan kepedulian pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah, yaitu dengan mewajibkan Kota/Kabupaten untuk mengadopsi konsep Bank Sampah sebagai salah satu persyaratan dalam penilaian penghargaan lingkungan bagi Kota/ Kabupaten yaitu Piala Adipura. Hal ini didukung dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan
Recycle melalui Bank Sampah. Pengelolaan sampah yang dilaksanakan melalui konsep bank sampah ini dapat membangun kepedulian masyarakat dalam mengelola sampahnya dengan baik dan dapat menghasilkan manfaat ekonomi dari sampahnya. Dengan demikian, secara tidak langsung akan didapatkan
lingkungan yang lebih bersih dan nyaman. Pengelolaan sampah langsung dari sumbernya akan turut membantu pemerintah daerah untuk mengurangi dan mengendalikan jumlah sampah
yang masuk ke tempat
pembuangan akhir sehingga pada akhirnya turut membantu mewujudkan lingkungan yang bersih, sejuk dan juga sehat (Imansyah S., 2014).
Untuk syarat – syarat (indicator) berdirinya bank sampah adalah:
a. Ketepatan sasaran program b. Sosialisasi program
c. Tujuan Program d. Pemantauan
3. Peran Bank Sampah dalam Perwujudan Smart City
a. Lingkungan
atau dibakar. Oleh karena itu, keberadaan bank sampah juga dapat meningkatkan kenyaman lingkungan. Sejak adanya bank sampah tidak terlihat lagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan karena setiap rumah difasilitasi oleh tempat-tempat sampah dimulai dari yang kecil hingga besar. 2) RW 05 Muara Geulis
Keluarahan Cihaur Geulis
Bank sampah di RW 05 Muara Geulis mulai aktif pada tahun 2011. Adanya bank sampah di daerah ini, menjadikan warga sadar akan kebersihan lingkungan. Untuk keadaan bank sampah di sini untuk beberapa bulan terakhir tidak aktif kembali. Sehingga keadaan lingkungan mulai tidak terkondisikan kembali. Tidak dapat dipungkiri warga masih saja ada yang membuang sampah sembarangan di daerah RW 05 ini. Namun untuk solusinya, walaupun bank sampah tidak aktif masih ada gotong royong bersama-sama untuk membersihkan jalan-jalan di daerah ini. Pengelolaan untuk bank
sampah sendiri tidak efektif lagi sehingga di bank sampah ini seringkali terjadi penimbunan sampah dan dikhawatirkan akan menjadi sumber bibit penyakit sehingga pengangkutan sampah menjadi dipercepat agar mencegah bibit penyakit tersebut.
b. Sosial
1) RW 14 Taman Sari Atas Dampak yang dirasakan dengan adanya Bank
Sampah dengan
perwujudan Smart City adalah adanya beberapa warga yang terserap menjadi tenaga kerja di bank sampah tersebut sebagai pengurus bank sampah.
dibutuhkan kerja sama antar masyarakat.
Dampak sosial keberadaan Bank Sampah salah satunya dapat dilihat dari ada tidaknya pengaruh dan dorongan terhadap warga sekitar (pada tingkat rumah tangga) untuk melakukan pemilahan sampah. Walaupun perubahan pola perilaku tersebut tidaklah mudah karena berkaitan dengan cara perubahan kultur dan cara pandang. Dengan adanya bank sampah ini pun juga dapat meberikan tambahan link dengan para pengepul-pengepul yang memang sudah bekerja sama denga bank sampah ini.
Namun, di saat ini bank sampah yang memang bertempat di kantor RW sedang direnovasi sehingga dalam 2-3 minggu
kedepan akan
diberhentikan. Untuk sampah yang memang mau disetorkan ke bank sampah, akan disimpan terlebih dahulu di rumah masing-masing. Jika renovasinya sudah selesai, sampah-tersebut baru bisa dioperasikan kembali.
2) RW 05 Muara Geulis Kelurahan Cihaur Geulis
Di awal awal tahun berdirinya bank sampah di RW ini, partisipasi masyarakat pun ada dan meningkat hingga 30% dari jumlah seluruh masyarakat RW 05 namun setelah tahun-tahun berikutnya, partisipasi masyarakat makin menurun dan berkurang sehingga bank sampah ini terpaksa ditidak aktifkan. Selain itu tidak ajegnya kepengurusan bank sampah ini, sehingga pengelolaan bank sampah tidak terjalin dengan baik. Padahal ketua RW sendiri ataupun masyarakat yang peduli terus mengingatkan bahkan sampai membuat poster dan slogan-slogan
untuk mengajak
mencontohi bank sampah di RW ini. Namun, masyarakatnya kurang sadar akan pentingnya bank sampah. Bahkan masyarakat melakukan perbuatan yang tidak
wajar seperti
menggantungkan sampah ke pagar bank sampah sehingga menjadikan bank sampah seperti TPS (Tempat Pembuangan Sampah).
c. Ekonomi
1) RW 14 Taman Sari Atas Menurut Sugiyono selaku ketua RW 14
Tamansari Atas
mengatakan jika dengan adanya program Bank
Sampah membawa
dampak ekonomi secara tidak langsung karena masyarakat dilatih untuk
menabung dan
mendorong untuk hidup hemat dan juga dalam
pemilahan pun
masyarakat harus mengetahui bagian mana yang harus dijual dengan mahal dalam satu jenis sampah. Seperti halnya alumunium botol maka alumuniumnya harus dipisahkan karena alumunium tersebut dapat dijual dengan mahal.
Tidak hanya itu dari limbah sampah yang
diolah dengan kreatif akan menghasilkan barang yang bernilai ekonomis yanng akan menambah pendapatan.
Untuk pengumpulan bank sampah sendiri di RW 14 ini setiap hari selasa. Namun jika ada penimbunan di rumah masing-masing, maka ketika dikumpulkan akan terjadi pembludakkan sampah di bank sampah tersebut. Jika terjadi seperti itu maka untuk pendapatan sendiri bisa mencapai Rp 800.000,00 sekali pengumpulan dan hasil tersebut akan ditabung untuk para nasabah(masyarakat) tersebut.
2) RW 05 Muara Geulis Kelurahan Cihaur Geulis
Menurut narasumber, keadaan ekonomi RW 05 ini mulai meningkat dikarenakan sudah ada pembukuan, tabungan untuk para nasabah yang berpartisipasi di bank sampah ini. Bahkan sudah ada produk-produk yang dihasilkan oleh ibu-ibu warga RW 05 untuk lebih meningkatkan ekonomi warga tersebut.
berubah seperti sebelum adanya bank sampah dan pembuatan produk -produk pun dihentikan karena sampah sudah dialih tangankan kepada petugas sampah. sehingga tak ada lagi kenaikan tarif ekonomi dari bank sampah tersebut.
Secara umum adanya program bank sampah turut andil dalam perwujudan kota Bandung sebagai Smart City bahkan dikatakan sangat efektif jika seluruh masyarakatnya aktif bersama dalam mengelola bank sampah.
Bagan Peran Bank Sampah dalam Smart City
Sumber : Dokumen P enulis
D.Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1) Terdapat hubungan yang sangat efektif antara
keberadaan bank sampah dengan terwujudnya kota Bandung sebagai Smart City. 2) Kesadaran masyarakat akan
pentingnya kebersihan lingkungan dan pentingnya bank sampah
3) Partisipasi masyarakat yang baik akan menunjang keberhasilan bank sampah dalam Smart City kota Bandung
4) Terdapat hubungan positif
antara pemerintah,
masyarakat dan pekerja kebersihan atau pekerja sosial seperti tukang sampah, pengepul barang bekas dan pekerja sosial lainnya
5) Adanya peningkatan ekonomi yang signifikan dengan adanya bank sampah.
E.Daftar Pustaka
Rozak, Abdul. 2014. Peran Bank Sampah Warga P eduli Lingkungan (WPL) Dalam Pemberdayaan
Perekonomian Nasabah. (Skripsi Studi S1 Program Muamalat (Ekonomi Islam). UIN Syari Hidayatullah. Jakarta)
Permanasari, Devita dan Enri Damanhuri. 2012. ”Studi Efektifitas Bank Sampah Sebagai Salah Satu
Pendekatan Dalam
Lingkungan. ITB. dalam http:www.ftsl.tb.ac.id Ahmad, Irdam. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Kepala Keluaraga Terhadap Keberadaan Bank Sampah (Studi Kasus Pada Bank Sampah Kel. Cibinong Bandung)
Iman, Haliwatul dan Kustiwan, Iwan. Keberlanjutan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Program
Perencanaan dan
Penembangan Kebijakan, ITB
Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses
Novianty, Mita. Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.
Hasil wawancara pribadi dengan Ketua RW 14 Tamansari Atas. Tanggal 16 Oktober 2015.