• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT EFEKTIFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT EFEKTIFI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT EFEKTIFITAS PASAL 6 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK

TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

(Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang)

JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh:

DEWANGGA KURNIAWAN 135010107111154

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM MALA/NG

(2)

HALAMAN PЕRSЕTUJUAN

Judul Jurnal : Faktor Pendorong Dan Penghambat Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang)

Idеntitas Pеnulis :

a. Nama : Dewangga Kurniawan

b. NIM : 135010107111154

Konsеntrasi : Hukum Pеrdata Keperdataan Jangka waktu pеnеlitian : 6 bulan

Disеtujui pada tanggal :

Pеmbimbing Utama Pеmbimbing Pеndamping

Prof. Dr. Suhariningsih,SH.M.S. Shanti Riskawati, SH., M.Kn. NIP. 19500526 198002 2 001 NIP 201201 801216 2 001

Mеngеtahui

Kеtua Bagian Hukum Pеrdata

(3)

Faktor Pendorong Dan Penghambat Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta

Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah

(Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang)

Dewangga Kurniawan, Prof. Dr. Suhariningsih, SH., M.S., Shanti Riskawati, SH., M.Kn.

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Desember 2017 Email : dewanggakurniawan999@yahoo.com

ABSTRAK

Secara subtasansi pasal 6 UUHT seharusnya telah menimbulkan rasa keadilan diantara kedua belah pihak dikarenakan dalam pasal ini memuat suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh kreditur kepada debitur saat terjadi kredit macet yang disebut parate execuite, secara struktur peranan hakim dalam efektifitas pasal 6 UUHT hanya sampai pada pemutusan siapa yang dianggap salah. Sedangkan secara kultur tidak efektifnya penyelesaian kredit macet dikarenakan kurangnya pengertian dan iktikad baik dari pihak debitur, pihak debitur enggan melepas barang jaminanya meskipun barang jaminan tersebut telah berpindah kepemilikan kepada kreditur secara sah menurut hukum. Faktor pendorong terlaksananya

(4)

ABSTRACT

Substanstially, Article 6 of Law Number 4 Year 1996 Concerning to the Rights of Landers and Land-Related Objects (hereinafter “UUHT”) should have created a sense of justice between the two parties because this article contains an action that can be done by creditors to the debtor when there is a bad credit called parate executie, the structure of the role of the judge in the effectiveness of Article 6 of UUHT is only until the termination who is considered wrong. While in the culture, the ineffectiveness of the settlement of bad debts is caused by the lack of understanding and good faith from the debtor, the debtor is reluctant to release the goods even though the guarantee goods have transferred ownership to the creditor legally according to the law. The driving force for the implementation of this

executie parate is the communication of the creditor with the state apparatus by requesting his/her role to execute the guarantee goods, while the obstacle to the settlement of bad debts, in this case is the extention of time made by the debtor in order to make Article 6 of UUHT becoming not effective, the debtor who has been declared defeated in his lawsuit remains adamant and does not want to leave the land or buildings which he made as a collateral goods that have been legally valid to be executed by the creditors, this make the settlement of the non-performing loans become ineffective.

Key Word : Effective, Credit Settlement, Parate Execuite, Creditor, Debtor, Execution, Collateral Goods, After Verdict.

A. PENDAHULUAN

Perjanjian kredit sebenarnya tidak pernah tertulis dengan jelas di dalam hukum positif. Perjanjian kredit merupakan gabungan dari perjanjian pinjam meminjam dan perjanjian accessoir atau yang biasa disebut dengan perjanjian tambahan dengan pemberian jaminan oleh debitor. Dalam pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersama-kan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.1 Dalam pelaksanaan sebuah

(5)

apa yang dipikirkan. Debitur yang tidak dapat melaksanakan kewajibanya atau wanprestasi membuat kreditur mau tidak mau harus memaksa agar debitur memenuhi kewajibanya. Salah satu cara memaksa yang sah menurut hukum adalah dengan parate executie. Parate executie atau parate eksekusi mempunyai arti pelaksanaan yang langsung tanpa melewati proses pengadilan atau hakim.2Parate executie termuat di dalam

pasal 6 UUHT yang berbunyi “apabila debitor cedera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.”3

Akan tetapi dalam sisi yang berbeda, ada ketentuan ketentuan lain yang tidak memperbolehkan kreditur melakukan parate executie tanpa adanya fiat pengadilan. Salah satunya penjelasan umum angka 9 UUHT yang mempunyai inti bahwasanya bila ingin melakukan suatu eksekusi paksa haruslah terlebih dahulu mendapat fiat hakim, lebih lanjut pada penjelasan angka 9 ini menyuruh agar supaya mengacu pada pasal 224 Reglement Indonesia yang diperbaharui, (Het herziene Indonesisch reglement) dan pasal 258 Reglemen acara hukum untuk daerah luar Jawa dan Madura (Reglement tot regeling van het rechtswezen in de gewesten buwiten Java n Madura).4 Selain itu pada Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor: 3201 K/Pdt/1984 tertanggal 30 Januari 1986 yang berisi pernyataan bahwa penjualan barang jaminan dengan tanpa melewati pengadilan adalah perbuatan yang melawan hukum, yang juga mengharuskan merujuk pada pasal 224 HIR/258 Rbg bila ingin melakukan

parate executie.5

2 J. Satrio, Parate Eksekusi Sebagai Sarana Mengatasi Kredit Macet, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 Hlm 5.

3 Pasal 6 Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah

4 Lihat penjelasan umum angka 9 Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

(6)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kredit macet yang dialami oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang pada tahun 2016, tercatat ada 31 kredit macet dari 5.600 peminjam. Pelaksanaan parate eksekusi yang kerap kali dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang tidak lain hanyalah bertujuan agar pihak debitur mau melaksanakan kewajibanya. Sehingga perlu di lakukan suatu penelitian mengenai efektif atau tidaknya pasal 6 UUHT pada kredit macet. Keefektifan pasal tersebut juga dapat memberikan kepastian hukum, sehingga pihak yang membutuhkan suatu kepastian hukum bisa mendapatkan haknya. Keefektifan akan pasal 6 UUHT pada kredit macet tersebut berdampak pula pada pemenuhan hak kreditor bilamana debitor wanprestasi.

B. ISU HUKUM

Permasalahan yang diangkat ialah mengenai efektifitas pasal 6 Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah pada kredit macet. C. PEMBAHASAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis ialah jenis penelitian yuridis empiris. Jenis penelitian yuridis empiris terdiri atas:

a) Penelitian terhadap identifikasi hukum, dan b) Penelitian terhadap efektifitas hukum.

Dari jenis penelitian empiris tersebut yang akan digunakan ialah efektifitas hukum. Karena sesuai dengan permasalahan yang akan diangkat ialah efektifitas pasal, efektifitas pasal mengakibatkan berlakunya hukum atau efektifnya hukum.

(7)

Pеndеkatan pеnеlitian yang akan digunakan pеnulis ialah yuridis sosiologis. Yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara memperoleh suatu data dengan mendapatkan penelitian di lapangan. Pendekatan yuridis sosiologis adalah suatu pendekatan yang mengkaji pandangan dan perilaku hukum orang (manusia dan badan hukum), masyarakat dan efektivitas berlakunya hukum positif di masyarakat. Pendekatan yuridis sosiologi digunakan untuk menganalisis efektivitas pasal 6 undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah pada kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang.

3. Alasan Pemilihan Lokasi

Pеnеlitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang, alasan pеmilihan lokasi ini dikarеnakan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang banyak menyalurkan KUR ataupun pinjaman kepada masyarakat di tahun 2016, dan pada proses perjanjian kredit di tahun 2016 tersebut, terdapat pula kredit-kredit macet pada perjanjian kreditnya. Maka dari itu penulis ingin meneliti efektiftitas pasal 6 UUHT pada kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang.

4. Jenis Dan Sumber Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian empiris. Maka jenis dan sumber data yang akan dipakai penulis ialah:

(8)

Data primer adalah informasi pengalaman, pendapat, harapan, dan lain-lain dari subyek penelitian. Dalam hal ini diperoleh dari subyek penelitian dengan menggunakan metode wawancara dengan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang selaku kreditor. 2) Data Sekunder

Data sekunder ialah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen tidak resmi. Publikasi tersebut mencakup buku-buku teks yang membicarakan beberapa permasalahan hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar atau penjelasan atas putusan hakim.

b. Sumber Data 1) Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian dilapangan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang terkait efektivitas pasal 6 UUHT pada kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang.

2) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari artikel-artikel, buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian maupun koleksi perpustakaan, dalam hal ini koleksi perpustakaan diperoleh melalui Perpustakaan Universitas Brawijaya dan Pusat Data Dan Informasi Hukum (PDIH). 5. Teknik Pengambilan Data

(9)

melalui wawancara terhadap narasumber/responden/informan kunci, baik terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara, dan pengamatan tidak terlibat atau terlibat. 6. Populasi dan Sampling

Populasi

Populasi mеrupakan kеsеluruhan dari objеk pеngamatan dan/atau objеk yang mеnjadi pеnеlitian. Populasi didalam pеnеlitian ini adalah pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang, yaitu Pimpinan Cabang, Supervisor Penunjang Bisnis, dan pihak bank yang biasa terlibat dalam menangani masalah kredit macet.

Sampеl

Jеnis sampеl yang dipakai didalam pеnеlitian ini ialah purposivе sampling. Sampеl di dalam pеnulisan ini adalah Pimpinan Cabang, Supervisor Penunjang Bisnis, dan pihak bank yang biasa terlibat dalam menangani masalah kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang, sеhingga nantinya dapat disimpulkan bahwa pasal 6 UUHT tеrsеbut еfеktif atau tidak.

7. Teknik Analisis Data

(10)

8. Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada Kredit Macet Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang

Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak berjanji kepada seorang atau pihak lain atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.6 Dalam kehidupan sehari-hari salah satu perjanjian yang sangat

sering dilakukan oleh masyarakat adalah perjanjian kredit, namun perjanjian kredit sebenarnya tidak pernah tertulis dengan jelas di dalam hukum positif. Perjanjian kredit merupakan gabungan dari perjanjian pinjam meminjam dan perjanjian accessoir atau yang biasa disebut dengan perjanjian tambahan dengan pemberian jaminan oleh debitor. Dalam pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersama-kan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Di kehidupan sehari-hari dapat ditemui banyak sekali orang-orang yang melakukan perjanjian kredit, hal semacam ini identik dengan uang dan bank. Banyak sekali pihak-pihak yang hendak meminjam uang yang kemudian mengarahkan niatnya menuju bank. Karena memang bank lah yang sampai sekarang dapat dikatakan bisa memberikan pinjaman dalam jumlah besar. Dalam pelaksanaan sebuah perjanjian hal yang paling diinginkan adalah lancarnya perjanjian tersebut, akan tetapi terkadang hal yang diinginkan tersebut tidaklah berjalan seperti apa yang diharapkan.

(11)

Wanprestasi yang diderita debitor seperti halnya kredit macet, kerap kali terjadi pada sebuah bank. Keadaan diamana debitor tidak dapat membayar hutangnya dengan waktu yang telah ditentukan oleh bank yang telah telah disetuji bersama membuat bank menempuh jalur hukum dengan melakukan tindakan hukum, Seperti halnya yang terjadi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang.

Terkait tindakan hukum, parate eksekusi merupakan tindakan hukum yang sering dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang untuk menangani masalah pada suatu kredit macet. Parate executie atau parate eksekusi mempunyai arti pelaksanaan yang langsung tanpa melewati proses pengadilan atau hakim.7 Dan tujuan dari parate eksekusi ini adalah

untuk mempercepat pelunasan piutang yang belum dibayar oleh debitor kepada kreditor.

Hal yang membuat parate eksekusi dapat dilaksanakan tanpa fiat hakim dapat dilihat dalam pasal 6 Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah (yang selanjutanya disebut UUHT) , yang berbunyi :

“Apabila debitor cedera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut”.8 Dengan

demikian, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang tidak perlu lagi melewati pengadilan untuk

7 J. Satrio, Loc.cit.

(12)

meminta fiat hakim bilamana hendak melakukan suatu eksekusi pada suatu jaminan milik debitur yang telah wanprestasi.

Akan tetapi, meskipun eksekusi yang hendak dilakukan bank sendiri sebenarnya telah disesuaikan dan sesuai dengan pasal 6 UUHT oleh pihak bank namun tetap saja pihak debitur selaku penggugat melakukan perlawanan dengan landasan yang biasa digunakan menurut PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah Malang adalah penjelasan umum angka 9 UUHT. Yang mana pada penjelasan umum angka 9 UUHT tersebut mempunyai inti bahwasanya bila ingin melakukan suatu eksekusi paksa haruslah terlebih dahulu mendapat fiat hakim, lebih lanjut pada penjelasan angka 9 ini menyuruh agar supaya mengacu pada pasal 224 Reglement Indonesia yang diperbaharui, (Het herziene Indonesisch reglement) dan pasal 258 Reglemen acara hukum untuk daerah luar Jawa dan Madura (Reglement tot regeling van het rechtswezen in de gewesten buwiten Java n Madura).9

Landasan lainnya yang kerap digunakan oleh pihak debitor saat menggugat pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah Malang adalah Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 3201 K/Pdt/1984 tertanggal 30 Januari 1986 yang berisi tentang pernyataan bahwa penjualan barang jaminan dengan tanpa melewati pengadilan adalah perbuatan yang melawan hukum.10

Di samping itu juga terdapat tindakan-tindakan tidak terpuji yang kerap dilakukan pihak debitor untuk menghalangi proses eksekusi seperti penghalang-halangi petugas eksekusi yang sedang mengosongkan rumah yang notabene sudah sah secara hukum berpindah kepemilikan kepada kreditor.

9 Lihat penjelasan umum angka 9 Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah

10 Lihat Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 3201 K/Pdt/1984

(13)

Inkonsistensi yang terjadi pada UUHT dan ditambah dengan adanya tindakan tidak terpuji yang kerap dilakukan pihak debitor untuk menghalangi proses eksekusi menimbulkan pertanyaan terkait keefektifan pasal 6 UUHT yang di dalamnya memperkenankan parate executie.

Suatu hukum dikatakan efektif menurut Lawrence M. Friedman, bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum tergantung pada tiga elemen, yaitu: substansi, struktur, dan kultur. Sehingga tiga elemen tersebut berpengaruh terhadap efektif atau tidaknya suatu putusan perceraian terhadap pemenuhan nafkah bekas istri dan anak. Tiga elemen tersebut yaitu:

a. Substansi

Substansi ialah tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana instusi-instusi itu harus berperilaku. Terkait dengan substansi, apakah di dalam pasal 6 yang memperkenankan parate executie telah memberikan suatu kepastian hukum atau tidak sehingga menyebabkan pihak kreditor merasa.

Secara substansi, pasal 6 UUHT telah sering digunakan oleh bank BRI cabang Martadinata Malang untuk melawan gugatan yang kerap dilakukan oleh pihak debitur. Bank BRI cabang Martadinata Malang berpegang teguh pada pasal ini dikarenakan terjemahan dari pasal 6 UUHT ini telah kuat memutuskan untuk melakukan parate executie secara langsung secara sendiri tanpa adanya campur tangan oleh pihak pengadilan. Di sisi lain pihak bank meyakini pasal ini mempunyai dasar yang kuat untuk dipergunakan dengan di latar belakangi oleh pengertian akan

(14)

mengatakan bahwa inti pengertian parate executie merupakan pelaksanaan penjualan barang jaminan secara langsung (siap di tangan) bilamana debitur wanprestasi tanpa melalui proses peradilan dengan meminta fiat eksekusi dari hakim. Menurut kamus hukum, parate executie mempunyai arti pelaksanaan yang langsung tanpa melewati proses (pengadilan atau hakim). J. Satrio dalam bukunya yang berjudul Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan mengatakan bahwa Parate executie

secara etimologis berasal dari kata “paraat” artinya siap ditangan. Dapat dilihat juga kekuatan dari parate executie dalam UUHT pada pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) yang menyebutkan sekaligus menegaskan bahwa sertifikat hak tanggungan yang berirah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” bersifat sama secara kualitas dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang berlaku sebagai penggati groose acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah sekaligus mempunyai kekuatan eksekutorial. Pasal 6 UUHT yang menjadi tumpuan dilaksanakanya parate eksekusi oleh bank BRI cabang Martadinata Malang selalu menang untuk mengatasi kredit macet meskipun masih banyak perlawanan dari pihak debitur.

b. Struktur

(15)

kode etik profesi kehakiman dalam menjalankan perannya sehingga menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja penegak hukum itu sendiri.

Secara struktur, Pеran hakim sangat bеrpеngaruh dalam tingkat kеbеrhasilan dilaksanakannya parate executie, dalam hal ini para hakim tеlah mеlaksanakan kеwajibannya dеngan mеmbеrikan bеrbagai macam fasilitas yang dibеrikan kеpada kеdua bеlah pihak. Pеran hakim tеlah mеmbеrikan putusan yang membenarkan akan pelaksanaan parate executie terhadap debitur yang wanprestasi, pengadilan juga memperkenankan kreditur untuk melakukan pelelangan atas barang jaminan yang sebelumnya milik debitur dan kemudian berpindah kepemilikan secara sah menurut hukum menjadi milik kreditur dengan melewati Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebagai upaya mengatasi kredit macet. Pihak dari pengadilan sebelum dilakukanya persidangan juga melakukan upaya mediasi yang berperan sebagai mediator antara pihak bank BRI cabang Martadinata sebagai kreditur dengan pihak debitur untuk sebisa mungkin menyelesaikan masalah ini diluar meja sidang, pada saat mediasi pihak pengadilan memberikan penawaran kepada debitur agar melunasi hutangnya kepada pihak bank BRI cabang Martadinata Malang sebelum dilakukanya eksekusi terhadap barang jaminan tersebut, dengan catatan sebelum risalah lelang atas barang jaminan yang akan dieksekusi tersebut dikeluarkan oleh pihak KPKNL. Dikarenakan bilamana risalah lelang tersebut telah keluar berarti sama dengan keluarnya risalah pemenang, sebab pihak pengadilan bersifat mengikuti dan melaksanakan risalah lelang yang dikeluarkan oleh pihak KPKNL. sehingga penggadilan tidak akan mau menerima gugatan yang dilakukan oleh debitur.

(16)

negara untuk melakukan eksekusi barang jaminan yang apabila pihak terlawan selaku debitur enggan memberikan ataupun meninggalkan tanah ataupun tanah beserta bangunan yang notabenya barang jaminan dan sudah sah secara hukum menjadi milik pihak bank BRI cabang Martadinata Malang.

c. Kultur

Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai sosial, kultur hukum mengacu pada bagian-bagian yang ada pada kultur umum, adat kebiasaan, opini, cara bertindak dan berpikir yang mengarah pada kekuatan-kekuatan sosial menuju atau menjauh dari hukum dan cara-cara tertentu.substansi, struktur, dan kultur. Terkait dengan kultur, berkaitan dengan sikap masyarakat itu sendiri khususnya kepada bekas suami dalam menjalankan putusan perceraian tersebut.

Secara kultur, sikap kerelaan debitur dengan dieksekusinya barang jaminan secara sah menurut hukum merupakan faktor penting agar masalah kredit macet dapat teratasi secara efektif.

Keadaan debitur yang enggan merelakan dieksekusinya barang jaminan, yang mana secarah hukum sah untuk dieksekusi sebagai pengganti pembayaran yang tidak sanggup dilanjutkan oleh debitur, memaksa pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang menggunakan aparat negara dalam hal ini seperti juru sita dari pengadilan, pihak pemerintah kelurahan ataupun desa, Polisi, Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) untuk melakukan eksekusi. Dalam faktanya, juga terkadang berkoordinasi dengan pihak tentara bila diperlukan, namun ini jarang sekali terjadi.

(17)

pelaksanan pembayaran kredit tersebut debitur wanprestasi maka, otomatis rumah tersebutlah yang yang akan dieksekusi. Dalam kenyataanya pelaksanaan eksekusi paksa atau parate executie yang bertujuan untuk mempercepat pelunasan piutang yang belum dibayar oleh debitur kepada kreditur yang dibenarkan dan sah secara hukum dengan aturan yang telah menyebutkanya tetap tidak diindahkan oleh debitur dengan perlakuannya.

Perlakuan debitur yang tidak mengindahkan bermula saat debitur yang sebelumnya telah diperingatkan untuk mengosongkan isi rumah dengan mengeluarkan barang-barang yang berada di dalamnya agar eksekusi lebih mudah dan mengantisipasi agar jangan sampai pihak kreditur menggunakan kekerasan sedikit pun melalui pihak aparat tidak digubris. Sehingga, mau tidak mau kreditur dengan dibantu aparat sebagai eksekutor melakukan pengosongan sendiri atas rumah tersebut dengan pemaksaan. Lebih dari itu, tindakan lain yang kurang terpuji dari debitur adalah menghalang-halangi aparat yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Faktor Pendorong Dan Penghambat Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada Kredit Macet.

(18)

b. Faktor Penghambat Dalam Putusan Nomor 1552/Pdt.G/2015/PA.Mlg

1) Salah satunya penghambat efektivitas pasal 6 UUHT pada kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang adalah adanya pihak debitur yang sengaja mengulur waktu agar pihak bank BRI Cabang Martadinata Malang tidak dapat mengeksekusi barang jaminan secara efektif.

2) Faktor penghambat lainnya yang dirasakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang adalah debitur yang secara sah menurut hukum wanprestasi namun tetap tidak mau untuk meninggalkan tanah atau bangunan yang dijadikannya sebagai barang jaminan yang telah sah secara hukum untuk dilakukan eksekusi oleh pihak kreditur. Dengan terpaksa, untuk memperoleh haknya kreditur menggunakan aparat untuk melakukan eksekusi pemindahan barang-barang yang bukan merupakan barang jaminan ke sekitar tanah atau bangunan tersebut.

D. PENUTUP

Dari seluruh pembahasan diatas yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan dan memberikan saran yaitu:

1. Pasal 6 Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dalam penyelesaian masalah kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Martadinata Malang terbukti tidak efektif.

2. Faktor pеndorong Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada Kredit Macet, yaitu:

(19)

Macet adalah peran serta peran serta aparat penegak hukum yang dipergunakan untuk melakukan eksekusi.

b. Faktor Pеnghambat Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada Kredit Macet, yaitu:

1) Pеnghambat Efektivitas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Pada Kredit Macet adalah adanya iktikad tidak baik yang dilakukan oleh debitur dengan cara mengulur waktu agar pelaksanaan parate executie menjadi lebih lama.

(20)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol.1 , Kencana, Jakarta, 2010

Atmasasmita, Romli,Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2001

Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Citra Abadi, Jakarta 1997 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Kedua,

Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2005

Herowati Poesoko, Dinamika Hukum Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan Buku 2, PT. Citra Aditya, Bandung, 1998

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan Buku 1, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002

Kamus Hukum Edisi Lengkap, Bahasa Belanda-Indonesia-Inggris, Aneka, Semarang, 1997

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Lawrence M.Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Nusa Media, Bandung, 2011

M. Bahsan, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta, 2002

M. Yahya Harahap, Ruang lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005

Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai Dan Fidusia Cetakan Ke IV, Alumni, Bandung, 1987

(21)

Muchadarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik Management Kredit, Bina Aksara, Bandung, 1991

Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996

R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Binacipta, Jakarta, 1982

Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009

Rudyanti Dorotea Tobing, Hukum Perjanjian Kredit (Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi yang Berasaskan Demokrasi Ekonomi), Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2014

Satrio, Parate Eksekusi Sebagai Sarana Mengatasi Kredit Macet, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993

Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Ramadja Karya, Bandung, 1988

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981

Subekti, Pelaksanaan Perikatan, Eksekusi Riil dan Uang Paksa, Dalam: Penemuan Hukum dan Pemecahan Masalah Hukum, MARI, Jakarta, 1990

Sudirman, Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan, Primaki Akademika, Bandung, 2002

Tartib, Catatan Tentang Parate Eksekusi, Artikel dalam Majalah Varia Peradilan Th. XI, No. 124, Januari 1996

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia, Jakarta, 1990 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

(22)

Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah

Putusan

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 3201 K/Pdt/1984 tertanggal 30 Januari 1986

Website

etheses.uin-malang.ac.id (10 Oktober 2017)

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9994/SKRIPSI %20LENGKAP-ACARA-ANDI%20DEWI

Referensi

Dokumen terkait

Besar arus thermal waktu singkat ditentukan lebih besar atau sama dengan arus hubung singkat tertinggi yang diperkirakan akan mengalir pada sisi primer current

Anggota INKINDO tidak akan menawarkan pekerjaan kepada seorang karyawan dari konsultan lain kecuali karyawan yang bersangkutan sebelumnya telah mengambil prakarsa untuk pindah

Hospital  and  Health 

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh gaya hidup, fasilitas dan harga baik secara parsial maupun secara simultan terhadap keputusan konsumen memilih Halaman cafe

Ruang gerak pertemuan komite sekolah dalam hal ini sangat penting untuk memberikan pertimbangan yang bermanfaat, seperti halnya pernyataan yang telah diungkapkan oleh

Akibatnya sungai yang dahulu airnya bening sekarang banyak sungai dikota-kota besar yang sudah keruh dan kotor, Apakah kandungan air seperti itu memenuhi syarat untuk

Besar Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dengan Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Materi Bangun

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 sampai dengan Januari 2015 di delapan mata air (PraNyolo, Ngenep, Umbulan, Langgar, Balittas, Lowoksari, Leses dan Soko) yang