Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
ABSTRACT
Poverty is a problem that need to be addressed in a multi-sectoral, sustainable and synergistic. Ministry of Social Affairs has introduced a Kelompok Usaha Bersama (KUBE) as one of the institutions to increase household incomes and reducing poverty. Therefore, it is necessary to study what are the factors that the determinant of the success of KUBE. The research should also extent to the success of KUBE impact on increasing household incomes and poverty alleviation, especially in West Java Province. This study aims to obtain empirical evidence of critical success of KUBE and its implications for society and the increase in income poverty reduction in West Java Province. The method used is survey with research hypothesis testing. Measuring perceptions of research variables taken against the perpetrators KUBE. In this measurement, the questionnaire were randomly distributed to 225 respondents. Methods of data analysis used was path analysis to test the research hypothesis. The conclusion of this research are: (i) KUBE critical success factors are: entrepreneurship, institutional quality, capital adequacy, education and training, strategic partnerships, and
regulatory and organizational systems, (ii) The six factors are signiicant determinants of the success of KUBE, either simultaneously or partially, (iii) The success of KUBE has a signiicant inluence on increasing people’s income, (iv) The success of KUBE also has a signiicant inluence on poverty alleviation.
Keywords: KUBE, community empowerment, poverty alleviation, path analysis.
PENDAHULUAN
P
ermasalahan kemiskinan merpakan masalah yang perl ditangani secara lintas sektoral, ber kesinambngan dan sinergis. Hal ini dikarenakan masalah kemiskinan merpakan smber mncldan berkembangnya permasalahan sosial yang lain, seperti anak terlantar, pengemis, gelandangan, kelarga bermah tak layak hni, tna ssila dan sebagainya. Oleh karena it, masalah kemiskinan merpakan masalah yang hars ditangani secara seris baik oleh pemerintah mapn masyarakat.
Trikonomika
Volume 9, No. 2, Desember 2010, Hal. 78–86 ISSN 1411-514X
Moh. Sidik Priadana
Program Doktor Ilm Manajemen
Pascasarjana Universitas Pasndan
Jl. Wartawan IV No. 22 Bandng
: prof_sidik@yahoo.com
Effendi M. Guntur
STIE ADHI NIAGA
Kemiskinan secara sosialpsikologis mennjk pada kekrangan jaringan dan strktr sosial yang mendkng dalam mendapatkan kesempatan kesempatan peningkatan prodktivitas. Dimensi ke miskinan ini jga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktorfaktor peng hambat yang mencegah ata merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatankesempatan yang ada di masyarakat. Faktorfaktor penghambat tersebt secara mm melipti faktor internal dan eksternal. Faktor internal datang dari dalam diri si miskin it sendiri, seperti rendahnya pendidikan ata adanya hambatan bdaya.
Teori kemiskinan bdaya (cultural poverty) yang dikemkakan Oscar Lewis, misalnya, menyatakan bahwa kemiskinan dapat mncl sebagai akibat adanya nilainilai ata kebdayaan yang diant oleh orang orang miskin, seperti malas, mdah menyerah pada nasib, krang memiliki etos kerja, dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari lar kemampan orang yang bersangktan, seperti birokrasi ata peratran peratran resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan smber daya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan strktral. Menrt pandangan ini, kemiskinan terjadi bkan dikarenakan ketidakmaan si miskin ntk bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampan sistem dan strktr sosial dalam menyediakan ke sempatankesempatan yang memngkinkan si miskin dapat bekerja.
Konsepsi kemiskinan yang bersifat mlti dimensional ini kiranya lebih tepat jika dignakan
sebagai pisau analisis dalam mendeinisikan ke
miskinan dan mermskan kebijakan penanganan kemiskinan di Indonesia. Sebagaimana akan di kemkakan pada pembahasan beriktnya, konsepsi kemiskinan ini jga sangat dekat dengan perspektif pekerjaan sosial yang memfokskan pada konsep keberfngsian sosial dan senantiasa melihat mansia dalam konteks lingkngan dan sitasi sosialnya.
Krisis ekonomi telah meningkatkan jmlah orang yang bekerja di sektor informal. Merosotnya pertmbhan ekonomi, dilikidasinya sejmlah kantor swasta dan pemerintah, dan dirampingkan nya strktr indstri formal telah mendorong orang
untuk memasuki sektor informal yang lebih leksibel.
Berdasarkan data BPS tahn 2008, jmlah penddk
Indonesia yang mask dalam kategori miskin tercatat sebanyak 36,17 jta jiwa (16,7%).
Kementerian Sosial membat sebah strategi ntk melakkan pendekatan person-in-situation, yait penanganan bagian yang hilang ntk dapat men jamin terwjdnya pengentasan kemiskinan secara permanen jika programprogram pengembangannya dapat mencapai tjan sebagaimana mestinya. Salah sat program dalam strategi ini adalah pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang diharapkan dapat memtskan rantai kemiskinan.
Kemampan pengembangan KUBE dalam meningkatkan aktivitasnya akan bergantng pada keserisan pihak pemerintah dan peserta program, serta paya menjalin kerja sama dengan pihak lain, baik perbankan, para pengsaha, pergran tinggi, dan pihakpihak lain yang mennjang keberhasilan pengembangan KUBE.
Masalah penelitian yang ingin dijawab melali penelitian ini adalah (i) bagaimanakah hbngan antara faktorfaktor yang mempengarhi keberhasilan pengembangan KUBE di Provinsi Jawa Barat, (ii) sejahmana pengarh parsial dan pengarh simltan dari faktorfaktor yang mempengarhi keberhasilan pengembangan KUBE di Provinsi Jawa Barat, (iii) sejahmana pengarh keberhasilan pengembangan KUBE terhadap peningkatan pendapatan anggota KUBE di Provinsi Jawa Barat, dan (iv) sejahmana pengarh peningkatan pendapatan masyarakat miskin terhadap paya pengentasan kemiskinan di Provinsi Jawa Barat?
METODE
Metode yang dignakan dalam penelitian ini menggnakan metode deskriptif dan metode indktif. Dalam metode indktif menggnakan metode penelitian srvey penjelasan (explanatory survey method), yait srvey yang mencoba mengkaji keeratan hbngan variabel bebas dan mengkaji derajat asosiatif diantara variabel bebas dengan variabel terikat, serta melakkan pengjian hipotesis terhadap variabel penelitian. Untk malaksanakan it sema dignakan analisis jalr, dengan skema kerangka pemikiran pada Gambar 1.
Gambar 2. Diagram Jalr
Z2
ρ Z1Y ρ Z2Z1
X1
r X1X2 ε
1 ε2 ε3
Y
ρ YX1
ρ YX2
ρ YX3
ρ YX4
ρ YX5
ρ YX6
Z1 r X2X3
r X3X4
r X4X5
r X5X6 r X1X5
r X2X6 r X1X6
X2
X3
X4
X5
X6
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Dasar Landasan TeoriTeori yang Merangng Kerangka Pemikiran Reglasi dan Sistem
Organisasi KUBE (X1) Kelembagaan KUBE (X2)
Strategi Kemitraan (X6) Kemampan Modal Ekonomi
Anggota KUBE (X3) Kemampan Pendidikan dan Pelatihan Anggota KUBE (X4) Jiwa Kewirasahaan Anggota
KUBE (X5)
Keberhasilan Program KUBE
(Y)
Peningkatan Pendapatan
(Z1)
F E E D
B A C K
Pengentasan Kemiskinan
(Z2)
F E E D
B A C K
Morales dan Sheafor (1989); Sharto (2005); Kncoro (2000); Tambnan (2000)
Kncoro (2000); Esmara (2000); Davis (2001); Gibsn (2006); Tambnan (2000) Hikmat (2007); Salvatore
(2002); Kncoro (2000); Davis (2001); Gibson (2006) Tdaro (1997); Sseno (1991); Knarjo
(1999); Davis (2001); Gibson, et. al.
(2006); Matterson (2006); Hikmat (2007) Marbn (1996)
r X1X3
r X2X4
r X3X5
Dari diagram jalr tersebt dapat ditliskan persamaan regresi ntk masingmasing sb strktr sebagai berikt.
Sb strktr 1:
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6)
Y = ρY1X1 X1 + ρ Y1X2 X2 + ρ Y1X3 X3 + ρ Y1X4 X4 + ρ Y1X5 X5 + ρ Y1X6 X6 + ε1
Dimana:
Y = Keberhasilan Program KUBE X1 = Reglasi dan Sistem organisasi. X2 = Kalitas Kelembagaan KUBE
X3 = Kemampan Modal Ekonomi Anggota X4 = Pendidikan dan Pelatihan
X5 = Jiwa Kewirasahaan X6 = Strategi kemitraan
ρ Y1X1 = Koeisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y1 ε1 = Pengarh variabel lain di lar model
Sb strktr 2: Z1 = f (Y) Z1 = ρ Z1 YY + ε2
Dimana:
Z1 = Peningkatan Pendapatan Anggota KUBE Y = Kemampan manajemen
ρ Z1 Y = Koeisen jalur variabel Y terhadap variabel Z1 ε2 = Pengarh variabel lain dilar model
Sb strktr 3: Z2 = f (Z1) Z2 = ρ Z2 Z1 Y2 + ε3
Dimana:
Z2 = Pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar. Z1 = Peningkatan Pendapatan Anggota KUBE
ρ Z2 Z1 = Koeisen jalur variabel Z1 terhadap Z2 ε3 = Pengarh variabel lain dilar model
Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel penelitian yang di gnakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
HASIL
Hbngan antara variabel reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, kemampan modal, pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan, jiwa kewirasahaan, dan strategi kemitraan. Untk Lebih jelasnya dapat dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengarh variabel Pengarh Bersamaan dan Parsial Variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6. Terhadap
Pengembangan KUBE (Y)
0.231
0.126
0.226
0.206
0.099 0.226
0.322
0.257
0.303 0.244 0.157
0.223 0.134
0.165
0.086
0.373
0.226
0.182
0.485
0.152
ε1
Y1 X3
X4
X5
X6 X1
X2
0.142
Dari gambar tersebt dapat diperoleh, bahwa
semangat kewirausahaan mempunyai koeisien jalur
tertinggi dibandingkan dengan variabel reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, kekampan modal ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan, strategi kemitraan. Berdasarkan Gambar 3. Dapat ditliskan persamaan jalr sebagai berikt.
Y = 0.086 X1 + 0.373 X2 + 0.226 X3 + 0.182 X4 + 0.485 X5 + 0.152 X6 + ε1
Tabel 1. Operasionalisasi VariabelVariabel Penelitian
No. Variabel Sub Variabel Indikator
1. Kualitas regulasi & sistem organisasi (X
1)
Regulasi Ketersediaan regulasi, sosialisasi & pemahaman; konsistensi pelaksanaan; kemudahan pelaksanaan
Sistem pengembangan Sistem bersifat sentralisasi atau desentralisasi; Ketersediaan sistem dalam pengelolaan organisasi; Pemahaman dan penguasaan terhadap sistem; Kemudahan dalam proses operasionalisasi
2. Kualitas kelembagaan KUBE (X
2)
Perencanaan Adanya perencanaan; Keikutsertaan semua pihak dalam pembuatan; Sosialisasi perencanaan
Pengorganisasian Struktur organisasi; Struktur organisasi; Kualitas SDM; Kemudahan dalam pengorganisasian
Pelaksanaan Ketersediaan daya dukung, anggaran yang memadai, keefektivan pelaksanaan
Pengawasan Kemudahan pengawasan; Kontinuitas pengawasan
3. Kemampuan Modal Ekonomi Anggota (X
3)
Aset tetap yang dimiki anggota
Kemampuan modal tunai, Aset tanah dan bangunan; Aset mesin dan peralatan; Stok bahan baku yang ada
Bantuan modal dari pelaksana KUBE
Bantuan modal tunai; Bantuan mesin dan peralatan kerja; Bantuan bahan baku
Tambahan modal dari pihak lain
Bantuan pinjaman bank; Bantuan pinjaman pihak non bank; Bantuan peralatan dan bahan baku)
4. Kualitas Pendidikan dan Pelatihan (X
4)
Tenaga pendidik dan pelatih
Ketersediaan tenaga pendidik dan pelatih; Kualitas tenaga pendidik dan pelatih
Sarana dan prasarana Ketersediaan sarana dan prasarana; Kualitas sarana dan Prasarana; Pemanfaatan sarana dan prasarana
Motivasi dan pelayanan Motivasi peserta; Pelayanan pada peserta; Sikap pimpinan atau staf
Evaluasi dan kualitas pengetahuan & keahlian
Metode pengajaran; Materi perkuliahan; Masa studi; Nilai kelulusan
Penguasaan teknologi Kersediaan teknologi terapan; Kemudahan akses dan penggunaaa teknologi
5. Jiwa Kewirusahaan (X
5) Persepsi terhadap
perencanaan dan pesaing
Pemahaman terhadap perencanaan dan persaingan; Kemauan untuk bersaing
Persepsi terhadap inovasi Kemauan untuk mengembangkan diri; Kemauan untuk tampil beda dengan yang lain
Persepsi terhadap tindakan proaktif
Kemauan untuk mencari informasi; Kemampuan untuk bertidak cepat
Persepsi terhadap risiko Memahami akan terjadinya resiko; Berani mengambil resiko dari tindakannya; Selalu belajar dari pengalaman dan kegagalan
6. Strategi Kemitraan (X
6) Kerja sama internal Kerja sama penyelenggara dengan pengelola perusahaan; Kerja
sama di antara pimpinan/manajer/karyawan; Kerja sama diantara karyawan
Kerja sama eksternal Kerja sama dengan lembaga/ perusahaan lainnya; Kerja sama diantara lembaga/ perusahan dengan pemakai/ konsumen; Kerja sama diantara lembaga/ perusahan dengan Pemerintah Daerah setempat; Kerja sama antara lembaga/ perusahan dengan perbankan/asosiasi/ lembaga profesi yang terkait
7. Keberhasilan Program KUBE (Y)
Peningkatan produksi dan usaha
Jumlah produksi; Kualitas produksi; Penambahan jenis produksi
Peningkatan kemampuan operasional
Kapabilitas manajer; Peningkatan teknik; Tim work; Peningkatan produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kerja sama dan akses pasar
Peningkatan kerja sama; Peningkatan daerah pemasaran; Peningkatan kepercayan dari konsumen
8. Peningkatan Pendapatan Anggota (Z
1)
9. Pengentasan Kemiskinan (Z
Selanjtnya berdasarkan hasil pengjian statistik
diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signiikan
dari masingmasing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan perincian pertama, variabel reglasi dan sistem organisasi (X1), berpengarh secara
signiikan terhadap Pengembangan Kelompok Usaha
Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya terkecil dari keenam variabel bebas tersebt. Keda, kalitas kelembagaan KUBE (X2), berpengarh secara
signiikan terhadap pengembangan Kelompok Usaha
Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya terbesar keda dari keenam variabel bebas tersebt. Ketiga, kekampan modal ekonomi (X3) berpengarh
secara signiikan terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya terbesar ketiga dari keenam variabel bebas tersebt. Keempat, pendidikan dan pelatihan (X4), berpengarh
secara signiikan terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya terbesar keempat dari enam variabel bebas penelitian. Kelima, jiwa kewirasahaan (X5) berpengarh
secara signiikan terhadap terhadap pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (Y). Adapn besaran
koeisien jalurnya terbesar pertama dari keenam
variabel bebas tersebt. Keenam, Strategi kemitraan (X6) berpengaruh secara signiikan terhadap terhadap pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Y).
Adapun besaran koeisien jalurnya terbesar kelima
dari keenam variabel bebas tersebt.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, kemampan modal ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan, jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan, terhadap pengembangan Kelompok Usaha Bersama, dengan besaran pengarhnya sebesar 86,70%, sedangkan pengarh variabel lain dilar model sebesar 13,30%. Hal ini berarti keenam variabel bebas tersebt merpakan variabel dominan yang mengembangkan KUBE.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Y) terhadap variabel peningkatan pendapatan anggota KUBE (Z1). Adapn besaran pengarhnya sebesar 97,00% sedangkan sisanya sebesar 3,00%.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
peningkatan pendapatan anggota KUBE (Z1) terhadap variabel pengentasan kemiskinan (Z2). Adapn besaran pengarhnya sebesar 97,70% sedangkan sisanya sebesar 2,30%.
Berdasarkan hasil perhitngan analisis jalr dan hasil pengjian secara parsial dan simltan dari
pengarh variabel reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, kemampan modal ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan, jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan terhadap Pengembangan Kelompok Usaha Bersama,maka dapat disimplkan bahwa keenam variabel bebas (X) tersebt secara masingmasing memberikan pengarh
yang signiikan (penjumlahan besaran pengaruh
langsng dan pengarh tidak langsng).
Besaran pengarh dari variabel bebas tersebt, maka variabel jiwa kewirasahaan yang dimiliki oleh anggota KUBE merpakan variabel yang memberikan pengarh terbesar terhadap pengembangan kegiatan KUBE. Adapn rtan besaran kontribsi pengarh dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikt.
Variabel Pengaruh
1 0.007 0.024 0.032 Keenam
X
2 0.139 0.092 0.231 Kedua
X
3 0.051 0.065 0.116 Ketiga
X
4 0.033 0.053 0.086 Keempat
X
5 0.235 0.109 0.345 Kesatu
X
6 0.023 0.034 0.057 Kelima
Tabel 2. Pengarh Langsng dan Tidak Langsng Variabel X terhadap Variabel Y
Gambar 4. Analisa Jalr Variabel Pengembangan KUBE terhadap Variabel Peningkatan Pendapatan Anggota
KUBE
Persamaan hasil regresi dapat ditliskan sebagai berikt.
Z1 = 0, 9700 Y + ε2
Dimana:
Z1 = Peningkatan pendapatan anggota KUBE Y = Kemampan manajemen
ε2 = Pengarh variabel lain dilar model
Pengentasan Kemiskinan (Z2) Pengembangan
Peningkatan Pendapatan (Z1)
Gambar 5. Analisa jalr variabel Pengembangan Peningkatan Pendapatan terhadap variabel Pengentasan
Adapn persamaan jalr ntk variabel Z1 terhadap Z2, yait Z2 = 0, 9770 Z1 + εε3
Dimana:
Z2 = Pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar. Z1 = Peningkatan pendapatan anggota KUBE
ρ Z2Z1 = Koeisen jalur variabel Z1 terhadap Z2 ε3 = Pengarh variabel lain dilar model
PEMBAHASAN
Pada hakekatnya tjan akhir yang diharapkan oleh pemerintah dalam pengembangan program KUBE ini adalah paya mengentaskan ata mengrangi kemiskinan masyarakat Jawa Barat. Usaha pengrangan kemiskinan yang dilakkan dalam program KUBE berbeda dengan program bantan tnai langsng. Program ini lebih menekankan pada bentk pemberdayaan masyarakat miskin daripada hanya membant langsng orang miskin, sehingga mereka ini akan menjadi mansia prodktif dan mandiri tidak hanya mengharapkan belas kasihan saja. Oleh karena it, pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakkan dengan cara memberikan aktivitas saha yang akan menghasilkan pandapatan dan sekaligs mamp meningkatkan keahlian, sehingga dalam jangka panjang akan menjadi masyarakat miskin yang prodktif dan mandiri.
Peningkatan pendapatan tersebt, memberikan implikasi yang sangat las, bkan hanya ntk kehidpannya saja, melainkan jga adanya ke mampan modal tambahan ntk lebih meningkatkan aktivitas saha, sehingga pada akhirnya akan mamp menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak. Jika program KUBE ini ters berkembang, maka akan mendapatkan kepercayaan dari pihak pemerintah dan pihak pengsaha ntk ters membant pengembangan saha lebih lanjt, sehingga dalam jangka wakt panjang program ini akan dapat menampng lebih banyak lagi tenaga kerja bar.
Seiring dengan kebijakan pemerintah kepada pihak dnia saha, ntk lebih memberikan kontribsi terhadap programprogram pengentasan kemiskinan, sebagai bentk tanggng jawab sosial terhadap masyarakat sekitar ata masyarakat lainnya CSR (Corporate Social Responsibility), maka program KUBE akan menjadi sasaran ata target oleh pihak pengsaha dalam memberikan bantannya. Karena pengsaha menyenangi programprogram yang sifat nya prodktif, membangn kemandirian, dan ada kaitannya dengan aktivitas saha it sendiri. Demikian apabila program ini didkng oleh pemerintah yang seris dan pihak pengsaha yang tinggi, serta dari
pihak lainnya yang terkait it jga tinggi, maka peneliti mempnyai keyakinan bahwa program ini sangat bermanfaat dan akan berkembang dengan baik, serta akan mamp meningkatkan pendapatan masyarakat miskin yang sekaligs dapat mengentaskan ata mengrangi penddk yang miskin.
Disadari bahwa setiap program dalam pe laksanaannya sangat dipengarhi oleh adanya bdaya kearifan lokal, sehingga sangat memngkinkan adanya inovasi dan penyesaian dengan kondisi setempat sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Berhasilnya pelaksanaan, penanganan KUBE fakir miskin di lapangan akan sangat tergantng pada semangat dan kalitas kerja para penyelenggara di daerah serta derajat jaringan kerja yang berhasil dibangn. Oleh karena it prinsip tata kelola (governance) yang baik yait akntabilitas, transparansi, ketepatan sasaran, ketepatan wakt,
efektivitas dan eisiensi perlu dijunjung tinggi
sebagai rambramb bagi setiap penangng jawab dan pelaksana program.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis indktif yang telah dilakkan dalam penelitian ini, maka peneliti menemkan beberapa hal yang dapat dikembangkan dalam paya lebih mengoptimalisasikan keberhasilan program KUBE, dan jga menghantarkan anggota KUBE yang telah berhasil agar mamp mengembangkan aktivitas sahanya menjadi aktivitas saha mikro, yang setersnya diharapkan ntk ters berkembang menjadi pengsaha kecil dan menengah.
Mengingat hasil analisis deskriptif dan analisis indktif, dimana keberkasilan KUBE sangat di tentkan oleh variabel entrepreneurship dan kalitas kelembagaan serta keempat variabel lainnya, apabila keda aspek tersebt di atas mendapat perhatian tama, maka tentnya anggota KUBE yang telah dibina dengan baik dan mempnyai kemampan yang tinggi, tentnya akan mamp mengembangkan dirinya pada tingkatan aktivitas saha yang lebih tinggi dan lebih las lagi.
Berdasarkan kondisi dan pemikiran tersebt, maka pola pengembangan KUBE yang selama ini masih terbatas perl dibagi menjadi tiga tahapan yait jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
aktivitas dan bagaimana yang bersangktan memperoleh pendapatan,sehingga dari pendapatan tersebt yang bersangktan dengan kelarganya dapat makan dan membiayai kebthan hidp lainnya.
Oleh karena it sangat wajar dasar pengembangan lebih didasari oleh dinamika sosial. Dengan demikian lembaga yang bertanggng jawab terhadap pengembangan program tersebt tepat dilaksanakan oleh departemen sosial. Seiring dengan perkembangan wakt yang diperlkan ntk pembinaan dan pengembangan KUBE, maka tentnya menghasilkan peningkatan pengalaman, peningkatan wawasan,peningkatan keahlian, dan bahkan me ningkatkan kemampan bersaha yang diimbangi oleh kemampan entrepreneurship sehingga mamp menabng dan peningkatan kesejahteraan kelarganya.
Dalam jangka menengah seiring dengan meningkat dan bertambahnya kemampan anggota KUBE dalam aktivitas saha tersebt, maka pola pembinaan dan pengembangan KUBE tidak lagi hanya terbatas pada dinamika sosial, melainkan hars ada peningkatan menjadi dinamika sosial ekonomi. Sehingga para anggota KUBE sdah memahami
prinsipprinsip dasar ekonomi, seperti aspek eisiensi,
aspek prodktivitas kerja, dan pengenalan terhadap pasar,serta membat pembkan yang terssn dengan baik dan terdokmentasikan. Dengan demikian diharapkan para pelak dapat mlai mamp meningkatkan, kapasitas prodksi ata volme aktivitas saha, meningkatkan kalitas prodksi, meningkatkan kalitas pelayanan,dan bahkan sdah mamp meningkatkan kentngan yang disertai dengan mlainya perilak ntk menabng.
Sejalan dengan peningkatan kemampan saha tersebt, maka rang lingkp pembinaan tidak lagi hanya menjadi tanggng jawab departemen sosial, melainkan hars dikembangkan oleh departemen lain yang lebih relevan dengan pola pembinaan saha tersebt. Dalam hal ini departemen sosial lebih berperan melaksanakan inisiasi dalam jaring pengaman sosial,yang selanjtnya dihantarkan kepada pihak lainnya ntk dikembangkan lebih lanjt. Berdasarkan penelaahan, maka departemen yang paling relevan adalah departemen KUKM di tingkat Psat dan Dinas KUKM di tingkat Provinsi/ Kota/Kabpaten. Ata kepada pihakpihak lainnya yang terkait, seperti menjadi binaan dari BUMN sebagai saha mikro yang mendapatkan bantan dana dan bantan teknis dari program Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN, dari para pengsaha ata pihakpihak lainnya. Tanggng jawab pembinaan
ata pengembangannya menjadi tanggng jawab bersama diantara departemen sosial dengan pihak departemen lainnya, BUMN, dan pihakpihak lainnya yang terkait pengembangan KUBE tersebt.
Keberhasilan saha yang dicapai oleh anggota KUBE pada jangka menengah tersebt, diharapkan bkan hanya pada kemampan dalam mempertahan kan hidp seharihari, menambah modal saha, jaminan sosial UPKS, amal bersama, membayar pajak (sesai dengan skema pengembangan KUBE), melainkan jga hars di kembangkan lebih jah. Dalam jangka panjang pengembangan anggota KUBE yang telah berhasil hars di dorong ntk lebih jah mengembangkan diri menjadi pengsaha mikro yang selanjtnya diharapkan lebih berkembang menjadi pengsaha kecil.
Oleh karena it pola pembinaan tidak ckp ditangani oleh Departemen Sosial, melainkan dikembangkan jga oleh beberapa departemen terkait lainnya, seperti Departemen KUKM, Departemen Perdagangan, Departemen Tenaga kerja, Departemen Perindstrian, dan BUMN, bahkan melibatkan pihak pihak lainnya sebagai nsr pennjang, diantaranya perbankan ata lembagalembaga keangan non perbankan, pergran tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, serta dnia saha (Kadin ata asosiasiasosiasi).
Keberhasilan anggota KUBE yang telah berbah menjadi pengsaha mikro ata pengsaha kecil tersebt tetap kita kaitkan dengan program pengembangan KUBE sebelmnya (Anggota KUBE yang bar dibina). Dalam hal ini anggota KUBE yang telah berhasil tersebt di jadikan mitra saha ata mitra bisnis bagi anggota KUBE yang mlai mengembangkan sahanya. Begit jga ntk anggota KUBE yang bar dibina, maka anggota KUBE yang berhasil tersebt dilibatkan sebagai pembina ata tenaga pendampingan. Dengan demikian bagi anggota KUBE, baik yang bar dibina mapn yang bar mengembangkan sahanya dapat memberikan motivasi pada dirinya, dan ingin mencontoh keberhasilannya. Begit jga bagi yang telah berhasil tersebt akan mncl rasa solidaritas dan kesetiakawanan sosial yang lebih baik.
selrh daerah dan berhasil, maka dengan sendirinya paya orang yang ingin mencari pekerjaan di kota besar seperti Jakarta ini akan berkrang, sehingga tingkat rbanisasi di kota kota besar akan berkrang, dan kerawanan sosial dari para pendatang dapat diminimalisir.
Begit jga dengan keberhasilan pengembangan KUBE yang selanjtnya menhasilkan pengsaha mikro dan pengsaha kecil yang berhasil, akan mengrangi kesenjangan sosial diantara masyarakat kaya dan masyarakan miskin, bahkan pengembangan saha yang diselenggarakan KUBE tersebt mamp menciptakan lapangan pekerjaan bar dan bahkan menmbhkan para wirasahawan bar yang selanjtnya mamp membant pemerintah dalam menmbhkan dan mengembangkan pembangnan ekonomi.
KESIMPULAN
Program KUBE merpakan program nasional yang diselenggarakan di selrh provinsi di Indonesia yang bentknya terdiri dari KUBEKUBE Anak Terlantar, KUBE Anak Jalanan, KUBE Lansia, KUBE Fakir Miskin, KUBE BLPS, KUBE Kelarga Mda Mandiri.
Besaran alokasi dana yang disediakan oleh pemerintah daerah dari tahn ketahn ntk pengembagan KUBE semakin meningkat, begit jga bantan teknis dan pendampingan semakin meningkat dan ada mlai perhatian dan kepercayaan dari mitra saha terhadap aktivitas yang dikembangkan oleh KUBE tersebt.
Keenam veriabel (variabel reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, Kekampan modal ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan, jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan) merpakan variabel dominan yang mengembangkan KUBE. Variabel pengembangan Kelompok Usaha Bersama memberikan pengarh terhadap peningkatan pen dapatan anggota KUBE, variabel peningkatan pendapatan anggota KUBE jga ikt memberikan pengarh terhadap pengentasan kemiskinan
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harn. 1994. Analisis Jalur Sebagai Sarana Statistik dalam Analisis Kausal, Makalah pada Lokakarya Sehari Lab. Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat LP3E, FE Unpad. Bandng: tidak diterbitkan.
Anwar, Arsjad. 2003. Peta Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia. Jurnal Indonesia, 10 (Oktober). Arief, Srita. 1980. Ekonomi Kerakyatan Indonesia:
Mengenang Bung Hatta Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia. Mhammadiyah University Press.
Davis, D. 2001. Operation strategy, environment ncertainty, and performance: a path analytic model of indstries in developing contry. International Journal of Management Science, 28: 155173. Departemen Sosial RI. 2005. Rencana Strategis
Penanggungan Kemiskinan Program Pemberdayaan Fakir Miskin Tahun 2006-2010. Jakarta: Direktorat Jenderal Bantan dan Jaminan Sosial.
Ellis, Frank. 1988. Peasant Economics Farm Households and Agrarian Development. Cambridge: Cambridge University Press.
Han, J. K., et. al.,. 1998. Market orientation and organizational performance: is innovation a missing link ?. Journal of Marketing, 62(October): 3045.
Handayani, Wiwik. 2001. Peranan Kepemimpinan Transformasional dalam Permberdayaan Smber Daya Mansia. 2001. Kajian Ekonomi dan Bisnis,7(AgstsNopember).
Hikmat, Harry. 2005. Panduan Operasional: Program Pemberdayaan Fakir Miskin di wilayah Sub Urban dan Perkotaan. Jakarta: Departemen Sosial RI. Iwantono, Strisno. 2002. Kiat Sukses Berwirausaha:
Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Grasindo.
Lado, N., et. al.,. 1998. Measring Market Orientation in Several Poplations: A Strctral Eqation Model. European Journal of Marketing, 32(1/2): 2339.
Laffety, B. A., & Hlt, G. T. M., 2001. A Synthesis of Contemporary Market Orientation Perspective. European Journal of Marketing, 35(1/2): 92109. Marbn, 1996. Manajemen Perusahaan Kecil, Seri
Manajemen No. 176 (cetakan ke1). Jakarta: PT. Pstaka Binaman Pressindo.
Masyita, Dian. 2000. Disain Strktr Organisasi dalam Implementasi Strategi Persahaan: Kajian Teoritik Manajemen. Usahawan, 9(September). Narver, J.C., et. al.,. 2000. Total Market Orientation,
bsiness performance, and innovation. Working Paper Series-Marketing Science Institute, 116. Nastion, H. N. 2004. Orientasi Pasar : Konsep, Relevansi,
dan Konsekensi. USAHAWAN, 06 (Jni).