• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANATOMI TEORI SOSIAL NORBERT ELIAS TENTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANATOMI TEORI SOSIAL NORBERT ELIAS TENTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANATOMI TEORI SOSIAL

NORBERT ELIAS TENTANG “PROSES PERADABAN”

THE CIVILIZING PROCESS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Konsep dan Teori Sosial

oleh

Hari Arbi Nugroho 0301513024 Reguler IPS Semester II

PRODI PENDIIDKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

ANATOMI TEORI SOSIAL

NORBERT ELIAS TENTANG “PROSES PERADABAN” THE CIVILIZING PROCESS

1. KONTEKS SOSIAL

Ketika melihat Nazisme tengah menanjak, Norbert Elias orang Yahudi meninggalkan Jerman pada tahun 1935. Ia tinggal di Paris selama 2 tahun, kemudian ke London dimana ia menulis karya pertamanya tentang “proses peradaban”. Buku ini terdiri dari dua jilid dan terbit di Bale pada tahun 1939 namun berlalu begitu saja. Selama 30 tahun Norbert Elias mengajar sebagai dosen sosiologi di Cambridge, Leicester, di Ghana dan lebih banyak tinggal di Inggris. Kariernya kembali muncul dengan diterbitkannya kembali dua jilid buku tersebut pada tahun 1939, dan tahun 1969 diikuti dengan satu jilid baru. Ketiga buku itu berubah judul menjadi La Civilization des meuers (Peradaban Adat-Kebiasaan), La Dynamique de I’Occident (Dinamika Barat) dan La Societt de cour (Masyarakat dalam Istana). Norbert Elias kemudian secara berkala diundang untuk mengajar di Amsterdam dan Bielefeld, serta di Jerman dimana pemikirannya dihargai.

Sikap malu dan cara-cara bersikap yang ‘pas’ lainnya menurut Norbert Elias merupakan tanda-tanda kasat mata proses peradaban yang ditunjukkan Eropa secara jelas sejak masa renaissance. Namun apakah keterampilan menguasai diri tersebut betul-betul warisan manusia modern.

2. PEMIKIRAN ATAU TEORI YANG MEMPENGARUHINYA

Norbert Elias lahir tahun 1897 dari keluarga yang relatif berkecukupan di kota Breslau (sekarang Wroclaw). Disini ia mengenyam pendidikan Jerman klasik, kemudian dimobilisasi pada tahun 1915 dan pada akhir masa perang ia belajar kedokteran dan filsafat. Pada tahun 1925 ia berbalik mempelajari sosiologi dan hendak menetap di Heidelberg tempat Max Weber mengajar kemudian menyusul bekerja sebagai asisten Karl Mannheim di Frankfurt.

(3)

ketimbang Elias. Kenyataannya Elias menjadi teman dan asisten tak bergaji dari Mannheim. Ketika Mannheim ditawari jabatan di Universitas Frankfurt tahun 1930, Elias menyertainya sebagai asisten resmi yang digaji (mengenai hubungan antara kedua orang itu dan karya mereka, lihat Kilminster, 1993).

3. LATAR BELAKANG SOSIAL

Elias lahir di Breslau, Jerman tahun 1897 (Mennel, 1992). Orang tuanya Hermann dan Sophie Elias.Ayahnya seorang pengusaha pabrik kecil dan kehidupan keluarganya cukup menyenangkan. Ia dibesarkan dalam sebuah keluarga sejahtera yang membekalinya dengan kepercayaan diri kuat yang bermanfaat baginya kemudian ketika karyanya tak dihargai : Dia telah dibekali perasaan aman yang besar sejak masa kanak-kanak. Dia mempunyai perasaan aman mendasar yang besar, perasaan yang dalam menghadapi suatu persoalan akhirnya akan menghasilkan penyelesaian yang terbaik. Rasa aman yang besar ini sudah ditanamkan orang tua kepada dia sejak kecil.

Sejak kecil dia tahu apa yang ingin dia lakukan; dia ingin masuk universitas dan ingin melakukan riset, Dia tahu itu sejak masih muda dan dia telah melakukannya meski kadang-kadang tampaknya mustahil… Dia yakin sekali bahwa akhirnya karya dia akan diakui sebagai kontribusi yang berharga terhadap pengetahuan tentang kemanusiaan. (Elias, dikutip dalam Mennel, 1992:6-7).

Elias masuk dinas militer Jerman saat PD II, dan seusai perang ia belajar filsafat dan kedokteran di Universitas Breslau. Meski studi kedokterannya maju pesat tetapi akhirnya ia tinggalkan demi untuk memusatkan perhatian sepenuhnya pada studi filsafat. Studi kedokteran memberikan pengertian tentang saling berhubungan antara berbagai bagian tubuh manusia dan pemahamannya itu membentuk orientasinya terhadap antar hubungan manusia; membentuk perhatiannya mengenai figurasi. Elias menerima gelar Ph.D. pada Januari 1924; baru kemudian ia pergi ke Heidelberg untuk belajar sosiologi.

(4)

Ketika Mannheim ditawari jabatan di Universitas Frankfurt tahun 1930, Elias menyertainya sebagai asisten resmi yang digaji (mengenai hubungan antara kedua orang itu dan karya mereka, lihat Kilminster, 1993).

Hitler berkuasa pada Februari 1933 dan segera sesudah itu, Elias, seperti banyak sarjana Yahudi lainnya (termasuk Mannheim), diusir dari Jerman, mula-mula ia tinggal di Paris, kemudian di London (ibunya mati di dalam kamp konsentrasi Jerman tahun 1941). Di Londonlah ia menulis bagian besar karyanya tentang proses peradaban (The Civilizing Process) yang diterbitkan di Jerman tahun 1939. Ketika itu tak ada pasar di Jerman bagi buku-buku yang ditulis oleh sarjana Yahudi dan Elias tak pernah menerima sesenpun royalti dari bukunya yang diterbitkan itu. Lagi pula bukunya itu kurang mendapat penghargaan di bagian dunia lain.

Baik selama perang maupun hampir satu dekade sesudahnya, Elias hidup luntang-lantung dengan keuletannya tanpa jaminan pekerjaan dan tetap menjadi orang pinggiran dalam lingkungan akademis di Inggris. Tetapi, tahun 1954 Elias ditawari dua jabatan akademis dan ia menerima jabatan akademis di Universitas Leicester. Demikianlah Elias memulai karir akademis formalnya di usia 57 tahun. Karir Elias berkembang di Leicester diiringi oleh sejumlah terbitan karyanya. Namun, Elias kecewa dengan jabatan profesornya di Leicester karena ia gagal dalam usahanya untuk melembagakan pendekatan pembangunan yang didirikan sebagai alternatif terhadap jenis pendekatan statis (pendekatan Parsons dan lain-lain) yang kemudian sangat unggul dalam sosiologi. Ia pun kecewa sedikit sekali mahasiswa yang menerima pendekatannya itu; ia terus menjadi seperti seorang yang berteriak di dalam hutan belantara, bahkan di Leicester dimana mahasiswa cenderung menganggapnya sebagai orang sinting yang meneriakkan masa lalu (Mennel, 1992:22). Menarik untuk dicatat bahwa selama Elias bertugas di Leicester, tak satupun bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan sedikit sekali bahasa Jerman.

(5)

4. PERTANYAAN YANG DIAJUKAN

Elias mempertanyakan sam seperti kebanyakan sosiolog untuk menjelaskan ketertiban kehidupan sosial dan dia mempertanyakan berpusat pada masalah tatanan itu sendiri masih problematis. Yang dibicarakan orang tentang tatana alam, tempat pembusukan dan penghancuransebagai proses terstruktur berdampingan dengan pertumbuhan dan sintesis.

Bagi Elias, pertanyaanya ialah ‘Bagaimana bias terjadi bahwa pemunculan formasi-formasi di dunia manusia tidak dimasukkan oleh seorang manusia pun, dan bahwa yang ada adalah hanyalah formasi-formasi tidak jelas tanpa kestabilan dan struktur.’ (Ritzer, Goerge.2001:709)

Menurut Elias (1978 :131) bahwa inti figurasi sosial yang senantiasa berubah adalah fluktuasi, keseimbangan yang dapat tegang dan kendur, keseimbangan kekuasaan yang berubah, mula-mula kearah satu sisi dan kemudian kesisi lain. Fluktuasi keseimbangan kekuasaan ini adalah ciri-ciri struktural aliran setiap figurasi sosial. Pada umumnya figurasi sosial muncul dan berkembang menurut cara tak kelihatan dan tanpa rencana.

5. PROPOSISI YANG DITAWARKAN

Elias meyakini sebagai produk sebuah proses yang panjang. Sebagai ekspresi bakat mereka sendiri yang tinggi. Rasa keunggulan bangsa Eropa atas sema bangsa lain di dunia. Sejak itulah kesadaran dan keunggulan mereka sendiri akan peradaban bertindak sebagai justifikasi atas pemerintahan bangsa-bangsa yang telah menjadi penakluk kolonialisme. Puncak kegemaran mereka pada kebiadaban yang mengerikan, inilah yang menjadi pusat penataan ulasan Elias perihal perkembangan kehidupan sosial modern. Sebagai pusat pembentukan struktur jiwa sosial yang menjadi ciri khas masyarakat Barat Eropa Kontemporer.

(6)

Elias memusatkan perhatian pada peradaban negeri barat dan mengaplikasikan gagasannya pada Negara lain yaitu Singapura, Elias tak hendak menyatakan bahwa ada sesuatu yang sudah menjadi sifat baik atau lebih baik mengenai peradaban seperti yang terjadi di barat atau tempat lain manapun. Ia pun tak hendak menyatakan bahwa peradaban mempunyai sifat buruk meski ia mengakui bahwa berbagai kesulitan telah muncul dalam peradaban barat. Lebih umum lagi Elias tak hendak menyatakan bahwa semakin beradab adalah lebih baik, atau sebaliknya, semakin kurang beradab adalah lebih buruk. Ia menyatakan bahwa orang menjadi makin beradab, kita tak perlu menyatakan bahwa mereka telah menjadi makin baik (atau makin buruk ) kita semata-mata hanya menyatakan fakta sosiologis. Demikian Elias memusatkan perhatian pada studi sosiologi mengenai apa yang ia sebut “sosiogenesis” pada peradaban di Barat.Mulai saat itu penggunaan kekerasan pribadi secara sosial berada dibawah pengawasan polisi dan pengadilan. Pada abad pertengahan para prajurit kerajaan biasa memotong beberapa anggota badan korban mereka sedangkan rakyat jelata cukup menonton hukuman penggal kepala. Dalam proses peradaban faktor-faktor eksternal sangat menentukan namun digantikan oleh mekanisme psikis yang mengatur tingkat kepekaan setiap orang.

(7)

6. JENIS REALITAS SOSIAL

Jenis realinya adalah perubahan tata karma atau tata kelakuan (mores) mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

The Civilizing Process menelusuri proses perubahan bertahap dalam ekspektasi sikap interpersonal orang-orang masyarkat Eropa. Elias mendapati bahwa tingkah laku abad pertengahan dicirikan oleh kesederhanaannya, kenaifannya, emosi, diekspresikan dengan lebih kasar dan langsung diterapkan untuk kekerasan, perilaku seksual, fungsi jasmaniah, kebiasaan makan, tata cara di meja makan dan bentuk-bentuk percakapan berangsur-angsur menjadi semakin rumit dan berbudaya menjijikkan. Dan yang menjijikkan itu kini disingkirkan di belakang pemandangan kehidupan sosial. (Ritzer, Goerge.2001:720)

7. AKTOR YANG OTONOM

Actor yang otonom didalam pemikiran adalah sosiologi mengkaji individu dan tindakan sosialnya, karena memberikan kebebasan mengembangkan nilai. Perkembangan peradaban ini menggangap aktor sebagai aktor yang otonom karena tindakan aktor tidak dipengaruhi struktur yang ada. Aktor dipandang sebagai individu bebas yang rasional yang dalam menyelesaikan masalah sehari – harinya cenderung menggunakan penalaran yang praktis bukan logika formula yang ada dalam struktur itu sendiri.

8. ASUMSI TENTANG INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Asumsi tentang individu yang berubah dalam adat-kebiasaan yang semakin berkurang, kesopanan yang mulai tidak ditunjukan maka, oleh Norbert Elias dikatakan perkembangan Peradaban dan proses peradaban di dalam masyarakat

(8)

9. UNIT ANALISNYA INDIVIDU ATAU MASYARAKAT

Unit analisisnya adalah proses peradaban yang berubah. dapat kita lihat dari perubahan tata krama atau tata kelakuan (mores) mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. kehidupan sehari-hari atau masyarakat biasa yang abadi. Atau, cara baru dalam memahami struktur objektif baik mikro.

Artinya, Elias sedang mengajukan argument yang sangat penting bahwa kebiadaban dan peradaban latar belakang peristiwa NAZI adalah bagian dari masalah analitis yang sama, yaitu “bagaimana dan dalam kondisi apa manusia memenuhi kebutuhan individu atau kebutuhan kelompok secara timbal balik menghancurkan, mengecewakan, merendahkan atau dengan cara lain berkali-kali saling merugikan dalam upaya pemenuhan kebutuhan ini. (Ritzer, Goerge.2001:727)

Pendekatan ini memihak masyarakat Negara modern untuk membuahkan respons-respons kritis terorganisir pada genosida besar-besaran

10. BERADA DALAM MAZHAB

Berada dalam mazhab postmodern karena berkembang dalam masa modern setelah perang dunia ke 2. dalam mengembangkan teori-teorinya berada pada mazhab Cartesian karena dalam kajiannya mengandalkan rasio / kesadaran ( rasionalisme ) dan menganggap kebenaran dari subyek.

Sumber :

TURNER,S.BRYAN.2012. Teori Sosial Klasik Sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Pada menu ini admin dapat menambahkan atau mengurangi daftar provinsi, kota atau kabupaten yang ikut serta dalam pemilihan calon legislatif yang sudah diatur dari awal

Harga pokok produksi maksimum untuk memproduksi 1 kilogram cabai giling ialah sebesar Rp 19.899, harga tersebut dapat diterima oleh perusahaan karena harga tersebut berada

Berdasarkan penelitian tentang Perbedaan Efek Fisiologis Pada Pekerja Sebelum Dan Sesudah Bek- erja Di Lingkungan Kerja Panas diperoleh simpulan sebagai berikut: Ada perbedaan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum disebutkan bahwa “pengadaan tanah adalah

Aplikasi peta zaman prasejarah di Indonesia tersebut telah dibuat dengan berisi tiga materi utama, yaitu informasi detail jenis manusia purba, pembabakan zaman

Metode pengujian yang digunakan yaitu Metode Pengujian Black Box.Penelitian ini menghasilkan sebuah program berupa sistem informasi analisis profitablitas

Hasil penelitian buku teks siswa kelas 1 Tema Kegemaranku kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa pada indikator atau aspek