• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

86

Ardha Puspita Sari

Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Papua ardha_zozek@ymail.com

Jl. Gunung Salju Amban

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efisiensi pemasaran melalui mendekatan SCP (Structure,

Conduct, Performance atau struktur, perilaku, kinerja). Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan

struktur dan perilaku pasar, sedangkan analisis kuantitatif untuk melihat kinerja pasar yang meliputi analisis margin pemasaran, fisherman's share dan rasio keuntungan terhadap biaya (B/C rasio).

Efisiensi pemasaran melalui pendekatan SCP menerangkan bahwa struktur pasar yang terjadi pada pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak adalah jenis pasar Persaingan Sempurna. Berdasarkan analisis perilaku pasar, maka terdapat 4 lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran perikanan tangkap yaitu nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Serta 6 saluran pemasaran ikan, dimana saluran terpanjang terdapat disaluran 6 yaitu nelayan - pedagang pengumpul - pedagang besar – pengolahan ikan - konsumen. Dalam saluran ini pedagang besar melaksanakan beberapa fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi pengemasan, fungsi penyimpanan dan fungsi penganggkutan. Analisis kinerja menunjukkan nilai margin pemasaran perdagangan ikan di masing-masing lembaga bervariasi dari yang terkecil yaitu Rp 5.000 hingga Rp 15.000,-. Jenis ikan yang memiliki harga dan margin tertinggi adalah ikan Kakap merah dan kakap putih. Nilai fisherman's share yang diperoleh dari hasil penelitian terlihat bahwa share yang diteima nelayan terbesar adalah pada pedagang pengecer untuk jenis ikan tenggiri, serta nilai B/C Ratio lebih besar dari nol (0).

Kata Kunci: Struktur, Perilaku, Kinerja, Pemasaran, Perikanan

ABSTRACT

The purpose of this study is to look at marketing efficiency through the approach of SCP (Structure, Conduct, Performance). Qualitative analysis is used to describe the structure and behavior of the market, while quantitative analysis to see market performance which includes analysis of marketing margins, fisherman's share and profit to cost ratio (B / C ratio).

The efficiency of marketing of capture fisheries through the SCP approach explains that the market structure that occurs in the marketing of capture fisheries in Fakfak Regency is a type perfect competition market. Based on the analysis of market behavior, there are 4 marketing institutions involved in the marketing of capture fisheries, namely fishermen, collectors, wholesalers and retailers, and 6 fish marketing channels, where the longest channel is channeled 6, namely fishermen - collectors - large traders - fish processing - consumers. In this channel, the big traders carry out several marketing functions, namely the purchasing function, the sales function, the packaging function, the storage function and the transportation function. Performance analysis shows the value of the marketing margin of fish trade in each institution varies from the smallest of Rp. 5.000 to Rp 15.000. The types of fish that have the highest price and margins are Red Snapper and White Snapper. The value of fisherman's share obtained from the research shows that the share received by the largest fishermen is to retailers for mackerel fish species and the B/C Ratio value is greater than zero (0).

(2)

87

PENDAHULUAN

Sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu sektor unggulan di Provinsi Papua Barat. Berdasarkan PDRB Provinsi Papua Barat Tahun 2016 subsektor perikanan menyumbang 5,48%, meningkat dari tahun sebelumnya 5.37%. Hal ini membuktikan bahwa sektor perikanan mampu bertahan menjadi yang tertinggi kontribusinya dalam DPRB di banding dengan subsektor yang lain dalam sektor pertanian.

Sebagian besar produksi perikanan di Provinsi Papua Barat merupakan perikanan tangkap laut dengan hasil produksi tahun 2019 sebesar 420.135 ton naik sebesar 36,80 % dari tahun sebelumnya. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil perikanan tangkap di Papua Barat masih sangat produktif.

Tabell 1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten /Kota di Papua Barat (2018)

Sumber : BPS Papua Barat, 2019

Data diatas menunjukkan adanya peningkatan produksi perikanan tangkap dari tahun ke tahun. Kabupaten yang ikut menyumbang produksi terbanyak selain Kota Sorong dan Kabupeten Manokwari adalah Kabupaten Fakfak. Produksi perikanan tangkap Kabupaten Fakfak dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 1.802 persen. Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak pada umumnya dihasilkan oleh nelayan-nelayan kecil yang tinggal dipesisir. Hal ini menunjukkan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak masih tergolong tinggi, tidak heran jika pemerintah daerah terus meningkatkan program-program kerja yang dapat meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan nelayan.

Menurut Sultana (2012), program produksi yang tinggi tidak dapat berjalan dengan efektif apabila sistem pemasaran tidak efisien. Pemasaran harus mampu berorientasi kepada kepuasan konsumen dan memberikan keuntungan kepada produsen (petani/nelayan), pedagang, pengolah, dan lembaga pemasaran yang terlibat. Petani/nelayan, dalam mengambil keputusan, harus memiliki informasi pasar yang baik. Keuntungan dan kerugian dari saluran dan strategi pemasaran yang berbeda, harus dipahami oleh produsen. Selama ini nelayan di Kabupaten Fakfak menjual ikan berdasarkan harga yang berlaku dipasar atau berdasarkan harga yang ditetapkan oleh pedagang. Kurangnya informasi pasar membuat nelayan menjual ikan dengan harga rendah. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran melalui pendekatan SCP (Structure Conduct Performance atau struktur perilaku kinerja) perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak.

No Kabupaten 2017 2018 2019 1. Fakfak 17.806 18.222 346.892 2. Kaimana 10.039 10.143 2.185 3. Teluk Wondama 6.860 7.029 1.358 4. Teluk Bintuni 2.869 2.830 - 5. Manokwari 18.872 19.276 2.054 6. Sorong Selatan 15.557 15.923 2.910 7. Sorong 12.491 12.763 5.393 8. Raja Ampat 6.661 6.819 2.647 9. Tambraw 3.290 3.367 227 10. Maybrat 27 - - 11. Manokwari Selatan 10.138 10.380 1.038 12. Punungan Arfak - - Kota/City 1. Sorong 47.352 48.505 55.431 Total 151.962 155.257 420.135

(3)

88 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu metode penelitian dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner sebagai data pokok. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Pengambilan sampel (responden) dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dikumpulkan dan disusun dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan struktur dan perilaku pasar, sedangkan analisis kuantitatif untuk melihat kinerja pasar yang meliputi analisis margin pemasaran, fisherman's share dan rasio keuntungan terhadap biaya (B/C rasio).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar dalam penelitian ini adalah untuk melihat efisiensi pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak. Struktur pasar yang dianalisis yaitu pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan hambatan masuk pasar. Analisis perilaku dilakukan secara deskriptif terkait dengan aktivitas pemasaran, penentuan harga serta system pemasaran. Analisis kinerja pasar mencakup marjin pemasaran, farmer share dan rasio keuntungan.

Struktur Pasar

Struktur pasar diidentifikasi dari pangsa pasar, konsentrasi pasar dan juga adanya hambatan keluar masuk pasar. Pangsa pasar merupakan tingkat kekuatan pasar atau perbandingan antara penjualan suatu perusahaan dengan total penjualan suatu industry. Hasil surve menunjukkan pasar perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak dikuasi oleh semua pelaku pasar, baik nelayan maupun pedagang besar dengan tujuan penjualan adalah konsumen umum dan perusahan pengolahan. Sedangkan konsentrasi pasar merupakan penguasaan atas sejumlah besar sumber daya ekonomi oleh sejumlah kecil unit pelaku ekonomi. Berdasarkan pengamatan dilapangan, terdapat 3 perusahaan besar (pedagang besar) yang terdaftar pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dulan Popok yakni PT. Eka Pratama, PT. Mulia Perikanan Indonesia, dan UD. Haerudin Jaya. Volume transaksi yang dilakukan pedagang besar tergolong tinggi yaitu dalam satu hari pembelian, pedagang besar rata-rata mengumpulan 200-500 Kg ikan yang dibeli dari nelayan langsung serta pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Fakfak. Satu perusahaan dapat mengirim ikan 6 ton setiap bulannya dengan tujuan penjualan adalah kota Surabaya dan Makassar. Sedangkan pedagang pengumpul, pedagang pengecer serta nelayan jumlahnya tidak terbatas dengan volume transaksi relative beragam. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pasar yang terbentuk dalam pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak merupakan jenis pasar persaingan sempurna. Semua orang bebas masuk dalam pasar perikanan tanpa adanya syarat dan ketentuan. Pasar sebagai tempat penjualan juga dapat terjadi dimana saja, tidak hanya dalam pasar lokal yang telah ada di kabupaten Fakfak, seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dulanpokpok, Pasar Tambaruni, Pasar Pasar Torea maupun Pasar Kokas.

Analisis Perilaku Pasar

Lembaga Pemasaran dan Fungsi Pemasaran

Hasil tangkapan ikan masyarakat Kabupaten Fakfak memerlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi tataniaga untuk penyebaran hasil perikanan tangkap. Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang melakukan kegiatan atau fungsi pemasaran sehingga produk atau jasa akan berpindah dari produsen ke konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak adalah sebagai berikut:

(4)

89 Nelayan merupakan orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk dijual kepada konsumen dan lebaga lain untuk mendapatkan keuntungan yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pada umumnya nelayan hanya melakukan fungsi produksi dengan menangkap ikan dilaut menggunakan alat tangkap dan fungsi penjualan.

2. Pedagang pengumpul

Pada penelitian ini pedagang pengumpul adalah pedagang/lembaga yang membeli dan mengumpulkan hasil tangkapan ikan dari beberapa nelayan kemudian dijual kembali kepada pedagang pengecer atau pedagang keliling. Dalam hal ini pedagang pengumpul melakukan fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

3. Padagang besar

Pedagang besar merupakan pedagang yang mengumpulkan hasil tangkapan ikan dari beberapa nelayan maupun pedagang pengumpul untuk kemudian dijual kembali dalam jumlah yang besar. Biasanya penjualan kembali ditujukan untuk di ekspor ke luar daerah. Pedagang besar dalam penelitian ini telah melakukan fungsi pembelian, penyimpangan, pengemasan, transportasi dan penjualan.

4. Pedagang pengecer

Pengecer merupakan pedagang yang membeli hasil tangkapan ikan dari nelayan maupun pedagang pengumpul kemudian dijual kembali kepada konsumen. Pedagang pengecer pada lembaga pemasaran hasil perikanan tangkap di kabupaten fakfak biasanya berjualan pada pasar ikan Tambaruni dan pasar Torea. Sama halnya dengan pedagang pengumpul, pengecer hanya melakukan dua fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian dan finsi penjualan.

Saluran Pemasaran

Menurut Kotler (2013), saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses menjadikan suatu produk siap untuk dikonsumsi. Saluran pemasaran dapat dibedakan menurut jumlah dan tingkatannya. Saluran pemasaran ada yang berbentuk panjang dan ada yang pendek. Proses pergerakan perikanan tangkap dari nelayan ke konsumen tanpa dan melewati lembaga pemasaran sehingga membentuk beberapa saluran pemasaran. Secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1 menunjukkan terdapat 6 saluran perdagangan ikan di Kabupaten fakfak, yaitu:

1. Saluran 1: nelayan memasarkan hasil tangkapan ikan dengan menjual langsung ke konsumen tanpa melalui Lembaga pemasaran lainnya. Ini adalah saluran pemasaran yang paling pendek dan sederhana. Pola ini berlangsung dengan cara produsen mendatangi konsumen di pasar. Cara ini memiliki konsekuensi karena nelayan harus mengeluarkan biaya pemasaran, seperti biaya retribusi pasar, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja yang biasanya tidak diperhitungkan oleh nelayan. Nelayan dalam saluran ini melakukan satu fungsi pemasaran, yaitu fungsi penjualan. Pada saluran ini nelayan memiliki dua peran yaitu sebagai produsen sekaligus sebagai pedagang pengecer.

2. Saluran 2: nelayan menjual hasil tangkapan ke koperasi Enenem Jaya yang berfungsi sebagai pengumpul dan kemudian di jual kembali kepada PT. Indoceter sebagai konsumen akhir yang berperan sebagai pemasok bahan makanan ke PB Tangguh. Dalam hal ini Koperasi Enenem Jaya melakukan beberapa fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi penyimpanan. Sedangkan nelayan telah melakukan dua fungsi pemasaran selain fungsi penjualan nelayan juga telah melakukan fungsi pengolahan yaitu dengan memberihkan insang dan isi perut ikan sebelum dijual kepada koperasi.

3. Saluran 3: Nelayan menjual hasil tangkapannya ke pedagang pengecer untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir. Pada saluran ini pedagang pengecer biasanya membeli ikan langsung kepada nelayan saat nelayan masih berada di laut, tujuannya agar harga ikan tidak

(5)

90 4. Saluran 4: nelayan menjual hasil tangkapan ke pedagang pengumpul kemudian di jual

kembali kepada pedagang pengencer lalu ke konsumen. Peran pedagang pengumpul pada saluran ini adalah mengumpul hasil tangkapan ikan dari nelayan untuk kemudian dijual kembali kepada beberapa pedagang pengecer yang ada di kota Fakfak. Sedangkan pedagang pengecer berperan sebagai penyalur hasil tangkapan ikan nelayan ke konsumen akhir (rumah tangga atau warung makan).

5. Saluran 5: nelayan menjual hasil tangkapan kepada pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul langsung menjual kembali kepada konsumen tanpa melalui pedagang besar terlebih dahulu. Pada saluran ini pedagang pengumpul berperan seperti pedagang pengecer yang menjual produk hasil tangkap nelayan lansung kepada konsumen akhir. Harga yang ditetapkan sama seperti harga yang ditetapkan oleh pedagang pengecer.

6. Saluran 6: nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual kembali kepada pedagang besar lalu konsumen. Dalam saluran ini pedagang besar menjual kembali hasil yang dibeli dari pedagang pengumpul untuk dijual kembali kepada perusahaan pengolahan ikan yang ada di Surabaya dan Makasar

Keterangan:

Saluran 1

Saluran 3

Saluran 5

Saluran 2

Saluran 4

Saluran 6

Gambar 1. Saluran Pemasaran Perdagangan Ikan di Kabupaten Fakfak

Nelayan

Pengumpul

Pedagang Besar

Pengecer

Konsumen

(6)

91

Mekanisme Penentuan Harga

Dari hasil survey, secara umum diketahui bahwa nelayan dan pedagang pada umunya mengetahui perkembangan harga ikan melalui pasar. Nelayan besar maupun pedagang menganggap harga yang diterima telah sesuai dan memiliki keuntungan dari hasil penjulan yang dilakukan. Dasar penetapan harga ikan oleh nelayan terbagi menjadi 4 (empat) yaitu mengikuti harga pasar, menetapkan sendiri, mengikuti harga pelelangan serta mengikuti harga standar koperasi. Penetapan harga tersebut sangat dipengaruhi pada lokasi transaksi jual beli. Penetapan harga mengikuti harga pasar dan mengikuti harga pelelangan terjadi pada tempat pelelangan ikan dan pengumpul besar. Penetapan harga sendiri ditemukan pada lokasi pemasaran pasar tambaruni sedangkan penetapan harga mengikuti standar koperasi ditemukan di Arguni.

Penetapan harga mengikuti harga pasar dan secara sendiri biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara nelayan dan pembeli. Harga yang disepakati tidak stabil tergantung pada kondisi ketersediaan ikan di nelayan. Pada suatu kondisi ikan melimpah harga ikan dapat berada pada harga terendah sedangkan pada saat ketersediaan ikan kurang di pasaran, pada saat itulah harga ikan berada pada harga tertinggi. Penetapan harga mengikuti standar koperasi merupakan harga yang selalu stabil atau tidak mengalami perubahan harga pada saat ikan melimpah maupun ketersediaan ikan kurang. Ketersediaan ikan di pasar sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca yang menyebabkan banyak nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan. Kondisi harga ikan yang stabil di Koperasi menyebabkan sebagian nelayan menjual ikan hasil tangkapan kepada pihak lain apabila harga ikan di pasaran Fakfak maupun Kokas lebih tinggi/ mahal. Nelayan menjual ikan kepada pihak lain selain faktor harga yang lebih tingi juga karena penjualan ikan kepada pihak lain tidak membutuhkan tenaga ekstra untuk membersihkan insang dan isi perut ikan. Dengan kata lain, sebagian nelayan merasa lebih untung ketika menjual keluar dari koperasi/ menjual kepada pihak lain dengan harga yang lebih tinggi.

Sistem Pemasaran

Pada umumnya sistem pemasaran ikan oleh nelayan di Kabupaten Fakfak adalah bebas tanpa terikat kontrak penjualan. Nelayan lokal yang ada di Distrik Arguni menjual ikannya kepada koperasi tanpa ada kontrak atau perjanjian yang mengikat. Sehingga penjualan ikan ke koperasi ataupun ke konsumen lainnya merupakan pilihan bagi nelayan. Selama ini nelayan memilih menjual ikannya ke koperasi dengan alasan tempat penjualan dekat yaitu berada dalam kampung Arguni, sehingga mereka tidak perlu mengelurakan biaya tambahan untuk menjual hasil tangkapannya. Begitu pula dengan nelayan yang memilih menjual ikannya pada pedagang pengumpul atau pedagang besar yang ada di TPI. Alasan paling kuat adalah harga di tingkat pedagang pengumpul atau TPI lebih tinggi dan menguntungkan dibandingkan jika mereka menjual hasil tangkapannya di koperasi.

Lain halnya dengan koperasi Enenem Jaya, sistem pemasaran yang dilakukan berdasarkan kontrak kerja sama oleh PT. Indoceter. Dimana salah satu isi kontrak adalah menjual ikan hasil tangkapan nelayan lokal dengan jumlah 6 ton setiap bulannya. Sehingga jika dalam 1 bulan stok ikan pada koperasi mengalami kekurangan, maka koperasi harus mencari stok ikan ditempat lain, agar stok ikan yang diminta terpenuhi. Jenis ikan yang dijual kepada PT. Indoceter adalah Ikan Tenggiri, Ikan Kakap Merah dan Ikan Bubara.

Dalam penelitian ditemukan bahwa hampir semua nelayan di Kabupaten Fakfak menjual hasil tangkapannya dalam bentuk segar. Nelayan kecil di Distrik Arguni yang menjual ikan hasil tangkapannya pada Koperasi Enenem Jaya menjual ikan dalam keadaan bersih dimana insang dan isi perut ikan telah dikeluarkan terlebih dahulu. Sedangkan nelayan besar di kabupaten Fakfak menjual ikannya utuh tanpa mengeluarkan insang da nisi perut ikan. Namun ada juga nelayan besar yang menjual ikannya dalam bentuk es karena dalam sekali melaut mereka menghabiskan waktu hingga

(7)

92 Begitu pula pada pedagang pengumpul dan pedagang besar, ikan yang dijual adalah ikan es atau beku. Hal ini dilakukan karena pedagang pengumpul tidak langsung menjual kembali kepada konsumen atau pelanggannya namun harus menunggu hingga ikan yang dikumpulnya telah cukup untuk dijual kembali. Biasanya pedagang pengumpul dapat mengumpul ikan selama 1 hari hingga 1 bulan.

Pada pedagang besar, pengumpulan ikan dari nelayan dan pedagang pengumpul hingga 2 minggu atau 1 bulan baru kemudian ikan akan dikirim ke Makasar atau Surabaya. Pengiriman dilakukan jika jumlah ikan yang dikumpul telah memenuhi kuota pengiriman. Jika jumlah ikan yang di kumpul belum memenuhi kuota maka pengiriman akan ditunda hingga jumlah telah cukup. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengiriman ikan.

Analisis Kinerja Pasar

Margin Tataniaga dan Fisherman's share

Margin mutlak pemasaran ikan adalah harga pembelian di tingkat pedagang pengecer (sebagai konsumen akhir) dikurangi harga pembelian di tingkat nelayan. Margin mutlak pemasaran bagi pedagang adalah harga penjualan oleh pedagang dikurangi harga pembelian oleh pedagang tersebut. Mergin perdagangan ikan di kabupaten Fakfak dapat dilihat pada Tabell 7.

Nilai margin pemasaran perdagangan ikan di masing-masing lembaga bervariasi dari yang terkecil yaitu Rp 5.000 hingga Rp 15.000,-. Jenis ikan yang memiliki harga dan margin tertinggi adalah ikan Kakap merah dan kakap putih. Kakap putih memiliki margin tertinggi pada lembaga pemasaran koperasi, dimana pada harga beli di nelayan kakap putih memiliki harga yang rendah namun pada penjualan kepada PT. Indoceter harga semua ikan disamakan yaitu Rp 30.000 per Kg. Hal ini yang menyebabkan margin pemasaran kakap putih menjadi tinggi ditingkat koperasi. Berbeda dengan jenis ikan kakap merah, margin tertinggi terdapat di lembaga pemasaran pedagang pengumpul, dimana jenis ikan ini memiliki nilai jual yang tinggi karena memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan ikan jenis lain sehingga sangat laku dipasar.

Pedagang besar pada umumnya mengambil margin sebesar Rp 6.000,-. Terlihat kecil jika dibandingkan dengan margin yang diambil oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer pada umumnya. Namun, pedagang besar menjual dalam jumlah besar, maka keuntungan yang diperoleh juga akan semakin besar.

Nilai fisherman's share yang diperoleh dari hasil penelitian terlihat bahwa share yang diteima nelayan terbesar adalah pada pedagang pengecer untuk jenis ikan tenggiri. Sedangkan share yang diterima nelayan terendah pada koperasi. Namun, jika dilihat lebih lanjut maka nilai farmer share yang diperoleh termasuk dalam kategori efisiensi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Downey dan Erickson (1992), bahwa pemasaran hasil pertanian (perikanan tangkap) jika ditinjau dari bagian yang diterima oleh petani produsen dapat dikatakan efisien jika harga jual petani lebih dari atau sama dengan 40% dari harga beli ditingkat konsumen.

(8)

93 Tabell 7. Margin Perdagangan Ikan pada Lembaga Pemasaran Ikan di Kabupaten Fakfak

Jenis Ikan Lembaga Harga

Beli Harga Jual (Rp/Kg) Margin Per Saluran (Rp/Kg) Fisherman's share (%) Tenggiri Nelayan 20,500 20,500 - Koperasi 18,000 30,000 12,000 60.00 Pengumpul 25,000 35,000 10,000 71.43 Pengecer 26,667 35,000 8,333 76.19 Kakap Merah Nelayan 28,875 28,875 -

Koperasi 22,000 30,000 8,000 73.33 Pengumpul 27,000 40,000 13,000 67.50 Pengecer 34,400 46,400 12,000 74.14 Kakap Putih Nelayan 27,500 27,500 -

Koperasi 15,000 30,000 15,000 50.00 Pengecer 15,000 20,000 5,000 75.00 Cakalang/Tongkol Nelayan 14,143 14,143 - Pedagang besar 12,000 18,000 6,000 66.67 Pengecer 14,167 23,000 8,833 61.60 Tuna Nelayan 14,000 14,000 - Pedagang besar 12,000 18,000 6,000 66.67 Bubara Nelayan 19,846 19,846 - Koperasi 18,000 30,000 12,000 60.00 Pengumpul 25,000 35,000 10,000 71.43 Pengecer 30,000 40,000 10,000 75.00 Sumber: Data Primer, 2017

(9)

94 Nilai efisiensi dapat didekati dengan membandingkan output pemasaran terhadap inputnya (Sudiyono, 2002), nilai B/C rasio yang >0 menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan mendapatkan keuntungan. Meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien.

Tabell 8. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Setiap Lembaga Pemasaran di kabupaten Fakfak

Lembaga Pemasaran B/C Rario

Nelayan Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Eceran 0,55 0,23 0,31 0,24

Tabell 8 menunjukkan bahwa setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak memiliki nilai B/C Ratio lebih besar dari nol (0), artinya setiap lembaga mendapatkan kelayakan usaha dan memberi manfaat. Lembaga pemasaran yang memberikan mafaat paling besar adalah nelayan, sedangkan lembaga yang memberikan manfaat paling sedikit adalah pedagang pengumpul.

KESIMPULAN

Efisiensi pemasaran perikanan tangkap melalui pendekatan SCP menerangkan bahwa struktur pasar yang terjadi pada pemasaran perikanan tangkap di Kabupaten Fakfak adalah jenis pasar persaingan sempurna. Berdasarkan analisis perilaku pasar maka terdapat 4 lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran perikanan tangkap yaitu nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Serta 6 saluran pemasaran ikan, dimana saluran terpanjang terdapat disaluran 6 yaitu nelayan - pedagang pengumpul - pedagang besar – pengolahan ikan - konsumen. Dalam saluran ini pedagang besar melaksanakan beberapa fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi pengemasan, fungsi penyimpanan dan fungsi penganggkutan.

Analisis kinerja menunjukkan nilai margin pemasaran perdagangan ikan di masing-masing lembaga bervariasi dari yang terkecil yaitu Rp 5.000 hingga Rp 15.000,-. Jenis ikan yang memiliki harga dan margin tertinggi adalah ikan Kakap merah dan kakap putih. Nilai fisherman's share yang diperoleh dari hasil penelitian terlihat bahwa share yang diteima nelayan terbesar adalah pada pedagang pengecer untuk jenis ikan tenggiri. Sedangkan share yang diterima nelayan terendah pada koperasi. Serta ilai B/C Ratio lebih besar dari nol (0).

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Fakfak, 2019. Kabupaten Fakfak dalam Angka. BPS Provinsi Papua Barat, 2019. Provinsi Papua Barat dalam Angka

Downey, W. D., dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta.

Kohls dan Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition. Prentice Hall. New Jersey Kotler, W. G dan L.R, Kenneth. 1991. Agriculture Product Price. Comell University Press, New

York.

(10)

95 Sultana A. 2012. Rice Marketing in Bangladesh: From the Perspective of Village Study at Cox’s

Bazar District. African Journal of Agricultural Research, 7(45):5995-6004.

Wambrauw, L dan tim. Kajian Rantai Produksi dan Perdagangan Ikan Papua Barat (Laporan). Kerja sama UNIPA dan LNG BP. Universitas Papua (tidak dipublis).

Gambar

Tabell 1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten /Kota di Papua Barat (2018)
Gambar 1. Saluran Pemasaran Perdagangan Ikan di Kabupaten Fakfak Nelayan

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Pelayanan Veteriner mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan teknik kegiatan penyidikan, pengujian veteriner, dan pengembangan teknik dan metoda penyidikan

Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi

Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu objek wisata tersebut seperti pengembangan pariwisata yang dilakukan

Tradisi Upacara Kelahiran umat Hindu yang ada di Pura Jala Siddhi Amerta sangatlah banyak, seperti; Upacara Magedong-gedongan (usia kandungan 175 hari), Upacara

Secara simultan promosi online dan lokasi berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan, kedua faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan minat

Munculnya dikotomi antara keadilan substantif dan keadilan prosedural dalam proses penegakan hukum karena pemahaman filosofis terhadap penegakan hukum itu sendiri,

Oleh itu, dapatan kajian ini menunjukkan bahawa dalam mereka bentuk kurikulum BIM untuk golongan pekak bagi PAFA kesemua item telah dipersetujui oleh kesemua pakar dan terdapat

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti menemukan bahwa jumlah pengunjung yang terus meningkat masih ada masalah yang dihadapi diTaman Margasatwa yaitu dari segi