• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ramadhan, Idul Fitri dan Anti Kezaliman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ramadhan, Idul Fitri dan Anti Kezaliman"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

اَن ِسُفْنَٔا ِرْوُرُش ْنِم ِهّللاِب ُذْوُعَنَو ِهْيَلِٕا ُبْوُتَنَو ُهُرِفْغَتْسَنَو ُهُنْيِعَتْسَنَو ُهُدَمْحَن ِهّلِل َدْمَحْلا َّنِٕا

ُدَه ْشَٔاَو ُهَل َيِداَه اَلَف ْلِل ْضُي ْنَمَو ُهَل َّلِضُم اَلَف ُهّللا ِهِدْهَي ْنَم اَنِلاَمْعَٔا ِتاَئِّيَس ْنِمَو

.ُدْعَب اَّمَٔا ُهُلْوُسَرَو ُهُدْبَع اًدَّمَحُم َّنَٔا ُدَهْشَٔاَو ُهَل َكْيِرَش َال ُهَدْحَو ُهّللا َّالِٕا َهلِٕا َال ْنَٔا

َمَّلَسَو ِهِلٓاَو ِهْيَلَع ُهّللا ىَّل َص ٍدَّمَحُم يَدُه ِيْدَهْلا َرْيَخَو ِهّللا ُمَالَك ِمَالَكْلا َرْيَخ َّنِٕاَف

. ِراَّنلا يِف ٍةلَال َض َّلُكَوٌ َةلَال َض ٍةَعْدِب َّلُكَو ٌةَعْدِب ٍةَثَدْحُم َّلُكَو اَهُتاَثَدْحُم ِرْوُمُٔاْلا َّر َشَو

. ﴾١٠٢ :نارمع لٓا ﴿ َنوُمِلْسُّم مُتنَٔاَو َّالِٕا َّنُتوُمَت َالَو ِهِتاَقُت َّقَح َهّللا ْاوُقَّتا ْاوُنَمٓا َنيِذَّلا اَهُّئَا اَي

اَمُهْنِم َّثَبَو اَهَجْوَز اَهْنِم َقَلَخَو ٍةَد ِحاَو ٍسْفَّن نِّم مُكَقَلَخ يِذَّلا ُمُكَّبَر ْاوُقَّتا ُساَّنلا اَهُّئَا اَي

﴿ اًبيِقَر ْمُكْيَلَع َناَك َهّللا َّنِٕا َماَحْرَٔالاَو ِهِب َنوُلءاَسَت يِذَّلا َهّللا ْاوُقَّتاَو ءاَسِنَو اًريِثَك ًالاَجِر

﴾١ :ءاسنلا

ْمُكَل ْرِفْغَيَو ْمُكَلاَمْعَٔا ْمُكَل ْحِل ْصُي ﴾٧٠﴿ اًديِدَس اًلْوَق اوُلوُقَو َهَّللا اوُقَّتا اوُنَمٓا َنيِذَّلا اَهُّئَا اَي

. بازحٔالا ﴾٧١﴿ اًميِظَع اًزْوَف َزاَف ْدَقَف ُهَلوُسَرَو َهَّللا ْعِطُي نَمَو ْمُكَبوُنُذ

ُدْمَحْلا ِهّلِلَو ُرَبْكَٔا ُهّللَا ُرَبْكَٔا ُهّللاَو ، ُهّللا َّالِٕا َهلِٕا َال ُرَبْكَٔا ُهّللَا ُرَبْكَٔا ُهّللَا ، ُرَبْكَٔا ُهّللَا

َهَّللا اَّلٕا ُدُبْعَن اَلَو ُرَبْكَٔا ُهَّللا اًليِصَٔاَو ًةَرْكُب ِهَّللا َناَحْبُسَو اًريِثَك ِهَّلِل ُدْمَحْلاَو اًريِبَك ُرَبْكَٔا ُهَّللا

ُهَدْبَع َر َصَنَو ُهَدْعَو َقَد َص ُهَدْحَو ُهَّللا اَّلٕا َهَلٕا اَل َنوُرِفاَكْلا َهِرَك ْوَلَو َنْيَّدلا هل َنيِصِلْخُم

ُرَبْكَٔا ُهَّللَاَو ُهَّللا اَّلٕا َهَلٕا اَل ُهَد ْحَو َباَز ْحَٔاْلا َمَزَهَو

Ramadhan, Idul Fitri dan Anti Kezaliman

KHUTBAH IDUL FITRI 1437 H

(2)

Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT

Sebulan penuh kita berpuasa, mengisi hari-hari kita dengan membaca Al-Quran. Tingkat kedermawanan kita semakin tinggi, malam-malam kita penuhi dengan lantunan zikir dan qiyamullail. Sementara di siang hari kita menyibukkan diri dengan memperbanyak doa dan ibadah. Setelah semua itu, ada pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut di pikiran kita semua.

Apakah puasa kita bernilai ketaatan di sisi Allah atau malah hanya bernilai haus dan dahaga saja? Sebagaimana di sebutkan dalam hadits :

ُشَطَعْلاَو ُعوُجْلا اَّلِٕا ِهِمْو َص ْنِم ٌّظ َح ُهَل َسْيَل ٍمِئا َص َّبُر

“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada nilai dari puasanya melainkan hanya rasa lapar dan haus semata.” (HR An-Nasai dan Ibnu Majah)

Apakah tilawah kita mendapat balasan pahala yang belipat-lipat dari Allah SWT yang setiap hurufnya dilipatgandakan menjadi sepuluh, bahkan bisa berlipat-lipat ganda yang mebuat hati kita semakin lembut? Atau hanya menyangkut di tenggorokan kita tanpa masuk ke dalam hati kita?

Apakah sedekah dan zakat kita telah benar-benar mensucikan harta dan jiwa kita atau hanya sebatas ajang ikut-ikutan dan pamer semata?

Apakah qiyamullail kita mampu membuat air mata kita mencair setelah selama ini mengeras karena seringnya hati kita terpaut dunia atau hanya bernilai bergadang semata? Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits :

ُرْهَّسلا َّالِٕا ِهِماَيِق ْنِم ُهَل َسْيَل ٍمِئاَق َّبُر

“Berapa banyak orang yang melakukan qiyamullail tapi tidak ada nilai qiyamullailnya melainkan hanya begadang semata.” (HR An Nasai dan Ibnu Majah)

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas menggambarkan kualitas Ramadhan kita. Meminjam istilah Al-Quran, jawaban dari pertanyaan di atas menunjukkan tingkat ketakwaan yang telah kita capai setelah kita memasuki madrasah Ramadhan. Karena, jika kita telah lulus dari madrasah Ramadhan maka akan memberikan efek positif bagi kehidupan beragama kita.

Sesungguhnya amalan ketaatan itu saling memanggil. • Shalat kita akan memanggil shalat-shalat lainnya.

• Puasa kita akan memanggil puasa lainnya. Sedekah kita di Ramadhan akan memanggil kita bersedekah di bulan lainnya.

• Qiyamullail kita di Ramadhan akan memanggil qiyamullail di luar bulan Ramadhan. • Zikir kita akan mengundang zikir-zikir berikutnya.

(3)

Dan begitu seterusnya. Amalan ketaatan akan mendatangkan ketaatan berikutnya. Dan sebaliknya, kemaksiatan akan memanggil maksiat lainnya.

Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT

Taqwa adalah jalan surga. Pertanyaan besarnya adalah, sudahkah selama menjalankan rangkaian amalan ketaatan di bulan ramadhan menjadikan kita hamba-hamba yang bertakwa? Di antara indikasi bertambahnya ketakwaan adalah menjauhi segala bentuk kezaliman.

Rasulullah SAW bersabda di dalam hadits Qudsi :

.اوُمَلاَظَت اَلَف اًمَّرَحُم ْمُكَنْيَب ُهُتْلَعَجَو ي ِسْفَن ىَلَع َمْلُّظلا ُتْمَّرَح يِّنِٕا يِداَبِع اَي

“Wahai hamba-Ku, Sesungguhnya Aku (Allah) mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman tersebut haram bagi kalian. Maka dari itu Janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim)

Hadits Qudsi di atas menjelaskan bahwa kezaliman adalah hal yang terlarang. Baik bagi Allah maupun bagi hamba-Nya. Menanggapi hadits di atas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Hadits ini mengandung kaedah-kaedah yang agung di dalam din ini. Baik masalah ilmu, amal, ushul dan furu’…”

Beliau melanjutkan,”Sedangkan di kalimat kedua yaitu firman Allah di dalam hadits Qudsi (dan Aku jadikan kezaliman itu terlarang bagi kalian maka dari itu janganlah kalian saling menzalimi) mencakup seluruh aspek din ini. Karena segala sesuatu yang dilarang Allah adalah kezaliman dan sebaliknya segala sesuatu yang diperintahkan Allah adalah keadilan.” (Majmu Fatawa 18/157)

Perkataan Ibnu Taimiyah di atas memperlihatkan korelasi yang kuat antara ketakwaan dan kezaliman. Menjauhi kezaliman adalah setengah dari ketakwaan. Karena sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa takwa itu adalah mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala bentuk larangan Allah.

Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT

Di dalam hadits lain diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

ةَماَيِقلا َمْوَي ٌتاَمُلُظ َمْلُظلا َّنٕاف ؛َمْلُظلا اْوُقَّتا

“Takutlah kalian terhadap kezaliman, karena kezaliman nantinya akan menyebabkan kegelapan pada hari kiamat.” (HR Muslim)

(4)

berapa banyak hati anak yatim terbakar olehnya dan berapa banyak air mata fakir miskin mengalir disebabkan karena kezalimannya.” (Badaiul Fawaid 3/762)

Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang berbicara tentang kezaliman, di antara ayat-ayat tersebut ada beberapa yang menyebutkan dampak dan akibat dari kezaliman. Allah SWT berfirman :

َنيِمِلاَّظلا َمْوَقْلا يِدْهَي اَل َهَّللا َّنِٕا

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS Al Maidah : 51)

Jelas di dalam ayat di atas diterangkan bahwa orang-orang yang berbuat zalim akan jauh dari petunjuk Allah. Maka, niscaya tidak ada tempat kembali bagi orang-orang yang berbuat zalim, kecuali menyudahi perbuatan zalim dan bertaubat kepada Allah SWT. Karena jika ia terus berbuat zalim, kemana lagi petunjuk hendak dia cari? Adakah petunjuk yang mampu menyelamatannya selain petunjuk Allah?

Selain dijauhkan dari petunjuk Allah, kezaliman juga akan menyebabkan pelakunya mendapat laknat dari Allah SWT, Allah SWT berfirman :

ِراَّدلا ُءوُس ْمُهَلَو ُةَنْعَّللا ُمُهَلَو ۖ ْمُهُتَرِذْعَم َنيِمِلاَّظلا ُعَفنَي اَل َمْوَي

“Pada hari itu (hari kiamat) tidak akan bermanfaat lagi permintaan maaf para pelaku kezaliman. Bagi mereka laknat dan mereka mendapatkan tempat tinggal yang buruk.” (QS Ghafir : 52)

Ayat di atas disebutkan tiga hukuman bagi pelaku zalim jika dia tidak bertaubat dari kezaliman yang dia lakukan. Pertama adalah tiada bermanfaat permintaan maafnya, kedua baginya laknat, yaitu dijauhkan dari rahmat Allah. Ketiga mendapat tempat tinggal yang buruk.

Sementara di dalam ayat lain disebutkan bahwa orang-orang yang berbuat zalim akan dijauhkan dari syafaat. Allah SWT berfirman :

اَلَو ٍميِمَح ْنِم َنيِمِلاَّظلِل اَم ۚ َنيِمِظاَك ِرِجاَنَحْلا ىَدَل ُبوُلُقْلا ِذِٕا ِةَفِزٓاْلا َمْوَي ْمُهْرِذنَٔاَو

ُعاَطُي ٍعيِف َش

“Dan peringatkanlah mereka akan hari yang dekat (hari kiamat) di mana hati-hati (menyesak) sampai di kerongkongan menahan kesedihan. Dan orang-orang yang zalim tidak memiliki teman setia dan pemberi syafaat yang dapat diterima syafaatnya.” (QS Ghafir : 18)

Di dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua kelompok dari umatku yang tidak akan mendapatkan syafaatku. Seorang pemimpin yang banyak berbuat zalim dan setiap orang yang berbuat ghuluw dan keluar dari agama.” (HR Thabrani di dalam Mu’jamul Kabir)

(5)

Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT

Di antara dampak kezaliman berikutnya adalah kezaliman seringkali mendatangkan azab dan musibah. Allah SWT berfirman :

ٍدي ِشَّم ٍر ْصَقَو ٍةَلَّطَعُّم ٍرْئِبَو اَهِشوُرُع ٰىَلَع ٌةَيِواَخ َيِهَف ٌةَمِلاَظ َيِهَو اَهاَنْكَلْهَٔا ٍةَيْرَق نِّم نِّئَاَكَف

“Berapa banyak kota yang telah Kami (Allah) binasakan karena (penduduknya) berbuat zalim. Sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (yang telah diinggalkan penghuninya).” (QS Al Hajj : 45)

Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

ٌديِد َش ٌميِلَٔا ُهَذْخَٔا َّنِٕا ۚ ٌةَمِلاَظ َيِهَو ٰىَرُقْلا َذَخَٔا اَذِٕا َكِّبَر ُذْخَٔا َكِلَٰذَكَو

“Begitulah siksa Rabb-mu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh siksa-Nya sangat pedih lagi sangat berat.”(QS Hud : 102) • Lihatlah bangsa Tsamud mereka adalah kaum yang ingkar kepada perintah Nabi Shalih

yang mengajak mereka untuk menyembah Allah. Bahkan saat Allah mendatangkan unta sebagai tanda kenabian Nabi Shalih mereka justru membunuh unta tersebut. Mereka justru menantang Allah untuk menyegerakan azab. Kemudian Allah timpakan kepada mereka gempa yang membuat mereka mati bergelimpangan.

• Lihatlah Kaum ‘Ad yang mengingkari nabi Hud. Bahkan mereka menuduh Nabi Hud sebagai orang yang kurang waras dan mengira Nabi Hud adalah seorang pendusta. Kemudian Allah menghancurkan mereka karena kezaliman mereka.

• Lihatlah kaumnya Nabi Luth. Mereka melakukan sebuah dosa yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang sebelum mereka. Mereka adalah penyuka sesama jenis. Lelaki mereka lebih berhasrat kepada sesama lelaki. Kemudian Allah timpakan azab kepada mereka karena kezaliman mereka.

• Pernah suatu ketika kota Madinah dilanda gempa bumi. Kemudian Umar mengumpulkan manusia dan berkhutbah di hadapan rakyatnya, menanyakan apa yang telah mereka perbuat.

Dan masih banyak lagi kisah-kisah musibah dan azab yang Allah timpakan kepada kaum-kaum yang berbuat zalim.

Oleh karena itu, marilah kita berhati-hati dari kezaliman yang kita lakukan terhadap orang lain. Jika kita sebagai kepala keluarga, maka hati-hatilah terhadap kezaliman yang kita lakukan kepada istri-istri dan anak-anak kita. JIka kita sebagai lurah, maka hati-hatilah terhadap kezaliman yang kita lakukan kepada warga kita. Jika kita seorang guru maka hati-hatilah terhadap kezaliman yang kita lakukan kepada murid-murid kita. Jika kita seorang ustadz dan pendakwah hati-hatilah kezaliman yang kita lakukan kepada umat. Jika kita sebagai orang yang berpunya, hati-hatilah kezaliman yang kita lakukan terhadap orang tak berpunya. Karena setiap kezaliman yang kita lakukan nantinya akan dimintai

(6)

Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd

Terkait dengan kezaliman ada dua hal yang harus dilakukan seorang muslim. Yang pertama adalah berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan kezaliman. Yang kedua seorang muslim dituntut untuk mencegah dan menuntaskan kezaliman yang terjadi. Di dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW bersabda :

اًمِلاَظ ُهُر ُصْنَن َفْيَكَف اًموُلْظَم ُهُر ُصْنَن اَذَه ِهَّللا َلوُسَر اَي اوُلاَق اًموُلْظَم ْؤَا اًمِلاَظ َكاَخَٔا ْر ُصْنُا

.ِهْيَدَي َقْوَف ُذُخْٔاَت َلاَق

“Bantulah saudaramu baik yang terzalimi maupun yang berbuat zalim.” Para sahabat bertanya, “Yang ini jelas, kami membantunya dalam keadaan terzalimi, lantas bagaimana kami membantu orang yang berbuat zalim?”. Rasul berkata, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim.” (HR Bukhari)

Mengomentari di atas syaikh Bin Baz berkata, “Membantu orang yang terzalimi jelas. Akan tetapi membantu orang yang berbuat zalim yaitu dengan mencegahnya berbuat zalim, inilah bentuk pertolongan kepada mereka. Jika ada seseorang yang ingin menzalimi orang lain, maka katakan kepadanya, berhentilah (dari berbuat zalim). Jika ada orang yang ingin mengambil harta orang lain maka cegah dia, inilah bentuk bantuan kepadanya. Hal ini dilakukan jika engkau memiliki kemampuan mencegahnya.”

Jika kezaliman tersebar di sebuah masyarakat tanpa ada yang mengingkarinya maka tunggulah datangnya azab dari Allah SWT. Bukankah Allah berfirman, “

ِباَقِعْلا ُديِد َش َهَّللا َّنَٔا اوُمَلْعاَو ۖ ًة َّصاَخ ْمُكنِم اوُمَلَظ َنيِذَّلا َّنَبيِصُت اَّل ًةَنْتِف اوُقَّتاَو

“Dan Takutlah akan musibah yang tidak hanya menimpa pelaku kezaliman saja. Ketahuilah sesungguhnya Allah amat pedih azabnya.” (QS Al Anfal : 25)

Mengomentari ayat di atas guru Syaikh Utsaimin, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata, “Bahkan musibah itu akan menimpa pelaku kezaliman dan orang lain. Hal itu terjadi jika tersebarnya kezaliman dan tidak ada yang merubah (mencegah).” (Tafsir As Sa’di)

Di dalam hadits lain hal senada juga disampaikan oleh Rasulullah SAW:

ُهْنِم ٍباَقِعِب ُهَّللا ْمُهَّمُعَي ْنَٔا َك َشْؤَا ِهْيَدَي ىَلَع اوُذُخْٔاَي ْمَلَف َمِلاَّظلا اْؤَاَر اَذِٕا َساَّنلا َّنِٕا

“Sesungguhnya, jika manusia menyaksikan orang berbuat zalim, namun tidak mencegahnya, maka hampir-hampir Allah akan ratakan azab kepada mereka semua.” (HR Tirmidzi)

Ummul Mukminin Zainab RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah kami semua akan ditimpa musibah, padahal di tengah-tengah kami masih ada orang-orang

(7)

shalih?” Rasulullah SAW menjawab, “Iya, jika tersebarnya kemaksiatan (baca : kezaliman). (HR Bukhari Muslim)

Ibnu Mubarak di dalam kitab Az Zuhd menukil perkataan Bilal bin Saad, beliau berkata, “Kemaksiatan jika tersembunyi maka tidak membahayakan kecuali pelakunya saja. Sementara apabila dilakukan dengan terang-terangan dan tidak ada yang mencegah maka akan membahayakan semua pihak.”

Di dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengazab orang banyak dengan dosa yang dilakukan segelintir orang. Hingga kemudian kemungkaran tersebar di tengah-tengah mereka dan mereka sebenarnya mampu untuk mencegahnya. Apabila hal itu terjadi, maka Allah akan mengazab orang banyak dengan dosa yang dilakukan segelintir orang.” (HR Ahmad)

Sidang jamaah shalat idul fitri yang dirahmati Allah SWT

Ayat dan hadits-hadits di atas menjelaskan kepada kita akan bahayanya kezaliman yang didiamkan. Bakan di dalam ungkapan yang begitu terkenal disebutkan bahwa

ٌسَرْخَٔا ٌناَطْيَش ِّقَحْلا ِنَع ُتِكاَّسلَا

“Orang yang diam dari kebenaran ibarat setan bisu.”

Oleh karena itu seorang muslim tidak hanya dituntut untuk menjauhkan diri dari kezaliman akan tetapi juga peka terhadap kezaliman yang terjadi di sekitarnya. Muslim yang baik bukanlah muslim yang hanya membangun kesalehan bagi pribadinya saja. Akan tetapi mereka yang membangun kesalihan diri dan peka terhadap kesalihan masyarakat.

Dewasa ini kita selalu disuguhkan kontes kezaliman. Baik kezaliman yang terjadi terhadap umat Islam maupun kezaliman yang terjadi terhadap Islam sebagai agama. M

• ari sejenak kita memikirkan saudara-saudara kita yang terzalimi di Palestina, hari demi hari kekejaman Yahudi terus berlanjut, bahkan di akhir-akhir Ramdhan skala serangan Yahudi terhadap umat Islam di Palestina semakin meningkat.

• Mari kita saksikan apa yang dialami saudara-saudara muslim kita di Suriah. Setiap hari hujanan bom birmil dan bom fosfor mengintai mereka tanpa mereka tahu akankah esok hari mereka masih bisa menghirup udara segar atau tidak. Bahkan yang menyedihkan beberapa waktu yang lalu ada pertanyaan dari Suriah sana kepada salah seorang ulama tentang halalkah kami memakan kucing? Hal ini ditanyakan karena tidak ada lagi yang bisa dimakan. Ini adalah pemandangan yang menyayat hati.

• Kita beranjak ke selatan Jazirah Arab. Saat Syiah Hutsi menduduki ibu kota Yaman. Tidaklah mereka memasuki suatu daerah melainkan mereka menumpahkan darah kaum Sunni.

(8)

• Belum lagi kalau kita mendengar kezaliman saudara Rohingya kita yang mendapatkan perlakuan represif dari rezim setempat.

Inilah potret singkat kezaliman yang menimpa umat Islam di belahan bumi lain. Pertanyaannya adalah apakah yang sudah kita lakukan untuk mengentaskan kezaliman dari mereka?

Sidang jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT

Kezaliman lainnya adalah kezaliman yang menimpa Islam sebagai agama. Di awal-awal bulan Ramadhan kita menyaksikan bagaimana syiar-syiar Islam terzalimi. Melalui drama yang dimainkan begitu cantik oleh media-media sekuler. Media-media ini membungkus pemberitaan sehingga menyudutkan perda-perda syariat yang berlaku di daerah tersebut. Kemudian kalau kita berselancar di dunia maya, di Facebook misalnya. Kita akan mendapati pihak-pihak yang melecehkan Islam sebagai agama. Ada yang berfoto dengan menginjak Al-Quran, ada yang menjadikan shalat sebagai alat bersenda gurau dengan menirukan gerakan shalat sementara di bibir mereka terselip rokok.

Pemandangan-pemandangan ini seharusnya mengganggu kita sebagai seorang muslim. Sense of belonging kita terhadap agama kita menuntut kita untuk melawan segala bentuk penistaan dan kezaliman terhadap Islam. Kecemburuan dan ghirah itu harus muncul. Karena kecemburuan dan ghirah terhadap yang demikian adalah alarm keimanan.

Buya Hamka berkata, “Ghirah dalam konteks beragama adalah konsekwensi dari iman itu sendiri. Orang yang beriman akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agamanya itu akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri.”

Tentunya perlawanan dan pengingkaran terhadap kezaliman harus sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan oleh syariat. Karena perlawanan terhadap kezaliman yang tidak sejalan dengan koridor syariat tentunya akan merugikan Islam itu sendiri dan biasa akan menimbulkan madhorot yang lebih besar.

Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT

Setiap amalan yang kita lakukan di Bulan Ramadhan jika kita tunaikan sesuai tuntutan dan tuntunan syar’i niscaya akan melahirkan ketakwaan. Ketakwaan yang membuat kita menjauhkan diri dari berbuat zalim dan ketakwaan yang menjadikan kita peka terhadap kezaliman.

Marilah kita tutup khutbah ini dengan membaca doa kepada Allah SWT

َنْيِّيِدْهَمْلا َنْيِد ِشاَّرلا ِهِئاَفَلُخ ىَلَعَو ِهِلٓا ىَلَعَو ٍدَّمَحُم اَنِّيِبَن ىَلَع ْكِراَبَو ْمِّلَسَو ِّل َص َّمُهلَّلا

(9)

ْحِل ْصَٔا َو ْمِهِبْوُلُق َنْيَب ْفِّلَٔا َو ِتاَمِلْسُمْلا َو َنْيِمِلْسُمْلا َو ِتاَنِمْؤُمْلا َو َنْيِنِمْؤُمْلِل ْرِفْغا َّمُهَّللَا

َنْيِذَّلا ِباَتِكْلا ِلْهَٔا َةَرَفَك ْنَعْلا َّمُهَّللَا .ْمِهِّوُدَع َو َكِّوُدَع َىَلع ْمُهْر ُصْنا َو ْمِهِنْيَب َتاَذ

َو ْمِهِمِلَك َنْيَب ْفِلاَخ َّمُهَّللَا .َكَءاَيِلْؤَا َنْوُلِتاَقُي َو َكَلُسُر َنْوُبِّذَكُي َو َكِلْيِبَس ْنَع َنْوُّد ُصَي

.َنْيِمِلاّظلا ِمْوَقْلا ِنَع ُهُّدُرَت اَل يِذَّلا َكَسْٔاَب ْمِهِب ْلِزْنَٔا َو ْمُهَماَدْقَٔا ْلِزْلَز

ْحِل ْصَٔاَو اَنُشاَعَم اَهْيِف يِتَّلا اَناَيْنُد َانَل ْحِل ْصَٔا َو اَنِرْمَٔا ُةَم ْصِع َوُه يِذَّلا اَنَنْيِد اَنَل ْحِل ْصَٔا َّمُهلَّلَا

ًة َحاَر َتْوَمْلا ِلَعْجاَو ٍرْيَخ ِّلُك يِف اَنَل ًةَداَيِز َةاَيَحْلا ِلَعْجاَو اَنُداَعَم اَهْيِف يِتَّلا اَنَتَر ِخٓا اَنَل

.ٍّرَش ِّلُك ْنِم اَنَل

.َةَّن َجْلا َو َكَناَو ْضِر ِتْوَمْلا َدْعَب َو ًةَداَه َش ِتْوَمْلا َدْنِعَو ًةَيْوَت ِتوْمَلْا َلْبَق اَنْقُزْرا َّمُهلَّلا

َكِتَمْحَر ِتاَبِجْوُم َكُلّٔاْسَن اَّنِٕا َّمُهَّللا .َنْيِبِئاَت َنْيِمِلْسُم اَنَّفَوَتَو َنْيِعِئاَط َنْيِنِمْؤُم اَنِيْحَٔا َّمُهَّللا

َةا َجَّنلا َو ِةَّنَجْلاِب َزْوَفْلا َو ٍّرِب ِّلُك ْنِم َةَمْيِنَغْلا َو ٍمْثِٕا ِّلُك ْنِم َةَماَلَّسلاَو َكِتَرِفْغَم َمِئاَزَع َو

.ِةَر ِخَٔالا ِباَذَعَو اَيْنُّدلا ِيْز ِخ ْنِم اَنْرِجَٔاَو اَهِّلُك ِرْوُمُٔاْلا يِف اَنَتَبِقاَع ْن ِسْحَٔا َّمُهَّللا .ِراَّنلا َنِم

ىَرا َصَّنلا َو ِدْوُهَيْلا يِدْئَا ْنِم اَه ْصِلْخَٔاَو ى َصْقَٔاْلا ِد ِجْسَمْلا َقْوَف ِماَلْس ِٕاْلا َةَياَر ْعَفْرا َّمُهَّللا

َكِّيِبَن ِجَهْنَم َىلَع ْمُهْتِّبَث َو َنْيِدِهاَجُمْلا َداَوُق َو َنْيِصَلْخُمْلا َنْيِلِماَعْلا َءاَمَلُعْلا ِظَفْحا َّمُهَّللا

َّبَر اَي ِهِتَعَباَتُم َو ِّقَحْلِل ْمُهْقِّفَوَو ِدا َشَّرلا َو ىَدُهْلا َلْيِبَس ْمِهِدْها َو َنْيِحِلا َّصلا ِفَلَّسلا َو

َنْيِمَلاَعْلا

ميكحلا زيزعلا تنٔا كنٕا انبر انلرفغاو اورفك نيذلل ًةَنْتِف اَنْلَعْجَتَال اَنَّبَر

نيرفاكلا موقلا نم كتمحرب انجنو َنيِمِلاَّظلا ِمْوَقْلِل ًةَنْتِف اَنْلَعْجَتَال اَنَّبَر

ُها َضْرَت اًحِلا َص َلَمْعَن ْنَٔاَو انيَدِلاَو ىَلَعَو انيَلَع َتْمَعْنَٔا يِتَّلا َكَتَمْعِن َرُكْشَن ْنَٔا َانْعِزْؤَا انَّبَر

.َني ِحِلا َّصلا َكِداَبِع يِف َكِتَمْحَرِب انْل ِخْدَٔاَو

نِم َنيِذَّلا ىَلَع ُهَتْلَمَح اَمَك اًر ْصِٕآاَنْيَلَع ْلِمْحَت َالَو اَنَّبَر اَنْٔاَطْخَٔا ْؤَا ٓاَني ِسَّن نِٕآاَنْذ ِخاَؤُت َال اَنَّبَر

اَنْر ُصناَف اَنَالْوَم َتنَٔا ٓاَنْمَحْراَو اَنَل ْرِفْغاَو اَّنَع ُفْعاَو ِهِب اَنَل َةَقاَطَالاَم اَنْلِّمَحُت َالَو اَنَّبَر اَنِلْبَق

.َنيِرِفاَكْلا ِمْوَقْلا ىَلَع

َنيِر ِسا َخْلا َنِم َّنَنوُكَنَل اَنْم َحْرَتَو اَنَل ْرِفْغَت ْمَل ْنِٕاَو اَن َسُفْنَٔا اَنْمَلَظ اَنَّبَر

ْلَّبَقَتو اناَتْوَم ْمَحْرا ّمهللا ،ناَيْغُّطلاَو َمْلُّظلا َّانَع ْعَفْراَو ،نيِمِلْسُملا و َماَلْس ٕالا ر ُصْنا ّمهللا

اَنِبوُلُق َنْيَب ْطِبْراَو انا َضْرَم ِف ْشا ّمهللا ، انَئاَدَهُش

(10)

،ةَمَلَظلا ِةاَغُّطلاِب َكيَلَع ّمهللا ،ٍءْيَش َّلُك ُهُتَمْحَر ْتَعِسَو ْنَم اَي َكِتَمْحَرِب انْمَحْرا ّمهللا

ْمِقَتْنا ّمهللا ،رِدَتْقُم ٍزْيِزَع َذْخَٔا ْمُهْذُخ ّمهللا ،مِهِماَدْقَٔا َتْحَت ْنَم مُه َشْوُرُع ْلِزْلَز ّمهللا

,كِترْدُق َبئاَجَع ًاموي مِهْيِف اَنِرَٔاَو ْمُهْنِم

َنيِبِئا َخ اَنَّدُرَت َالَف اَنُؤاعد اذه ّمهللا

َنْيِمَلَاعْلا ِّبَر هّلِل ُدْم َحْلاَو

Naskah khutbah Idul Fitri 1437 H. ini ditulis oleh Ust. Miftahul Ihsan, Lc, dan diunduh dari situs www.kiblat.net.

Referensi

Dokumen terkait

Gaia Consulting (2012) toteutti opetus- ja kulttuuriministeriön sekä ympäristöministeriön toimeksiannosta kansallisten kestävää kehitystä edistävien kasvatuksen ja koulutuksen

Apakah Ibu/Bapak tahu atau pernah dengar berita bahwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah meminta maaf atas pernyataan atau ucapannya terkait surat Al-Maidah bila itu

Pengaturan pesan 10 Pengaturan tampilan 17 Pengaturan tombol pilihan kanan 21 Pengaturan untuk kontak 14 Pengaturan waktu 18 M Melakukan persiapan 1 Memasukkan kartu SIM dan baterai

Starter ‘starfung’ yang digunakan berisi bakteri asam laktat (BAL) yang berasal dari ekstrak limbah sayur pasar kubis dan sawi yaitu Lactobacillus plantarum dan jenis

Ketidakpercayaan Sang Kuriang berlandaskan pada logika berpikir bahwa sesuatu yang tidak masuk akal, si Tumang yang dinilainya sebagai orang berkelas rendah, cacat,

Pedagang kreatif lapangan atau pedagang kaki lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana dan perlengkapan yang mudah

1) Untuk Mengajarkan bahwa perilaku tentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian. 2) Untuk mengajarkan anak suatu tindakan penyesuaian yang

Pertimbangan mengenai dipilihnya lokasi penelitian ini yaitu dengan melakukan penelitian di lokasi tersebut penulis dapat memperoleh data yang lengkap, akurat dan