• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU

DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Yolla Hadiyati

A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

RINGKASAN

YOLLA HADIYATI A44050270. Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing Oleh Dr. Ir. BAMBANG SULISTYANTARA, M. Agr)

Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.

Permasalahan sebagian besar jalan di Kota Bogor terutama pada daerah sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah dipadati kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang melintasinya.

Studi mengenai perencanaan pedestrian hijau di jalan lingkar luar Kota Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam arsitektur lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan serta pemeliharaan. Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Teknik survei lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi dan teknik. Keinginan dan persepsi pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masing-masing 20 orang pengguna jalan dan 10 orang pegawai instansi terkait.

Lingkup perencanaan yaitu sepanjang ± 8 km, daerah milik jalan (damija) yang direncanakan adalah 32-35 m. kondisi topografi tapak relatif datar, landai dan curam. Kawasan sekitar jalan telah cukup padat dengan pertokoan dan permukiman. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi kedalam 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Pedestrian direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penambahan fasilitas jalan dan lingkungan sekitar yang asri.

Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi, ruang penyangga, ruang pelayanan dan ruang identitas. Ruang sirkulasi adalah ruang bagi pergerakan kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang pengamannya. Ruang penyangga adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga kawasan sekitar dari dampak aktivitas kendaraan dan mempertahankan keberadaan sungai. Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan dan area sekitar

(3)

perairan. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat seperti berjalan kaki, bersepeda, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberi kesan atau ciri khas yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang direncanakan berupa stop area, gerbang kawasan, tugu dan penataan vegetasi yang berada di sepanjang segmen jalan.

Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan dapat memberi perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah erosi dan memiliki nilai estetika. Tanaman disusun secara masal dan kontinu di sepanjang jalan dengan desain linear, menggunakan kombinasi pohon, semak/perdu, penutup tanah dan rumput. Pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus penanda. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan, tidak mudah terserang hama dan penyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok dan sebagainya. Pada jalur hijau dipilih tamanan jenis pohon yaitu Mahoni (Swietenia mahogany) untuk segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) untuk segmen tengah dan selatan. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis Pinus (Pinus

merkusii) dan Glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Pada median dipilih jenis

pohon yaitu Cemara kipas (Thuja orientalis) untuk segmen utara, Palm Raja (Roystonea regia) untuk segmen tengah dan Kayu manis (Cinnamomun burmanii) untuk segmen selatan. Diantara pohon ditanam semak/perdu yaitu Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora

javanica). Tanaman penutup tanah digunakan Kacang-kacangan (Arachis pintoi)

dan Rumput Gajah (Cynodon dactylon).

Untuk hardscape berupa pedestrian (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m), saluran drainase (lebar 1 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang jalan yaitu tempat duduk (64 buah), tempat sampah (188 buah), fire hydrant (24 unit), lampu jalan (269 buah), lampu pedestrian (1.233 buah), halte (49 buah), papan orientasi (14 buah) dan jembatan pedestrian (12 buah). Papan reklame yang direncanakan menyatu dengan lampu penerangan jalan dan pedestrian.

Dengan dilakukannya pelebaran damija menjadi 32-35 m, penataan tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan kelancaran berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna jalan. Rencana lanskap ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelaksana dan pengembangan pada kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana lanskap yang telah dibuat.

(4)

@ Hak Cipta milik IPB tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERENCAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Yolla Hadiyati NIM. A44050270

(6)

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU

DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Yolla Hadiyati

A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Yolla Hadiyati

NRP : A44050270

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. NIP. 19601022 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 1987 di Pekanbaru, Riau. Penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan Bapak Yon Reflizar dan Ibu Nelawaty Bakwar.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Pekanbaru, Riau. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Negeri 001 Kec. Sail. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 13 Pekanbaru. Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi Riau. Satu tahun kemudian melalui program mayor-minor dari IPB penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap dengan mayor Arsitektur Lanskap dan memilih supporting course.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas kehendaknyalah sehingga skripsi yang berjudul Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan kepada :

1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara sebagai Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr,Sc dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT sebagai Dosen Penguji atas arahan, masukan dan koreksinya selama sidang.

3. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staf Komisi Pendidikan Arsitektur Lanskap atas semua pelayanannya.

5. Keluargaku tercinta (Ibuk, Bapak, Kiki dan Fiqri) untuk doa, kasih sayang dan motivasinya selama ini.

6. Untuk Datok dan Nenek untuk doa dan kasih sayangnya.

7. Suami dan putriku tersayang Heru Rahmatullah dan Hanamoza Permata Rahmatullah (momo) untuk doa, semangat dan bantuannya selama penyusunan skripsi.

8. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 42 untuk kebersamaannya selama ini.

9. Teman-teman 363 (oci, nita dila, lesti dan yoan) atas kebersamaan yang indah selama di asrama TPB

(10)

10. Bapak Rudi (BAPEDA Bogor) dan Ibu Yanti (Dinas Tata Ruang Kota Bogor) atas datanya.

11. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi namun tidak dapat disebutkan satu per satu.

Tak ada gading yang tak retak. Tiada sulaman yang paling sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan manusia adalah muara kekhilafan dan kesalahan belaka. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna, namun semoga dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012

(11)

DAFTAR ISI

Teks DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN………... PENDAHULUAN Latar Belakang………... Tujuan……… Manfaat……….. TINJAUAN PUSTAKA Lanskap………. Lanskap Jalan……… Jalur Hijau Jalan……… Penanaman Jalur Hijau Jalan……… Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)………. Sistem Pedestrian………... Jenis Pedestrian……….. Persyaratan Pedestrian……… Bahan Permukaan Pedestrian……….

Street Furniture (Perabot Jalan)………

Perencanaan………...………... METODOLOGI

Lokasi dan Waktu……….. Metode Studi………. Pengambilan Data……….. HASIL INVENTARISASI

Kondisi Umum……….. Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan……… Kebijakan Pengembangan Kota Bogor……… Aspek Fisik dan Biofisik………... Iklim………. Geologi dan Tanah……….. Pembagian Segmen………... Topografi, Hidrologi dan Drainase……….. Vegetasi dan Satwa……….. Utilitas……….. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan……….. Dimensi Jalan……… Kondisi Visual Tapak………... Jalur Pejalan Kaki………

Hal xiii xiv xvii 1 2 3 4 4 6 7 8 11 12 13 15 17 18 20 21 24 25 25 29 32 32 33 33 35 37 39 39 41 45 48

(12)

Tata Guna Lahan……….. Aspek Sosial……….. Pengguna Potensial……….. Kebiasaan Masyarakat………. Persepsi Masyarakat………. Keinginan Masyarakat………. Aspek Teknik……….

Pemeliharaan Lanskap Jalan……… ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Sejarah dan Konsep Pengembangan……….. Lokasi dan Orientasi Tapak………... Struktur Kegiatan………... Aspek Fisik dan Biofisik………...

Iklim………. Bentukan Lahan ……….. Vegetasi Jalan……….. Sarana dan Prasarana Jalan……….. Pedestrian……….. Aspek Sosial………..

Karakter Pengguna………... Rangkuman Analisis…...………... SINTESIS

Rencana Program Ruang……… Hubungan Antar Ruang……….. KONSEP

Konsep Dasar………. Konsep Pengembangan……….. Konsep Ruang (Zonasi)……… Konsep Sirkulasi……….. Konsep Fasilitas Jalan………... Konsep Tata Hijau……… PERENCANAAN LANSKAP

Rencana Ruang Sirkulasi………... Rencana Ruang Pelayanan………. Rencana Ruang Identitas……… Rencana Tata Hijau………... Rencana Fasilitas Jalan………... KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………. Saran……….. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 49 50 50 52 53 54 54 54 56 57 58 60 60 62 63 64 65 66 66 67 69 72 74 74 74 76 76 78 81 85 86 87 92 116 117 118 120

(13)

DAFTAR TABEL

Teks

1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki………... 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi………... 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki………... 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas………... 5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data………... 6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor……….. 7. Vegetasi di Area Studi………... 8. Satwa di Area Studi………... 9. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan………... 10. Dimensi Jalan Pada Setiap Segmen……… 11. Analisis Kegiatan di Setiap segmen………... 12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen……….. 13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap………... 14. Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas……….. 15. Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan…………. 16. Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan……….. 17. Rencana Sirkulasi Setiap Segmen………... 18. Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen………. 19. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen……… 20. Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah……… 21. Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen……… 22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan………....

Hal 9 10 10 12 24 35 37 38 40 41 59 65 67 71 72 79 85 88 92 94 99 104

(14)

DAFTAR GAMBAR

Teks

1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian……….... 2. Lokasi Penelitian………... 3. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lankap.. 4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig. Jend. H. Sapta Adjie Hadiprawira………….. 5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor……….. 6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar………... 7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh………. 8. Pembagian Segmen……… 9. Kondisi Drainase………... 10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi……….. 11. Vegetasi di Area Studi………... 12. Gardu Saluran Listrik……… 13. Sarana Utilitas………... 14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan………... 15. Peta Dasar Lokasi Studi………. 16. Potongan A……… 17. Potongan B……… 18. Potongan C……… 19. Bad View (Tumpukan Sampah)………... 20. Good View (Keindahan Sungai)……… 21. Peta Kondisi Visual………... 22. Pertokoan………... 23. Tanaman yang Tidak Terawat………...

Hal 14 20 23 26 27 27 28 34 36 36 38 39 39 40 41 42 43 44 45 45 46 47 47

(15)

24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh………. 25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar……… 26. Penggunaan Pedestrian yang Salah………... 27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)………... 28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)……… 29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)………... 30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)………... 31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian………. 32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan………... 33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima………... 34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat………... 35. Block Plan………... 36. Konsep Sirkulasi……… 37. Konsep Tata Hijau………. 38. Potongan Rencana A………. 39. Potongan Rencana B……….. 40. Potongan Rencana C……….. 41. Rencana Jembatan Pedestrian……… 42. Rencana Ruang Pelayanan………. 43. Rencana Gerbang Kawasan………... 44. Vegetasi yang Digunakan………... 45. Detail Penanaman Pohon………... 46. Detail Penanaman Semak dan Ground Cover………... 47. Detail Tempat Duduk……… 48. Rencana Tempat Sampah………..

48 48 49 49 49 50 50 51 51 52 53 73 77 80 82 83 84 85 86 86 89 90 91 93 94

(16)

49. Detail Tempat Sampah……….. 50. Detail Saluran Drainase………. 51. Rencana Fire Hydrant………... 52. Rencana Papan Orientasi………... 53. Rencana Lampu pada Median Jalan……….. 54. Detail Lampu Pedestrian……… 55. Detail Pedestrian Walk………... 56. Rencana Halte……… 57. Site Plan (Bagian 1)………... 58. Site Plan (Bagian 2)………... 59. Site Plan (Bagian 3)………... 60. Site Plan (Bagian 4)………... 61. Site Plan (Bagian 5)………... 62. Site Plan (Bagian 6)………... 63. Site Plan (Bagian 7)………... 64. Site Plan (Bagian 8)………... 65. Site Plan (Bagian 9)………... 66. Site Plan (Bagian 10)……….……… 67. Site Plan (Bagian 11)……….

95 97 98 98 99 100 102 103 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks

1. Form Kuisioner Penelitian………... 2. Tabel Jenis Tanaman………... 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner………... 4. Perspektif Stop Area………. 5. Kondisi Eksisting Tapak………..

Hal 121 124 125 128 129

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.

Menurut Simonds (1983) lanskap kehidupan manusia tercakup dalam dua hal yaitu jalan dan tempat. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan sebagai pusat tempat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah dan santai. Lanskap jalan memerlukan penataan fisik ruang luar (open

space) guna mewujudkan hubungan atau keterkaitan yang aman, nyaman dan

selaras antara manusia dan alam lingkungannya, semua ini dipelajari dalam ilmu Arsitektur Lanskap. Sebagian besar jalan Kota Bogor terutama pada daerah sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar setiap hari dipadati oleh kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang melintasinya, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas.

Penataan lanskap jalan yang ideal adalah lanskap jalan yang ditata secara fungsional, estetika dan aman bagi seluruh pengguna jalan. Sehingga untuk memenuhi segala faktor yang dapat menjadikan lanskap jalan yang ideal, maka jalan terdiri dari jalan untuk kendaraan dan jalan untuk pejalan kaki. Pedestrian merupakan sarana transportasi yang digunakan bagi pejalan kaki agar dapat berpindah dari area satu ke area yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bowersox dalam Setijowarno & Frazila (2003) bahwa transportasi adalah perpindahan barang atau orang dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan produk

(19)

yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang dibutuhkan atau yang diinginkan, sehingga pedestrian harus ditata sesuai kebutuhan sebagai sirkulasi pejalan kaki dan memiliki lanskap sekitar yang estetik sehingga pejalan kaki dapat merasakan keindahan, kenyamanan dan keselamatan selama berjalan di pedestrian, serta pedestrian yang dibangun dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan agar tidak merusak lingkungan yang ada disekitarnya. Pedestrian yang seperti ini disebut “Pedestrian Hijau”.

Pedestrian hijau dapat diterapkan disetiap pedestrian yang ada, karena pedestrian hijau menciptakan kondisi pedestrian yang nyaman, menarik dan lebih ramah lingkungan. Pedestrian hijau akan diterapkan di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar, hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut merupakan salah satu jalan yang memiliki kapasitas padat baik untuk kendaraan bermotor maupun untuk pejalan kaki. Penerapan pedestrian hijau pada Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dimaksudkan untuk membuat kondisi pengguna pedestrian menjadi lebih nyaman dan aman selama berada di jalan, serta dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan agar dapat lebih asri dan estetik.

Tujuan

Perencanaan pedestrian hijau ini bertujuan membuat rencana lanskap jalan terutama lanskap pedestrian yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, pedestrian tersebut dapat membantu kelancaran dan keamanan lalu lintas pejalan kaki dan mendapatkan pengetahuan mengenai kondisi pedestrian yang ada di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar, baik secara fisik pedestrian dan secara estetika di daerah sekitar pedestrian.

(20)

Manfaat

Hasil dari studi ini berupa perencanaan lanskap pedestrian hijau yang diharapkan dapat berguna sebagai informasi mengenai desain lanskap jalan dalam rangka membuat pedestrian hijau serta menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi pihak Pemarintah Kota Bogor, Dinas Tata Kota dan segenap instansi yang terkait agar dapat membuat pedestrian hijau di seluruh lanskap jalan di Kota Bogor yang lebih baik dari sebelumnya, serta diperuntukkan untuk semua kalangan yang membutuhkan informasi.

   

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, buatan maupun kombinasi dari keduanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, demikianlah lanskap dapat didefinisikan.

Lanskap Jalan

Menurut Simonds (1983) jalan merupakan suatu kesatuan yang harus lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi dan interaksi yang baik serta mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan, sedangkan yang dimaksud lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah karakter dari areal lahan. Diterangkan lebih lanjut oleh Direktorat Jendral Bina Marga (1996) bahwa lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap ini mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

Selain itu, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya

(22)

dalam satu hubungan hirarki. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Bab III Bagian Kedua Pasal 8 mengenai pengelompokkan jalan menurut peranannya yaitu :

1. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masih dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

3. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi

4. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.

Berdasarkan tata cara perencanaan teknik lanskap jalan No. 033/TBM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, jalan memiliki bagian-bagian jalan yaitu sebagai berikut :

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan. Damaja terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman terletak di bagaian paling luar dari Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

2. Daerah Milik Jalan (Damija) merupakan ruas jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi jalan tertentu dan dikelola oleh pembina jalan. Bagian ini dimanfaatkan untuk Daerah Manfaat Jalan (Damaja), pelebaran jalan maupun menambah jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengaman jalan.

(23)

3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruas sepanjang jalan di luar Daerah Milik Jalan (Damija) yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan tujuan agar tidak mengganggu pemandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan.

4. Median Jalan merupakan pemisah antara dua jalur yang berlawanan biasanya pada bagian median jalan ini umumnya diletakkan bak-bak tanaman, lampu penerangan jalan dan tiang-tiang reklame.

5. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) atau di Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Jalur tanaman sering disebut jalur hijau karena didomonasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna hijau.

6. Bahu Jalan merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, tempat kendaraan berhenti untuk sementara akibat keadaan tertentu apabila tidak ada rambu larangan berhenti dan untuk tempat menghindar bagi kendaraan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan. Bahu jalan tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.

Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berupa jalur untuk menempatkan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna hijau maka disebut area jalur hijau. Dengan adanya jalur hijau maka dapat mengurangi kemonotonan kekakuan aspal dan beton (Ecbo, 1964). Selain itu, dengan penempatan pohon di sepanjang jalan menurut Carpenter et al (1975) dapat memberikan suatu naungan, memberikan kesan, mengarahkan pada suatu objek, menyediakan aset visual dan menciptakan sense of unity and stability.

Jalur hijau ditujukan untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur kendaraan bagi keselamatan pejalan kaki (Lynch, 1981). Selain itu dimanfaatkan pula untuk

(24)

memberikan informasi jalur jalan, memberi ruang bagi utulitas, memberi ruang untuk pemasangan perlangkapan jalan dan vegetasi jalan. Terdapat beberapa persyaratan khusus yang dikeluarkan pada tipe jalur hijau yaitu :

1. Jalur hijau tepi jalan, sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, diantara jalur lintasan kendaraan dan jalur pejalan kaki.

2. Jalur hijau median, jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,8 meter dengan lebar ideal 4-6 meter.

Daerah tepi jalan merupakan daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentuk jalan. Median jalan merupakan jalur yang memisahkan dua jalan yang berlawanan dan dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara, peletakan rambu-rambu lalu lintas ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan tertentu.

Penanaman Jalur Hijau Jalan

Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat yaitu jalur tanaman tepi, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan (Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Letak penanaman yang diizinkan menurut Departemen Pekerjaan Umum 1996 adalah sebagai berikut :

1. Tanaman jenis pohon di jalan perkotaan harus memiliki jarak tanam ke tepi perkerasan jalan, trotoar maupun drainase minimal 1 meter agar tidak rusak oleh perakarannya.

2. Penanaman tidak menutupi daerah bebas pandang minimum 10 meter/60o dari bukaan jalan (U-turn).

3. Tanaman tidak menutupi darerah bebas pandang minimum 45o.

Menurut Grey dan Dekene (1978) penanaman tanaman pada jalur hijau jalan tidak hanya sekedar memperindah lingkungan tetapi juga berfungsi untuk memperbaiki kualitas lingkungan, seperti :

(25)

1. Perbaikan iklim mikro

Terdapat beberapa manfaat penggunaan tanaman salah satunya adalah guna memperbaiki iklim mikro. Dalam memperbaiki iklim mikro tanaman mampu mengubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi matahari melalui proses evapotranspirasinya. Tanaman atau kumpulan tanaman ini juga dapat berperan sebagai penahan angin dan pengatur kelembapan.

2. Peredam kebisingan

Tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang, dengan penanaman jenis tanaman berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.

3. Pengontrol polusi udara

Polusi udara dapat berupa debu dan gas. Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan gas adalah :

a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat b. Tumbuh sepanjang tahun

c. Percabangan dan daun yang padat d. Daun yang berambut

Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyaman pejalan kaki tersebut (Direktorat Jendral Bina Marga,

(26)

1995). Sepanjang jalur pedestrian tersebut prioritas utama diberikan kepada pejalan kaki dan melarang kendaraan bermotor masuk kedalamnya.

Menurut Simonds (1983) karakteristik pedestrian dapat diumpamakan sebagai aliran sungai dimana dalam pergerakannya akan mencari hambatan yang terkecil. Jalur yang diambil adalah jalur-jalur terpendek dari satu titik ke titik lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya.

Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik. Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan kualitas visual yang menarik.

Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian diantaranya adalah :

1. Kriteria dimensional

Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat terlihat dari Tabel 1. Tabel 1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki

Jarak Lokasi 1,8 m Tempat umum 2,8 – 3,6 m Tempat belanja 4,6 – 5,5 m Berjalan normal >10,6 m Jalan santai 2. Kriteria pergerakan

Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga.

(27)

3. Kriteria visual

Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan rambu-rambu lalu lintas).

Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan, trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Persyaratan ukuran lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi

No Lokasi trotoar Lebar minimum

1 Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah 4 meter

2 Perkantoran utama 3 meter

3 Daerah industri a. Jalan primer b. Jalan akses 3 meter 4 meter 4 Di wilayah pemukiman a. Jalan primer b. Jalan akses 2,75 meter 2 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 Tabel 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki

No Jumlah pejalan kaki/detik/meter Lebar trotoar

1 6 orang 2,3-5 meter

2 3 orang 1,5-2,3 meter

3 2 orang 0,9-1,5 meter

4 1 orang 0,6-0,9 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993

Penambahan lebar trotoar juga dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas pelengkap yang akan diakomodasikan dalam sistem pedestrian. Hal ini untuk memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pejalan kaki, sehingga tidak terganggu apabila ada perbaikan terhadap fasilitas tersebut.

(28)

Sistem Pedestrian

Menurut Harris dan Dines (1988), secara umum sistem sirkulasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu suatu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan sistem yang tidak ada sistem sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada, proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi yang telah dilengkapi berbagai amenity, peningkatan kualitas pemandangan, kesan yang ditimbulkan, kenyamanan dan kesenangan. Untuk sistem yang baru pertama kali ada harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan, serta memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas pejalan kaki terutama pada puncak penggunaan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan syarat kemiringan lahan (%) untuk struktur dan fasilitas dari sistem pedestrian yang akan di buat (Tabel 4).

Aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki yang mempunyai kepentingan lain atau ingin sekedar berekreasi. Untuk pejalan kaki yang aktivitas pergerakannya hanya dari satu titik asal ke satu titik tujuan ada dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor orientasi dan faktor negosiasi.

Pada faktor orientasi wujud landmark, formalitas dan material perkerasan memberi keuntungan bagi pejalam kaki untuk menemukan dan mengenali lingkungan dalam konteks yang lebih besar terutama dalam lingkungan yang kompleks. Faktor kedua yaitu negosiasi yang berhubungan dengan kenyamanan relatif dalam pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi konflik dari pejalan kaki dan gangguan fisik dari peletakan fasilitas/perlengkapan jalan, genangan air dan sampah serta hembusan angin yang tidak nyaman.

(29)

Tabel 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas

Struktur dan Fasilitas Kemiringan (%)

Maksimum Minimum Optimum 1. Permukaan berpaving • Badan Pedestrian • Tempat Parkir 10 3 0 0,05 1 1 2. Jalur Hijau 25 - 2-3 3. Ruang Terbuka • Sitting area • Pedestrian pocket • Playground 2-3 2-3 2-3 0,05 0,05 0,05 1 1 1 4. Sistem Drainase 15 0 10-12 5. Bangunan Permanen • Kios pedagang • Halte bis • Shelther 20-25 20-25 20-25 0 0 0 2 2 2 6. Telepon umum 10 0,5 2-3 7. Advertising, Informasi 10 0,5 2-3

*Sumber : Landscape Planning Environmental Applications (Marsh, 1991) Jenis Pedestrian

Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis yaitu : 1. Pedestrianisasi penuh (full pedestrianitation)

Dengan menghilangkan atau melarang semua kendaraan bermotor untuk sepanjang waktu, terkecuali untuk pemeliharaan tapak, full

pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan

dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat sebagai akses terdekat jalur bus/ angkutan umum. Dengan ditiadakannya kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus memberi kesan yang jelas bahwa kendaraan akan memberi gangguan terhadap lingkungan pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan berbelanja.

(30)

2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)

Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk terkecuali angkutan umum, taksi dam bus. Laju kendaraan dibatas kecepatan tertentu.

3. Pedestrian distrik

Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural, komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.

Persyaratan Pedestrian

Pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan. Adapun persyaratan pedestrian menurut Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No 486 tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1. Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, berstruktur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang permanen.

2. Kemiringan

Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

3. Area istirahat

Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.

(31)

4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

5. Drainase

Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.

6. Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searahdan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong danbenda-benda lainnya yang menghalangi.

7. Tepi pengaman/kanstin/low curb

Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

8. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Perencanaan pedestrian juga harus memperhatikan ukuran dan detail penerapan standar agar persyaratan pedestrian dapat berfungsi optimal. Berikut disajikan gambar prinsip perencanaan pedestrian.

*Sumber : http://www.google.co.id

(32)

Bahan Permukaan Pedestrian

Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel (1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu bata, cetakan beton dan batu kerikil. Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu situasi.

Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis sediman seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur. Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan cuaca karena karakternya yang berpori.

2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih kasar, kuat, mudah dipahat dan diasah dan sangat sering digunakan karena pola dan keindahannya.

3. Bentuk metamorfik dari batu tulis adalah tipis, keras dan merupakan batu yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam disamping beberapa jenis yang bewarna merah.

4. Bentuk batu karang api adalah granit yang keras dan jelas sangat kuat. Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan beberapa jenis memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan terhadap goresan dan cuaca.

5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya untuk kulit.

(33)

6. Batu jenis kecil, jenis batu keras seperti trap rock. Batuan ini mudah dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar perkerasan, alas untuk kandang dan sebagainya.

Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur. Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung bewarna coklat, permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua yang berbunyi apabila saling berbenturan biasanya lebih kuat, merupakan unit yang terbakar dengan baik dan dapat dipastikan lebih tahan pecah. Bata dapat dikombinasikan dengan batu alami.

Cetakan beton tidak mempunyai penampilan yang alami dari batu, tetapi bisa dikombinasikan dengan bata untuk membentuk pedestrian yang bagus sebagai perkerasan. Batu kerikil memiliki beberapa keuntungan diluar bahan-bahan permukaan untuk pedestrian. Batu kerikil untuk pedestrian relatif murah, sederhana untuk dipasang dan mudah untuk dipelihara. Batu kerikil mengering dengan cepat. Baik pada waktu hujan atau ada siraman air akan menggenang, dengan kata lain batu kerikil mempunyai permukaan yang tidak nyaman dan lambat.

Terdapat tiga kriteria yang mempengaruhi pemilihan perkerasan yaitu : 1. Kegunaan

Hal yang pertama dipikirkan adalah kegunaan dari dibuatnya perkerasan baik untuk jalan kendaraan, pedestrian ataupun patio. Ketiga hal ini dapat diakomodasi sesuai dengan kondisinya, dapat dilihat sebagai tiga hal yang terpisah dari teknik konstruksi dan bahan permukaan yang berbeda. Permukaan dari bahan perkerasan juga berpengaruh pada tujuan penggunaan area, tekstur perkerasan penting untuk pejalan kaki, juga mempunyai dampak pada kecepatan pergerakan. Perkerasan dengan tekstur yang tidak licin, lebih digemari karena dapat menjamin keamanan pejalan kaki, biasanya dipakai di area sekitar displai elemen air atau tempat yang berbahaya. Perkerasan dengan tekstur lebih kasar dipakai di tepian sungai atau pada jalur dengan kemiringan cukup tajam.

(34)

2. Estetika

Pedestrian yang dibuat dengan mengikuti tema yang sangat sederhana atau sebaliknya dapat dibuat dengan sangat rumit dengan tujuan untuk menarik perhatian. Kombinasi yang dirancang dengan sangat cermat terutama yang menyangkut perubahan warna dan tekstur sangat membantu dalam menciptakan kesan kontras, variasi dan skala yang diinginkan. Mengenali keragaman jenis material berikut variasi tekstur dan warnanya sangat perlu mengingat untuk area yang luas, agar tidak terkesan monoton, dapat pula dipilih tema yang berbeda untuk masing-masing bagian tapak.

3. Biaya

Pemilihan material juga tergantung dari biaya yang akan dikeluarkan, jumlah tenaga manusia yang tinggi juga dibutuhkan dalam pemasangan bata, batu dan perkerasan pracetak, mengakibatkan biaya untuk jenis perkerasan ini menjadi tinggi. Penggunaan pola yang sulit dan keterbatasan tenaga kerja terlatih bisa menambah rumit masalah pembiayaan selanjutnya.

Street Furniture (Perabot Jalan)

Menurut Harris dan Dines (1988), perabot jalan merupakan perlengkapan jalan sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi pengguna jalan. Sementara itu menurut Simond (1983) menambahkan bahwa pengorganisasian merupakan bagian dari desain sehingga pemilihan dan peletakan perabot jalan diharapkan dapat menerjemahkan suatu fungsi area menjadi volume spasial. Selain itu kegiatan ini harus mempertimbangkan skala manusia dan karakter tapak.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), street furniture merupakan segala bentuk kelengkapan jalan, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah dengan tujuan pengadaannya

(35)

adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum. Keberadaan kelengkapan jalan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

1. Fungsi keamanan dan kenyamanan. Contoh lampu, halte, saluran drainase, jalan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas, unsur tanaman sebagai peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki.

2. Fungsi pelengkap. Contoh tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak surat, wadah tanaman , informasi dan lain-lain.

3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft

material dan hard material ataupun memanfaatkan pemandangan dari luar

tapak.

Perencanaan

Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, pengorganisasian, dan suatu proses informasi yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut dengan menilai suatu objek melalui pengamatan yang berinspirasi. Diungkapkan pula oleh Nurisjah dan Pramukanto (2008), perencanaan adalah pengambilan keputusan yang berorientasi pada kepentingan yang akan datang serta usaha dalam menempatkan penilaian yang tinggi dari rasionalitas dan aplikasi ilmu pengetahuan.

Perancangan merupakan tahap lanjut dari perencanaan. Perancangan merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan mengomposisikan elemen lanskap alami dan elemen lanskap non-alami serta kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta karya tata ruang yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetis bernilai indah. Hasil yang dicapai adalah kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup di dalamnya, selaras dengan faktor ruang, waktu, dan geraknya.

Perancangan lanskap menurut Simond (2000) merupakan tahap lebih lanjut dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Perancangan lanskap lebih berkaitan dengan seleksi komponen-komponen

(36)

perancangan, bahan atau elemen perancangan yang berhubungan dengan visual, tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya. Hal ini berfungsi sebagai pemecah masalah yang ada dalam rencana tapak. Dalam perancangan dengan tema yang khusus seperti lanskap jalan hal tersebut perlu diperhatikan, bahkan dalam beberapa elemen tanaman dilakukan penekanan atau penegasan untuk menjadikan jalan tersebut sebagai simbol suatu kawasan di sekitarnya.

Prinsip perancangan terdiri dari : 1). Kesatuan (Unity) sebagai unsur penyatu, 2). Keseimbangan (Harmony) sebagai unsur penyelaras, 3). Simplicity sebagai unsur kesederhanaan, 4). Emphasis adalah menitikberatkan pandangan pada elemen atau pola tertentu, 5). Balance sebagai unsur penyeimbang yang menciptakan kestabilan, 6). Scale dan Proportion yang mengacu pada pembidangan relatif antara ketinggian, panjang, luas, masa, dan volume, 7).

Sequence adalah unsur yang berhubungan dengan pergerakan.

Elemen lanskap merupakan unsur pembentuk suatu lanskap. Terdapat sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap, yaitu dengan mengeleminasi elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi kesatuan yang harmonis. Elemen lanskap terdiri dari elemen lanskap mayor (major landscape element) dan elemen lanskap minor (minor landscape element). Elemen lanskap mayor yaitu bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai dan lain-lain), ciri-ciri alam (hujan, suhu, musim, kabut dan lain-lain) dan kekuatan alam (angin, proses pertumbuhan, air, energi radiasi, gravitasi dan lain-lain) yang dominan dan relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan elemen lanskap minor diantaranya bukit, aliran air dan hutan kecil yang cenderung dapat dimodifikasi oleh manusia.

(37)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan studi dilaksanakan selama ± 5 bulan mulai Bulan April sampai Bulan Agustus 2012.

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 2 : Lokasi Penelitian Keterangan

Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh Jl. H. Soleh Iskandar

(38)

Metode Studi

Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984) dengan tahap-tahap berupa inventarisasi, analisis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan serta pemeliharaan (Gambar 2). Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sumberdaya yaitu untuk mendapatkan rencana yang ideal berdasarkan sumberdaya yang tersedia. Tahap perencanaan pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahapan persiapan meliputi persiapan administrasi pelaksanaan penelitian seperti pembuatan izin penelitian dan bantuan informasi di lapang dan studi pustaka yang menunjang penelitian seperti laporan penelitian atau jurnal-jurnal yang berkaitan dengan studi.

2. Inventarisasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer melalui survei di lapang serta wawancara dan data sekunder melalui studi pustaka. Pengumpulan data primer yang diperoleh dari pencatatan, pengamatan visual, dan pemotretan sehingga akan didapatkan data fisik tapak yang sebenarnya, sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak yang terkait dengan pengembangan dan pengawasan tapak, pengguna tapak dan masyarakat sekitar tapak. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan dokumen-dokumen.

3. Analisis

Tahap ini merupakan tahap dimana data atau informasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya dianalisis sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada pada tapak dan potensi yang menjadi andalan tapak tersebut. Selain menganalisis dari segi dimensi fisik, analisis juga dilakukan dari segi dimensi pengguna (user) yaitu dari data kuisioner kepada masyarakat sebagai pengguna, dimana hasil analisis ini dapat memberi gambaran pelayanan yang

(39)

dinginkan dan persepsinya terhadap tapak yang akan didesain. Kebijakan pemerintah juga dianalisis dengan memperhatikan dan mengkaji peraturan pemerintah yang berlaku.

4. Sintesis

Pada tahap ini yang merupakan lanjutan dari tahap analisis, dicari alternatif pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi yang disesuaikan dengan tujuan perancangan. Data-data yang diperoleh dari analisis, disimpulkan dan dicari pemecahan masalahnya yang disesuaikan menurut kondisi tapak.

5. Konsep

Pada tahap ini disusun ide konsep pengembangan tapak dengan mempertimbangkan kesatuan ruang, kesesuaian lahan, kesesuaian kebutuhan ruang. Ide konsep dipilih berdasarkan analisis dan memenuhi kriteria dan kesesuaian pada tapak yang merupakan solusi yang terintegrasi dari aspek sebelumnya.

6. Perencanaan

Merupakan tahap pengembangan ide konsep. Pengembangan tersebut meliputi perencanaan ruang yang ada dan perencanaan tata letak berupa site

(40)

Gambar 3 . Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984)

inventarisasi analisis sintesis konsep Perencanaan pelaksanaan pemeliharaan

data: aspek fisik aspek sosial masalah & potensi alternatif pemecahan masalah pemanfaatan potensi Ide konsep dari hasil solusi yang terintegrasi dari aspek sebelumnya Rencana tertulis dan terlukis Program pengembangan pedestrian zonasi tapak Konsep 23

(41)

Pengambilan Data

Pada studi ini data yang diambil meliputi data primer didapat dari hasil survei, pengamatan langsung, wawancara tidak terstruktur dan penyebaran 30 kuisioner untuk mengetahui keinginan pengguna jalan dan masyarakat setempat serta instansi terkait lainnya. Responden diambil menggunakan metode purposive

sampling yaitu pengambilan responden berdasarkan kebutuhan. Data sekunder

diperoleh dari studi pustaka. Data tersebut meliputi data aspek fisik dan biofisik, aspek sosial dan aspek teknik. Jenis data, cara pengambilan dan sumber data di sajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data

Jenis Data Cara Pengambilan Sumber Data

1. Aspek fisik dan biofisik

a. Sejarah, konsep pengembangan b. Lokasi tapak

c. Aksesibilitas d. Iklim e. Hidrologi f. Geologi dan tanah g. Topografi h. Dimensi jalan

i. Perlengkapan & kelengkapan jalan j. Vegetasi dan satwa

k. Tata guna lahan l. View tapak

Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka

Studi pustaka, Survei lapang Studi pustaka

Survei lapang Survei lapang

Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang

Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang BAPEDA Lokasi Lokasi BAPEDA BAPEDA, lokasi Balittan Lokasi Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi 2. Aspek sosial a. Penduduk b. Karakter pengguna c. Keinginan masyarakat Studi pustaka Survei lapang kuisioner BAPEDA Lokasi Lokasi 3. Aspek teknik a. Aturan jalan b. Kebijakan-kebijakan c. Utilitas dan fasilitas

Studi pustaka

Survei lapang, Studi pustaka Survei lapang

BAPEDA, lokasi Lokasi

   

(42)

HASIL INVENTARISASI

Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diperoleh berbagai kondisi tapak yang dimasukkan ke dalam beberapa faktor yang dianggap mewakili. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menentukan proses penyusunan rencana lanskap pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kemudian hasil yang didapat akan dianalisis dan dicari solusi pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh suatu rencana lanskap yang ideal.

Kondisi Umum

Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan

Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48´ BT dan 6º 36´ LS dengan jarak ± 56 km dari Ibu Kota Jakarta. Kota Bogor memiliki luas wilayah meliputi ± 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar merupakan jalan lingkar luar Kota Bogor yang menghubungkan jalan keluar tol lingkar luar Kota Bogor dengan Jalan Raya Dramaga. Karena menghubungkan dua wilayah dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan.

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan lokasi studi termasuk ke dalam dua wilayah administrasi yang berbeda yaitu Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh termasuk ke dalam Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor sedangkan Jalan H. Soleh Iskandar termasuk ke dalam Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Wilayah Kecamatan Tanah Sareal berdasarkan konsep makro pengembangan Kota Bogor memiliki ciri sebagai fungsi kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan lainnya.

Lingkup wilayah perencanaan dilakukan sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu sepanjang ±8 km dan lebar milik jalan yang direncanakan 32-35 m, mulai dari pertigaan Jalan Raya Dramaga

(43)

sampai persimpangan jalan tol lingkar luar Kota Bogor. Kawasan perencanaan ini berbatasan dengan :

a. Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh Sebelah Utara : Jl. H. Soleh Iskandar Sebelah Timur : permukiman

Sebelah Selatan : Jl. Raya Dramaga Sebelah Barat : permukiman

b. Jalan H. Soleh Iskandar Sebelah Utara : pertokoan

Sebelah Timur : jalan tol lingkar luar Kota Bogor Sebelah Selatan : pertokoan

Sebelah Barat : Jl. Baru

Lokasi tapak dapat diakses melalui beberapa jalan utama seperti Jalan Raya Pajajaran, Jalan Raya Dramaga, Jalan Raya Cifor, Jalan Brigadir Jendral H. Sapta Adjie Hadiprawira, Jalan Raya Parung-Bogor, Jalan HM. Syarifuddin, Jalan Sindang Barang Pilar 1, Jalan Cilebut Raya, Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya Semplak, pintu keluar jalan tol lingkar luar Kota Bogor serta jalan lokasi permukinan yang ada di sekitar tapak.

(44)

Gambar 5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor

Berdasarkan rencana strategis Kota Bogor 2004-2009 konsep pengembangan dilakukan pada pelayanan yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan warga, juga menjadi tuntutan utama karena semakin berkembang dan beragamnya kebutuhan seluruh warga terhadap barang dan jasa. Implikasi dari semua ini adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan sarana transportasi masyarakat kota, timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah pedagang kali lima secara berlebihan, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan kota sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi daya dukung lingkungan.

(45)

Dalam rencana strategis Kota Bogor permasalahan yang perlu penanganan berkaitan dengan kewenangan wajib yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Bogor, terkait dengan RTH antara lain sebagai berikut :

1. Belum meratanya informasi rencana tata ruang bagi masyarakat dalam melakukan investasi dan pembanguan, sehingga tidak terkendalinya perkembangan fisik baik dari segi tata ruang dan tata bangunan.

2. Masih rendahnya tekanan publik terhadap pemanfaatan sumberdaya alam sungai yang disebabkan tidak tegasnya penegakan hukum dan rendahnya kesadaran masyarakat.

3. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, yang mengakibatkan kerusakan sumberdaya alam serta beban pencemaran akibat limbah cair dan sampah rumah tangga. 4. Dibidang kependudukan yaitu kondisi kependudukan belum optimal

antara lain besarnya jumlah penduduk secara absolut dan tingkat kesejahteraan keluarga relatif rendahnya produktivitasnya, sehingga keluarga sebagai wahana pertama untuk meningkatnya kualitas penduduk.

(46)

Kebijakan Pengembangan Kota Bogor

Seperti yang tercantum dalam RDTR Kota Bogor tahun 2002-2012 untuk tiap-tiap kecamatan telah ada rencana Ruang Terbuka Hijau. Rencana tersebut dituangkan dalam tujuan dari RTH kota tiap kecamatan adalah :

1. Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang bersih, indah dan nyaman sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.

2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

Prioritas pengembangan RTH pada wilayah per kecamatan di Kota Bogor adalah :

1. Kecamatan Bogor Barat

a. Mengembangkan sempadan Sungai Cisadane, Sungai Sindang Barang, Sungai Ciapus dan saluran-saluran yang ada.

b. Mengembangkan taman dan unit-unit lingkungan, jalur jalan pergerakan, garis sempadan sungai, jalur listrik tegangan tinggi.

c. Mempertahankan dan menyediakan lapangan olahraga terbuka.

d. Selain itu dilakukan pula pengembangan RTH sebagai tempat wisata terutama pada daerah CIFOR dan Situ Gede.

2. Kecamatan Bogor Selatan

a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan yaitu Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Cipananggading dan anak-anak sungai lainnya.

b. Pengalih fungsikan secara perlahan dari areal kuburan cina menjadi lapangan golf di Kelurahan Kertamaya.

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota, kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

(47)

d. Mempertahankan dan konservasi lahan pada kemiringan lahan > 30% yang banyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung dan tanaman produktif.

3. Kecamatan Bogor Tengah

a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan yaitu Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, dan anak-anak sungai lainnya.

b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota, kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

c. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung dan tanaman produktif.

d. Kebun Raya Bogor merupakan daerah hijau terbesar yang ada di Kecamatan Bogor Tengah. Daerah ini diarahkan sebagai daerah wisata ilmiah, lahan konservasi, daerah tangkapan hujan (catchment area) dan sebagai paru-paru kaota.

4. Kecamatan Bogor Timur

a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut dibuat jalan inspeksi

b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan lainnya

(48)

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota, kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung dan tanaman produktif.

5. Kecamatan Bogor Utara

a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut dibuat jalan inspeksi.

b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan lainnya

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota, kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung dan tanaman produktif.

6. Kecamatan Tanah Sareal

a. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan lainnya.

b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota, kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

(49)

c. Pada daerah bantaran Sungai Ciliwung, Sungai Cipakancilan dan sungai lainnya.

d. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung dan tanaman produktif.

Aspek Fisik dan Biofisik Iklim

Secara klimatologis wilayah perencanaan termasuk ke dalam iklim Kota Bogor secara umum. Badan Perencana Daerah Kota Bogor menyatakan bahwa berdasarkan data dari stasiun curah hujan dalam kurun waktu tahun 2010, kondisi iklim di lokasi studi adalah sebagai berikut :

a. Suhu udara : 26º C – 34º C b. Kelembaban udara : 70% c. Kecepatan angin : 2,3 km/jam d. Curah hujan : 3.000-4.000 mm/tahun e. Penyinaran matahari : 61,4 %

f. Intensitas cahaya matahari : sedang, terik dan sangat terik

Keadaan iklim mikro pada lokasi studi di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dipengaruhi juga oleh banyaknya kendaraan yang melintas di lokasi studi sehingga menunjukkan suhu udara lebih tinggi dan kelembaban udara lebih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan kedua jalan tersebut adalah jalan yang padat dan ramai dilalui oleh berbagai jenis kendaraan bermotor, sehingga kemungkinan besar terjadi peningkatan suhu.

(50)

Geologi dan Tanah

Pada wilayah kawasan studi yaitu di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar memiliki jenis tanah Alluvial dengan permeabilitas tanah sedang. Karakteristik umum keadaan geologi dan tanah pada kawasan studi adalah secara umum Kota Bogor ditutupi batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan bresik tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa Alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil pelapukan endapan, hal ini baik untuk vegetasi.

Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki aliran Andesit seluas 2.719,61 Ha, kipas alluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan seluas 1.372,68 Ha, Tupaan seluas 3.395,75 Ha, dan Lanau Breksi Tufan dan Capili seluas 1.112,56 Ha.

Pembagian Segmen

Pada kawasan lokasi studi dibagi menjadi tiga segmen utama yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Segmen utara yaitu Jalan H. Soleh Iskandar, segmen tengah mulai dari perempatan Jalan Semplak sampai pertigaan Jalan H. Soleh Iskandar dan segmen selatan mulai dari pertigaan Jalan Raya Darmaga sampai perempatan Jalan Semplak.

Pembagian ketiga segmen tersebut berdasarkan dimensi dan kondisi yang terdapat pada jalur pedestrian, median jalan, jalur hijau jalan dan peruntukan kawasan. Pembagian Segmen pada lokasi studi dimaksudkan untuk mempermudah inventarisasi dan analisis agar dapat membuat perencanaan yang optimal.

(51)
(52)

Topografi, Hidrologi dan Drainase

Secara umum Kota Bogor mempunyai karakter permukaan lahan (landform) bergelombang, berbukit-bukit dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 190 sampai dengan 350 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0-2% (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2-15% (landai) seluas 8.091,27 Ha, 15-25% (agak curam) seluas1.109,89 Ha, 25-40% (curam) seluas 764,96 Ha dan >40% (sangat curam) seluas 119,94 Ha.

Tabel 6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor

Kecamatan

Kemiringan Lereng

Jumlah (Ha)

0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam

Bogor Utara 137,85 1.565,65 - 68,00 0,50 1.772 Bogor Timur 182,30 722,70 56,00 44,00 10,00 1.015 Bogor Selatan 169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081 Bogor Tengah 125,44 560,47 - 117,54 9,55 813 Bogor Barat 618,40 2.502,14 - 153,81 10,65 3.285 Tanah Sareal 530,85 1.321,91 - 31,24 - 1.884 Jumlah 1.763,94 8.091,27 1.109,89 764,96 119,94 11.850

*Sumber : Data pokok pembangunan Kota Bogor tahun 2004

Secara topografis, bentang alam dan relief wilayah perencanaan merupakan medan yang relatif datar, landai dan beberapa kawasan yang curam, terutama pada wilayah-wilayah yang dilalui oleh perairan alami Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Kemiringan yang agak curam berada di sekitar Jalan H. Soleh Iskandar tepatnya di daerah underpass rel kereta api. Topografi relatif datar di beberapa wilayah studi seperti di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan-genangan air ke badan jalan terutama saat musim hujan. Tidak hanya itu drainase yang seharusnya berfungsi mengalirkan air memiliki keadaan struktur yang sebagian besar telah rusak, banyak timbunan sampah dan pasir, beralih fungsi dan ada sebagian jalan yang tidak memiliki saluran drainase (Gambar 9).

(53)

Gambar 9. Kondisi Drainase

Terdapat aliran sungai di sekitar daerah studi yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Kedua sungai tersebut tepat dilintasi oleh jalur Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Pada masing-masing sungai yang dilewati dibangun jembatan. Sungai-sungai tersebut digunakan untuk kegiatan diantaranya untuk mengairi persawahan disekitarnya.

Gambar

Tabel 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas
Gambar 1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian
Gambar 2 : Lokasi Penelitian Keterangan
Gambar 3 . Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih jelasnya akan dibahas mengenai karakterisasi ideal prima, karakterisasi ideal maksimal, keterkaitan antara kedua ideal tersebut, dan keterkaitan antara kedua

Oleh karena itu dalam penelitian ini dipelajari pengaruh perubahan komposisi bahan pembentuk gelas dalam hal ini pengaruh perubahan kadar SiO2 dalam bahan pembentuk gelas

Berikut ini a+ala# tingkatan +ari 0enggunaan

„Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta‟, Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Standar kompetesi ppl dirumuskan dengan mengacu pada tuntutan empat kompetensi guru baik dalam konteks pembelajaran maupun dalam konteks kehidupan guru sebagai

Penelitian tentang perfomans reproduksi induk Kambing Perah Peranakan Ettawa di Kelompok Peternak Pangestu Desa Kemirikebo Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta

Mengingat analisis potensi dan pola musim penangkapan sumber daya kakap merah di perairan Pangandaran dalam penelitian ini hanya bertitik - tolak dari data hasil

Besarnya serta pentingnya fiksasi nitrogen hayati dapat di nilai dari perkiraan yang dibuat baru – baru ini yang menyatakan organisme hidup mengikat nitrogen dalam jumlah lebih