• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU

DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Yolla Hadiyati

A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

YOLLA HADIYATI A44050270. Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing Oleh Dr. Ir. BAMBANG SULISTYANTARA, M. Agr)

Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.

Permasalahan sebagian besar jalan di Kota Bogor terutama pada daerah sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah dipadati kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang melintasinya.

Studi mengenai perencanaan pedestrian hijau di jalan lingkar luar Kota Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam arsitektur lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan serta pemeliharaan. Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Teknik survei lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi dan teknik. Keinginan dan persepsi pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masing-masing 20 orang pengguna jalan dan 10 orang pegawai instansi terkait.

Lingkup perencanaan yaitu sepanjang ± 8 km, daerah milik jalan (damija) yang direncanakan adalah 32-35 m. kondisi topografi tapak relatif datar, landai dan curam. Kawasan sekitar jalan telah cukup padat dengan pertokoan dan permukiman. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi kedalam 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Pedestrian direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penambahan fasilitas jalan dan lingkungan sekitar yang asri.

(3)

perairan. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat seperti berjalan kaki, bersepeda, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberi kesan atau ciri khas yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang direncanakan berupa stop area, gerbang kawasan, tugu dan penataan vegetasi yang berada di sepanjang segmen jalan.

Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan dapat memberi perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah erosi dan memiliki nilai estetika. Tanaman disusun secara masal dan kontinu di sepanjang jalan dengan desain linear, menggunakan kombinasi pohon, semak/perdu, penutup tanah dan rumput. Pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus penanda. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan, tidak mudah terserang hama dan penyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok dan sebagainya. Pada jalur hijau dipilih tamanan jenis pohon yaitu Mahoni (Swietenia mahogany) untuk segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) untuk segmen tengah dan selatan. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Pada median dipilih jenis pohon yaitu Cemara kipas (Thuja orientalis) untuk segmen utara, Palm Raja (Roystonea regia) untuk segmen tengah dan Kayu manis (Cinnamomun burmanii) untuk segmen selatan. Diantara pohon ditanam semak/perdu yaitu Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora javanica). Tanaman penutup tanah digunakan Kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan Rumput Gajah (Cynodon dactylon).

Untuk hardscape berupa pedestrian (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m), saluran drainase (lebar 1 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang jalan yaitu tempat duduk (64 buah), tempat sampah (188 buah), fire hydrant (24 unit), lampu jalan (269 buah), lampu pedestrian (1.233 buah), halte (49 buah), papan orientasi (14 buah) dan jembatan pedestrian (12 buah). Papan reklame yang direncanakan menyatu dengan lampu penerangan jalan dan pedestrian.

(4)

@ Hak Cipta milik IPB tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERENCAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Yolla Hadiyati

(6)

PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU

DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA

BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Yolla Hadiyati

A44050270

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar

Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Yolla Hadiyati

NRP : A44050270

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. NIP. 19601022 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 1987 di Pekanbaru,

Riau. Penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan

Bapak Yon Reflizar dan Ibu Nelawaty Bakwar.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Pekanbaru, Riau.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Negeri 001 Kec.

Sail. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP

Negeri 13 Pekanbaru. Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2005 di

SMU Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi

Riau. Satu tahun kemudian melalui program mayor-minor dari IPB penulis

diterima di Departemen Arsitektur Lanskap dengan mayor Arsitektur Lanskap dan

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas kehendaknyalah sehingga

skripsi yang berjudul Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota

Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan

kepada :

1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara sebagai Pembimbing Skripsi dan

Pembimbing Akademik atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan

skripsi.

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr,Sc dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT

sebagai Dosen Penguji atas arahan, masukan dan koreksinya selama

sidang.

3. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang

sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staf Komisi Pendidikan Arsitektur Lanskap atas semua

pelayanannya.

5. Keluargaku tercinta (Ibuk, Bapak, Kiki dan Fiqri) untuk doa, kasih sayang

dan motivasinya selama ini.

6. Untuk Datok dan Nenek untuk doa dan kasih sayangnya.

7. Suami dan putriku tersayang Heru Rahmatullah dan Hanamoza Permata

Rahmatullah (momo) untuk doa, semangat dan bantuannya selama

penyusunan skripsi.

8. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 42 untuk

kebersamaannya selama ini.

9. Teman-teman 363 (oci, nita dila, lesti dan yoan) atas kebersamaan yang

(10)

10.Bapak Rudi (BAPEDA Bogor) dan Ibu Yanti (Dinas Tata Ruang Kota

Bogor) atas datanya.

11.Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

namun tidak dapat disebutkan satu per satu.

Tak ada gading yang tak retak. Tiada sulaman yang paling sempurna.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan manusia adalah

muara kekhilafan dan kesalahan belaka. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna,

namun semoga dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012

(11)

DAFTAR ISI

Teks

DAFTAR TABEL………..

DAFTAR GAMBAR………...

DAFTAR LAMPIRAN………...

PENDAHULUAN Latar Belakang………... Tujuan……… Manfaat……….. TINJAUAN PUSTAKA Lanskap………. Lanskap Jalan……… Jalur Hijau Jalan……… Penanaman Jalur Hijau Jalan……… Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)………. Sistem Pedestrian………... Jenis Pedestrian……….. Persyaratan Pedestrian……… Bahan Permukaan Pedestrian……….

Street Furniture (Perabot Jalan)……… Perencanaan………...………...

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu……….. Metode Studi………. Pengambilan Data………..

HASIL INVENTARISASI

Kondisi Umum……….. Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan……… Kebijakan Pengembangan Kota Bogor……… Aspek Fisik dan Biofisik………... Iklim………. Geologi dan Tanah……….. Pembagian Segmen………... Topografi, Hidrologi dan Drainase……….. Vegetasi dan Satwa……….. Utilitas……….. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan……….. Dimensi Jalan……… Kondisi Visual Tapak………... Jalur Pejalan Kaki………

(12)

Tata Guna Lahan……….. Aspek Sosial……….. Pengguna Potensial……….. Kebiasaan Masyarakat………. Persepsi Masyarakat………. Keinginan Masyarakat………. Aspek Teknik……….

Pemeliharaan Lanskap Jalan………

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Sejarah dan Konsep Pengembangan……….. Lokasi dan Orientasi Tapak………... Struktur Kegiatan………... Aspek Fisik dan Biofisik………...

Iklim………. Bentukan Lahan ……….. Vegetasi Jalan……….. Sarana dan Prasarana Jalan……….. Pedestrian……….. Aspek Sosial………..

Karakter Pengguna………... Rangkuman Analisis…...………...

SINTESIS

Rencana Program Ruang……… Hubungan Antar Ruang………..

KONSEP

Konsep Dasar………. Konsep Pengembangan……….. Konsep Ruang (Zonasi)……… Konsep Sirkulasi……….. Konsep Fasilitas Jalan………... Konsep Tata Hijau………

PERENCANAAN LANSKAP

Rencana Ruang Sirkulasi………... Rencana Ruang Pelayanan………. Rencana Ruang Identitas……… Rencana Tata Hijau………... Rencana Fasilitas Jalan………...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………. Saran………..

DAFTAR PUSTAKA...

(13)

DAFTAR TABEL

Teks

1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki………...

2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi………...

3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki………...

4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas………...

5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data………...

6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor………..

7. Vegetasi di Area Studi………...

8. Satwa di Area Studi………...

9. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan………...

10. Dimensi Jalan Pada Setiap Segmen………

11. Analisis Kegiatan di Setiap segmen………...

12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen………..

13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap………...

14. Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas………..

15. Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan………….

16. Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan………..

17. Rencana Sirkulasi Setiap Segmen………...

18. Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen……….

19. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen………

20. Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah………

21. Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen………

22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan………....

(14)

DAFTAR GAMBAR

Teks

1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian………....

2. Lokasi Penelitian………...

3. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lankap..

4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig. Jend. H. Sapta Adjie Hadiprawira…………..

5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor………..

6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar………...

7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh……….

8. Pembagian Segmen………

9. Kondisi Drainase………...

10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi………..

11. Vegetasi di Area Studi………...

12. Gardu Saluran Listrik………

13. Sarana Utilitas………...

14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan………...

15. Peta Dasar Lokasi Studi……….

16. Potongan A………

17. Potongan B………

18. Potongan C………

19. Bad View (Tumpukan Sampah)………... 20. Good View (Keindahan Sungai)………

21. Peta Kondisi Visual………...

22. Pertokoan………...

23. Tanaman yang Tidak Terawat………...

(15)

24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh……….

25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar………

26. Penggunaan Pedestrian yang Salah………...

27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)………...

28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)………

29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)………...

30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)………...

31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian……….

32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan………...

33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima………...

34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat………...

35. Block Plan………...

36. Konsep Sirkulasi………

37. Konsep Tata Hijau……….

38. Potongan Rencana A……….

39. Potongan Rencana B………..

40. Potongan Rencana C………..

41. Rencana Jembatan Pedestrian………

42. Rencana Ruang Pelayanan……….

43. Rencana Gerbang Kawasan………...

44. Vegetasi yang Digunakan………...

45. Detail Penanaman Pohon………...

46. Detail Penanaman Semak dan Ground Cover………...

47. Detail Tempat Duduk………

48. Rencana Tempat Sampah………..

(16)

49. Detail Tempat Sampah………..

50. Detail Saluran Drainase……….

51. Rencana Fire Hydrant………...

52. Rencana Papan Orientasi………...

53. Rencana Lampu pada Median Jalan………..

54. Detail Lampu Pedestrian………

55. Detail Pedestrian Walk………...

56. Rencana Halte………

57. Site Plan (Bagian 1)………... 58. Site Plan (Bagian 2)………... 59. Site Plan (Bagian 3)………... 60. Site Plan (Bagian 4)………... 61. Site Plan (Bagian 5)………... 62. Site Plan (Bagian 6)………... 63. Site Plan (Bagian 7)………... 64. Site Plan (Bagian 8)………... 65. Site Plan (Bagian 9)………... 66. Site Plan (Bagian 10)……….……… 67. Site Plan (Bagian 11)……….

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks

1. Form Kuisioner Penelitian………...

2. Tabel Jenis Tanaman………...

3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner………...

4. Perspektif Stop Area……….

5. Kondisi Eksisting Tapak………..

Hal

121

124

125

128

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota

yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota

berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana

transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan

masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota

yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi

pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur

kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.

Menurut Simonds (1983) lanskap kehidupan manusia tercakup dalam dua

hal yaitu jalan dan tempat. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan

kendaraan sebagai pusat tempat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar,

beribadah dan santai. Lanskap jalan memerlukan penataan fisik ruang luar (open space) guna mewujudkan hubungan atau keterkaitan yang aman, nyaman dan selaras antara manusia dan alam lingkungannya, semua ini dipelajari dalam ilmu

Arsitektur Lanskap. Sebagian besar jalan Kota Bogor terutama pada daerah

sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar setiap

hari dipadati oleh kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi

tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan

karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang

melintasinya, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas.

Penataan lanskap jalan yang ideal adalah lanskap jalan yang ditata secara

fungsional, estetika dan aman bagi seluruh pengguna jalan. Sehingga untuk

memenuhi segala faktor yang dapat menjadikan lanskap jalan yang ideal, maka

jalan terdiri dari jalan untuk kendaraan dan jalan untuk pejalan kaki. Pedestrian

merupakan sarana transportasi yang digunakan bagi pejalan kaki agar dapat

berpindah dari area satu ke area yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Bowersox dalam Setijowarno & Frazila (2003) bahwa transportasi adalah

(19)

diinginkan, sehingga pedestrian harus ditata sesuai kebutuhan sebagai sirkulasi

pejalan kaki dan memiliki lanskap sekitar yang estetik sehingga pejalan kaki dapat

merasakan keindahan, kenyamanan dan keselamatan selama berjalan di

pedestrian, serta pedestrian yang dibangun dengan menggunakan bahan yang

ramah lingkungan agar tidak merusak lingkungan yang ada disekitarnya.

Pedestrian yang seperti ini disebut “Pedestrian Hijau”.

Pedestrian hijau dapat diterapkan disetiap pedestrian yang ada, karena

pedestrian hijau menciptakan kondisi pedestrian yang nyaman, menarik dan lebih

ramah lingkungan. Pedestrian hijau akan diterapkan di Jalan KH. Rd. Abdullah

bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar, hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut

merupakan salah satu jalan yang memiliki kapasitas padat baik untuk kendaraan

bermotor maupun untuk pejalan kaki. Penerapan pedestrian hijau pada Jalan KH.

Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dimaksudkan untuk membuat

kondisi pengguna pedestrian menjadi lebih nyaman dan aman selama berada di

jalan, serta dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan agar dapat lebih asri

dan estetik.

Tujuan

Perencanaan pedestrian hijau ini bertujuan membuat rencana lanskap jalan

terutama lanskap pedestrian yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang

aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, pedestrian tersebut dapat membantu kelancaran dan keamanan

lalu lintas pejalan kaki dan mendapatkan pengetahuan mengenai kondisi

pedestrian yang ada di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh

Iskandar, baik secara fisik pedestrian dan secara estetika di daerah sekitar

(20)

Manfaat

Hasil dari studi ini berupa perencanaan lanskap pedestrian hijau yang

diharapkan dapat berguna sebagai informasi mengenai desain lanskap jalan dalam

rangka membuat pedestrian hijau serta menjadi masukan atau bahan pertimbangan

bagi pihak Pemarintah Kota Bogor, Dinas Tata Kota dan segenap instansi yang

terkait agar dapat membuat pedestrian hijau di seluruh lanskap jalan di Kota

Bogor yang lebih baik dari sebelumnya, serta diperuntukkan untuk semua

kalangan yang membutuhkan informasi.

 

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan

karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan

karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan

kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, buatan maupun

kombinasi dari keduanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup

manusia beserta makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera

dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, demikianlah

lanskap dapat didefinisikan.

Lanskap Jalan

Menurut Simonds (1983) jalan merupakan suatu kesatuan yang harus

lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi dan interaksi yang baik serta

mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan, sedangkan yang

dimaksud lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah

karakter dari areal lahan. Diterangkan lebih lanjut oleh Direktorat Jendral Bina

Marga (1996) bahwa lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak

yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap

alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun

yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan

kondisi lahannya. Lanskap ini mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan

dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan

pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah,

nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

Selain itu, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Jalan merupakan

suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan

(22)

dalam satu hubungan hirarki. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

38 Tahun 2004 Bab III Bagian Kedua Pasal 8 mengenai pengelompokkan jalan

menurut peranannya yaitu :

1. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan

ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan

jumlah jalan masih dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan

atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

3. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan

ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi

4. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.

Berdasarkan tata cara perencanaan teknik lanskap jalan No.

033/TBM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, jalan

memiliki bagian-bagian jalan yaitu sebagai berikut :

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) merupakan ruas sepanjang jalan yang

dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang

ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.

Damaja terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.

Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan

bahu jalan. Ambang pengaman terletak di bagaian paling luar dari Damaja

dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

2. Daerah Milik Jalan (Damija) merupakan ruas jalan yang dibatasi oleh lebar

dan tinggi jalan tertentu dan dikelola oleh pembina jalan. Bagian ini

dimanfaatkan untuk Daerah Manfaat Jalan (Damaja), pelebaran jalan maupun

menambah jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk

(23)

Daerah Milik Jalan (Damija) yang penggunaannya diawasi oleh pembina

jalan dengan tujuan agar tidak mengganggu pemandangan pengemudi dan

konstruksi bangunan jalan.

4. Median Jalan merupakan pemisah antara dua jalur yang berlawanan biasanya

pada bagian median jalan ini umumnya diletakkan bak-bak tanaman, lampu

penerangan jalan dan tiang-tiang reklame.

5. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap

lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) atau di Daerah

Pengawasan Jalan (Dawasja). Jalur tanaman sering disebut jalur hijau karena

didomonasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna

hijau.

6. Bahu Jalan merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki,

tempat kendaraan berhenti untuk sementara akibat keadaan tertentu apabila

tidak ada rambu larangan berhenti dan untuk tempat menghindar bagi

kendaraan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan. Bahu

jalan tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.

Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berupa

jalur untuk menempatkan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di

dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja).

Karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya

bewarna hijau maka disebut area jalur hijau. Dengan adanya jalur hijau maka

dapat mengurangi kemonotonan kekakuan aspal dan beton (Ecbo, 1964). Selain

itu, dengan penempatan pohon di sepanjang jalan menurut Carpenter et al (1975)

dapat memberikan suatu naungan, memberikan kesan, mengarahkan pada suatu

objek, menyediakan aset visual dan menciptakan sense of unity and stability.

Jalur hijau ditujukan untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur kendaraan

(24)

memberikan informasi jalur jalan, memberi ruang bagi utulitas, memberi ruang

untuk pemasangan perlangkapan jalan dan vegetasi jalan. Terdapat beberapa

persyaratan khusus yang dikeluarkan pada tipe jalur hijau yaitu :

1. Jalur hijau tepi jalan, sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, diantara

jalur lintasan kendaraan dan jalur pejalan kaki.

2. Jalur hijau median, jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar

minimum 0,8 meter dengan lebar ideal 4-6 meter.

Daerah tepi jalan merupakan daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan

kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan

penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi

bentuk jalan. Median jalan merupakan jalur yang memisahkan dua jalan yang

berlawanan dan dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara,

peletakan rambu-rambu lalu lintas ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan

tertentu.

Penanaman Jalur Hijau Jalan

Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat

yaitu jalur tanaman tepi, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan

(Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Letak penanaman yang diizinkan menurut

Departemen Pekerjaan Umum 1996 adalah sebagai berikut :

1. Tanaman jenis pohon di jalan perkotaan harus memiliki jarak tanam ke tepi

perkerasan jalan, trotoar maupun drainase minimal 1 meter agar tidak rusak

oleh perakarannya.

2. Penanaman tidak menutupi daerah bebas pandang minimum 10 meter/60o dari bukaan jalan (U-turn).

3. Tanaman tidak menutupi darerah bebas pandang minimum 45o.

Menurut Grey dan Dekene (1978) penanaman tanaman pada jalur hijau

jalan tidak hanya sekedar memperindah lingkungan tetapi juga berfungsi untuk

(25)

Terdapat beberapa manfaat penggunaan tanaman salah satunya adalah

guna memperbaiki iklim mikro. Dalam memperbaiki iklim mikro tanaman

mampu mengubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi

matahari melalui proses evapotranspirasinya. Tanaman atau kumpulan

tanaman ini juga dapat berperan sebagai penahan angin dan pengatur

kelembapan.

2. Peredam kebisingan

Tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang

suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif

untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun

yang rindang, dengan penanaman jenis tanaman berbagai strata yang cukup

rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan yang sumbernya berasal

dari bawah.

3. Pengontrol polusi udara

Polusi udara dapat berupa debu dan gas. Polutan yang berbentuk

partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara

efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang

dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap

polutan gas adalah :

a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat

b. Tumbuh sepanjang tahun

c. Percabangan dan daun yang padat

d. Daun yang berambut

Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk memberikan

pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran,

(26)

1995). Sepanjang jalur pedestrian tersebut prioritas utama diberikan kepada

pejalan kaki dan melarang kendaraan bermotor masuk kedalamnya.

Menurut Simonds (1983) karakteristik pedestrian dapat diumpamakan

sebagai aliran sungai dimana dalam pergerakannya akan mencari hambatan yang

terkecil. Jalur yang diambil adalah jalur-jalur terpendek dari satu titik ke titik

lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya.

Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi

pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan

secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik.

Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan

dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang

menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan

pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan

kualitas visual yang menarik.

Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan

tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian diantaranya adalah :

1. Kriteria dimensional

Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat terlihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki

Jarak Lokasi

1,8 m Tempat umum

2,8 – 3,6 m Tempat belanja

4,6 – 5,5 m Berjalan normal

>10,6 m Jalan santai

2. Kriteria pergerakan

Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki

(27)

Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi

mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada

pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan

rambu-rambu lalu lintas).

Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan, trotoar adalah jalur

pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan

perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.

Persyaratan ukuran lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki

menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 dapat dilihat

pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi

No Lokasi trotoar Lebar minimum

1 Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah 4 meter

2 Perkantoran utama 3 meter

3 Daerah industri

a. Jalan primer

b. Jalan akses

3 meter 4 meter

4 Di wilayah pemukiman

a. Jalan primer

b. Jalan akses

2,75 meter 2 meter *Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993

Tabel 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki

No Jumlah pejalan kaki/detik/meter Lebar trotoar

1 6 orang 2,3-5 meter

2 3 orang 1,5-2,3 meter

3 2 orang 0,9-1,5 meter

4 1 orang 0,6-0,9 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993

Penambahan lebar trotoar juga dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas

pelengkap yang akan diakomodasikan dalam sistem pedestrian. Hal ini untuk

memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pejalan kaki, sehingga tidak

(28)

Sistem Pedestrian

Menurut Harris dan Dines (1988), secara umum sistem sirkulasi dibagi

menjadi dua kategori, yaitu suatu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan

sistem yang tidak ada sistem sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada,

proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi

yang telah dilengkapi berbagai amenity, peningkatan kualitas pemandangan, kesan yang ditimbulkan, kenyamanan dan kesenangan. Untuk sistem yang baru pertama

kali ada harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan,

serta memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas

pejalan kaki terutama pada puncak penggunaan. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan syarat kemiringan lahan (%) untuk struktur dan fasilitas dari sistem

pedestrian yang akan di buat (Tabel 4).

Aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya

mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki

yang mempunyai kepentingan lain atau ingin sekedar berekreasi. Untuk pejalan

kaki yang aktivitas pergerakannya hanya dari satu titik asal ke satu titik tujuan ada

dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor orientasi dan faktor negosiasi.

Pada faktor orientasi wujud landmark, formalitas dan material perkerasan memberi keuntungan bagi pejalam kaki untuk menemukan dan mengenali

lingkungan dalam konteks yang lebih besar terutama dalam lingkungan yang

kompleks. Faktor kedua yaitu negosiasi yang berhubungan dengan kenyamanan

relatif dalam pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi konflik

dari pejalan kaki dan gangguan fisik dari peletakan fasilitas/perlengkapan jalan,

(29)

Struktur dan Fasilitas Kemiringan (%)

Maksimum Minimum Optimum

1. Permukaan berpaving

• Badan Pedestrian

• Tempat Parkir

10 3 0 0,05 1 1

2. Jalur Hijau 25 - 2-3

3. Ruang Terbuka

Sitting area

Pedestrian pocket

Playground 2-3 2-3 2-3 0,05 0,05 0,05 1 1 1

4. Sistem Drainase 15 0 10-12

5. Bangunan Permanen

• Kios pedagang

• Halte bis

Shelther 20-25 20-25 20-25 0 0 0 2 2 2

6. Telepon umum 10 0,5 2-3

7. Advertising, Informasi 10 0,5 2-3

*Sumber : Landscape Planning Environmental Applications (Marsh, 1991)

Jenis Pedestrian

Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis yaitu :

1. Pedestrianisasi penuh (full pedestrianitation)

Dengan menghilangkan atau melarang semua kendaraan bermotor untuk

sepanjang waktu, terkecuali untuk pemeliharaan tapak, full pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur

permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat

sebagai akses terdekat jalur bus/ angkutan umum. Dengan ditiadakannya

kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat

baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus memberi kesan yang

jelas bahwa kendaraan akan memberi gangguan terhadap lingkungan

pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan

(30)

2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)

Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan

pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur

pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil

maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk

terkecuali angkutan umum, taksi dam bus. Laju kendaraan dibatas

kecepatan tertentu.

3. Pedestrian distrik

Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah

perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural,

komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan

jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.

Persyaratan Pedestrian

Pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau

berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan

kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan.

Adapun persyaratan pedestrian menurut Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No

486 tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1. Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, berstruktur halus tetapi

tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun

terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari1,25 cm. Apabila

menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang

permanen.

2. Kemiringan

Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan

terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

3. Area istirahat

Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat

(31)

pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

5. Drainase

Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm,

mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.

6. Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searahdan 160

cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang

rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong danbenda-benda lainnya yang

menghalangi.

7. Tepi pengaman/kanstin/low curb

Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah

area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum10 cm dan

lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

8. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

kecelakaan.

Perencanaan pedestrian juga harus memperhatikan ukuran dan detail

penerapan standar agar persyaratan pedestrian dapat berfungsi optimal. Berikut

disajikan gambar prinsip perencanaan pedestrian.

[image:31.595.233.404.482.708.2]

*Sumber : http://www.google.co.id

(32)

Bahan Permukaan Pedestrian

Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel

(1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu bata, cetakan beton dan batu kerikil. Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu

situasi.

Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk

perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena

salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis sediman seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur.

Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan

dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan

cuaca karena karakternya yang berpori.

2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih kasar, kuat,

mudah dipahat dan diasah dan sangat sering digunakan karena pola dan

keindahannya.

3. Bentuk metamorfik dari batu tulis adalah tipis, keras dan merupakan batu

yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam

disamping beberapa jenis yang bewarna merah.

4. Bentuk batu karang api adalah granit yang keras dan jelas sangat kuat.

Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan

beberapa jenis memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat

dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan

terhadap goresan dan cuaca.

5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam

penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak

praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya

(33)

dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar

perkerasan, alas untuk kandang dan sebagainya.

Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur.

Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung bewarna coklat,

permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua yang

berbunyi apabila saling berbenturan biasanya lebih kuat, merupakan unit yang

terbakar dengan baik dan dapat dipastikan lebih tahan pecah. Bata dapat

dikombinasikan dengan batu alami.

Cetakan beton tidak mempunyai penampilan yang alami dari batu, tetapi

bisa dikombinasikan dengan bata untuk membentuk pedestrian yang bagus

sebagai perkerasan. Batu kerikil memiliki beberapa keuntungan diluar

bahan-bahan permukaan untuk pedestrian. Batu kerikil untuk pedestrian relatif murah,

sederhana untuk dipasang dan mudah untuk dipelihara. Batu kerikil mengering

dengan cepat. Baik pada waktu hujan atau ada siraman air akan menggenang,

dengan kata lain batu kerikil mempunyai permukaan yang tidak nyaman dan

lambat.

Terdapat tiga kriteria yang mempengaruhi pemilihan perkerasan yaitu :

1. Kegunaan

Hal yang pertama dipikirkan adalah kegunaan dari dibuatnya perkerasan

baik untuk jalan kendaraan, pedestrian ataupun patio. Ketiga hal ini dapat diakomodasi sesuai dengan kondisinya, dapat dilihat sebagai tiga hal yang

terpisah dari teknik konstruksi dan bahan permukaan yang berbeda.

Permukaan dari bahan perkerasan juga berpengaruh pada tujuan

penggunaan area, tekstur perkerasan penting untuk pejalan kaki, juga

mempunyai dampak pada kecepatan pergerakan. Perkerasan dengan

tekstur yang tidak licin, lebih digemari karena dapat menjamin keamanan

pejalan kaki, biasanya dipakai di area sekitar displai elemen air atau

tempat yang berbahaya. Perkerasan dengan tekstur lebih kasar dipakai di

(34)

2. Estetika

Pedestrian yang dibuat dengan mengikuti tema yang sangat sederhana atau

sebaliknya dapat dibuat dengan sangat rumit dengan tujuan untuk menarik

perhatian. Kombinasi yang dirancang dengan sangat cermat terutama yang

menyangkut perubahan warna dan tekstur sangat membantu dalam

menciptakan kesan kontras, variasi dan skala yang diinginkan. Mengenali

keragaman jenis material berikut variasi tekstur dan warnanya sangat perlu

mengingat untuk area yang luas, agar tidak terkesan monoton, dapat pula

dipilih tema yang berbeda untuk masing-masing bagian tapak.

3. Biaya

Pemilihan material juga tergantung dari biaya yang akan dikeluarkan,

jumlah tenaga manusia yang tinggi juga dibutuhkan dalam pemasangan

bata, batu dan perkerasan pracetak, mengakibatkan biaya untuk jenis

perkerasan ini menjadi tinggi. Penggunaan pola yang sulit dan

keterbatasan tenaga kerja terlatih bisa menambah rumit masalah

pembiayaan selanjutnya.

Street Furniture (Perabot Jalan)

Menurut Harris dan Dines (1988), perabot jalan merupakan perlengkapan

jalan sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan untuk

kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi

pengguna jalan. Sementara itu menurut Simond (1983) menambahkan bahwa

pengorganisasian merupakan bagian dari desain sehingga pemilihan dan peletakan

perabot jalan diharapkan dapat menerjemahkan suatu fungsi area menjadi volume

spasial. Selain itu kegiatan ini harus mempertimbangkan skala manusia dan

karakter tapak.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

(35)

jalan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

1. Fungsi keamanan dan kenyamanan. Contoh lampu, halte, saluran drainase,

jalan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas, unsur tanaman sebagai

peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki.

2. Fungsi pelengkap. Contoh tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak

surat, wadah tanaman , informasi dan lain-lain.

3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft material dan hard material ataupun memanfaatkan pemandangan dari luar tapak.

Perencanaan

Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis,

pengorganisasian, dan suatu proses informasi yang digunakan untuk menentukan

saat awal suatu keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai

keadaan yang diharapkan tersebut dengan menilai suatu objek melalui

pengamatan yang berinspirasi. Diungkapkan pula oleh Nurisjah dan Pramukanto

(2008), perencanaan adalah pengambilan keputusan yang berorientasi pada

kepentingan yang akan datang serta usaha dalam menempatkan penilaian yang

tinggi dari rasionalitas dan aplikasi ilmu pengetahuan.

Perancangan merupakan tahap lanjut dari perencanaan. Perancangan

merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan

mengomposisikan elemen lanskap alami dan elemen lanskap non-alami serta

kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta karya tata ruang yang secara fungsi

berdaya guna dan secara estetis bernilai indah. Hasil yang dicapai adalah

kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup di dalamnya,

selaras dengan faktor ruang, waktu, dan geraknya.

Perancangan lanskap menurut Simond (2000) merupakan tahap lebih

lanjut dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain.

(36)

perancangan, bahan atau elemen perancangan yang berhubungan dengan visual,

tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya. Hal ini berfungsi sebagai pemecah masalah

yang ada dalam rencana tapak. Dalam perancangan dengan tema yang khusus

seperti lanskap jalan hal tersebut perlu diperhatikan, bahkan dalam beberapa

elemen tanaman dilakukan penekanan atau penegasan untuk menjadikan jalan

tersebut sebagai simbol suatu kawasan di sekitarnya.

Prinsip perancangan terdiri dari : 1). Kesatuan (Unity) sebagai unsur penyatu, 2). Keseimbangan (Harmony) sebagai unsur penyelaras, 3). Simplicity

sebagai unsur kesederhanaan, 4). Emphasis adalah menitikberatkan pandangan pada elemen atau pola tertentu, 5). Balance sebagai unsur penyeimbang yang menciptakan kestabilan, 6). Scale dan Proportion yang mengacu pada pembidangan relatif antara ketinggian, panjang, luas, masa, dan volume, 7).

Sequence adalah unsur yang berhubungan dengan pergerakan.

Elemen lanskap merupakan unsur pembentuk suatu lanskap. Terdapat

sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap, yaitu

dengan mengeleminasi elemen yang buruk dan menonjolkan

elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap karakter tapak yang menarik harus diciptakan

atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi

kesatuan yang harmonis. Elemen lanskap terdiri dari elemen lanskap mayor

(major landscape element) dan elemen lanskap minor (minor landscape element). Elemen lanskap mayor yaitu bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai

dan lain-lain), ciri-ciri alam (hujan, suhu, musim, kabut dan lain-lain) dan

kekuatan alam (angin, proses pertumbuhan, air, energi radiasi, gravitasi dan

lain-lain) yang dominan dan relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan elemen

lanskap minor diantaranya bukit, aliran air dan hutan kecil yang cenderung dapat

(37)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat

dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan studi dilaksanakan selama ± 5 bulan mulai

Bulan April sampai Bulan Agustus 2012.

[image:37.595.118.485.232.719.2]

*Sumber : http://www.google.co.id

Gambar 2 : Lokasi Penelitian Keterangan

Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh

(38)

Metode Studi

Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana

dan melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984) dengan tahap-tahap

berupa inventarisasi, analisis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan

serta pemeliharaan (Gambar 2). Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sumberdaya yaitu untuk

mendapatkan rencana yang ideal berdasarkan sumberdaya yang tersedia. Tahap

perencanaan pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.

Soleh Iskandar adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahapan persiapan meliputi persiapan administrasi pelaksanaan

penelitian seperti pembuatan izin penelitian dan bantuan informasi di lapang

dan studi pustaka yang menunjang penelitian seperti laporan penelitian atau

jurnal-jurnal yang berkaitan dengan studi.

2. Inventarisasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer melalui survei di

lapang serta wawancara dan data sekunder melalui studi pustaka.

Pengumpulan data primer yang diperoleh dari pencatatan, pengamatan visual,

dan pemotretan sehingga akan didapatkan data fisik tapak yang sebenarnya,

sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak yang terkait dengan

pengembangan dan pengawasan tapak, pengguna tapak dan masyarakat

sekitar tapak. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan

dokumen-dokumen.

3. Analisis

Tahap ini merupakan tahap dimana data atau informasi yang diperoleh

pada tahap sebelumnya dianalisis sehingga dapat diketahui permasalahan

yang ada pada tapak dan potensi yang menjadi andalan tapak tersebut. Selain

menganalisis dari segi dimensi fisik, analisis juga dilakukan dari segi dimensi

(39)

pemerintah juga dianalisis dengan memperhatikan dan mengkaji peraturan

pemerintah yang berlaku.

4. Sintesis

Pada tahap ini yang merupakan lanjutan dari tahap analisis, dicari

alternatif pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi yang disesuaikan

dengan tujuan perancangan. Data-data yang diperoleh dari analisis,

disimpulkan dan dicari pemecahan masalahnya yang disesuaikan menurut

kondisi tapak.

5. Konsep

Pada tahap ini disusun ide konsep pengembangan tapak dengan

mempertimbangkan kesatuan ruang, kesesuaian lahan, kesesuaian kebutuhan

ruang. Ide konsep dipilih berdasarkan analisis dan memenuhi kriteria dan

kesesuaian pada tapak yang merupakan solusi yang terintegrasi dari aspek

sebelumnya.

6. Perencanaan

Merupakan tahap pengembangan ide konsep. Pengembangan tersebut

(40)
[image:40.842.56.779.115.464.2]

Gambar 3 . Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984)

inventarisasi analisis sintesis konsep Perencanaan pelaksanaan pemeliharaan

data:

aspek fisik

aspek sosial

masalah &

potensi

alternatif pemecahan

masalah

pemanfaatan potensi

Ide konsep dari hasil solusi yang terintegrasi dari aspek sebelumnya

Rencana tertulis dan

terlukis

Program pengembangan

pedestrian

zonasi tapak

Konsep

(41)

Pada studi ini data yang diambil meliputi data primer didapat dari hasil

survei, pengamatan langsung, wawancara tidak terstruktur dan penyebaran 30

kuisioner untuk mengetahui keinginan pengguna jalan dan masyarakat setempat

serta instansi terkait lainnya. Responden diambil menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan responden berdasarkan kebutuhan. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data tersebut meliputi data aspek fisik dan biofisik,

aspek sosial dan aspek teknik. Jenis data, cara pengambilan dan sumber data di

sajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data

Jenis Data Cara Pengambilan Sumber Data

1. Aspek fisik dan biofisik

a. Sejarah, konsep pengembangan

b. Lokasi tapak

c. Aksesibilitas d. Iklim

e. Hidrologi

f. Geologi dan tanah

g. Topografi

h. Dimensi jalan

i. Perlengkapan & kelengkapan jalan

j. Vegetasi dan satwa

k. Tata guna lahan

l. View tapak

Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka

Studi pustaka, Survei lapang Studi pustaka

Survei lapang Survei lapang

Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang

Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang BAPEDA Lokasi Lokasi BAPEDA BAPEDA, lokasi Balittan Lokasi Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi

2. Aspek sosial

a. Penduduk

b. Karakter pengguna

c. Keinginan masyarakat

Studi pustaka Survei lapang kuisioner BAPEDA Lokasi Lokasi

3. Aspek teknik

a. Aturan jalan

b. Kebijakan-kebijakan

c. Utilitas dan fasilitas

Studi pustaka

Survei lapang, Studi pustaka Survei lapang

BAPEDA, lokasi Lokasi

(42)

HASIL INVENTARISASI

Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diperoleh berbagai kondisi

tapak yang dimasukkan ke dalam beberapa faktor yang dianggap mewakili.

Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menentukan proses penyusunan rencana

lanskap pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh

Iskandar. Kemudian hasil yang didapat akan dianalisis dan dicari solusi

pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh suatu rencana lanskap yang

ideal.

Kondisi Umum

Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan

Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48´ BT dan 6º 36´ LS

dengan jarak ± 56 km dari Ibu Kota Jakarta. Kota Bogor memiliki luas wilayah

meliputi ± 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar merupakan

jalan lingkar luar Kota Bogor yang menghubungkan jalan keluar tol lingkar luar

Kota Bogor dengan Jalan Raya Dramaga. Karena menghubungkan dua wilayah

dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan

ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan.

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan lokasi studi termasuk ke

dalam dua wilayah administrasi yang berbeda yaitu Jalan KH. Rd. Abdullah bin

Nuh termasuk ke dalam Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor sedangkan Jalan

H. Soleh Iskandar termasuk ke dalam Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Wilayah Kecamatan Tanah Sareal berdasarkan konsep makro pengembangan

Kota Bogor memiliki ciri sebagai fungsi kawasan permukiman, perbelanjaan dan

niaga serta kegiatan lainnya.

Lingkup wilayah perencanaan dilakukan sepanjang Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu sepanjang ±8 km dan lebar

(43)

berbatasan dengan :

a. Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh

Sebelah Utara : Jl. H. Soleh Iskandar

Sebelah Timur : permukiman

Sebelah Selatan : Jl. Raya Dramaga

Sebelah Barat : permukiman

b. Jalan H. Soleh Iskandar

Sebelah Utara : pertokoan

Sebelah Timur : jalan tol lingkar luar Kota Bogor

Sebelah Selatan : pertokoan

Sebelah Barat : Jl. Baru

Lokasi tapak dapat diakses melalui beberapa jalan utama seperti Jalan

Raya Pajajaran, Jalan Raya Dramaga, Jalan Raya Cifor, Jalan Brigadir Jendral H.

Sapta Adjie Hadiprawira, Jalan Raya Parung-Bogor, Jalan HM. Syarifuddin, Jalan

Sindang Barang Pilar 1, Jalan Cilebut Raya, Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya

Semplak, pintu keluar jalan tol lingkar luar Kota Bogor serta jalan lokasi

permukinan yang ada di sekitar tapak.

(44)

Gambar 5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor

Berdasarkan rencana strategis Kota Bogor 2004-2009 konsep

pengembangan dilakukan pada pelayanan yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan

warga, juga menjadi tuntutan utama karena semakin berkembang dan beragamnya

kebutuhan seluruh warga terhadap barang dan jasa. Implikasi dari semua ini

adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan sarana transportasi masyarakat kota,

timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah pedagang kali lima secara

berlebihan, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan kota

sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi

[image:44.595.117.468.486.727.2]

daya dukung lingkungan.

(45)

berkaitan dengan kewenangan wajib yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Kota Bogor, terkait dengan RTH antara lain sebagai berikut :

1. Belum meratanya informasi rencana tata ruang bagi masyarakat dalam

melakukan investasi dan pembanguan, sehingga tidak terkendalinya

perkembangan fisik baik dari segi tata ruang dan tata bangunan.

2. Masih rendahnya tekanan publik terhadap pemanfaatan sumberdaya alam

sungai yang disebabkan tidak tegasnya penegakan hukum dan rendahnya

kesadaran masyarakat.

3. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan hidup, yang mengakibatkan kerusakan sumberdaya alam

serta beban pencemaran akibat limbah cair dan sampah rumah tangga.

4. Dibidang kependudukan yaitu kondisi kependudukan belum optimal

antara lain besarnya jumlah penduduk secara absolut dan tingkat

kesejahteraan keluarga relatif rendahnya produktivitasnya, sehingga

keluarga sebagai wahana pertama untuk meningkatnya kualitas penduduk.

(46)

Kebijakan Pengembangan Kota Bogor

Seperti yang tercantum dalam RDTR Kota Bogor tahun 2002-2012 untuk

tiap-tiap kecamatan telah ada rencana Ruang Terbuka Hijau. Rencana tersebut

dituangkan dalam tujuan dari RTH kota tiap kecamatan adalah :

1. Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang bersih, indah dan

nyaman sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.

2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang

berguna untuk kepentingan masyarakat.

Prioritas pengembangan RTH pada wilayah per kecamatan di Kota Bogor

adalah :

1. Kecamatan Bogor Barat

a. Mengembangkan sempadan Sungai Cisadane, Sungai Sindang Barang,

Sungai Ciapus dan saluran-saluran yang ada.

b. Mengembangkan taman dan unit-unit lingkungan, jalur jalan

pergerakan, garis sempadan sungai, jalur listrik tegangan tinggi.

c. Mempertahankan dan menyediakan lapangan olahraga terbuka.

d. Selain itu dilakukan pula pengembangan RTH sebagai tempat wisata

terutama pada daerah CIFOR dan Situ Gede.

2. Kecamatan Bogor Selatan

a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan

yaitu Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Cipananggading

dan anak-anak sungai lainnya.

b. Pengalih fungsikan secara perlahan dari areal kuburan cina menjadi

lapangan golf di Kelurahan Kertamaya.

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

(47)

yang banyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

3. Kecamatan Bogor Tengah

a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan

yaitu Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, dan anak-anak sungai

lainnya.

b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

c. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

d. Kebun Raya Bogor merupakan daerah hijau terbesar yang ada di

Kecamatan Bogor Tengah. Daerah ini diarahkan sebagai daerah wisata

ilmiah, lahan konservasi, daerah tangkapan hujan (catchment area) dan sebagai paru-paru kaota.

4. Kecamatan Bogor Timur

a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan

yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut

dibuat jalan inspeksi

b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan

(48)

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

5. Kecamatan Bogor Utara

a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan

yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut

dibuat jalan inspeksi.

b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan

lainnya

c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.

d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.

e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

6. Kecamatan Tanah Sareal

a. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan

lainnya.

b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,

(49)

sungai lainnya.

d. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa

pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi

masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung

dan tanaman produktif.

Aspek Fisik dan Biofisik

Iklim

Secara klimatologis wilayah perencanaan termasuk ke dalam iklim Kota

Bogor secara umum. Badan Perencana Daerah Kota Bogor menyatakan bahwa

berdasarkan data dari stasiun curah hujan dalam kurun waktu tahun 2010, kondisi

iklim di lokasi studi adalah sebagai berikut :

a. Suhu udara : 26º C – 34º C

b. Kelembaban udara : 70%

c. Kecepatan angin : 2,3 km/jam

d. Curah hujan : 3.000-4.000 mm/tahun

e. Penyinaran matahari : 61,4 %

f. Intensitas cahaya matahari : sedang, terik dan sangat terik

Keadaan iklim mikro pada lokasi studi di sepanjang Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dipengaruhi juga oleh banyaknya

kendaraan yang melintas di lokasi studi sehingga menunjukkan suhu udara lebih

tinggi dan kelembaban udara lebih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan kedua jalan

tersebut adalah jalan yang padat dan ramai dilalui oleh berbagai jenis kendaraan

(50)

Geologi dan Tanah

Pada wilayah kawasan studi yaitu di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah

bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar memiliki jenis tanah Alluvial dengan

permeabilitas tanah sedang. Karakteristik umum keadaan geologi dan tanah pada

kawasan studi adalah secara umum Kota Bogor ditutupi batuan vulkanik yang

berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi yaitu Gunung

Pangrango (berupa batuan bresik tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa

alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari

permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya

berupa Alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil pelapukan

endapan, hal ini baik untuk vegetasi.

Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki aliran Andesit

seluas 2.719,61 Ha, kipas alluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan seluas 1.372,68

Ha, Tupaan seluas 3.395,75 Ha, dan Lanau Breksi Tufan dan Capili seluas

1.112,56 Ha.

Pembagian Segmen

Pada kawasan lokasi studi dibagi menjadi tiga segmen utama yaitu segmen

utara, tengah dan selatan. Segmen utara yaitu Jalan H. Soleh Iskandar, segmen

tengah mulai dari perempatan Jalan Semplak sampai pertigaan Jalan H. Soleh

Iskandar dan segmen selatan mulai dari pertigaan Jalan Raya Darmaga sampai

perempatan Jalan Semplak.

Pembagian ketiga segmen tersebut berdasarkan dimensi dan kondisi yang

terdapat pada jalur pedestrian, median jalan, jalur hijau jalan dan peruntukan

kawasan. Pembagian Segmen pada lokasi studi dimaksudkan untuk

mempermudah inventarisasi dan analisis agar dapat membuat perencanaan yang

(51)
(52)

Topografi, Hidrologi dan Drainase

Secara umum Kota Bogor mempunyai karakter permukaan lahan

(landform) bergelombang, berbukit-bukit dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 190 sampai dengan 350 meter di atas permukaan

laut dengan kemiringan lereng berkisar 0-2% (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2-15%

(landai) seluas 8.091,27 Ha, 15-25% (agak curam) seluas1.109,89 Ha, 25-40%

(curam) seluas 764,96 Ha dan >40% (sangat curam) seluas 119,94 Ha.

Tabel 6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor

Kecamatan

Kemiringan Lereng

Jumlah (Ha)

0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam

Bogor Utara 137,85 1.565,65 - 68,00 0,50 1.772

Bogor Timur 182,30 722,70 56,00 44,00 10,00 1.015

Bogor Selatan 169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081

Bogor Tengah 125,44 560,47 - 117,54 9,55 813

Bogor Barat 618,40 2.502,14 - 153,81 10,65 3.285

Tanah Sareal 530,85 1.321,91 - 31,24 - 1.884

Jumlah 1.763,94 8.091,27 1.109,89 764,96 119,94 11.850

*Sumber : Data pokok pembangunan Kota Bogor tahun 2004

Secara topografis, bentang alam dan relief wilayah perencanaan

merupakan medan yang relatif datar, landai dan beberapa kawasan yang curam,

terutama pada wilayah-wilayah yang dilalui oleh perairan alami Sungai Ciliwung

dan Sungai Cisadane. Kemiringan yang agak curam berada di sekitar Jalan H.

Soleh Iskandar tepatnya di daerah underpass rel kereta api. Topografi relatif datar di beberapa wilayah studi seperti di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.

Soleh Iskandar menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase

sehingga menyebabkan genangan-genangan air ke badan jalan terutama saat

musim hujan. Tidak hanya itu drainase yang seharusnya berfungsi mengalirkan air

memiliki keadaan struktur yang sebagian besar telah rusak, banyak timbunan

sampah dan pasir, beralih fungsi dan ada sebagian jalan yang tidak memiliki

(53)

Gambar 9. Kondisi Drainase

Terdapat aliran sungai di sekitar daerah studi yaitu Sungai Ciliwung dan

Sungai Cisadane. Kedua sungai tersebut tepat dilintasi oleh jalur Jalan KH. Rd.

Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Pada masing-masing sungai yang

dilewati dibangun jembatan. Sungai-sungai tersebut digunakan untuk kegiatan

diantaranya untuk mengairi persawahan disekitarnya.

(54)

Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang banyak ditemui di sepanjang jalan merupakan hasil

penanaman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor. Vegetasi tersebut

dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu vegetasi alami dan vegetasi buatan.

Vegetasi alami adalah vegetasi yang secara eksisting memang sudah ada pada

tapak. Vegetasi buatan adalah vegetasi yang sengaja ditanam di sekitar jalan

(median dan jalur hijau) oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor. Jenis-jenis vegetasi

yang ditemukan pada lokasi studi disajikan pada Tabel 7.

Jenis vegetasi yang diperlukan untuk lanskap jalan adalah vegetasi yang

dapat berfungsi sebagai penahan polusi baik itu polusi udara, suara maupun

aroma. Selain fungsinya sebagai peneduh, pengarah, pemberi identitas maupun

penambah estetika bagi jalan. Dalam perencanaan pedestrian hijau di sepanjang

Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar akan dilakukan

pemilihan dan pengaturan vegetasi jalan yang sesuai dengan kondisi tapak yang

berada di sekitar kegiatan sosial ekonomi masyarakat

Gambar

Gambar 1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian
Gambar 2 : Lokasi Penelitian
Gambar 3 . Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984)
Gambar 6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesiapan diri yang baik dalam memasuki dunia kerja sangat penting, mulai dari tahapan mengikuti recruitmen sampai pada tahapan penempatan pada bidang tertentu

Menarik untuk dilihat penggunaan tanda-tanda dan sistem tanda yang digunakan pada logo RSU.Surya Husadha sebagai salah satu bentuk komunikasi visual entitas kepada

bahwa dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dengan badan usaha untuk mendorong perluasan pembangunan nasional, dipandang perlu

vulgaris baik dari jumlah sel serta biomassanya. Selain itu, penelitian ini diharapkan menghasilkan kadar zat pengatur tumbuh auksin alami dalam bentuk IAA yang optimum

Pembuatan elektroda pembanding Ag/AgCl dengan variasi jenis membran yaitu membran poliisoprena, LDPE, kaolin, selulosa dan grafit telah dilakukan dengan ukuran yang

Pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan atau oleh pemilik merek, baik dalam bentuk permohonan kepada Direktorat Jenderal

Kurikulum 2013 didalam karakteristiknya berbeda dari karakteristik kurikulum- kurikulum sebelumnya, yang mana didalam kurikulum 2013 ini menekankan pada bidang ataupun basis

Maka dari itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan