Jakarta, 16 Juni 2016
Implementasi Penyiapan Proyek Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha Dalam
Perkiraan Kebutuhan dan Sumber
Pendanaan Infrastruktur (2015 -‐2019)
APBN & APBD
Rp. 1.978,6 T
(41,25%)
Kebutuhan
Rp. 4.796,2 T
BUMN
Rp. 1.066,2 T
(22,23%)
Kebutuhan
ParNsipasi Swasta
Rp. 1.751,45 T
(36,52%)
Anggaran infrastruktur :
2015: Rp 290,3 trilyun
2016: Rp 313,5 trilyun
ParNsipasi
Swasta
dalam
Investasi
Infrastruktur
Sangat
KriNkal
Mendorong Partisipasi Swasta dalam Investasi Infrastruktur
Swasta mempunyai peluang yang lebih besar dan dapat
lebih fleksibel menarik dana dari luarnegeri yang terkena pengaruh negative interest yield untuk dapat diinvestasikan dengan imbal
hasil investasi yang lebih menarik di Indonesia dibandingkan apabila hal tersebut harus dilakukan
sendiri oleh Pemerintah Indonesia (karena adanya pembatasan lebar defisit anggaran)
Kebutuhan investasi infrastruktur sangatlah besar dan terlalu besar untuk dapat ditangani sendiri oleh
Pemerintah. Keterbatasan fiskal mengharuskan Pemerintah benar-benar selektif dan fokus dalam mengerjakan proyek-proyek infrastruktur tertentu, yaitu yang benar-benar tidak dapat dikelola secara
komersial dan langsung memperbaiki kesenjangan antarwilayah dan antarpendapatan. Apabila sudah
dapat dilakukan secara komersial maka Pemerintah dapat menggunakan anggaran yang tersedia untuk proyek-proyek investasi infrastruktur lain yang lebih membutuhkan (filling the gap).
Korporasi swasta dapat melakukan proses leveraging secara lebih efisien dibandingkan Pemerintah
sehingga dengan pendanaan yang sama dapat digunakan untuk melakukan investasi beberapa kali lebih besar dibandingkan apabila kegiatan investasi tersebut dilakukan sendiri oleh Pemerintah.
Swasta yang sehat, kuat, dan tumbuh berkembang secara wajar dengan dukungan regulasi pengawasan dan pengendalian yang kondusif dari Pemerintah merupakan sumber dan mitra
pertumbuhan ekonomi yang menciptakan nilai tambah dan menciptakan lapangan pekerjaan secara
BENTU
K-
BENTUK
KERJASAMA
4PENGELOLAAN
BMN/BMD
(PP 27/2014)
KERJASAMA
DAERAH
(PP 50/2007)
PENGADAAN
BARANG DAN
JASA (Perpres
54/2010 beserta
perubahannya)
KERJASAMA
PEMERINTAH
DAN BADAN
USAHA DALAM
PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR
(Perpres 38/2015)
Kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara
para pihak
KEMITRAAN
KEMANFAATAN
BERSAING
EFISIEN
EFEKTIF
PENGENDALIAN
DAN
PENGELOLAAN
RISIKO
Mendorong prinsip pakai bayar atau memper?mbangkan
kemampuan membayar pengguna
Memberikan kepasNan pengembalian invetasi Badan Usaha
melalui pembayaran secara berkala oeh pemerintah kepada
badan usaha
TUJUAN
Mencukupi Kebutuhan Pendanaan penyediaan infrastruktur
melalui dana swasta
Penyediaan infrastruktur yang berkualitas, efekNf, efisien, tepat
sasaran dan tepat waktu
Mendorong iklim investasi yang mendorong peran serta badan
usaha dalam pembangunan
KPBU bukan
pengalihan kewajiban
pemerintah dalam penyediaan
layanan kepada masyarakat
Investasi swasta bukan
sumbangan graNs
kepada pemerintah
dalam penyediaan pelayanan publik
KPBU bukan merupakan
privaNsasi barang publik
KPBU bukan merupakan
sumber pendapatan pemerintah
yang
akan membebani masyarakat dalam pemberian pelayanan umum
KPBU bukan merupakan
pinjaman (utang)
pemerintah kepada swasta
1
2
3
4
5
Perkembangan Dasar Hukum
KPBU
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005
TENTANG
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan kebutuhan mendesak untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, serta untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam pergaulan global; b. bahwa untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, dipandang
perlu mengambil langkah-langkah yang komprehensif guna menciptakan iklim investasi untuk mendorong keikutsertaan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
c. bahwa untuk mendorong dan meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur dan jasa pelayanan terkait, perlu pengaturan guna melindungi dan mengamankan kepentingan konsumen, masyarakat, dan badan usaha secara adil;
d. bahwa berda sarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasa r Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Keputusan Presiden...
Perpres No. 67/2005
2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM
PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka mempercepat pelaksanaan penyediaan infrastruktur yang akan dikerjasamakan dengan Badan Usaha, perlu mengubah Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007;
3. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
MEMUTUSKAN : ...
Perpres No. 13/2010
2010
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dengan badan usaha untuk mendorong perluasan pembangunan nasional, dipandang perlu mengubah Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
3. Peraturan …
Perpres No. 13/2011
2011
2013
Perpres No. 66/2013
2015 Perpres No. 38/2015
Pada tanggal 20 Maret 2015 telah terbit Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dan Badan Usaha (KPBU)
Perluasan jenis infrastruktur yang dapat menggunakan skema KPBU mencakup infrastruktur sosial seperti sekolah, rumah sakit, dan lembaga pemasyarakatan.
Instansi internasional diizinkan untuk berpartisipasi dalam penyiapan proyek dengan skema pembayaran seperti success fee dan retainer fee sehingga standar kualitas prastudi kelayakan dapat ditingkatkan.
Skema hybrid financing (pembiayaan sebagian) memungkinkan pelaksanaan proyek dilakukan oleh Badan Usaha pemenang lelang dengan dana yang disediakan oleh PJPK sehingga kualitas pembangunan dapat diselaraskan.
Pembayaran Ketersediaan Layanan (availability payment) dan Jaminan Pemerintah untuk proyek prakarsa Badan Usaha dapat meningkatkan kelayakan finansial proyek
Pembentukan Simpul KPBU di K/L yang bertugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan, sinkronisasi, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pembangunan KPBU.
K/L wajib melakukan penganggaran perencanaan proyek KPBU
1 2 3 4 5 6
Perpres No.
67/2005
REGULASI KPBU
8PE
RP
RE
S
38
/2
01
5
PERMEN PPN NO. 4/2015
TENTANG PANDUAN UMUM
PANDUAN SEKTORAL OLEH
KEMENTERIAN SEKTOR
PMK 190/2015 TENTANG
PEMBAYARAN
KETERSEDIAAN LAYANAN;
PERMENDAGRI TTG
PEMBAYARAN
KETERSEDIAAN LAYANAN
BELUM DIUNDANGKAN
PERATURAN KEPALA LKPP
NO. 19/2015 TENTANG
PENGADAAN BADAN USAHA
PENJAMINAN PEMERINTAH
PERPRES 78/2010
PMK 260/2010
DUKUNGAN PEMERINTAH
19 Jenis Infrastruktur KPBU
TransportasiPerumahan Rakyat Jalan Air minum Sistem pengelolaan persampahan Ketenagalistrikan Kesehatan Fasilitas Pendidikan Pemasyara katan
Sumber daya air dan irigasi Fasilitas perkotaan Telekomunikasi dan infoma?ka Konservasi energi Pariwisata Fasilitas Olahraga, Kesenian & Kebudayaan
Sistem pengelolaan air limbah terpusat
Sistem pengelolaan air limbah Setempat Kawasan
Minyak dan gas bumi & energi terbarukan
SUBJEK DALAM KPBU
BADAN USAHA
Perseroan Terbatas
(PT) Koperasi
PENANGGUNG JAWAB PROYEK KERJASAMA (PJPK)
Menteri/Kepala Lembaga : Pimpinan kementerian/
kepala lembaga atau pihak yang didelegasikan untuk ber?ndak mewakili kementerian/ lembaga berdasarkan UU
Kepala Daerah :
Gubernur/
Bupa?/Walikota
atau
Pihak yang
didelegasikan
berdasarkan UU
untuk mewakili
kepala daerah
BUMN/BUMD
BUMN/D dapat
ber?ndak sebagai
PJPK sepanjang
diatur dalam
peraturan
perundang-‐
undangan sektor
BUMN
Badan Hukum AsingBUMD
Tahap I
Perencanaan Proyek Kerjasama
1. Penyusunan rencana dan anggaran dana KPBU 2. Iden?fikasi dan penyusunan usulan rencana KPBU 3. Penganggaran dana tahap perencanaan
4. Pengambilan keputusan lanjut/?dak lanjut rencana KPBU
5. Penyusunan DaZar Rencana KPBU 6. Pengkategorian KPBU
Tahap II
Penyiapan Proyek Kerjasama
1. Penyiapan Kajian KPBU
2. Pengajuan Dukungan Pemerintah 3. Pengajuan Jaminan Pemerintah 4. Pengajuan Penetapan Lokasi
Tahap III
Transaksi Proyek Kerjasama
1. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) 2. Penetapan lokasi KPBU
3. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU 4. Penandatanganan perjanjian KPBU 5. Pemenuhan pembiayaan (Financial Close)
Ø
Studi Pendahuluan
Ø
DaZar Prioritas Proyek
Prastudi Kelayakan
Ø Dokumen Perjanjian KPBU Ø Dokumen Pelelangan Umum Ø Dokumen Persetujuan Prinsip
Ø Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan Ø Dokumen Perjanjian Penjaminan
Ø Dokumen Perjanjian Regres
Ø Konfirmasi/Persetujuan pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Ø Penetapan lokasi oleh Gubernur
Ø Proses Alokasi, pencairan, pengawasan dan pemantauan pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan Perjanjian Penjaminan dan Perjanjian Regres Ø Proses permohonan kebutuhan Dukungan
Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah Ø Pengajuan penetapan lokasi
Kajian Lingkungan Hidup/PJPK
Izin Lingkungan
Proses Pengadaan Tanah
TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU
O UT PU T O UT PU T O UT PU T
KAJIAN-KAJIAN PADA TAHAP PENYIAPAN
Kajian awal Prastudi Kelayakan
Kajian akhir Prastudi Kelayakan
12
Kajian hukum dan
kelembagaan Kajian teknis Kajian ekonomi dan komersial
Kajian lingkungan dan sosial
Kajian bentuk KPBU dalam penyediaan infrastruktur kajian risiko Kajian kebutuhan dukungan pemerintah dan/atau jaminan pemerintah Kajian mengenai masalah yang perlu
di?ndaklanju? (out
standing issues).
Penyempurnaan data
dengan kondisi terkini
Pemutakhiran atas kelayakan dan kesiapan
KPBU yang sebelumnya telah tercakup
dalam kajian awal prastudi kelayakan,
termasuk penyelesaian hal-‐hal yang perlu
ditindaklanjuti.
Anggaran Penyiapan Proyek KPBU
&
Success Fee Mechanism
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD menganggarkan dana
perencanaan, penyiapan, transaksi, dan manajemen KPBU sesuai ketentuan peraturan
perundang-‐undangan.
Success Fee Mechanism
Biaya Transaksi
Imbalan terhadap Badan Usaha dan lembaga/ins?tusi/ organisasi internasional elaksana penyiapan yang dibayarkan
Biaya lainnya yang sah
Solicited & Unsolicited Project
Solicited Project
Unsolicited Project
Inisia?f
Pemerintah
Penyiapan proyek
dilakukan oleh pemerintah (Pra Studi Kelayakan)
Dapat memperoleh dukungan pemerintah (fiskal dan non-‐fiskal)
Dapat memperoleh jaminan pemerintah
Inisia?f
Badan Usaha
Penyiapan proyek dilakukan oleh Badan Usaha Pemrakarsa
(Studi Kelayakan)
Dapat memperoleh jaminan pemerintah
Kriteria Proyek Unsolicited:
§ Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan; § Layak secara ekonomi dan finansial;
§ Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
Jenis Kompensasi:
(1) Pemberian tambahan nilai sebesar
10%;
(2) Right to match;
(3) Pembelian prakarsa.
KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA
(
UNSOLICITED PROJECT
)
Ca l on Pe mra k ar saP
J
P
K
Calon Pemrakarsa menyusun Pra Studi Kelayakan danmenyampaikan usulan kompensasi BU
Penyelesaian Dokumen Studi Kelayakan dan Pemenuhan Syarat Prakualifikasi
• Dilaksanakan oleh Calon Pemrakarsa • Diserahkan PJPK
Bila Pra Studi Kelayakan memperoleh persetujuan dari PJPK:
• PJPK menerbitkan Leder of Proceed of Feasibility Study • Calon pemrakarsa melanjutkan tahap penyusunan Studi Kelayakan PJPK mengevaluasi secara mendalam Dok. Pra Studi Kelayakan:
• Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan • Layak secara ekonomi &
finansial
• Calon pemrakarsa memiliki kemampuankeuangan yang memadai utk membiayai pelasanaan penyediaan infrasrtuktur
Bila Studi Kelayakan
memperoleh persetujuan dari PJPK:
• Surat penetapan usulan KPBU sebagai proyek prakarasa badan usaha
• Surat penetapan calon pemrakarsa sebagai badan usaha pemrakarsa
• Surat penetapan pemberian bentuk kompensasi utk BU Pemrakarsa
PJPK mengevaluasi secara
mendalam Dok. Studi Kelayakan & Dok dan Pemenuhan Syarat Prakualifikasi :
• Rencana bentuk kerjasama • Rencana pembiayaan proyek
& sumber dana • Rencana penawaran
kerjasama yang mencakup jadwal, proses & cara penialian
KUNCI SUKSES PELAKSANAAN KPBU
16