PETUNJUK TEKNIS
PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN
KEGIATAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
Edisi 2018
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,
Pemenuhan layanan sanitasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, salah satu prioritas Pemerintah dalam RPJMN 2015-2019 adalah tercapainya 100% pelayanan sanitasi pada tingkat kebutuhan dasar, sedangkan target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan.
Seiring pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan infrastruktur pengelolaan sampah semakin meningkat. Namun dalam upaya mencapai target tersebut, ketersediaan APBN/APBD sangat terbatas. Pemerintah Daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, memiliki kewenangan pada pendanaan dan pengelolaan pengembangan infrastruktur persampahan.
Oleh karena itu, saat ini Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah didorong untuk melibatkan sektor swasta dalam pengembangan infrastruktur pengelolaan persampahan melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan tujuan untuk mengatasi keterbatasan dana APBN/APBD, serta memanfaatkan keahlian dan pengalaman yang dimiliki badan usaha dalam penyediaan infrastruktur pengelolaan persampahan.
Upaya melibatkan sektor swasta diharapkan mampu memberikan nilai manfaat uang (value for money) yang optimal serta pelayanan prima bagi masyarakat. Kunci penilaian nilai manfaat uang yang akan diterima dengan menggunakan skema KPBU terletak pada tahap perencanaan. Tahap perencanaan ini menjadi sangat krusial karena akan menjadi penentu apakah suatu proyek layak dan dapat memberikan nilai lebih (added value) apabila dilaksanakan dengan skema KPBU.
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP), Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, memiliki fungsi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang persampahan, berinisiatif untuk menyusun Petunjuk Teknis Penyusunan Laporan Studi Pendahuluan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan.
Dengan adanya Petunjuk Teknis ini diharapkan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) mampu untuk menyiapkan dokumen Studi Pendahuluan yang berkualitas untuk dapat ditindaklanjuti pada tahap persiapan sampai dengan transaksi.
Ir. Dodi Krispratmadi, M.Env.E
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISTILAH LATAR BELAKANG
TUJUAN DAN SASARAN PETUNJUK TEKNIS LINGKUP PETUNJUK TEKNIS
SISTEMATIKA PENULISAN PETUNJUK TEKNIS
BUKU A: TAHAP PERENCANAAN KPBU PERSAMPAHAN BAB 1 KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
1.1 PERATURAN PERUNDANGAN MENGENAI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
1.2 PEMBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN SAMPAH 1.3 KPBU PADA SEKTOR PERSAMPAHAN
1.4 TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN 1.5 PEMANGKU KEPENTINGAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
BAB 2 TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN 2.1 TUJUAN TAHAP PERENCANAAN KPBU
2.2 TAHAP PERENCANAAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN MEKANISME STUDI PENDAHULUAN
BUKU B: PENYUSUNAN STUDI PENDAHULUAN KPBU PERSAMPAHAN BAB 1 KAJIAN KEBUTUHAN (NEED ANALYSIS)
1.1 DESKRIPSI KAJIAN KEBUTUHAN 1.2 INPUT DATA YANG DIPERLUKAN
1.3 LANGKAH PELAKSANANAAN KAJIAN KEBUTUHAN 1.4 KELUARAN KAJIAN KEBUTUHAN
46 138 1415 16
19 2026 2933 37
4344 44
5960 6061 69
BAB 2 KRITERIA KEPATUHAN (COMPLIANCE CRITERIA) 2.1 DESKRIPSI KRITERIA KEPATUHAN
2.2 INPUT DATA YANG DIPERLUKAN
2.3 LANGKAH PELAKSANAAN KAJIAN KRITERIA KEPATUHAN 2.4 KELUARAN KAJIAN KRITERIA KEPATUHAN
BAB 3 PENILAIAN NILAI MANFAAT UANG (VALUE FOR MONEY) 3.1 DEKSRIPSI PENILAIAN NILAI MANFAAT UANG
3.2 INPUT DATA DALAM ANALISIS NILAI MANFAAT UANG 3.3 LANGKAH PELAKSANAAN ANALISIS NILAI MANFAAT UANG 3.4 KELUARAN NILAI MANFAAT UANG
BAB 4 ANALISIS POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK
4.1 DESKRIPSI ANALISIS POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK
4.2 INPUT DATA DALAM ANALISIS POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK
4.3 LANGKAH PELAKSANAAN ANALISIS POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK
4.4 KELUARAN ANALISIS POTENSI PENDAPATAN DAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK
BAB 5 REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
5.1 DEKSRIPSI REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.2 INPUT DATA YANG DIPERLUKAN
5.3 LANGKAH PELAKSANANAN ANALISIS REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
5.4 KELUARAN REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT
LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2
7172 7273 82 8384 8586 89
91 92 92 93 103 107108 108 108113
116123
DAFTAR GAMBAR
BUKU A: Tahap Perencanaan KPBU Persampahan Gambar 1.1 Kebijakan Pengelolaan Sampah Gambar 1.2 Skema Penanganan Sampah
Gambar 1.3 Muatan dalam Jakstranas Pengelolaan Persampahan Gambar 1.4 Rencana Sistem Pengelolaan Sampah Mendatang Hingga 2025
Gambar 1.5 Jenis Infrastruktur yang Dapat Dilakukan dengan Skema KPBU
Gambar 1.6 Lingkup Pelaksanaan KPBU di Bidang Persampahan Gambar 1.7 Tahapan Pelaksanaan KPBU Bidang Persampahan Gambar 1.8 Pembagian Peran dalam Pengelolaan Persampahan Gambar 2.1 Tahapan Perencanaan KPBU Bidang Persampahan Gambar 2.2 Perencanaan dan Penganggaran Proyek KPBU
Gambar 2.3 Proses Identifikasi Proyek KPBU Prakarsa oleh Pemerintah Pusat
Gambar 2.4 Proses Identifikasi dan Penetapan Proyek KPBU Prakarsa oleh Pemerintah Daerah
BUKU B: Penyusunan Studi Pendahuluan KPBU Persampahan
Gambar 1. Gambaran Besar Substansi dalam Penyusunan Studi Pendahuluan Gambar 1.1 Perkiraan Biaya Investasi Teknologi Pengolahan Sampah
Gambar 1.2 Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Gambar 4.1 Contoh Aliran Pendapatan yang Berasal Dari
Penjualan Listrik
Gambar 5.1 Alternatif Skema KPBU
20 22 24 25 30 31 36 41 45 46 48
49
58 67 68 96 108
BUKU A: Tahap Perencanaan KPBU Persampahan
Tabel 1.1 Pembagian Kewenangan Pengelolaan Persampahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Tabel 1.2 Badan/Lembaga Pengelolaan Persampahan
Tabel 1.3 Pemangku Kepentingan dan Perannya Dalam Pelaksanaan KPBU Bidang Persampahan
Tabel 2.1 Kebutuhan Anggaran pada Setiap Tahap KPBU BUKU B: Penyusunan Studi Pendahuluan KPBU Persampahan Tabel 1.1 Input Data untuk Kajian Kebutuhan
Tabel 1.2 Rerata Pertambahan Umur TPA Berdasarkan Jenis Teknologi Tabel 2.1 Input Data untuk Kajian Kriteria Kepatuhan
Tabel 2.2 Tugas Kepala Daerah Berdasarkan Kebijakan Strategi Daerah Tabel 3.1 Contoh Penilaian Nilai Manfaat Uang Secara Kualitatif
Tabel 4.1 Input Data untuk Analisis Potensi Pendapatan dan Skema Pembiayaan Proyek
Tabel 4.2 Output dari Masing-masing Teknologi Tabel 5.1 Durasi Kegiatan dalam Tahapan KPBU
DAFTAR TABEL
26
28 37 46
60 66 72 81 88 92
95 114
Badan
Usaha
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas, badan hukum asing, atau koperasi.
Bappeda
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BappenasBUMD
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BOT Build – Operate - Transfer
BUP
Badan Usaha Pelaksana (Project Company)
BUMNBadan Usaha Milik Negara (BUMN)
DSCR Debt Service Coverage Ratio (DSCR) adalah tingkat
kemampuan pemilik modal dalam membayar seluruh kewajiban pinjaman yang akan jatuh tempo pada tahun berjalan
Dukungan
Pemerintah
Kontribusi fiskal dan/atau bentuk lainnya yang diberikan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara sesuai kewenangan masing- masing berdasarkan peraturan perundang-undangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial dan efektivitas KPBU.
EIRR Economic Internal Rate of Return (EIRR) adalah tingkat imbal
hasil ekonomi proyek yang dilakukan dengan membandingkan manfaat ekonomi-sosial dan biaya ekonomi proyek
ENPV Economic Net Present Value (ENPV) adalah adalah tingkat
imbal hasil ekonomi yang dihitung dengan membandingkan besaran hasil kuantifikasi manfaat ekonomi-sosial yang
diterima oleh masyarakat dan pemerintah dari proyek terhadap biaya ekonomi proyek.
FIRR
Financial Internal Rate of Return (FIRR) adalah tingkat imbal hasil keuangan proyek yang dilakukan dengan
DAFTAR ISTILAH
IIGF (PT) Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau yang juga
dikenal dengan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, yang merupakan Badan Penjaminan Infrastruktur
Jaminan
Pemerintah
Kompensasi finansial yang diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk proyek kerjasama
KonsesiPemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah, perusahaan,
individu, atau entitas legal lain.
KPPIP
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 sebagai bukti keseriusan Pemerintah dalam memastikan realisasi dari proyek infrastruktur prioritas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dapat terbangun tepat pada waktunya.
KPBU
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
KPSKSP KSPI
Kerjasama Pemerintah dan Swasta
Kerjasama Pemanfaatan Aset (milik Pemerintah) Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Konsultasi
Publik
Proses interaksi antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi BUMN/direksi BUMD dengan masyarakat termasuk pemangku kepentingan untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, akuntabilitas dan efektivitas KPBU.
Market
Sounding
Proses interaksi untuk mengetahui masukan maupun minat calon investor, perbankan, dan asuransi atas KPBU (KSPI) yang akan dikerjasamakan.
Prastudi
Kelayakan
Kajian yang dilakukan untuk menilai kelayakan KPBU dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan, pengelolaan risiko, lingkungan, dan sosial sebagaimana diatur dalam Permen Bappenas Nomor 4 Tahun 2015
PJPK
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang dapat merupakan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dalam rangka
pelaksanaan KPBU
PPP Public Private Partnership
DAFTAR ISTILAH
ROT Rehabilitate-Operate-Transfer Simpul
KPBU
Merupakan kelembagaan yang dibentuk oleh Menteri/
Kepala Daerah/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang bertugas melaksanakan perumusan kebijakan, sinkronisasi dan koordinasi, dan pengawasan serta evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan KPBU.
SMI
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
StudiKelayakan (Feasibility Study)
Kajian yang dilakukan oleh Badan Usaha calon pemrakarsa untuk KPBU atas mekanisme prakarsa Badan Usaha dalam rangka penyempurnaan Prastudi Kelayakan
Tim KPBU
Tim yang dibentuk oleh PJPK untuk membantu pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan tahap transaksi KPBU
khususnya setelah penetapan Badan Usaha Pelaksana hingga diperolehnya pemenuhan pembiayaan (financial close), serta berkoordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaanya.
TPA
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
TPST
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Value forMoney
Nilai Manfaat Uang (Value for Money) adalah pengukuran kinerja suatu KPBU berdasarkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pengeluaran serta kualitas pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
WACC Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah penentuan
tingkat biaya modal optimal dengan menghitung rata-rata
modal tertimbang dengan memperhatikan faktor nilai uang
masa kini dan masa depan.
PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menjelaskan mengenai latar belakang,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan Petunjuk Teknis.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sistem pengelolaan sampah di Indonesia telah mengacu pada Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Undang-undang ini mengubah paradigma lama (kumpul- angkut-buang) menjadi paradigma baru dalam pengelolaan sampah yaitu dari mulai pencegahan timbulnya sampah pada saat proses produksi, mengurangi timbulan sampah pada setiap kegiatan dan mengelola sampah secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sebagai salah satu bentuk implementasinya adalah penimbunan sampah secara terbuka (open dumping) dilarang mulai tahun 2013, sudah harus ditutup dan dilanjutkan dengan cara penimbunan saniter yang tidak menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan.
Pengelolaan sampah secara konvensional, yakni dengan cara ditimbun di TPA pada prakteknya menimbulkan beberapa permasalahan seperti: (a) Kebutuhan lahan TPA yang cepat meningkat akibat tidak dilakukannya proses reduksi Penataan dan Penutupan TPA Regional Sarbagita,
Provinsi Bali
kesehatan apabila tidak dikelola sesuai dengan standar emisi, mulai dari yang teringan seperti bau busuk hingga potensi sebaran penyakit di daerah sekitar TPA, (c) penanganan gas methan (CH4) yang langsung dibuang ke atmosfer memberikan dampak buruk ke atmosfer berupa polusi gas-gas rumah kaca dan gas beracun lainnya; di sisi lain hal tersebut merupakan pemborosan energi yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
Pelaksanaan pelayanan pengelolaan persampahan dan pembangunan prasarana dan sarana persampahan merupakan kewenangan pemerintah kabupaten/kota sesuai amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Tetapi oleh karena perkembangan tata ruang dan permukiman khususnya di daerah perkotaan, menyebabkan pembangunan prasarana dan sarana pengelolaan sampah tidak cukup ditangani dengan kemampuan dan kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang terbatas, sehingga membutuhkan campur tangan pemerintah pusat dan atau provinsi terutama dikaitkan dengan penyediaan TPA lintas kabupaten/kota (regional).
Di sisi lain Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki keterbatasan sumber daya manusia, teknologi dan pendanaan untuk menyelesaikan permasalahan persampahan. Oleh karena itu, kontribusi dan investasi pihak swasta dalam skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sangat diharapkan dalam pembangunan sistem pengelolaan sampah di kabupaten/Kota maupun regional.
Langkah awal untuk memastikan sistem proyek pengolahan sampah agar dapat dilakukan dengan skema KPBU adalah dengan melakukan studi pendahuluan.
Studi pendahuluan disusun untuk melihat sejauh mana Proyek Pengelolaan Persampahan layak secara hukum, teknis, finansial, dan lingkungan untuk dibangun dan dikelola.
Agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat merencanakan dan mengajukan proyek pengelolaan persampahan dengan skema KPBU melalui Studi Pendahuluan maka perlu disusun Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen Studi Pendahuluan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan sebagai bahan acuan dan panduan.
TUJUAN DAN SASARAN PETUNJUK TEKNIS
PENDAHULUAN
Tujuan dari Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen Studi Pendahuluan adalah untuk memberikan gambaran mengenai ketentuan, prosedur dan mekanisme, serta isi substansi dokumen Studi Pendahuluan.
Disamping itu, penyusunan Petunjuk Teknis Studi Pendahuluan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kompetensi setiap PJPK agar dapat menyiapkan dokumen Studi Pendahuluan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Tentunya tahap perencanaan ini menjadi tahapan yang sangat krusial bagi pengambilan keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan kegiatan KPBU. Pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat. Studi Pendahuluan merupakan salah satu alat dan data serta informasi secara sistematis yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan tersebut. Keputusan yang dapat diambil dalam tahap perencanaan adalah apakah rencana proyek tidak dilanjutkan, dilanjutkan dengan skema pengadaan barang dan jasa konvensional (APBN/APBD), dilanjutkan dengan skema B to B (Business to Business) atau dilanjutkan dengan skema KPBU.
Tentu pilihan dengan skema KPBU dapat diambil, apabila pada tahap perencanaan, rencana KPBU persampahan memiliki kelayakan dan nilai manfaat uang (Value for Money) yang optimal berdasarkan Studi Pendahuluan yang telah disusun.
LINGKUP PETUNJUK TEKNIS
Lingkup pembahasan Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Pendahuluan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan ini membahas:
1. Pelaksanaan kegiatan dalam Tahap Perencanaan KPBU yang terdiri dari :
Penyusunan Rencana Anggaran Dana KPBU
1
Penetapan KPBU
2
4
Pengambilan Keputusan Lanjut / Tidak Lanjut
5
Penganggaran Dana Tahap Perencanaan
3 Rp
Pengajuan Usulan Proyek KPBU
6
2. Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Studi Pendahuluan yang meliputi isi substansi kajian mengenai:
SISTEMATIKA PENULISAN PETUNJUK TEKNIS
Sistematika Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Pendahuluan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian besar yakni:
1. Buku A: Tahapan Perencanaan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan, yang menjelaskan peraturan perundangan terkait kegiatan KPBU bidang persampahan, pembagian kewenangan, pengertian KPBU, dan tahapan KPBU bidang persampahan. Dengan membaca bagian ini, Pengguna Petunjuk Teknis diharapkan dapat memahami tahapan KPBU secara garis besar serta memahami hal-hal yang perlu dilaksanakan pada tahap perencanaan.
2. Buku B: Penyusunan Studi Pendahuluan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan, yang menjelaskan tahapan penyusunan bagian-bagian yang ada dalam Studi Pendahuluan yang mencakup: a.) kajian kebutuhan (need analysis); b.) kriteria kepatuhan (compliance criteria); c.) kajian nilai manfaat uang (Value for Money); d.) analisis potensi pendapatan dan skema pembiayaan; dan e.) rekomendasi dan tindak lanjut. Dengan membaca bagian ini, Pengguna Petunjuk Teknis diharapkan dapat memahami dan dapat menyusun Studi Pendahuluan bidang persampahan dengan baik.
PENDAHULUAN
A
na
l
isis Ke
b
utu
h
an (Need Analysis
)
Analisis Kebutuhan
(Need Analysis) Kriteria Kepatu
h
an (Compliance Criteria
)
Kriteria Kepatuhan
(Compliance Criteria) Kriteria Faktor Penentu
Nilai Manfaat Uang (Value
f
or Money) Partisipasi Ba
d
an Usa
ha
Kriteria Faktor Penentu Nilai Manfaat Uang
(Value for Money)
Partisipasi Badan Usaha A
n
a
lisis P
o
tens
i
Pen
d
apatan & S
k
ema Pembiayaan Proye
k
Analisis Potensi Pendapatan & Skema
Pembiayaan Proyek
Rek
o
men si
Rencana Tin a Lan ut Rekomendasi &
Rencana Tindak Lanjut
1 1 2 2 3 4 3 5 4
A TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU
BIDANG PERSAMPAHAN
BAB I
KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
BAB I | KPBU Bidang Persampahan
1.1 PERATURAN PERUNDANGAN MENGENAI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Dalam pengembangan pengelolaan sampah, ada beberapa peraturan perundangan yang perlu diperhatikan meliputi :
1. UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah – Undang-Undang pengelolaan sampah nasional pertama Indonesia yang komprehensif, yang membangun prinsip-prinsip layanan pengelolaan sampah pada bagi masyarakat, menyediakan mekanisme insentif dan disinsentif, mendefinisikan pembagian tanggung jawab pengelolaan sampah pada berbagai tingkat pemerintahan, memfasilitasi sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan partisipasi sektor swasta dalam pengelolaan limbah padat/
Solid Waste Management (SWM) dan menerapkan mekanisme sanksi bagi pihak yang tidak patuh. Pada Undang-Undang ini juga telah mengatur tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Adapun kebijakan pengelolaan sampah dari produsen hingga ke TPA dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Kebijakan Pengelolaan Sampah
Sumber: Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang diolah kembali.
BAB I |
KPBU Bidang PersampahanPengelompokan &
pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau karakteristik sampah.
Pengambilan
& pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau temoat pengolahan
sampah terpadu.
Membawa sampah dari sumber ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
Pengembalian sampah dan/
atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan.
Mengubah karakteristik, komposisi,
dan jumlah sampah.
PENGANGKUTAN PENGUMPULAN
PEMILAHAN PEMROSESAN AKHIR
SAMPAH PENGOLAHAN
strategi pengelolaan sampah, penyelenggaraan pengelolaan sampah, kompensasi, pengembangan dan penerapan teknologi, sistem informasi, peran masyarakat, dan pembinaan. Peraturan tersebut memungkinkan penetapan target pengurangan sampah, dengan menekankan pentingnya pemilahan sampah di sumber asal, serta mendorong pelaksanaan daur ulang dan pemanfaatan kembali bahan-bahan daur ulang. Pada Peraturan Pemerintah ini mengatur 2 (dua) kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:
a. Pengurangan sampah, yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah, guna ulang dan daur-ulang
b. Penanganan sampah, yang terdiri dari:
Pola penanganan sampah berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 dari sumber sampah hingga pemrosesan akhir dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut.
BAB I | KPBU Bidang Persampahan
Gambar 1.2 Skema Penanganan Sampah
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, yang diolah kembali.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 juga mengatur keterkaitan Badan Usaha dalam pelaksanaan pengelolaan persampahan, mulai dari kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
Pengaturan tersebut terletak pada pasal 26 yang menyatakan bahwa dalam melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota dapat bermitra dengan badan usaha.
3. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga – Memuat:
a. Arah kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah Rumat Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; dan
BAB I |
KPBU Bidang Persampahantangga.
Lebih lanjut, dalam pelaksanaan pengurangan sampah dilakukan melalui:
a. Pembatasan timbulan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga;
b. Pendauran ulang sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga; dan/atau
c. Pemanfaatan kembali sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Sedangkan untuk penanganan sampah dilakukan melalui:
a. Pemilahan;
b. Pengumpulan;
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir sampah.
Pada Peraturan Presiden ini juga mengamanatkan agar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menyusun Kebijakan Strategis Daerah (Jakstrada) dalam pengelolaan persampahan. Adapun secara garis besar muatan dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut.
Gambar 1.3 Muatan dalam Jakstranas Pengelolaan Persampahan
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, yang diolah kembali.
BAB I | KPBU Bidang Persampahan BAB I |
KPBU Bidang PersampahanTarget yang ditetapkan dalam Jakstranas adalah:
a. Pengurangan sampah sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka timbulan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebelum adanya Jakstranas pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga di tahun 2025 b. Penanganan sampah sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka
timbulan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga sebelum adanya Jakstranas pengelolaan sampah rumah
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga – difokuskan pada perencanaan secara menyeluruh di tingkat regional dan lokal, mencakup perencanaan umum pengelolaan sampah, standar desain infrastruktur TPA, penyediaan fasilitas pengolahan/pemrosesan sampah dan penutupan/rehabilitasi TPA. Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten/
Kota, dan orang yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan. Lingkup muatan yang dibahas dalam Peraturan Menteri ini mencakup perencanaan umum, penanganan sampah, penyediaan fasilitas pengolahan dan pemrosesan akhir sampah, dan penutupan/rehabilitasi TPA. Secara garis besar, rencana sistem pengelolaan persampahan dari sumber sampah hingga TPA berdasarkan Peraturan Menteri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut.
Gambar 1.4 Rencana Sistem Pengelolaan Sampah Mendatang Hingga 2025
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, yang diolah kembali.
Pada Peraturan Menteri Nomor 03/PRT/M/2013 juga mengatur terkait ket- erkaitan Badan Usaha dalam penyelenggaraan prasarana dan sara- na persampahan (PSP). Pengaturan tersebut tepatnya terletak pada pasal 76 tentang Peran Swasta yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat ber- mitra dengan swasta/badan usaha dalam penyelenggaraan prasara-
TPS 3R : Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle Berbasis Mayarakat TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
1.2 PEMBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN SAMPAH
Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 dan PP Nomor 81 Tahun 2012, pengelolaan sampah perkotaan, termasuk pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Namun demikian, kegiatan pengelolaan sampah perkotaan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah diatur oleh Pemerintah Pusat.
Berkenaan dengan kegiatan pengelolaan sampah dan TPA, pembagian kewenangan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
CATATAN :
Berdasarkan pasal 12 dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang didalamnya terdapat subbidang Persampahan, termasuk dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Lebih lanjut pada pasal 18 dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Sehingga penyelenggaraan pengelolaan persampahan merupakan salah satu prioritas Pemerintah Daerah.
TABEL 1.1 Pembagian Kewenangan Pengelolaan Persampahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pemangku
Kepentingan Pembagian Kewenangan
Pemerintah Pusat • Penetapan pengembangan sistem pengelolaan sanitasi secara nasional.
• Pengembangan sistem pengelolaan sanitasi Lintas Daerah Provinsi dan sistem pengelolaan sanitasi untuk kepentingan Strategis Nasional
Pemerintah
Provinsi Pengembangan sistem dan pengelolaan sanitasi Regional.
Kabupaten/Kota Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam Daerah kabupaten/kota.
BAB I |
KPBU Bidang Persampahanprinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah adalah penyediaan sarana dan prasarana umum, termasuk infrastruktur pengelolaan sampah.
CATATAN :
Pada umumnya dalam pelaksanaan proyek KPBU, Pemerintah Daerah berperan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Apabila skala proyek infrastruktur pengelolaan sampah di tingkat kabupaten/
kota, maka umumnya PJPK pada proyek KPBU adalah Bupati/Walikota. Namun apabila infrastruktur pengelolaan sampah regional, maka umumnya PJPK pada proyek KPBU adalah Gubernur.
Sehingga terkait dengan pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan, secara spesifik, tugas Pemerintah Daerah mencakup :
• Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah;
• Melakukan penelitian, pengembangan tehnologi pengurangan dan penanganan sampah;
• Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan penanganan dan pemanfaatan sampah;
• Melaksanakan pengelolaan persampahan dan menfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
• Memfasilitasi penerapan tehnologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah;
• Mendorong dan menfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan persampahan; dan
• Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan persampahan.
Peraturan pokok yang mengatur metode/badan pengelolaan sampah di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Pasal 22 ayat (2) dari PP ini mewajibkan pengelolaan sampah oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membentuk lembaga khusus yang mengelola seluruh sistem pengelolaan sampah, termasuk TPA. Adapun lembaga-lembaga tersebut tercantum pada Tabel 1.2 berikut.
TABEL 1.2 Badan/Lembaga Pengelolaan Persampahan
Badan Acuan Hukum Struktur Contoh
Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelayanan Terkait Daerah
Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan lingkungan di daerah. Salah satu bidang dalam Dinas Lingkungan Hidup ini sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 74 Tahun 2016 adalah Bidang Pengelolaan Sampah dan B3.
Ini adalah bentuk paling umum dari lembaga pengelolaan sampah di Indonesia, dan terdapat di semua provinsi. Dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/
atau kegiatan teknis penunjang lain, Dinas
Lingkungan Hidup dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD).
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelayanan Terkait Daerah
Unit Pelaksana Teknis didirikan untuk melaksanakan kegiatan teknis, operasional, dan pendukung bagi layanan pengelolaan sampah.
UPTD Pengelolaan Sampah, atau UPTD TPA/TPS di daerah.
UPTD dengan PPK berbentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD.
Sebuah UPTD dengan PPK Berbentuk Badan Layanan Umum Daerah yang biasa digunakan untuk mengelola fasilitas TPA berukuran besar di tingkat regional. Suatu BLUD dapat bekerja sama dengan pihak
Belum terbentuk.
BAB I |
KPBU Bidang PersampahanBadan Acuan Hukum Struktur Contoh Perusahaan
Daerah (PD), Perusahaan Umum
Daerah (PUD), Perusahaan Perseroaan Daerah (PPD)
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Perusahaan milik Pemerintah Daerah atau perseroan terbatas lokal, yang terlibat dalam mengelola TPA dan memberikan layanan
pengelolaan sampah di tingkat kotamadya/kota.
PD Kebersihan di Kota Bandung, PD Kebersihan di Kota Balikpapan, PD Kebersihan di Kota Makassar dan PD Jaya di Jakarta.
1.3 KPBU PADA SEKTOR PERSAMPAHAN 1.3.1 Pengertian KPBU
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) adalah kerjasama antara pemerintah daerah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum, dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kepala Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha. Pihak yang berkontrak dengan Badan Usaha sehubungan dengan KPBU ini disebut dengan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK). PJPK adalah Kepala Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Namun berbeda dengan pengadaan barang melalui APBD, KPBU tidak hanya sekedar pengadaan fasilitas infrastruktur namun berfokus pada kuantitas dan kualitas layanan publik yang disediakan selama berlangsungnya pengoperasian fasilitas infrastruktur tersebut berdasarkan perjanjian KPBU.
Kunci dari efisiensi dan efektivitas tersebut di atas adalah alokasi risiko yang optimal antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha. Untuk mencapai hal itu, risiko-risiko infrastruktur harus dialokasikan pada pihak yang paling mampu memitigasi, mengendalikan atau pun menyerap risiko-risiko tersebut. Sebagai contoh, risiko konstruksi dialokasikan pada Badan Usaha, namun risiko perubahan regulasi dialokasikan pada Pemerintah Daerah.
1.3.2 Lingkup KPBU Sektor Persampahan
Dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, ada 19 jenis infrastruktur yang dapat dilakukan dengan skema KPBU (lihat Gambar 1.5) antara lain:
*) PJPK pada proyek KPBU tersebut adalah Pemerintah Daerah.
Gambar 1.5 Jenis Infrastruktur yang Dapat Dilakukan dengan Skema KPBU
Sumber: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 2018
Maka dapat diketahui, bahwa infrastruktur sistem pengelolaan persampahan merupakan salah satu infrastruktur yang dapat dilakukan dengan skema KPBU. Lebih lanjut, berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, cakupan infrastruktur pengelolaan persampahan terdiri dari pengangkutan, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir sampah. Lingkup ini sejalan dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Cakupan infrastruktur pengelolaan persampahan yang masuk ke dalam lingkup KPBU dapat dilihat pada Gambar 1.6 berikut. Pada praktiknya, pihak badan usaha/swasta cenderung lebih tertarik dalam berinvestasi di cakupan pengolahan dan pemrosesan akhir, dikarenakan badan usaha/swasta cenderung menghindari risiko yang
BAB I |
KPBU Bidang PersampahanFasilitas
Perkotaan Pariwisata Konservasi
Energi Jalan Ketenagalistrikan Sumber Daya Air
&
Irigasi Air Minum
Olahraga &
Kesenian Kesenian Kawasan Transportasi Perumahan
Rakyat Lembaga
Permasyarakatan
Telekomunikasi
&
Informasi
Sarana
&
Prasarana Persampahan Pendidikan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat
Minyak & Gas Bumi
& Energi Terbarukan
*
* * *
* * *
*
*
*
* * *
Gambar 1.6 Lingkup Pelaksanaan KPBU di Bidang Persampahan
1.3.3 Kerangka Regulasi KPBU Sektor Persampahan
Proses KPBU di Indonesia secara umum mengikuti proses KPBU seperti yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Adapun kerangka regulasi terkait KPBU sektor persampahan yang perlu diperhatikan antara lain:
Peraturan Sektor Persampahan yang diatur oleh:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
4. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
5. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
6. Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan;
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Tentang Retribusi Jasa Umum;
8. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Tentang Pengelolaan Sampah;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL;
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL;
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 74 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/kota yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan;
15. Peraturan Bupati/Walikota Tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Dan Retribusi Penyediaan Dan/Atau Penyedotan Kakus Di Kabupaten/Kota dan perubahannya.
16. Rencana Induk Pengelolaan Persampahan Daerah.
17. Kebijakan Strategis Daerah dalam Pengelolaan Persampahan.
Peraturan pelaksanaan KPBU di bidang persampahan:
1. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
2. Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
3. Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan
BAB I |
KPBU Bidang Persampahan1.4 TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
Tahapan pelaksanaan KPBU dimulai dari fase perencanaan hingga akhir kontrak kerjasama antara PJPK dengan Badan Usaha Pelaksana. Fase perencanaan meliputi pembuatan studi pendahuluan yang memuat identifikasi proyek infrastruktur, prioritisasi proyek, uji kelayakan KPBU, konsultasi publik dan kajian- kajian awal terkait pengadaan lahan dan dampak lingkungan. Fase ini dilanjutkan dengan fase penyiapan. Fase penyiapan dimulai dengan penganggaran dan pembentukan tim teknis. Selain itu PJPK dapat pula mengadakan tim konsultan (Badan Usaha Penyiapan) sebagai pendamping tim teknis (Tim KPBU) dalam menyiapkan proyek KPBU. Hasil akhir dari fase penyiapan ini adalah dokumen kajian awal pra-studi kelayakan.
Berdasarkan dokumen ini PJPK dapat memilih untuk lanjut pada fase transaksi.
Fase ini dimulai dengan pembentukan tim pengadaan yang dapat didampingi oleh tim konsultan pendamping transaksi. Tim ini bertugas untuk menyiapkan dokumen-dokumen untuk pengadaan Badan Usaha pemenang dan melaksanakan proses pengadaannya. Di antara dokumen-dokumen tersebut adalah Kajian Akhir pra studi Kelayakan atau Final Business Case (FBC). Badan usaha pemenang yang terpilih akan membentuk Badan Usaha Pelaksana.
Badan Usaha Pelaksana ini yang menandatangani kontrak dengan PJPK untuk pelaksanaan KPBU. Dalam kontrak tersebut, Badan Usaha Pelaksana akan membiayai, melakukan konstruksi, mengoperasikan fasilitas infrastruktur serta melakukan pemeliharaan fasilitas tersebut. Aktivitas ini akan diakhiri sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama. Penyerahan fasilitas infrastruktur dari Badan Usaha Pelaksana kepada PJPK dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerjasama.
Tahapan pelaksanaan KPBU Sektor Persampahan mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Berikut tahapan KPBU bidang persampahan yang dijelaskan secara singkat.
KPBU bidang persampahan diselenggarakan dengan tahapan sebagai berikut:
• Tahap perencanaan;
• Tahap penyiapan;
• Tahap transaksi; dan
• Tahap manajemen pelaksanaan Perjanjian KPBU.
Unit Organisasi menyiapkan rencana anggaran untuk penyelenggaraan setiap tahapan Pelaksanaan KPBU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Rencana anggaran dapat bersumber dari:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), pinjaman/hibah; dan/atau
2. Sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pelaksanaan KPBU yang diprakarsai oleh pemerintah pusat, Unit Organisasi yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan strategi keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan Infrastruktur PUPR memberikan rekomendasi keterpaduan proyek KPBU dengan pengembangan kawasan kepada Menteri, apabila penanggung jawab proyek kerjasama (PJPK) berasal dari pemerintah pusat.
Lebih lanjut dalam pelaksanaan KPBU yang diprakarsai oleh pemerintah pusat, Unit Organisasi yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dapat memberikan dukungan teknis kepada Menteri.
Proses ini juga hampir sama dengan pelaksanaan KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah. Namun, dalam hal ini Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait yang mengusulkan rekomendasi proyek KPBU kepada Kepala Daerah. Tahapan pelaksanaan KPBU terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
Tahap perencanaan KPBU terdiri atas:
1. Identifikasi dan usulan penetapan KPBU;
2. Pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU;
3. Penyusunan daftar Infrastruktur KPBU; dan 4. Pengkategorian KPBU.
Tahap penyiapan KPBU terdiri atas:
1. Penyiapan Prastudi Kelayakan;
2. Konsultasi Publik dan/atau Penjajakan Minat Pasar;
3. Pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah; dan 4. Pengajuan penetapan lokasi KPBU.
Penyiapan KPBU antara lain menghasilkan:
1. Pra studi Kelayakan, yang dapat terdiri atas kajian awal Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan;
BAB I | KPBU Bidang Persampahan
BAB I |
KPBU Bidang PersampahanTahap transaksi KPBU terdiri atas:
1. Konfirmasi Minat Pasar;
2. Penetapan lokasi KPBU;
3. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang mencakup persiapan dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
4. Penandatanganan Perjanjian KPBU; dan 5. Pemenuhan pembiayaan (Financial Close).
Tahap manajemen pelaksanaan Perjanjian KPBU terdiri atas kegiatan:
1. Tahapan prakonstruksi;
2. Tahapan konstruksi;
3. Tahapan operasi komersial; dan 4. Masa berakhirnya Perjanjian KPBU.
Secara garis besar, tahapan pelaksanaan KPBU yang terdiri dari 4 (empat) tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.7 di atas. Selama tahapan perencanaan, penyiapan, dan transaksi, ada kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan secara paralel antara lain kajian lingkungan hidup, proses pengadaan tanah, dan proses permohonan kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
Gambar 1.7 Tahapan Pelaksanaan KPBU Bidang Persampahan
Sumber: Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang diolah kembali.
BAB I | KPBU Bidang Persampahan
BAB I |
KPBU Bidang Persampahan1.5 PEMANGKU KEPENTINGAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
Pengelolaan persampahan melibatkan jaringan pemangku kepetingan yang sangat luas. Seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan KPBU dirangkum dalam Tabel 1.3 berikut.
TABEL 1.3 Pemangku Kepentingan dan Perannya dalam Pelaksanaan KPBU Bidang Persampahan
Pemangku Kepentingan Peran
Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama (PJPK) Pihak Pemerintah yang berwewenang untuk membuat Perjanjian Kerjasama dengan Badan Usaha untuk penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU.
Masyarakat Pihak yang terkena dampak akibat penyediaan infrastruktur dan yang akan mendapatkan layanan umum.
Badan Usaha Badan usaha yang terlibat dalam skema KPBU. Keterlibatan Badan Usaha bisa sebagai Badan Usaha Pemrakarsa, Badan Usaha Penyiapan, atau Badan Usaha Pelaksana.
Kementerian Koordinator
Perekonomian Memfasilitasi de-bottlenecking dan koordinasi proyek KPBU. Untuk proyek strategis dan prioritas, fungsi ini dilakukan oleh KP2IP, sedangkan proyek KPBU lainnya oleh Deputi 6 Kemenko.
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/BAPPENAS
Kementerian yang mengatur tata cara pelaksanaan KPBU dalam penyediaan infrastruktur.
BAPPENAS juga menyediakan fasilitasi Studi Pendahuluan dan/atau Kajian Awal Pra Studi Kelayakan. Dalam memberikan fasilitasi Kajian Awal Pra Studi Kelayakan, BAPPENAS dapat berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian dan BKPM.
Pemangku Kepentingan Peran
Kementerian Keuangan Kementerian yang berwewenang memberikan Dukungan Pemerintah berupa dukungan fiskal untuk sebagian kontruksi (Viability Gap Fund/VGF), Jaminan Pemerintah, dan Fasilitas Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi KPBU.
Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (PDPPI) Kemenkeu menyediakan fasilitas pendampingan transaksi, termasuk finalisasi Final Business Case (FBC). Selain itu PDPPI juga memproses Dukungan Kelayakan (VGF) dan dapat berperan sebagai co-guarantor bersama PT PII. PDPPI juga berperan bersama PT PII dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan KPBU yang diberikan penjaminan pemerintah.
Kementerian Dalam
Negeri Kementerian yang membidangi urusan dalam negeri, termasuk mengatur tentang pembayaran ketersediaan layanan dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di daerah.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kementerian teknis yang membina sektor infrastruktur persampahan. Kementerian PUPR juga dapat memberikan fasilitasi penyiapan proyek KPBU.
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Kementerian yang menyelenggrakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Lembaga yang mengatur tata cara pelaksanaan pengadaan Badan Usaha KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.
Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan.
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)
Komite yang dibentuk oleh Presiden untuk meningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan untuk percepatan penyediaan infrastruktur prioritas.
BAB I |
KPBU Bidang PersampahanPemangku Kepentingan Peran Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur (BUPI)
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, badan usaha yang didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia dan diberikan tugas khusus untuk melaksanakan Penjaminan Infrastruktur serta telah diberikan modal berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Penjaminan Infrastruktur.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Berperan melakukan publikasi KPBU dan interaksi dengan calon- calon investor KPBU.
Kantor Bersama KPBU Didirikan oleh para pemangku kepentingan di pemerintah pusat. Pemangku kepentingan tersebut terdiri dari:
Bappenas (sekretariat), Pusat Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Keuangan, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Kementerian Koordinator Perekonomian, Lembaga Kebijakan Pengadanaan Barang / Jasa Pemerintah (LKPP) dan Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM).
Kantor Bersama berfungsi sebagai pusat informasi terpadu terkait KPBU, dan pusat pendampingan terpadu dalam rangka penguatan kapasitas aparatur negara terkait pengetahuan KPBU. Kantor Bersama juga bermaksud untuk menjadi tempat pelayanan terpadu satu pintu untuk perencanaan, penyiapan serta pendampingan proyek KPBU, baik pada Kementerian/Lembaga maupun pada Pemerintah Daerah (Provinsi maupun Kabupaten/
Kota). Selain itu keberadaan Kantor Bersama diharapkan bisa menciptakan alur koordinasi antar simpul KPBU di masing-masing Kementerian / Lembaga.
Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Berperan dalam perumusan dan pengesahan peraturan atau regulasi yang terkait dengan pengelolaan persampahan. Salah satu contohnya adalah terkait dengan pengaturan tipping fee dan pembayaran ketersediaan layanan (availability payment)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Berperan dalam pengaturan terkait dengan kesesuaian pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan persamoahan dengan rencana pembangunan di daerah.
Pemangku Kepentingan Peran Dinas yang Menangani
Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Sub Urusan Persampahan (mengacu pada
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014)
Berperan dalam penyusunan regulasi pengelolaan persampahan di daerah, serta pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan.
Peran Kementerian PUPR dalam urusan pengelolaan sampah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga dapat dilihat pada Gambar 1.8.
Berdasarkan Gambar 1.8, diketahui bahwa dalam pengurangan sampah, Kementerian PUPR berperan dalam penyusunan dan kaji ulang standar atau kriteria teknologi ramah lingkungan yang tepat guna (best practicable technology) dalam pengurangan sampah bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Sedangkan dalam penanganan sampah non-fisik, Kementerian PUPR berperan dalam:
• Penyusunan dan kaji ulang standar biaya penanganan sampah;
• Penyusunan dan kaji ulang standar sarana dan prasarana penanganan sampah (bersama KLHK);
• Penyusunan kajian dan standar retribusi jasa pelayanan penanganan sampah (bersama Kemendagri);
• Penyusunan dan kaji ulang SOP penanganan sampah (pengolahan dan pemrosesan akhir) (bersama KLHK); dan
• Penyusunan dan kaji ulang standar atau kriteria teknologi ramah lingkungan terbaik (best available technology) dalam penanganan sampah (bersama KLHK dan BPPT).
BAB I |
KPBU Bidang PersampahanGambar 1.8 Pembagian Peran dalam Pengelolaan Persampahan
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
Dan terakhir berkaitan dengan penanganan sampah fisik, Kementerian PUPR berperan dalam:
• Pembangunan TPA Regional Antar Kota/Kabupaten (bersama Pemerintah Provinsi dan Kemendagri);
• Pembangunan dan Revitalisasi TPA Tunggal Kota/Kabupaten (bersama Pemkot/Pemkab dan Kemendagri); dan
• Pembangunan TPA Regional Antar Provinsi atau Kepentingan Strategis Nasional.
RDF ( Refused Derived Fuel ) Cilacap
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa TengahBAB II
TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU
BIDANG PERSAMPAHAN
2.1 TUJUAN TAHAP PERENCANAAN KPBU
Tahap perencanaan KPBU Bidang persampahan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan penyediaan infrastruktur pengolahan persampahan yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, dan/atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu dalam tahap Perencanaan ini, agar para pemangku kepentingan dapat mendukung koordinasi perencanaan dan pengembangan dari rencana KPBU bidang persampahan, serta untuk melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai rencana KPBU bidang Persampahan.
2.2 PERENCANAAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN
Kegiatan perencanaan proyek KPBU terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana anggaran dana KPBU;
2. Identifikasi dan penetapan KPBU;
3. Penganggaran dana tahap perencanaan;
4. Konsultasi Publik;
5. Pengambilan keputusan lanjut atau tidak lanjut rencana KPBU; dan
6. Kegiatan pendukung lainnya yang dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan diantaranya kegiatan yang terkait dengan kajian lingkungan hidup dan kegiatan yang terkait dengan pengadaan tanah.
Secara garis besar, tahapan perencanaan KPBU Bidang Persampahan dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
BAB II |
TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU BIDANG PERSAMPAHANBAB II |
Tahapan Perencanaan Kegiatan KPBU Bidang PersampahanGambar 2.1 Tahapan Perencanaan KPBU Bidang Persampahan
Sumber: Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri PUPR Nomor
21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang diolah kembali.
Adapun secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan dalam tahapan perencanaan KPBU Bidang Persampahan adalah sebagai berikut:
2.2.1 Penyusunan Rencana Anggaran Dana KPBU
Alokasi rencana anggaran ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan anggaran pada kementerian PUPR, apabila kementerian PUPR akan memberi pendampingan kepada Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan KPBU bidang Persampahan pada setiap tahapannya, yaitu mulai dari tahap perencanaan KPBU, tahap penyiapan KPBU, dan tahap transaksi KPBU. Disamping itu juga pemerintah daerah sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) bidang persampahan perlu juga menyusun rencana anggaran sesuai dengan kebutuhan di tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), khususnya yang mempuyai tupoksi bidang Persampahan.
Kerangka penganggaran alokasi Pelaksanaan KPBU dalam siklus perencanaan dan penganggaran APBN/APBD seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Perencanaan dan Penganggaran Proyek KPBU
Sumber: Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri PUPR Nomor
21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang diolah kembali.
Indikasi komponen kebutuhan anggaran pemerintah untuk proyek KPBU pada Pelaksanaan KPBU bidang persampahan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
TABEL 2.1 KEBUTUHAN ANGGARAN PADA SETIAP TAHAP KPBU
Tahapan dalam Siklus KPBU Indikasi Komponen Kebutuhan Anggaran Pemerintah Perencanaan Proyek Kerjasama • Biaya Konsultansi Publik
• Biaya Pelaksanaan dan Penyusunan Studi Pendahuluan
BAB II |
TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU BIDANG PERSAMPAHANBAB II |
Tahapan Perencanaan Kegiatan KPBU Bidang PersampahanTahapan dalam Siklus KPBU Indikasi Komponen Kebutuhan Anggaran Pemerintah Penyiapan
Proyek Kerjasama
Kajian Awal Pra-Studi
Kelayakan • Biaya Penyusunan Outline Business Case (OBC)
• Biaya Penyusunan AMDAL
• Biaya Penyusunan LARAP (Land Acquisition Resettlement Action Plan) atau Rencana Tindakan Pengadaan Tanah dan Permukiman dan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
Kajian Kesiapan Biaya Penyusunan Kajian Kesiapan
Transaksi Proyek Kerjasama
Kajian Akhir Pra-Studi
Kelayakan • Biaya Penyusunan Dokumen Pra-Studi Kelayakan
• Biaya Market Sounding
• Biaya Pengadaan Tanah
• Biaya Permukiman Pengadaan Badan
Usaha Biaya Transaksi (Pengadaan Badan Usaha):
• Penyusunan Dokumen Tender
• Biaya persiapan dan
pelaksanaan EOI (Exchange of Information), Prakualifikasi, RFP (Request for Proposal), Negosiasi, dan Finalisasi Perjanjian Kerjasama Manajemen
Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama
• Biaya Pemenuhan
Persyaratan Pendahuluan
• Biaya Pemantauan Pelaksanaan Proyek (Pra- Konstruksi, Konstruksi, Operasi Komersial, dan Berakhirnya Proyek KPBU)
• Biaya Penilaian dan Pengalihan Aset.
2.2.2 Identifikasi dan Penetapan KPBU
Tujuan identifikasi dan penetapan proyek KPBU adalah untuk memberikan gambaran perlunya infrastruktur pengolahan bidang persampahan yang disesuaikan dengan Rencana Pembangunan yang ada, seperti RPJMN, Renstra Kementerian PUPR, RPJMD dan ditetapkan skema pembiayaannya yang memberi manfaat lebih besar bila dikerjasamakan dengan badan usaha.
Pelaku Identifikasi proyek KPBU bidang persampahan yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan Badan Usaha:
1. Bila diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR.
2. Bila diprakarsai oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh Kepala Perangkat Daerah atau Direksi BUMD.
Berikut merupakan diagram alir proses identifikasi dan penetapan proyek KPBU apabila proyek KPBU diprakarsai oleh Pemerintah Pusat yang ditampilkan pada Gambar 2.3 berikut.
BAB II |
TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU BIDANG PERSAMPAHANBAB II |
Tahapan Perencanaan Kegiatan KPBU Bidang PersampahanBerikut merupakan diagram alir proses identifikasi dan penetapan proyek KPBU apabila proyek KPBU diprakarsai oleh Pemerintah Daerah yang ditampilkan pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Proses Identifikasi dan Penetapan Proyek KPBU Prakarsa oleh Pemerintah Daerah
Sumber: Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang diolah kembali.
Dalam melakukan identifikasi dan penetapan proyek KPBU, digunakan beberapa indikator utama antara lain:
1. Analisis Kebutuhan (Needs Analysis):
• Kepastian proyek KPBU bidang Persampahan memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia;
• Kepastian proyek KPBU bidang Persampahan mempunyai permintaan yang berkelanjutan dan diukur dari ketidakcukupan pelayanan, baik secara kuantitas maupun kualitas, berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia serta kesanggupan pemerintah untuk membayar; dan
• Kepastian proyek KPBU bidang Persampahan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan yang berkaitan, salah satunya melalui Konsultasi Publik.
BAB II |
TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN KPBU BIDANG PERSAMPAHAN2. Kriteria Kepatuhan (Compliance Criteria):
• Kesesuaian proyek KPBU bidang Persampahan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk penentuan kewenangan selaku PJPK apakah proyek KPBU Bidang Persampahan ini di tingkat Menteri/ Gubernur/Bupati/Walikota;
• Kesesuaian proyek KPBU bidang Persampahan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah dan/atau Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, rencana bisnis BUMN/BUMD;
• Kesesuaian lokasi proyek KPBU bidang Persampahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (terutama terhadap lokasi TPS/ITF dan TPA apabila diperlukan sesuai kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan dikerjasamakan);
• Rencana proyek KPBU bidang Persampahan sejalan/selaras dengan dan rencana teknis antar sektor infrastruktur dan atau antar wilayah (apabila diperlukan sesuai kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan dikerjasamakan).
3. Kriteria Faktor Penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money) partisipasi Badan Usaha:
• Sektor swasta memiliki keunggulan dalam pelaksanaan KPBU termasuk dalam pengelolaan risiko
• Terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik dalam jangka panjang
• Alih pengetahuan dan teknologi
• Terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dan efisiensi dalam proses pengadaan
• Teknologi dan aspek lain pada sektor bidang persampahan relatif masih baru dan rentan terhadap perubahan cuaca
Setelah dilakukan proses identifikasi maka selanjutnya adalah melakukan prioritisasi dan penetapan proyek KPBU yang paling potensial. Penetapan Proyek KPBU Bidang Persampahan yang paling potensial tersebut menggunakan Analisis Multi Kriteria (AMK). Adapun indikator-indikator pada analisis tersebut adalah sebagai berikut:
• Kejelasan deskripsi Proyek Kerjasama;
• Hambatan untuk memperoleh akses terhadap sumber daya penting bagi pelaksanaan Proyek Kerjasama;
• Kejelasan hasil keluaran Proyek Kerjasama;
BAB II |
Tahapan Perencanaan Kegiatan KPBU Bidang Persampahan• Kesiapan aspek kelembagaan; dan
• Proyek Kerjasama masuk dalam prioritas strategis dan/atau perencanaan pemerintah.
2.2.3 Penganggaran Dana Tahap Perencanaan.
Kebutuhan rencana anggaran dana pada tahap Perencanaan KPBU bidang persampahan ini untuk membiayai hasil keluaran berupa:
1. Dokumen Studi Pendahuluan, dengan komponen kegiatan antara lain:
Penyusunan Naskah, Perjalanan Dinas & Akomodasi, Honorarium, Seminar, FGD, Biaya Tenaga Ahli, dan Biaya Adminstrasi.
2. Daftar Prioritas Proyek Persampahan, dengan komponen kegiatan antara lain: Rapat Koordinasi dengan Instansi Terkait, Studi Literatur, Pengolahan data, dan Percetakan
3. Dokumen Kajian Lingkungan Hidup, dengan komponen kegiatan antara lain: Penyiapan Naskah, Survey, Honorarium, Seminar, FGD, Biaya Tenaga Ahli, dan Biaya Adminstrasi
4. Laporan Persiapan Pengadaan Tanah, dengan komponen kegiatan antara lain: Survei, rapat, honorarium, Pengukuran Tanah, rapat Koordinasi dengan Instansi BPN, dan Penyusunan Laporan
5. Laporan Konsultasi Publik dengan komponen kegiatan antara lain:
Penggandaan Leaflet, Honorarium, Akomodasi, biaya adminstrasi.
2.2.4 Konsultasi Publik
Konsultasi Publik pada tahap perencanaan untuk proyek KPBU bidang Persampahan untuk lintas provinsi dilakukan oleh Menteri PUPR c.q. Dirjen. Cipta Karya bersama dengan pemangku kepentingan terkait, sedangkan untuk lintas kabupaten/kota dilakukan oleh Gubernur c.q. SKPD yang tupoksi bidang Persampahan, dan untuk proyek dalam lingkup kabupaten/kota dilakukan oleh Bupati/Walikota c.q. SKPD yang tupoksi bidang persampahan untuk mendiskusikan penjelasan dan penjabaran terkait dengan rencana proyek KPBU bidang Persampahan, sehingga diperoleh hasil sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan yang menghadiri Konsultasi Publik;
2. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan implementasinya dalam rencana proyek KPBU bidang Persampahan.
Dalam pelaksanaan konsultasi publik ini, sebaiknya mengundang para pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan kegiatan KPBU di bidang persampahan, antara lain:
• Kepala Daerah Pemerintah Provinsi (apabila proyek KPBU berada di tingkat