BAB II | Kriteria Kepatuhan ( Compliance Criteria )
2.3 LANGKAH PELAKSANAAN KAJIAN KRITERIA KEPATUHAN
Dalam pelaksanaan kajian kriteria kepatuhan ini, disusun secara sistematis sesuai langkah-langkah berikut:
1. Mengkaji Kesesuaian Proyek KPBU dengan Peraturan Perundangan-Undangan yang Berlaku.
Tim Penyusun mengkaji atau melakukan review peraturan perundangan terhadap kesesuaian proyek KPBU agar layak secara hukum. Adapun peraturan perundangan yang perlu dikaji terbagi menjadi :
a. Peraturan terkait Pemerintahan Daerah, diantaranya:
• Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah;
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik Daerah;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah; dan
• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Tentang Retribusi Jasa Umum.
b. Peraturan terkait Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), diantaranya:
• Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
• Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
• Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
• Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur;
• Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
• Peraturan Menteri Keuangan No. 260 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha;
• Peraturan Menteri PPN No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha;
• Peraturan Menteri Keuangan No. 170 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.011/2013 tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Kontruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
• Peraturan Menteri Keuangan No. 190 Tahun 2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha;
• Peraturan Menteri Keuangan No. 265 Tahun 2015 tentang Fasilitas Kerja Sama Pemerintah untuk Penyediaan Infrastruktur;
• Peraturan Menteri Keuangan No. 223 Tahun 2012 tentang Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi dalam Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah;
• Peraturan LKPP No. 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerja Sama Pemerinah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan
BAB II |
Kriteria Kepatuhan (Compliance Criteria)c. Peraturan Sektor Persampahan, diantaranya:
• Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
• Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
• Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
• Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan;
• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Tentang Pengelolaan Sampah;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pembuangan Akhir;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2013 tentang Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2009 tentang Limbah B3;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 tahun 2009 tentang Perizinan Pengelolaan Limbah B3;
• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Tentang Pengelolaan Sampah;
• Kebijakan dan Strategis Daerah dalam pengelolaan persampahan; dan
• Dokumen Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK).
d. Peraturan Lintas Sektor, diantaranya:
• Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
• Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
• Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
• Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
• Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi;
• Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
• Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
• Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;
• Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 jo. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
• Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
• Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
• Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
• Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;
• Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
• Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
• Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan;
• Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi;
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 4 Tahun 2012 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PLN dari Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik; dan
• Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal.
2. Mengkaji Kesesuaian Proyek KPBU dengan Rencana Pembangunan yang Berlaku
Tim Penyusun mengkaji arahan pembangunan sektor pengelolaan sampah terutama target-target capaian cakupan layanan pengelolaan yang ingin dicapai serta bagaimana rencana proyek KPBU dapat memberikan kontribusi terhadap indikator-indikator ingin dicapai. Adapun rencana pembangunan yang dikaji meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
BAB II |
Kriteria Kepatuhan (Compliance Criteria)Tantangan yang dihadapi dalam kurun 2005-2025 pada Bidang SDA dan Lingkungan Hidup yang tercantum dalam dokumen RPJPN dalam menghadapi krisis energy adalah meningkatkan kontribusi energi baru yang terbarukan seperti biogas dan biomassa.
Disamping itu sasaran yang ingin dicapai dalam 20 tahun kedepan (tahun 2025) adalah membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari.
Dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian domestik, diharapkan peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan sekaligus sebagai katalisator pembangunan untuk terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar.
Peran pemerintah difokuskan pada perumusan kebijakan dimana peran swasta semakin ditingkatkan terutama untuk sarana dan prasarana yang sudah layak secara komersial.
Dengan demikian pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat dan kebutuhan sektor lain.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Mengkaji arahan pembangunan sektor pengelolaan sampah, terutama target nasional di sektor sanitasi dan bagaimana kondisi penganggaran yang ada. Sejauh mana kesesuaian proyek KPBU terhadap rencana nasional yang ada tersebut. Selain itu juga arahan prioritas daerah dalam konteks nasional dapat menjadi bahan kajian, seperti misalnya arahan kabupaten/kota yang menjadi bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN), Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), dan sebagainya. Kaitkan terutama dengan rencana pencapaian 100-0-100.
Pembiayaan merupakan permasalahan yang kerap dijumpai dalam penyediaan infrastruktur. Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau Public Private Partnership (PPP) menjadi salah satu alternatif dalam pembiayaan infrastruktur yang melibatkan peran serta badan usaha.
Permasalahan yang masih dihadapi adalah: (1) masih kurangnya informasi mengenai proyek baik dari sisi detail teknis maupun informasi keuangan serta analisis terhadap berbagai macam risiko dan jaminan pemerintah untuk pengelolaan risiko tersebut; (2) masih sulitnya penerapan peraturan terkait dengan KPBU oleh para Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK); (3) rendahnya kapasitas aparatur dan kelembagaan dalam melaksanakan KPBU; (4) belum optimalnya kebijakan yang didukung kualitas
BAB II |
Kriteria Kepatuhan (Compliance Criteria)pilihan strategi pelaksanaan proyek yang kurang memihak pada KPBu sehingga proyek infrastruktur yang seharusnya menarik bagi pihak badan usaha malah dilaksanakan melalui pembiayaan APBN/APBD, sementara proyek infrastruktur yang tidak menarik justru ditawarkan kepada pihak swasta; (5) masih kurang memadainya peran pendanaan oleh BUMN/
lembaga keuangan seperti PT SMI dan anak perusahaannya PT IIF, serta PT PII yang masing-masing sebagai instrumen pembiayaan dan penjaminan pembangunan infrastruktur melalui skema KPBU; serta (6) belum adanya mekanisme pemberian insentif bagi PJPK dalam melaksanakan KPBU.
Permasalahan dalam penyelenggaraan sanitasi adalah minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan manajemen aset.
c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Mengkaji bagaimana rencana pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan rencana pembangunan di sektor sampah perkotaan jangka menengah di wilayah pelayanan.
Penetapan program prioritas pembangunan sektor persampahan yang disesuaikan dengan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah adalah sebagai berikut:
STRATEGI : Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
• Arah kebijakan: Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
• Program pembangunan meliputi: Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH; dan
• Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.
Arah kebijakan dan program prioritas pengelolaan persampahan, dalam RPJMD diprioritaskan juga dukungan terhadap program dan kegiatan strategis pengelolaan persampahan dengan target kinerja untuk persentase penanganan sampah.
3. Mengkaji Kesesuaian Proyek KPBU dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang Berlaku
Tim Penyusun mengkaji rencana proyek KPBU dengan Rencana Tata Ruang
BAB II |
Kriteria Kepatuhan (Compliance Criteria)Contoh:
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi perlu dilihat apakah Rencana Sistem Jaringan Prasarana dan sarana Lingkungan yang termuat sejalan dengan Rencana yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Misalnya dalam Rencana pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, yang meliputi: pengembangan prasarana persampahan; prasarana air limbah dan drainase. Pengembangan prasarana persampahan dilaksanakan dengan pendekatan pengurangan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, yang meliputi:
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional direncanakan pada lokasi tertentu, sebagai contoh:
• Provinsi Jateng: lokasi TPA regional diarahkan untuk melayani lebih dari satu kawasan perkotaan kabupaten/kota, yang dalam hal ini di Kecamatan Metropolitan Kedungsepur, Metropolitan Bregasmalang, Metropolitan Subosukawonosraten, Purwomanggung dan Petanglong.
• Provinsi Sulawesi Selatan: lokasi TPA regional diarahkan untuk melayani lebih dari satu kawasan perkotaan kabupaten/kota, yang dalam hal ini di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa yang melayani kawasan Metropolitan Mamminasata.
• Fungsi TPA regional sebagai tempat pengolahan sampah dan industri daur ulang Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sanitasi Wilayah Provinsi meliputi: (1) Rencana Sistem Perpipaan Air Limbah Provinsi diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Metropolitan Mamminasata. (2) Rencana Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) Provinsi diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Metropolitan Mamminasata.
• Kriteria Sistem Jaringan Prasarana Sanitasi Wilayah Provinsi adalah tersedianya sarana dan prasarana jaringan Sanitasi Provinsi yang memenuhi standar sanitasi Nasional yang melayani lintas Kabupaten/Kota
• Tempat Pemrosesan Akhir Sampah lokal direncanakan di setiap Kabupaten yang diluar wilayah pelayanan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah regional yang berada di Metropolitan.
Pembangunan Tempat Pemrosesan Sementara di lokasi-lokasi strategis.
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Mengkaji peran wilayah perencanaan terhadap kabupaten/kota serta rencana sub sektor sampah di wilayah perencanaan tersebut.
Rencana pengembangan wilayah juga akan sangat bermanfaat untuk menguatkan pentingnya pengembangan pengelolaan sampah.
Pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah harus sesuai rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang ada.
Akibat dari kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah dalam pengelolaan sampah, maka, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah dimaksud yang bersumber dari APBN atau APBD.
Rencana sistem persampahan meliputi: Rencana Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah dan rencana Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Rencana Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah ini meliputi: (i) pengembangan dan peningkatan TPA pada lokasi sudah ditentukan (misalnya untuk kota Semarang TPA Jatibarang berada di Kelurahan Kedungpane); (ii) peningkatan teknologi pengolahan sampah apa yang akan dikembangkan apakah sejalan dengan sistem pengolahan yang ada dengan sanitary landfill; (iii) apa sudah diatur pengembangan kemitraan dengan swasta dan/atau kerjasama dengan pemerintah daerah lain dalam pengembangan dan pengelolaan TPA.
Adapun hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
• Bagaimana dengan Rencana Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)?
• Apakah ada rencana pengembangan dan penyediaan TPST di kawasan permukiman dan kawasan pusat pelayanan, apakah setiap TPST dilengkapi dengan fasilitas pengolahan sampah.
• Kalau ada rencana TPST, lokasi dimana dan bagaimana kaitan dengan rencana KPBU yang akan direncanakan ini, misalnya dikaitkan dengan suplay sampah?
4. Mengkaji Kesesuaian Proyek KPBU dengan Rencana Pembangunan Lintas Sektoral dan/atau Lintas Wilayah
Tim Penyusun mengkaji rencana proyek KPBU dengan Rencana Pembangunan Lintas Sektoral dan/atau Lintas Wilayah meliputi:
BAB II |
Kriteria Kepatuhan (Compliance Criteria)Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga mengamanatkan untuk membuat Perencanaan umum penyelenggaraan PSP terdiri dari: Rencana Induk;
Studi Kelayakan; dan Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan.
Perencanaan umum penyelenggaraan PSP untuk kota besar dan metropolitan terdiri dari: Rencana Induk; Studi Kelayakan. Sedangkan untuk kota sedang dan kecil berupa perencanaan teknis dan manajemen persampahan.
Rencana KPBU bidang persampahan ini dikaji apakah sejalan/selaras dengan Rencana Induk Pengelolaan sampah di wilayah layanan;
kekebutuhan dan tingkat pelayanan; penyelenggaraan PSP yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan, pembiayaan dan peran serta masyarakat; dan Bagaimana tahapan pelaksanaan.
b. Kebijakan Strategis Daerah (Jakstrada)
Mengkaji visi, rencana atau kebijakan strategis daerah di sektor pengelolaan sampah, khususnya pengelolaan sampah serta bagaimana proyek KPBU dapat menjawab permasalahan dalam pengembangan pengelolaan sampah yang tertuang dalam Jakstrada tersebut.
Tabel 2.2 Tugas Kepala Daerah berdasarkan Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada)
c. Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK)
Mengkaji kesesuaian rencana proyek KPBU bidang persampahan dengan JAKSTRADA PROVINSI JAKSTRADA KABUPATEN/KOTA
A. Bertugas Untuk:
a. Menyusun, melaksanakan dan mengoordinasikan penyelenggaraan jakstrada provinsi;
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penye-lenggaraan jakstrada provinsi;
c. Mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi jak-strada provinsi;
d. Menyusun dan melaporkan pelaksanaan jakstrada provinsi kepada menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan ditembuskan kepada kementerian dalam negeri dan bappenas; dan e. Memberikan pendampingan kepada
bupati/wa-likota dalam menyusun jakstrada kabupaten/kota.
B. Bertanggungjawab dalam pengadaan tanah serta sarana dan prasarana pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-dangan.
A. Bertugas Untuk:
a. Menyusun dan melaksanakan jakstrada kabupaten/
kota;
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksan-aan jakstrada kabupaten/kota; dan
c. Menyusun hasil pelaksanaan jakstrada kabupaten/
kota kepada gubernur paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
B. Bertanggung jawab dalam pengadaan tanah serta sarana dan prasarana pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perun-dang-undangan.
GUBERNUR WALIKOTA
perencanaan strategis sektor air limbah domestik, persampahan, dan drainase (sanitasi) yang memberikan arah pengembangan untuk jangka menengah (5 tahun). Dokumen SSK memuat informasi terkait kondisi pengelolaan sanitasi eksisting, strategi dan target pengembangan sanitasi di kabupaten/kota untuk 5 tahun ke depan yang selanjutnya dijabarkan menjadi matriks program kegiatan pembangunan sanitasi.
Dalam sektor pengelolaan persampahan, dokumen SSK secara lengkap memetakan alur penanganan persampahan yang ada di kabupaten/
kota termasuk kelengkapan infrastruktur persampahan, keberadaan institusi pengelola dan peraturan bidang persampahan, hambatan dan tantangan dalam pengelolaan persampahan, arah penanganan persampahan untuk periode 5 tahun yang akan datang, termasuk di dalamnya zona prioritas penanganan persampahan, zona yang akan dilayani oleh TPA, dan zona yang akan dilaksanakan pendekatan pengurangan sampah, serta kebutuhan penanganan baik fisik dan non fisik yang diperlukan untuk pembangunan pengelolaan persampahan 5 tahun ke depan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, termasuk jika direncanakan adanya TPA Regional atau konsep pengelolaan sampah Waste to Energy (WtE).