• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANGKAH PELAKSANANAAN KAJIAN KEBUTUHAN

BAB I | Kajian Kebutuhan ( Need Analysis )

1.3 LANGKAH PELAKSANANAAN KAJIAN KEBUTUHAN

Dalam pelaksanaan kajian kebutuhan ini, disusun secara sistematis sesuai langkah-langkah berikut:

1. Mengkaji Potensi dan Perkembangan Sosial Ekonomi Wilayah

Menguraikan beberapa poin penting untuk menggambarkan potensi dan perkembangan sosial ekonomi pada wilayah pelayanan rencana proyek KPBU bidang persampahan antara lain meliputi:

a. Kondisi Fisik Wilayah (batas administrasi, letak geografis, topografi)

• Batas Administrasi untuk mengetahui batas wilayah layanan dengan wilayah-wilayah yang berdampingan dengan wilayah layanan (biasanya berdasarkan mata angin: Utara, Selatan, Barat, dan Timur).

Disamping itu batasan administrasi untuk mengetahui cakupan wilayah layan terdiri berapa kecamatan, desa/kelurahan.

• Letak Geografis dan Topografi untuk mengetahui wilayah layanan memiliki karakteristik topografi berupa dataran rendah/ pantai,

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

elevasi topografi di atas permukaan laut.

b. Perkembangan Sosial Ekonomi Wilayah

• Kependudukan, pembahasan akan meliputi : Jumlah penduduk saat ini di wilayah layanan; tingkat pertumbuhan kabupaten/kota atau wilayah layanan; proyeksi penduduk di wilayah layanan perencanaan;

kemampuan dan kemauan retribusi pungutan sampah. Proyek jumlah penduduk untuk memperkirakan permintaan layanan terhadap jumlah rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari. Kependudukan juga menggambarkan ketersediaan lahan serta hubungannya dengan hasil keluaran sampah.

• Daerah Layanan, untuk menggambarkan pertambahan volume sampah di wilayah layanan naik sebanyak berapa % dibanding pada saat proyek KPBU beroperasi. Disamping itu juga untuk mengambarkan cakupan luas wilayah pelayanan da rencana perluasan wilayah pelayanan.

• Keuangan, untuk melihat sumber pembiayaan pengelolaan persampahan di wilayah pelayanan, besar alokasi pembiayaan dari APBD, besaran tarif penarikan retribusi untuk daerah yang telah terlayani, apakah dapat menutupi sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan persampahan. Struktur dan besarnya tarif ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyediaan pelayanan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

• Tren Perkembangan Wilayah Perkotaan, menjelaskan tren wilayah perkotaan saat ini apa saja misalnya pertumbuhan penduduk perkotaan akibat urbansiasi yang menyebabkan semakin tertekannya kualitas lingkungan oleh pencemaran, sistem pelayanan penanganan sampah yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta, tren penggunaan sistem persampahan di perkotaan, kondisi kesehatan masyarakat terkait penyakit bawaan air, dan lain sebagainya.

c. Potensi sumber daya alam

• Klimatologi untuk mengetahui wilayah pelayanan memiliki iklim tropis dengan dua jenis musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan dan memiliki siklus pergantian musim selama berapa bulan.

• Hidrologi untuk mengetahui permasalahan dalam hidrologi di wilayah layanan, seperti: banyak curah hujan, daerah tangkapan air, debit saluran, dan sungai. Kondisi hidrologi mempengaruhi kandungan nilai kalor sampah (basah/keringnya) sampah.

berpengaruh di dalam pemilihan teknologi serta pengaruhnya kepada gempa. Data geografi dan hidrologi berdasarkan data sekunder di lokasi tapak.

2. Mengkaji Dasar Pemikiran Teknis dan Ekonomi Rencana Proyek KPBU

Tim Penyusun menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan sampah yang ada yang antara lain meliputi:

a. Pengelola atau instansi kelembagaan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah

b. Kondisi layanan pengelolaan sampah

c. Organisasi kelembagaan pengelolaan sampah d. Pola operasi layanan pengelolaan sampah e. Biaya atau tarif pengelolaan sampah

f. Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan sampah g. Kondisi sosial dan lingkungan

h. Sistem pembiayaan dan keuangan pengelolaan sampah

Data-data yang digunakan dapat diambil dari dokumen-dokumen perencanaan yang ada, yaitu Rencana Induk Persampahan, Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP), RDTR, dan RTRW dan juga berdasarkan hasil survei timbulan sampah yang terjadi saat ini.

3. Mengkaji bahwa Proyek KPBU Memiliki Permintaan yang Berkelanjutan serta Ketidakcukupan Layanan Saat Ini (Secara Kuantitas Maupun Kualitas)

Tim Penyusun mengkaji proyeksi timbulan sampah selama periode perencanaan yang mengacu pada data primer perhitungan timbulan sampah beserta komposisi dan karakteriktiknya. Menjelaskan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, gap antara sarana dan prasarana yang ada dengan yang diperlukan. Adapun beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mengkaji bagian ini adalah:

a. Aspek hukum

Mengkaji aspek hukum/pengaturan yang terkait dengan pengelolaan sampah di wilayah pelayanan meliputi peraturan yang bersifat nasional, regional dan lokal yaitu:

• Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah

• Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga

b. Aspek kelembagaan

Mengkaji pengelolaan sampah di wilayah pelayanan dilaksanakan oleh SKPD yang tupoksi bidang Persampahan (Perumusan kebijakan teknis di bidang persampahan; Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang persampahan; Pembinaan dan pelaksanaan

tugas oleh Bupati/walikota sesuai tugas dan fungsinya).

c. Aspek teknis

• Timbulan sampah

Menjelaskan tentang semua kegiatan yang menghasilkan timbulan sampah baik melalui kegiatan perorangan/rumah tangga, komunitas/

kelembagaan, kegiatan intitusi pemerintahan maupun kegiatan instistusi swasta.

- Menghitung jumlah rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari saat ini yang didapatkan dari hasil survei timbulan sampah di daerah sumber sampah yang akan menjadi daerah prioritas pelayanan.

- Proyeksi jumlah timbulan sampah yang akan dihasilkan oleh intitusi penghasil sampah/sumber sampah sampai dengan tahun perencanaan di daerah prioritas zona pelayanan.

- Penetapan daerah zona prioritas pelayanan dan target jumlah timbulan sampah yang akan dikelola.

Catatan:

Proyeksi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk perlu dilakukan. Proyeksi ini akan menunjukkan adanya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah yang terus meningkat.

• Komposisi dan karakteristik sampah

Menjelaskan tentang jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari masing-masing sumber penghasil sampah, termasuk didalamnya komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan.

• Kondisi pengelolaan sampah eksisting di daerah pelayanan

Menjelaskan kondisi pengelolaan sampah daerah cakupan pelayanan dalam lingkup kawasan, kota/kabupaten maupun cakupan pelayanan sampah secara regional/nasional baik yang sudah dilakukan oleh pemerintah melalui pendekatan peran serta masyarakat dan secara institusi maupun pelayanan yang sudah dilakukan oleh institusi swasta.

Catatan:

Dalam menjelaskan kondisi pengelolaan eksisting di daerah pelayanan dapat mengacu pada Lampiran 2 yang disediakan.

• Pemrosesan akhir

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

Opsi Teknologi

Dalam pengadaan infrastruktur pengolahan sampah, terdapat beberapa opsi teknologi yang dapat dikaji antara lain:

a. Landfill, yaitu landfill yang memenuhi standard regulasi.

b. Landfill Gasifikasi/Methanisasi, yaitu landfill yang disertai proses konversi gas menjadi energi.

c. Composting yaitu pemisahan organik dan composting dengan residual dikirim ke landfill

d. Refuse Derived Fuel (RDF): dengan perlu landfill untuk residual. Proses pembuatan RDF dari sampah terdiri atas 4 tahap utama yaitu proses pemecahan (crushing process), proses pengeringan (dryng process), proses pemisahan dan pemecahan kembali (sorting and crushing process) dan proses pemadatan (soliditying process).

e. Anaerobic Digestion, yaitu pemisahan organik dan anaerobic digestion untuk pembangkit listrik dengan residual dikirim ke landfill.

f. Basic Waste To Energy (WTE): dengan landfill untuk ash dan segala sampah yang melebihi kapasitas pabrik.

g. Kompos dan WTE, yaitu pemisahan mekanik limbah ke fraksi kompos dan fraksi dibakar, mengakibatkan dua aliran pengolahan, yaitu kompos dan WTE dengan residu, setiap limbah yang melebihi kapasitas pabrik dan ash pergi ke landfill.

h. Modern Insinerator WTE yaitu pemisahan mekanik limbah ke fraksi kering dan sebagian kecil organik basah yang dikeringkan secara biologis, baik kemudian digabungkan dan dibakar di pabrik WTE dengan abu dan setiap limbah yang melebihi kapasitas pabrik akan ke landfill.

i. Konvensional Gasifikasi WTE, yaitu pemisahan mekanik sampah menjadi fraksi kering dan sebagian kecil organik basah yang dikeringkan secara biologis, baik kemudian digabungkan dan gasifikasi atau pyrolyzed dengan teknologi baru untuk membuat gas sintetis yang dibakar untuk listrik.

Dalam pemilihan opsi teknologi ini, ada beberapa aspek yang dapat dinilai, antara lain:

a. Kapasitas landfill (usia pakai)

Kapasitas TPA diukur berdasarkan jumlah ruang yang tersedia di TPA untuk menempatkan sampah di masa depan. Hal ini dihitung dengan mengambil daerah yang tersedia untuk penimbunan, menentukan seberapa tinggi limbah dapat ditempatkan berdasarkan pada praktek desain yang baik, dan menghitung meter kubik yang tersedia. Volume limbah setiap tahun meningkat kemudian diproyeksikan ke ruang ini dan jumlah tahun itu akan mengambil sebelum ruang digunakan up dapat dihitung. Ini adalah umur TPA tersisa.

Untuk tujuan perbandingan, setiap jumlah kapasitas TPA yang tersisa akan

dengan mempertimbangkan penambahan umur pakai TPA atas penggunaan teknologi yang diterapkan. Adapun rerata pertambahan umur TPA berdasarkan jenis teknologi dirangkum pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Rerata Pertambahan Umur TPA Berdasarkan Jenis Teknologi

No. Jenis Teknologi Penambahan Usia TPA

1. Landfill 0

2. Landfill Gasifikasi / Methanisasi 2

3. Composting 3

4. RDF 27

5. Anaerobic Digestion 5

6. Basic WTE 29

7. Kompos dan WTE 31

8. Modern Incinerator WTE 31

9. Konvensional Gasifikasi WTE 31

b. Tingkat bankability proyek

Suatu proyek akan menjadi bankable jika menarik bagi investor dan lembaga keuangan. Investasi sektor swasta membutuhkan lingkungan investasi yang stabil. Bagian ini hanya berurusan dengan aspek-aspek teknis untuk menarik sektor swasta. Teknologi yang terbukti disukai, seperti kombinasi teknologi yang terbukti atau dapat dihandalkan. Hal ini berarti bahwa ada kemungkinan tinggi proyek akan menarik jika teknologi dapat dihandalkan sehingga mampu menghasilkan pendapatan seperti yang diproyeksikan.

Teknologi yang terbukti dan dapat menarik investasi di negara lain antara lain sanitary landfill, waste to energy (WTE) dengan pembakaran, dan RDF.

c. Kemampuan fiskal (investasi dan tipping fee)

Sebuah aspek kunci dari setiap pemilihan teknologi atau pertimbangan kombinasi teknologi adalah dampak keuangan pada pengguna dan masyarakat. Investasi teknologi pengolahan sampah yang terlalu mahal juga tentu akan berdampak kepada biaya pengolahan sampah yang juga meningkat. Berikut merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk masing-masing teknologi dengan perkiraan kapasitas kurang lebih 1500 ton yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

Gambar 1.1 Perkiraan Biaya Investasi Teknologi Pengolahan Sampah

Sumber: Kajian Teknologi Pengolahan Sampah oleh Agus W., 2016.

Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa opsi landfill dan RDF merupakan opsi paling murah, sedangkan teknologi Waste to Energy (WTE) merupakan teknologi pengolahan sampah yang membutuhkan biaya investasi paling besar.

d. Dampak lingkungan

Seluruh teknologi harus dikaji dampak lingkungan dari operasionalisasi alat tersebut. Teknologi yang dipilih tidak boleh memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga pemilihan teknologi berdasarkan dampak lingkungan perlu dilakukan.

4. Mengkaji Rencana Teknis Operasional

Tim Penyusun mengkaji rencana teknis operasional yang terdiri atas beberapa hal yakni:

a. Menetapkan standar pelayanan dalam pengelolaan sampah yang disepakati melalui skema KPBU.

b. Menentukan daerah prioritas pelayanan pengelolaan sampah yang akan dilakukan skema kerjasama KPBU.

c. Merumuskan strategi sistem pengembangan pengelolaan sampah.

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

BAB I |

Kajian Kebutuhan (Need Analysis)

5. Mengkaji Dukungan dari Berbagai Pemangku Kepentingan Terhadap Proyek KPBUTim Penyusun mengidentifikasi serta mengkaji inisiatif dan dukungan baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, meliputi:

a. Inisiatif/Dukungan Pemerintah Daerah, menjelaskan apa saja inisiatif Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, termasuk pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, termasuk misalnya alokasi anggaran dalam APBDnya, program apa saja yang sedang atau akan dijalankan, dan dukungan dari DPRD berupa komitmen dalam mengeluarkan perda pembayaran biaya gerbang (tipping fee).

b. Inisiatif/Dukungan Pemerintah Pusat, menjelaskan apa saja inisiatif/

dukungan yang dapat diberikan oleh Pemerintah Pusat terhadap rencana proyek KPBU di wilayah pelayanan. Fasilitas-fasilitas apa saja yang tersedia untuk mendukung terselenggaranya pengolahan sampah di wilayah layanan.