• Tidak ada hasil yang ditemukan

Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Palembang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAHAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAERAH Kompleks Pusat Perkantoran dan Perumahan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Jl. Pulau Belitung No. 2, Kel. Air itam, Telp. (0717) 439333 – 439336 Fax. (0717) 439335 PANGKALPINANG 33149

NOTA DINAS

Kepada : Kepala BAPPEDA dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dari : Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan Tanggal : 01 Maret 2017

No : /LAP/BAPPEDA-I/2016 Sifat : Biasa

Lampiran : -

Hal : Laporan Dalam Rangka Menghadiri Workshop Sinkronisasi dan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Investasi Infrastruktur di Provinsi Sumatera Selatan

I. Dasar pelaksanaan :

 Surat Undangan dari Direktur Bina Investasi Infrastruktur Kemen PUPR no : UM.02.06-K1/56 tanggal 14 Februari 2017

 Surat tugas kepada BAPPEDA dan LITBANGDA Prov Kep. Bangka Belitung no : /ST/SAPRAS/BAPPEDA-III/2017 tanggal Februari 2017

 SPPD no : /SPPD /SAPRAS/BAPPEDA-III/2017 tanggal Februari 2017 II. Maksud dan tujuan :

Menghadiri Undangan Workshop Workshop Sinkronisasi dan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Investasi Infrastruktur di Provinsi Sumatera Selatan

III. Waktu dan Tempat :

Rapat ini di laksanakan dari tanggal 27 Februari 2017 s/d 01 Maret 2017. Bertempat di Hotel Aryaduta Palembang, Jl. Pom IX, Komplek Palembang Square Mall, Lorok Pakjo, Ilir Barat I Kota Palembang Sumatera Selatan

IV. Materi :

 Sambutan Direktur Jenderal Bina Konstruksi, Kementrian PUPR

 Peranan Dirjen Bina Konstruksi Dalam Pelaksanaan Kebijakan Investasi Infrastuktur di Kemen PUPR oleh Direktur Bina Investasi Infrastuktur,DJBK,Kemen PUPR

 Kebijakan Percepatan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Regional oleh Asisten Deputi Perumahan,Pertanahan,dan Pembiayaan Infrastruktur, Kemenko Ekon

 Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Nasional oleh Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kemen PPN/Bappenas

 Dukungan Kemendagri dalam Implementasi Kebijakan Penyediaan Infrastruktur oleh Direktur Pendapatan Daerah, Kemendagri

 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur serta Kebijakan Investasi Infrastruktur di Provinsi Sumatera Selatan oleh Kepala Bappeda Prov Sumatera Selatan  Kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam Mendukung Iklim Investasi dan

Pembangunan Infrastruktur oleh Kepala BKPMD Prov Sumatera Selatan

 Peranan LPJK dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Sumatera Selatan oleh Ketua LPJK Prov Sumatera Selatan

V. Kesimpulan :

1. LATAR BELAKANG :

 Maksud dari kegiatan ini adalah melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi terkait rancangan kebijakan, rancangan program, pelaksanaan program, serta sasaran penyelenggaraan investasi infrastruktur baik di sektoral PUPR maupun di daerah.  Tujuan dari kegiatan ini adalah terlaksananya sinkronisasi dan koordinasi program dan

regulasi antar sektor di lingkungan PUPR yang selaras dengan tujuan penyelenggaraan infrastruktur PUPR maupun di daerah.

2. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) merupakan kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri / Kepala Lembaga / Kepala Daerah / BUMN / BUMD, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumberdaya Badan Usaha dengan memperhatikan Pembagian Risiko antara para pihak.

(2)

3. Tugas dan Fungsi Direktorat Bina Investasi Infrastruktur :

 Tugas : melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan investasi infrastruktur

 Fungsi :

 Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan investasi dan pasar infrastruktur;

 Pelaksanaan, pengembangan, sinkronisasi dan koordinasi kebijakan dan strategi di bidang pembinaan investasi dan pasar infrastruktur

 Pelaksanaan koordinasi, advokasi dan fasilitasi di bidang penyelesaian permasalahan dan pengembangan mitigasi risiko investasi infrastruktur;  Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria

penyelenggaraan investasi infrastruktur;

 Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan investasi dan pasar infrastruktur;

 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan investasi dan pasar infrastruktur;

 Fasilitasi pembinaan pengusahaan BUMN PERUM di Kementerian; dan  Pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.

4. Manfaat Availability Payment (AP) bagi Pemda dalam pelaksanaan KPBU :  Tidak ada pembayaran selama Kontruksi

 AP dibayarkan untuk penyediaan jasa layanan.  PJKP tidak perlu membayar biaya konstruksi.  Pembayaran bersifat jangka panjang

 AP dibayarkan selama periode operasi (30 s.d 50 Tahun). Sehingga dapat mengatasi keterbatasan fiskal daerah

 Pembayaran dilakukan secara cicilan

 Jumlah pembayaran setiap tahun disesuaikan dengan perjanjian kontrak.  Jumlah AP disesuaikan terhadap inflasi.

5. TUJUAN AVAILABILITY PAYMENT

Mencapai Value for Money (VFM)/Nilai Manfaat Uang yang tinggi untuk layanan publik yang berkualitas.

Inggris mendefinisikan VFM sebagai “kombinasi optimal dari keseluruhan biaya life-cycle dan kualitas atau kesesuaian fungsi barang/jasa dalam memenuhi kriteria pengguna.  Sebagai metode dalam penyediaan layanan publik yang berkualitas yang pada saat

bersamaan dapat menekan beban finansial dari sektor publik. 6. Persiapan Pelaksanaan KPBU :

 Cek kewenangan nya ( Gubernur, Bupati, Walikota)  Menyiapkan study perencanaan

 Menyiapkan proyek agar berjalan dengan baik  Alokasi resiko ( berbagi resiko)

 Pelaksanaan KPBU 7. Tujuan KPBU :

 Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;

 Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu;

 Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;

 Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna; dan/atau  Memberikan kepastian pengembalian investasi BadanUsaha dalam Penyediaan

Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh pemerintah/pemerintah daerah kepada Badan Usaha.

8. Hal yg diatur dalam Perjanjian KPDBU, antara lain:

 output dan indikator kinerja yang obyektif dan terukur.  Perhitungan pembayaran ketersediaan layanan.

(3)

 Waktu pembayaran.

 Mekanisme Pembayaran. 9. Pelaksanaan Anggaran

 Pelaksanaan pembayaran AP wajib dialokasikan oleh PJPK berdasarkan perjanjian KPDBU dalam Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD.

 Pelaksanaan pembayaran AP yang dialokasikan oleh PJPK wajib disetujui oleh DPRD selama masa perjanjian KPDBU.

10. Pemenuhan GAP Pendanaan Non APBN :  Pola KPBU

 KPBU Reguler

 KPBU Dukungan Pemerintah  Penugasan BUMN

 Availability Payment

 Hybrid Financing (soft Loan)  Pola Non KPBU

 Penugasan BUMN

 Pemanfaatan dana perwalian (dana hibah)  Harmonisasi Program Pemerintah dengan CSR  Obligasi

 Crowdfunding/Community Based Organization

11. Breakthrough dalam Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)

 Perluasan jenis infrastruktur yang dapat menggunakan skema KPBU mencakup infrastruktur sosial seperti sekolah, rumah sakit, dan lembaga pemasyarakatan.  Instansi internasional diizinkan untuk berpartisipasi dalam penyiapan proyek dengan

skema pembayaran seperti success fee dan retainer fee sehingga standar kualitas prastudi kelayakan dapat ditingkatkan.

Skema hybrid financing (pembiayaan sebagian) memungkinkan pelaksanaan proyek dilakukan oleh Badan Usaha pemenang lelang dengan dana yang disediakan oleh PJPK sehingga kualitas pembangunan dapat diselaraskan.

Pembayaran Ketersediaan Layanan (availability payment) dan Jaminan Pemerintah untuk proyek prakarsa Badan Usaha dapat meningkatkan kelayakan finansial proyek  Pembentukan Simpul KPBU di K/L yang bertugas untuk menyiapkan perumusan

kebijakan, sinkronisasi, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pembangunan KPBU.  K/L/D wajib melakukan penganggaran perencanaan, penyiapan dan transaksi proyek

KPBU

12. PERAN PENTING PEMERINTAH DALAM PERENCANAAN PROYEK KPBUKebijakan dan Strategi Peningkatan Kinerja PDAM Tahun 2017 :

 Identifikasi skema pendanaan yang paling tepat dengan paradigma baru dalam prioritisasi pembiayaan proyek

 Penentuan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama, apakah kewenangan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

 Alokasi kebutuhan pendanaan penyiapan proyek KPBU dalam dokumen perencanaan  tercantum dalam RKPD

 Menawarkan Proyek Kerjasama yang layak secara ekonomi dan finansial

 Wajib menyiapkan Proyek Kerjasama sebaik-baiknya sebelum ditawarkan ke badan usaha agar menghemat waktu dan biaya transaksi bagi semua pihak terkait  Untuk jangka panjang, kebijakan menggunakan skema KPS untuk mempercepat

penyediaan infrastruktur sebaiknya juga dicantumkan dalam RPJMD 13. KUNCI SUKSES PELAKSANAAN KPBU

 Tersedianya alokasi kebutuhan pendanaan yang cukup untuk pelaksanaan tahap perencanaan, penyiapan, dan transaksi KPBU;

 Proses perencanaan yang baik dan identifikasi proyek Infrastruktur yang tepat.  Proses penyiapan KPBU yang baik dengan didukung dengan dokumen studi yang dapat

dipertanggungjawabkan;

 Alokasi risiko yang tepat beserta rencana mitigasinya;

(4)

 Pemberian dukungan pemerintah yang tepat untuk meningkatkan kelayakan proyek KPBU.

14. Kebijakan Investasi Infrastruktur Nasional

 Meningkatkan Peran Swasta dan Percepatan Proyek KPBU

 Percepatan proses pengadaan dengan melakukan revitalisasi dan harmonisasi peraturan perundangan tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.  Percepatan proses & kepastian pengambilan keputusan proyek KPBU.

 Memperkuat jejaring KPBU dengan membentuk Pusat KPBU dan simpul-simpul KPBU.

 Kepastian pendanaan melalui penganggaran dana penyiapan, Transaksi serta dukungan dan jaminan proyek KPBU pada setiap Kementerian /Lembaga /Pemerintah Daerah

 Percepatan perijinan bagi proyek KPBU melalui perijinan terpadu  Penugasan kepada BUMN

 Penugasan BUMN untuk proyek-proyek strategis seperti waduk, PLTA, jalan tol trans sumatera, angkutan pelayaran

 Penyediaan dana Penyertaan Modal Negara untuk BUMN yang ditugaskan dalam percepatan pembangunan infrastruktur

 Jaminan Ketersediaan Tanah  Pembentukan Bank Tanah

 Alokasi khusus untuk pengadaan tanah

 Penyediaan Skema Pembiayaan untuk Mendukung Percepatan Proyek Infrastruktur  Availability Payment/PBAS, Dana Penyiapan Proyek (PDF) – Transaksi, Viability

Gap Fund (VGF)

 Drainase sebesar Rp. 163.5M

15. ARAH PEMBINAAN DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR

 TERWUJUDNYA INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PUPR YANG DI-KPBU-KAN  PENINGKATAN NILAI INVESTASI INFRASTRUKTUR

 PENINGKATAN NILAI EKSPOR KONSTRUKSI INDONESIA 16. Permasalahan KPBU di Indonesia

 Kurangnya transparansi bagaimana sebuah proyek dipilih dan diprioritaskan masuk ke dalam kategori KPBU

 Kurangnya konsistensi. Pada tahun 2012 ada 100 proyek, sedang pada tahun 2013 menjadi 27.

 KPBU dilihat sebagai proses yang kompleks dikarenakan banyaknya koordinasi yang dilakukan untuk dapat dilaksanakan.

 Kurangnya kemampuan PJPK dalam pelaksanaan KPBU

 dikarenakan KPBU membutuhkan penanganan yang kompleks, dalam pola transaksi, memodelkan dan menganalisis keuangan, serta hukum komersial.  Banyak proyek tidak diformulasikan dengan baik akhirnya tidak mencapai

financial close, contoh: Tol Medan-Kuala Namu, dan Tol

Cileunyi-Sumedang-Dawuan (cisumdawu). Pada 2009, Tol Cisumdawu bahkan diubah menjadi proyek APBN karena ketertarikan investor yang kurang.

 Ada 45 hukum dan regulasi yang ada di indonesia terkait PPP.

 Sebagai contoh, Power plant jawa tengah membutuhkan 50 izin dan lisensi sampai kepada tahap konstruksi.

 Otonomi daerah juga menambah kompleksitas regulasi.

 Pembebasan lahan. Mencapai 30-40% biaya konstruksi. UU Lahan tahun 2012 mempercepat proses pembebasan lahan.

17. Rekomendasi Solusi Permasalahan KPBU

 Dalam kurun waktu tertentu (mis. 6-12 bulan) pemerintah harus mendeliver 2-3 proyek prioritas/showcase project.

 Regulasi yang mendukung kemudahan dalam berinvestasi, deregulasi penghambat investasi, harmonisasi regulasi

(5)

18. Regulasi KPBU DI INDONESIA

 Pelaksanaan Proyek KPBU : Perpres No.38/2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

 Dukungan Pemerintah dalam KPBU

 PP No. 75 Tahun 2008 tentang Perubahan atas PP No. 66 Tahun 2007 tentang Penyertaan Modal Negara untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Pembiayaan Infrastruktur, sehingga didirikan PT.SMI mendorong percepatan penyediaan pembiayaan infrastruktur.

 Perpres No.78/2015 tentang Tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek KPBU melalui PT. PII (Badan yang dibentuk oleh Kementerian Keuangan untuk menjamin proyek infrastruktur dengan skema KPBU.

 Permen Keu No.260/2010 tentang Tata Cara Penjaminan Infrastruktur melalui skema KPBU , melalui pembentukan PT. PII (Penjaminan Infrastruktur

Indonesia).  Pedoman Operasional

 Permen PPN/Bappenas No. 4/2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

 Perka LKPP No 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Dalam Penyediaan Infrastruktur

 Permendagri No.96/2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Untuk Penyediaan Infrastruktur di Daerah

19. Rangkuman :

 Untuk mempercepat proses penyediaan infrastruktur, selain kerangka pendanaan diperlukan juga penguatan kerangka regulasi.

 Dalam Aspek Pendanaan Pemenuhan infrastruktur dasar, sektor unggulan, infrastruktur perkotaan, terdapat gap 58,7% dari nilai Rp. 4.796,2 T dan diharapkan dipenuhi melalui sumber non-anggaran pemerintah.

 Inovasi dalam opsi pendanaan dalam pembangunan infrastruktur adalah : swasta, KPBU, brownfield, greenfield, BUMN, dengan APBN/D sebagai opsi terakhir

 Pemerintah Pusat dan daerah harus bersinergi dalam proses KPBU, terutama dari sisi regulasi.

 Pembiayaan infrastruktur di daerah dapat menggunakan fasilitas pembiayaan

Availability Payment (AP) yang diatur dalam PERMENDAGRI

 Peran penting pemerintah dalam perencanaan proyek KPBU:  Identifikasi skema pendanaan yang tepat

 Penentuan PJPK

 Alokasi kebutuhan pendanaan

 Menawarkan proyek kerjasama yang layak ekonomi maupun finansial  Penyiapan proyek yang baik

 Pencantuman rencana proyek KPBU dalam RPJMD

 Harapan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah antara lain:

 Menyederhanakan regulaso tentang perizinan dan investasi infrastruktur;  Memetakan proyek-proyek yang layak secara finansial dan ekonomi untuk dapat

dibangun dengan Skema KPBU;

 Mengoptimalkan dana APBD/N sebagai dana dukungan pemerintah daerah untuk pendanaan infrastruktur untuk mendukung skema KPBU serta meminimalisir pengendapan dana APBD di Bank

 Mendorong pihak swasta untuk terlibat dalam penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU

 Kunci Sukses Pelaksanaan KPBU :

 Tersedianya alokasi kebutuhan pendanaan yang cukup untuk pelaksanaan tahap perencanaan, penyiapan dan transaksi KPBU

(6)

 Proses perencanaan yang baik dan identifikasi proyek infrastruktur yang tepat;  Proses penyiapan KPBU yang baik yang didukung dengan dokumen studi yang

dapat dipertanggungjawabkan

 Alokasi risiko yang tepat beserta rencana mitigasinya  Proses pendanaan KPBU transparan, cepat dan akuntable

 Pemberian dukungan pemerintah yang tepat untuk menaikkan kelayakan proyek KPBU

VI. Saran :

 Dalam penyusunan dokumen perencanaan KPBU agar dapat menggunakan dana Dekon Bappenas.

 Perlunya sosialisasi yang lebih lanjut terhadap Perpres 38 tahun 2015 Demikian Laporan ini disampaikan, atas perkenaan Bapak diucapkan terima kasih Mengetahui/ Menyetujui Yang Melaporkan

KEPALA BAPPEDA DAN LITBANGDA Kabid Infrastruktur dan Kewilayahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Ir. AMRULLAH HARUN, M.Si Ir.H. RUSLI KHAIDIR, M.Si Pembina Utama Madya Pembina Tingkat I (IV.B) NIP. 19570423 198812 1 001 NIP. 19610812 198903 1 004

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri PPN/ Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;.. Peraturan Kepala

kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan (Pasal 54 ayat 1). d) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah

Adanya kinerja yang sangat baik pada reksa dana syariah maka penelitian ini akan difokuskan untuk mengevaluasi kinerja reksa dana syariah periode 2014- 2018 menggunakan

Lokasi pekerjaan berada di wilayah administrasi Kota Tangerang, terletak di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing yang merupakan aset Pemerintah Kota Tangerang.. PEMERINTAH

Perjanjian Kerjasama adalah kesepakatan tertulis untuk penyediaan infrastruktur antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan Badan Usaha yang ditetapkan melalui pelelangan

Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas

Kerjasama Pemerintah Daerah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

Penyediaan infrastruktur yang dilakukan Pemerintah melalui kerjasama dengan Badan Usaha , dalam bentuk perjanjian (kontrak) kerjasama yang memiliki jangka waktu yang