• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting untuk mencapai tingkatan negara yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting untuk mencapai tingkatan negara yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk mencapai tingkatan negara yang berperadaban maju, masyarakat Indonesia perlu secara serius menangani perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Langkah konkret yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat adalah memberi perhatian pada pendidikan, terutama pada keadaan pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah atau madrasah. Pendidikan yang akan menjawab tantangan kehidupan yang begitu kompleks.

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pada Bab III ayat 3 menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu peroses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Selanjutnya dalam pasal 4 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Undang-undang tersebut mengisyaratkan kepada semua pihak untuk bertanggung jawab dan harus segera mempersiapkan suatu langkah perencanaan yang matang demi menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang siap menghadapi segala bentuk tantangan dan hambatan serta memiliki kreasi dan inovasi sepanjang hidupnya sebagai pewaris dan penerus bangsa ini

Kualitas pendidikan yang paling utama itu ditentukan oleh proses pembelajaran yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Pembelajaran merupakan suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berkaitan dan berinteraksi antara satu dengan lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran, disebut juga kegiatan pembelajaran atau instruksional,

(2)

adalah usaha mengelolah lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Miarso ( 2004:258)

Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ini bukan hanya di pegang oleh Kemendiknas tapi Kemenag juga memiliki kesempatan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang bernuansa Islam. Menurut KMA nomor 369 Tahun 1993 tentang MTs, “Kata Madrasah terambil dari akar kata Darasah-Yadrusu-darsan : Belajar. Kata Madrasah sebagai isim makan menunjukan arti tempat belajar. Munawir ( 1997:429)

Tahun 1993 Menteri Agama mengeluarkan Keputusan Menteri Agama nomor 372 Tahun 1993 tentang kurikulum pendidikan dasar berciri khas Agama Islam, bahwa MI dan MTs melaksanakan kurikulum Nasional SD dan SLTP, dari ketentuan yang terintegrasi itu MTs adalah SMP berciri khas Islam ... kedudukan MTs sebagai sekolah berciri khas Islam masing-masing berdasarkan KMA nomor 368/93 dan 369/93 tanggal 22 Desember 1993 yang menindak lanjuti SK Mendikbud nomor 0487/U/1992 dan 054/U/1993. Supani (2011)

MTs Negeri Baturaja adalah merupakan salah satu Madrasah dari sekian banyak Madrasah yang pendidikannya berciri khaskan Islam yang berada di lingkungan Kementerian Agama OKU yang memiliki data siswa yang sebagian asal sekolahnya dari Sekolah yang diselenggarakan oleh Mendiknas, yang pekerjaan orang tua siswa yang heterogen, untuk lebih lanjut dalam hal ini dapat dilihat pada lampiran tabel 1.1 yaitu data siswa MTs Negeri Baturaja.

Pendidikan Agama Islam di MTs teridiri atas empat mata pelajaran, yaitu Al-Qur’an dan Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, dan SKI, ditambah mata pelajaran Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait dan saling melengkapi. Akan tetapi tentu saja mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits menjadi core inti mata pelajaran lainnya sebab, mata pelajaran ini merupakan sumber utama ajaran Islam. Aat Hidayat (2012) Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-Qur’an dan Hadits didalam proses pendidikan. Menurut Erwin Yudi Prahara (2001:19) materi ajaran agama Islam dapat dimasukan kepada materi sekuensial yaitu materi yang dimaksudkan untuk menjadikan dasar untuk mengembangkan lebih lanjut materi dasar. Materi yang masuk dalam kelompok ini adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dari pendapat diatas menyatakan bahwa

(3)

dalam hal ini Al-Qur’an dan Hadits merupakan pokok dasar dari pelajaran seluruh mata pelajaran agama yang ada di Madrasah karena Al-Qur’an dan Hadits merupakan dalil-dalil penentu dari sebuah hukum yang dilakukan oleh seseorang. Pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits ini titik tekannya bertumpu pada kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits, pemahaman terhadap isi kandungannya, serta dapat mengaitkan kandungan Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits ini dipelajari oleh siswa di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrsah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Program Keagamaan (dulu MAPK dan MAK). Aat Hidayat (2012).

Al-Qur’an dan Hadits merupakan salah satu mata pelajaran agama yang harus di pelajari oleh siswa yang belajar pada sekolah Islam atau dengan kata lain madrasah. Di dalamnya tertuang hukum-hukum, peraturan-peraturan, anjuran-anjuran, kisah-kisah yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupan manusia. Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada hakikatnya adalah petunjuk teknis bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan ini agar tidak salah arah. Peraturan yang terdapat dalam Hadits adalah merupakan penjelas dari Al-Quran sehingga tidak akan bertentangan dengan Al-Quran.

Al-Qur’an dan Hadits adalah merupakan sumber ajaran Islam. Adapun tujuan pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits di madrasah adalah :

Tujuan dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits adalah agar siswa memahami, meyakinkan dan mengamalkan isi kandungan ajaran Al Quran dan Hadits serta bergairah untuk membacanya dengan fasih dan benar. Abd. Wadud et all (1996:3). Dilihat dari pendapat ini bahwa pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits yang diharapkan adalah agar para siswa yang mempelajarinya dapat mengaplikasikan dalam perwujudan kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang baik yang sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.

(4)

Ruang lingkup secara garis besar bahwa pelajaran Al-Qur’an dan Hadits di Madrasah Tsanawiyah meliputi : Bahan bacaan, hafalan dan menyalin, Sejarah pembukuan Al Qur’an dan Hadits, Pokok – pokok ilmu tajwid ,Terjemahan dan kesimpulan isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits yang berkenaan dengan keimanan,ibadah,aqidah,akhlak dan pengetahuan.” Abd. Wadud et all (1996: 3). Dari ruang lingkup diatas maka penulis berkeinginan untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pembelajarannya agar siswa yang menerima pelajaran ini terutama pada siswa MTsN Baturaja merasa menyenangkan dan dapat memahami serta memberikan hasil yang baik.

Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits memiliki karakteristik yaitu meningkatkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an dan Hadits, membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, memotivasi peserta didik agar mempraktikan nilai-nilai keyakinan keagamaan dan akhlak karimah dalam kehidupan sehari-hari. Aat Hidayat (2012).

Untuk mewujudkan semua ini diharapkan bantuan dan latihan dari guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif. Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits ini menyenangkan bila tidak mencatat dan hafalan kedepan terus. Dari Hasil pengamatan penulis dilapangan, pada umumnya guru-guru pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits dalam proses pembelajaran cenderung masih menggunakan model pembelajaran konvesional pada setiap pembelajaran dikelasnya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan terhadap model-model pembelajaran yang ada. Pada hal penguasaan terhadap model-model pembelajaran itu diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan materi kepada siswa.

Kegiatan pembelajaran di dalam kelas lebih banyak didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru yang membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

(5)

Proses pembelajaran dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat kepada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana belajar lebih hidup.

Penulis mencoba untuk memberikan materi Al-Qur’an dan Hadits dengan memakai Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD, karena menurut penulis pembelajaran kooperatif tipe diatas adalah salah satu bentuk pembelajaran yang mengajarkan kerja sama antara satu dengan yang lainnya sehingga anak-anak yang belum bisa menguasai pelajaran dapat dengan mudah untuk belajar dan juga menurut penulis Tipe Jigsaw ini adalah merupakan pembelajaran kooperatif yang memberikan motivasi kepada siswa untuk menguasai salah satu materi yang musti dipertanggung jawabkannya kepada anggota kelompoknya sendiri dan pembelajaran ini membantu siswa aktif dalam mencari, sedangkan untuk tipe STAD juga mengajarkan kepada siswa agar dapat saling mendukung dan mengisi dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kelompok tanpa memandang pintar atau tidak si anak. Dan juga pembelajaran kooperatif tipe ini belum pernah diberikan pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits di MTsN Baturaja.

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori belajar yang dikemukakan oleh vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi

(6)

terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, keterampilan siswa, membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.berdasarkan hasil pengamatan penulis, bahwa dalam kegiatan pembelajaran terutama di MTs negeri Baturaja selama ini sebenarnya terkadang gurunya telah menerapkan pembelajaran kelompok untuk menyampaikan materi pelajaran. Bebrapa tugas yang musti dikerjakan siswa secara kelompok seperti, tugas membaca, mengerjakan soal-soal latihan, dan lainnya. Tapi jika diamati kegiatan kelompok tersebut bukan pembelajaran kooperatif. Tujuan dari kerja kelompok hanya menyelesaikan tugas.

Kegiatan pembelajaran kelompok tersebut biasanya hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok yang menyebabkan siswa yang kemampuannya kurang memperoleh hasil belajar yang tetap rendah dan mengakibatkan adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dengan hasil belajar siswa yang kurang pandai.

Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun pemahaman terhadap informasi atau pengalaman. Proses membangun pemahaman tersebut dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa. Indra Jati Sidi ( 2001:4)

Siswa pada dasarnya memiliki kerakteristik yang berbeda, ragam karakteristik ini dapat mempengaruhi bagaimana hasil implementasi desain pembelajaran yang sudah dirancang. Oleh karenanya mengenal karakteristik siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Dengan menganl karakteristik siswa, maka dapat di ketahui akan kualitas perseorangan dan

(7)

menjadi petunju dalam mengelolah strategi pembelajaran. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pembelajaran, variabel ini didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasibelajar, gaya belajar, kemampuan berfikir dan kemampuan awal(hasil belajar) yang telah dimilikinya.

Karakteristik siswa akan sangatlah mempengaruhi dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pembelajaran khususnya komponen-komponen strategi pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa. Uno ( 2008:158).

Perbedaan karakteristik siswa selalu dihadapi oleh guru didalam proses belajar pembelajaran dikelas. Kemampuan setiap siswa dalam kelas itu heterogen, ada sebagian siswa yang sudah mengetahui akan materi pembelajaran itu dan ada yang memang belum paham akan materi tersebut, bila guru mengikuti kelompok yang sudah tahu maka kelompok yang belum tahu akan merasa ketinggalandan tidak dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan, dan bila guru mengikuti kelompok yang belum bisa maka kelompok yang sudah bisa akan merasa bosan, maka dari itu guru musti merancang pembelajarannya dengan baik dengan memperhatikan tujuan, karakter siswa, materi yang diajarkan dan sumber belajar yang tersedia.

Hasil pengamatan penulis, guru dalam merancang program pembelajaran belum memperhatikan karakteristik siswa yang dibinanya. Guru menyusun rancangan pembelajaran hanya berpatokan pada kurikulum dan silabus yang ada. Kemampuan awal siswa masih terabaikan, karena guru belum memahami karakteristik para siswa yang dibinanya. Siswa dianggap telah memiliki kemampuan awal yang cukup karena telah dipelajari pada jenjang sebelumnya. Kenyataannya siswa memiliki kemampuan awal atau pengetahuan awal yang

(8)

berbeda-beda, ada yang sudah memiliki kemampuan awal yang baik ada juga yang kemampuan awalnya masih rendah.

Pembelajaran yang dilakukan MTs Negeri Baturaja khususnya pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits masih dilakukan dengan cara tersebut diatas, diantaranya disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru terhadap model pembelajaran yang ada dan kurang tepatnya rancangan pembelajaran yang disusun oleh guru. Ketidak tepatan guru menggunakan model pembelajaran yang disusun dalam rancangan pembelajaran bisa menghambat peningkatan kemampuan akademik, sekaligus lemahnya penanaman moralitas kepada siswa.

Kenyataan lain yang terjadi di Madrasah yaitu masih banyaknya ditemukan kegiatan pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efesien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Kenyataan tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai hasil belajar yang masih rendah. Rendahnya prestasi belajar Al-Qur’an dan Hadits siswa kelas 8 ini dilihat dari nilai mid semester sebelum remedial pada lampiran 1.3 bahwa dari 170 siswa, kurang lebih ada 125 siswa yang belum mencapai KKM dan setelah itu penulis simpulkan kepada nilai semester yang penulis kelompokkan pada perolehan nilai tertinggi dan nilai terendah siswa yang dapat dilihat pada lembar lampiran tabel 1.2. Dari Jumlah siswa yang belajar Al-Qur’an dan Hadits masih banyak siswa yang tidak mencapai KKM yang telah ditentukan yakni KKM 75, bila dicermati masih banyak parameter yang mempengaruhi hasil pendidikan seperti : Intelegensi siswa, ketersediaan sarana dan prasana belajar, latar belakang pendidikan guru, kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran dan sebagainya.

Pada tahun 1960-an, Belajar kompetitif dan individualistis telah mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Dimana siswa biasanya datang ke sekolah dengan harapan untuk

(9)

berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk menjadi yang terbaik. Johnson & Johnson menjelaskan bahwa dalam belajar kompetitif dan indivualitis, guru menempatkan siswa pada tempat duduk yang trepisah dari siswa yang lain. Kata-kata “dilarang mencontoh”, “geser tempat dudukmu”, “saya ingin agar kamu bekerja sendiri dan “jangan perhatikan orang lain, perhatikan dirimu sendiri”, sering digunakan dalam belajar kompetitif dan individualistis. Trianto ( 2009:55). Proses belajar seperti itu masih terjadi di Indonesia sekarang ini.

Belajar secara kompetitif dan individualistis akan berhasil dan efektif bila dilakukan dan direncanakan dengan baik, hal tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar siswa agar belajar lebih baik dan mencapai prestasi belajar yang optimal. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis yang disebutkan Slavin yaitu (a) Kompetisi siswa kadang tidak sehat, (b) Siswa berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) Siswa yang berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (d) dapat membuat frustasi siswa lainnya. Trianto ( 2009:56). Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif.

Saat ini pembelajaran kooperatif telah banyak digunakan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Di samping itu, keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan kerja lapangan kerja yang sekarang ini berorientasi pada kerja sama dalam tim. Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi.

(10)

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD. Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Sejumlah riset telah banyak dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran. Anita Lie (2002:23)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen yaitu antara siswa pandai, sedang dan kurang dijadikan satu kelompok yang diharapkan dapat berkolaborasi dan efeknya dapat menjadikan semua anggota aktif. Keberhasilan guru dan siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits juga ditentukan oleh bagaimana melakukan pembelajarannya, baik di kelas maupun di luar kelas. Siswa menyukai mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits sangat dimungkinkan karena kegiatan pembelajaran yang diikuti sesuai dengan anggota kelompok menjadi aktif. Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Anita Lie ( 2002:28).

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa berprestasi rendah maupun tinggi yang mengerjakan tugas akademik bersama-sama. Arends ( 2008:6).

Materi tentang memahami Al-Qur’an dan Hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akherat adalah salah satu Materi yang di pelajari dalam pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada semester dua ini KD yang diberikan adalah menjelaskan keterkaitan isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits dalam perilaku keseimbangan hidup didunia dan akherat dalam fenomena

(11)

kehidupan dan akibatnya. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif ini diharapakan siswa dapat memperoleh hasil belajar lebih baik meskipun kemampuan mereka yang berbeda-beda. Maka dalam hal inilah penulis mencoba untuk memakai pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD untuk diketahui mana yang lebih cocok dan efektif tipe Jigsaw atau STAD pada siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi dan kemampuan awal yang rendah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Penggunaan pola pembelajaran yang konvensional memungkinkan siswa yang visual, auditif (mendengar) lebih besar menerimanya sehingga lingkungan kelas kurang efektif.

2. Kegiatan pembelajaran didalam kelas lebih banyak didominasi oleh guru (Teacher Oriented).

3. Kegiatan kelompok dan kerja kelompok yang diterapkan oleh guru Al-Qur’an dan Hadits belum berbentuk pembelajaran kooperatif tetapi hanya bertujuan menyelesaikan tugas semata

4. Kegiatan pembelajaran kelompok biasanya hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok.

5. Prestasi belajar Al-Qur’an dan Hadits siswa kelas 8 MTs Negeri Baturaja rendah. 6. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits kelas 8 MTs

Negeri Baturaja masih rendah dikarenakan penyampaian materi yang masih monoton 7. Proses pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits di MTsN Baturaja belum menerapkan

(12)

8. Proses pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits di MTsN Baturaja belum menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

9. Kemampuan awal masih belum dijadikan dasar dalam pemilihan pembelajaran. 1.3 Pembatasan Masalah

Prestasi belajar Al-Qur’an dan Hadits siswa kelas 8 MTs Negeri Baturaja dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam diri siswa maupun faktor di luar diri siswa. Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, perlu diberikan batasan permasalahan yang akan dikaji, yaitu sebagai berikut.

1. Prestasi belajar Al-Qur’an dan Hadits siswa kelas 8 MTs Negeri Baturaja rendah. 2. Proses pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits belum menerapkan pembelajaran

koopertif Tipe Jigsaw.

3. Proses pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits belum menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

4. Kemampuan awal masih belum dijadikan dasar dalam pemilihan pembelajaran. 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat interaksi prestasi belajar dengan menggunakan tipe Jigsaw dan

STAD dengan kemampuan awal siswa ?

2. Apakah peningkatan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada pembelajaran kooperatif tipe STAD ? 3. Apakah ada pengaruh antara pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa dengan kemampuan awal tinggi?

(13)

4. Apakah ada pengaruh antara pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa dengan kemampuan awal rendah

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar Al-Qur’an dan Hadits menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas 8 MTs Negeri Baturaja.

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah

1. Ada tidaknya interaksi prestasi belajar dengan menggunakan tipe Jigsaw dan STAD dengan kemampuan awal siswa.

2. perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. pengaruh antara pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa dengan kemampuan awal tinggi. 4. pengaruh antara pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa dengan kemampuan awal rendah. 1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoretis

Penelitian ini menyajikan kajian bidang pembelajaran, khususnya bagi teknologi pendidikan dalam pemanfaatan teknologi dan desainnya.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Bagi siswa

(14)

1. Perbaikan aktivitas siswa dalam belajar di kelas.

2. Meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran Al-Qur’an dan Hadits. 3. Memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang diharapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits.

1.6.2.2 Bagi Guru

Memiliki gambaran mengenai pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits yang efektif, dapat mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada di kelas, dapat mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut dan dapat digunakan untuk menyusun program peningkatan aktifitas belajar siswa.

1.6.2.3 Bagi Sekolah

Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi lulusan yang dihasilkan menjadi lebih bernilai sehingga meningkatkan mutu sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan Ibn Atsir tersebut juga dikuatkan oleh pendapat al-Qutaiby - yang dikutip oleh Yaqub (2003:22) - yang memberikan komentar terhadap hadis tersebut: "Kata miskin dalam

Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi yang meliputi natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg) dan kalsium (Ca). Data primer dalam penelitian

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, terutama pada pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Research), yang dilaksanakan pada mata pelajaran Pendidikan Menolong Diri Sendiri. Pada penelitian ini menggunakan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat

Sistem penciuman elektronik yang dipergunakan disini adalah sistem yang dikembangkan di Laboratorium Kecerdasan Komputasional Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Sistem

Diagram representasi substasiun penelitian dalam kaitannya dengan parameter biofisik dan kimia lingkungan pada perpotongan sumbu F1 dan F2 (Gambar 3b), memperlihatkan

Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan