PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 PADANG
Melwida Rahmawati1, Yenni Melia2, Hefni2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This study is based on the low learning activities of students in the learning of Sociology, which in the learning of Sociology in SMA Negeri 5 Padang are still many students who do not want to ask and express ideas and opinions in the learning process takes place. This is because the number of students who do other activities in the learning process such as chatting with my friends, playing Hp, and others. Therefore, for students active in the learning process then used an active role playing learning model with the aim to find out the activities of students in the process of learning Sociology with the theory of behavioristic pengajran. This research is a quantitative research using experimental method in the form of time-series design. Selection of informants is done by purposive sampling that the withdrawal of the informant is chosen intentionally. Technique of collecting data that is in the form of observation sheet. The unit of analysis in this study is a group. The results of the research can be concluded that with the application of role playing learning model there is an increase in student learning activities on learning Sociology, because students are required to be active in learning activities.
Keywords: Student Learning Activities, Model role playing lesson.
PENDAHULUAN
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful (2012:62) menyatakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar seacara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. UUSPN NO. 20 tahun 2003 dalam syaiful (2012:62) Proses pembelajaran hendaknya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi dan mendorong siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Sebagaimana 1
diketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa didalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi ini terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru dan siswa lainnya. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut (Winataputra, 2008:120).
Berdasarkan obervasi pada bulan Januari 2017 di SMA Negeri 5 Padang bahwa guru saat mengajar dikelas mengunakan model pembelajaran dalam bentuk diskusi, dan ceramah, hal ini terlihat dari kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya minat, ketekunan, perhatian dan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Juga dilihat dari aktivitas siswa antara lain mengganggu teman belajar, bermain hp, berkaca-kaca, tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, kurang gigih berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, kurangnya interaksi antara siswa dengan guru dan sesama siswa lainnya.
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian eksperimen berbentuk time-series design dengan pengolahan data persentase.
Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik peentuan sampel dengan pertimbangan. Dimana informan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, cara penentuan dengan purposive sampling peneliti telah menemukan informan dengan anggapan atau pendapatnya sendiri sebagai sampel penelitiannya. Kriteria informan dalam penelitian ini yaitu: 1. Setelah mengetahui aktivitas siswa maka dilakukan pengambilan kelas yang memiliki aktivitas belajar sosiologi yang rendah, 2. Untuk menentukan kelas aktivitasnya masih rendah dengan cara melihat hasil pengamatan awal penulis, 3. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas yang
aktivitas belajar siswa yang terendah. Analisis data dilakukan dengan mengguakan rumus persentase.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini penulis sudah merancang rencana pelaksanaan pembelajaran, dan mengevaluasi Pelaksanaan proses penelitian tiga kali pertemuan. Aktivitas siswa dilakukan setiap melaksanakan pengamatan dan diamati oleh 1 orang observer dengan mendata atau mencatat siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan indikator yang terdapat pada lembar observasi dengan rincian pada pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga dengan menggunakan model pembelajaran role playing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 5 Padang melalui kelas ssampel pada kelas XI IPS4 yang ditinjau dari berbagai aktivitas belajar siswa. Ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti pada kelas yaitu pertama, peneliti
mengambil absen, memberikan apersepsi, dan motivasi. Kedua, peneliti memperkenalkan cara-cara dan langkah-lngkah model pembelajaran role playing serta menyampaikan pembagian kelompok yang telah ditentukan berdasarkan kemampuan akademik.
Pada kelas tersebut siswa duduk berkelompok, masing-masing kelompok berjumlah enam dan ada yang tujuh orang. Posisi kelompok siswa membuat lingkaran pada tepi-tepi di depan dan dibelakang. Kelompok diurut dari yang terkecil yaitu kelompok satu, dua, tiga dan empat. Pada setiap kelompok guru telah memberikan tema yang berbeda untuk didiskusikan dalam membuat naskah atau skenario dua hari sebelum pelajaran dimulai. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempersentasikan naskah kelompok selama 10 menit atau 15 menit kepada masing-masing kelompok. Setelah satu kelompok siap untuk menampilkan drama atau skenario, nantinya kelompok lain diberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan,
sanggahan ataupun saran dan komentar terhadap penampilan kelompok, begitulah seterusnya sampai kepada kelompok terakhir.
Ketika kelompok tampil didepan kelas, peneliti melakukan cek list indikator aktivitas yang dilakukan siswa pada lembaran observasi seperti: indikator menanya, mendengar, menulis, menanggapi, mempragakan, dan indikator emosional. Data yang diperoleh dari kegiatan siswa dalam lembaran observasi dengan menggunakan model pembelajaran role playing. Pengamatan dilakukan dengan mencatat dan mendaftar banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan indikator yang yang terdapat pada lembar observasi. 1. Pengamatan pertama
Berdasarkan pengamatan pertama yang telah dilakukan peneliti dibantu oleh guru terlihat bahwa aktivitas belajar siswa serta keseriusan siswa dalam memahami pembelajaran kurang baik dan masih banyak siswa yang belum serius dalam pembelajaran. Sedangkan keaktifan siswa serta keseriusan siswa sangat dituntut agar berjalan lancar dengan menerapkan model pembelajaran role playing sehingga siswa beraktivitas dalam pembelajaran walaupun ada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang. Hal ini yang menuntut mereka saling bertukar fikiran dan untuk dapat memberikan ide yang baru tiap-tiap mereka. Fungsi guru dan peneliti dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator, motivator serta mengarahkan dan memberikan bimbingan pada setiap siswa dalam kelas. Terlihat aktivitas siswa menggunakan model role playing pada pertemuan pertama dapat diketahui bahwa aktivitas yang sering dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah mempragakan tema (81,2%) dan aktivitas yang paling jarang dilakukan oleh siswa 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Me n an ya Me n d en gar Me n u lis Me n an ggap i Me m p ra gak an Emo sio n al 1 2 3 4 5 6 F N %
adalah menanggapi (46,9%). Seluruh siswa telah melakukan aktivitas dalam pembelajaran Sosiologi sesuai dengan model role playing tetapi aktivitas yang dilakukan masih belum meningkat. Pada pertemuan pertama ini akan dijadikan acuan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari pengamatan pertama sampai pengamatan terakhir dapat kita lihat pada prtemuan dua dan tiga.
2. Pengamatan kedua
Aktivitas siswa menggunakan model role playing pada pengamatan II dapat diketahui bahwa aktivitas yang sering dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah aktivitas memperagakan (87,5%) dan aktivitas yang yang jarang dilakukan siswa
adalah menanggapi (53,1%). Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pengamatan kedua ini sudah mulai meningkat dibandingkan dengan aktivitas siswa pada pengamatan pertama, karena aktivitas yang menonjol pada masing-masing pertemuan tetap sama dengan pengamatan pertama dan kedua.
3. Pengamatan ketiga
pada pegamatan tiga dapat diketahui bahwa ktivitas yang sering dilakukan siswa dalam pembelajaran Sosiologi adalah aktivitas mempragakan dan aktivitas emosional dengan persentase (93,7%) atau kategori baik sekali (BS) dan aktivitas yang paling jarang 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Men an ya Me n d en gar Me n u lis Me n an ggap i Me m p ra gak an Em o sion al 1 2 3 4 5 6 F N % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Me n an ya Me n d en gar Men u lis Me n an ggap i Me m p ra gak an Em o sion al 1 2 3 4 5 6 F N %
dilakukan adalah aktivitas menanggapi dan aktivitas menulis (62,5%) dapat dikategorikan baik (B). Dari analisis data diatas pengamatan pertama sampai pengamatan ketiga semakin meningkat dari aktivitas siswa yang telah diamati dan beberapa indikator aktivitas siswa dalam belajar rata-rata dalam kategori baik dan baik sekali meskipun pada pengamatan pertama masih banyak siswa yang kurang paham dan dalam kategori cukup tapi pada pengamatan kedua mulai menunjukan adanya peningkatan terhadap ke enam indikator aktivitas belajar siswa sampai pengamatan terkhir terus mengalami peningkatan. Hal ini berarti siswa menggunakan model role playing mampu meningkatkan aktivitas belajarnya.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data observasi penelitian yang dilakukan pada kelas XI IPS4 SMA Negeri 5
Padang dengan menggunakan model pembelajaran role playing baik dan baik sekali pada setiap pertemuan. Pengamatan pertama, aktivitas yang
paling sering dilakukan siswa dalam pembelajran adalah aktivitas mempragakan (81,2%) dan aktivitas yang paling jarang dilakukan siswa adalah menanggapi penampilan kelompok lain (46,9%). Melihat hal tersebut stimulus yang dilakukan guru adalah memberi motivasi kepada siswa untuk belajar sesuai dengan model role playing, dimana model ini digunakan agar siswa terlibat aktif kegiatan bermain peran dalam diskusi. Dengan adanya stimulus tersebut respon dari siswa adalah siswa lebih bergairah dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Pemberian stimulus ini karena siswa merasa kaku dan canggung, selain itu juga banyak siswa yang masih merasa pesimis dengan temannya yang pintar dalam kelompoknya masing-masing. Disamping itu, masih sedikit siswa yang menanggapi penampilan kelompok yang tampil serta memberikan krtik dan saran terhadap kelompok lain sehingga alokasi waktu pada pengamatan pertama agak kurang efektif.
Pada pengamatan kedua aktivitas yang sering dilakukan siswa masih sama dengan aktivitas pada pengamatan pertama yaitu aktivitas mempragakan (87,5%) dan aktivitas yang paling jarang dilakukan oleh siswa adalah emosional dalam menampilkan skenario (62,5%). Aktivitas siswa belajar menggunakan model role playing mulai terlihat, tetapi masih ada juga aktivitas yang rendah. Untuk itu guru kembali memberikan stimulus yang memberitahu manfaat model role playing yaitu berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya dalam bekerja sama serta berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Dengan adanya stimulus yang diberikan oleh guru, siswa merespon stimulus tersebut dengan melakukan aktivitas yang sesuai dengan model role playing. Respon siswa setelah diberikan stimulus umumnya menurut, karena aktivitas siswa masih tergolong sedang, tetapi siswa yang memiliki aktivitas rendah justru meningkat.
Pengamatan ketiga siswa mulai memperlihatkan keseriusan dalam belajar dengan menonjolnya kelompok-kelompok tertentu untuk mendapatkan nilai kelompok yang baik setelah diberikan stimulus oleh guru pada akhir pengamatan kedua. Aktivitas siswa pada pengamatan ketiga yang paling sering dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah emosional dan mempragakan skenario di depan kelas (93,7%) dan aktivitas yang paling jarang dilakukan menulis, menanggapi (62,5%). Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan ketiga ini didapatkan bahwa hampir seluruh aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat dibanndingkan dengan pertemuan 1 dan pertemuan 2. Hal ini bererti siswa menggunakan model role playing mampu meningkatkan aktivitas belajarnya. Hal ini baerarti siswa teah memebrikan respon yang baik dalam proses pembelajaran Sosiologi menggunakan model role playing.
Sesuai dengan teori behavioristik menurut skinner, yang mana dalam
proses pembelajaran ada stimulus dan respon dari peserta didik. Pada pertemuan pertama ini siswa masih belajar terhadap perubahan tingkah laku dalam pembelajaran, yaitu menggunakan model role playing. Stimulus yang diberikan pada siswa adalah memeberi motivasi pada siswa yang memeberitahu manfaat role playing, sementara respon yang diberikan oleh siswa lebih bergairah dalam pemebelajaran dan melakukan aktivitas sesuai dengan model role playing. Ciri-ciri yang paling mendasar dari aliran ini adalah berdasarkan paradigma S-R (Stimulus-Respon) yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap suatu yang datang dari luar, proses S-R ini terdiri dari beberapa unsur dorongan (Drive). Perubahan tingkah laku dalam pemeblajaran disesuai dengan penggunaan model role playing.
Hal ini sama dengan pendapat (Silberman, 2013:29) bahwa salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar adalah strategi pembelajaran aktif, agar pembelajaran berpusat pada
siswa, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini ditujukan agar siswa mau bertanya dan berani menyatakan pendapat mereka selama proses pembelajaran. Selanjutnya Aunurahman (2010:39), ada empat unsur pendorong S-R, prtama seseorang merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu terdorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kedua ransangan atau stimulus kepada seorang yang memberikan stimulus yang menyebabkan memberikan respons. Ketiga adalah respons, dimana seseorang memberikan reaksi atau respons terdapat stimulus yang akan diterima dengan melakukan suatu tindakan yang diamati. Keempat unsur penguatan rainfrorcement.
Dalam proses pembelajaran model role palying siswa diberi kesempatan dalam mengeluarkan pendapat, ide, mengajukan pertanyaan, mencurahkan emosional, serta dapat menjawab pertanyaan dalam proses pebelajaran dengan
menggunakan model role playing ini, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bukan sebagai pemberi informasi utama dalam proses pembelajaran, jadi dalam proses pembelajaran siswalah yang berperan dalam membagi informasi sesuai dengan materi yang dipelajari dan saling berbagi ilmu atau informasi yang telah diketahui sesuai dengan materi yang dipelajari.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa aktivitas siswa lebih baik dalam proses pembelajaran sosiologi dengan penggunaan model pembelajaran role playing mempunyai kekuatan yang lebih tinggi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan dapat menarik perhatian siswa dengan emosional yang dikeluarkan nya. Ada beberapa kendala yang dihadapi selama penerapan model pembelajaran ini. Kendala pertama yaitu sulitnya menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa untuk tampil didepan kelas, karena masih banyak siswa yang kurang aktif untuk tampil di depan kelas. Kedua
ada beberapa siswa yang tidak suka dengan sistem kelompok belajar, karena mereka merasa kurang cocok dengan teman dalam tim yang telah ditetapkan. Namun setelah diberi penjelasan mengenai keuntungan yang akan mereka peroleh, akhirnya mereka bisa bekerja sama dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran role playing cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan ini terlihat dari jumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa meningkat dengan menggunakan model role playing. Pengamatan pertama, aktivitas yang paling sering dilakukan adalah mempragakan (81.2%), dan aktivitas yang paling jarang dilakukan siswa adalah menanggapi (46.9%). Pengamatan kedua, aktivitas yang paling sering dilakukan masih sama dengan pengamatan pertama yaitu mempragakan (87.5%), dan aktivitas yang paling jarang dilakukan siswa adalah menanggapi (53.1%).
Pengamatan ketiga aktivits siswa yang sering dilakukan adalah mempragakan dan emosional (93.7%), dan aktivitas yang paling jarang dilakukan adalah menulis dan menanggapi (62.5%).
DAFTAR PUSTAKA
Aunurahman. 2010. Belajar dan pembelajaran. Bandung. Alfabeta
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Silberman, Mel. 2006. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Bandung: Nusamedia
Winataputra, Udin. 2008. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta.