• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR KELIMPAHAN SPORA MIKORIZA ARBUSKULA PADA RIZOSPER TEBU SETELAH APLIKASI BERBAGAI DOSIS PUPUK DAUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR KELIMPAHAN SPORA MIKORIZA ARBUSKULA PADA RIZOSPER TEBU SETELAH APLIKASI BERBAGAI DOSIS PUPUK DAUN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

KELIMPAHAN SPORA MIKORIZA ARBUSKULA PADA

RIZOSPER TEBU SETELAH APLIKASI BERBAGAI DOSIS

PUPUK DAUN

OLEH :

MEGAWATI

1422040449

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN

KEPULAUAN

2017

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

KELIMPAHAN SPORA MIKORIZA ARBUSKULA PADA RIZOSPER TEBU

SETELAH APLIKASI BERBAGAI DOSIS PUPUK DAUN

TUGAS AKHIR Disusun oleh

MEGAWATI NIM 1422040449

Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi pada Jurusan

Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

(3)

iii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Laporan : Kelimpahan Spora Mikoriza Arbuskula pada Rizosper Tebu Setelah Aplikasi Berbagai Dosis Pupuk Daun

Nama : MEGAWATI

NIM :1422040449

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

Telah Diuji Oleh Tim Penguji dan DinyatakanTelah Memenuhi Syarat Kelulusan

Disahkan Oleh: Tim Penguji

1. Dr. ZahraeniKumalawati, S.P., M.P.

2. Sitti Inderiati, S.P., Mbiotech.

3. Dr.Kafrawi, S.P., M.P.

(4)

iv RINGKASAN

MEGAWATI 1422040449, Kelimpahan Spora Mikoriza Arbuskula Pada Rizosper Tebu Setelah Aplikasi Berbagai Dosis Pupuk Daun. Dibimbing Oleh Zahraeni Kumlawati Dan Sitti Inderiati.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengeruh pemberian pupuk daun dengan dosis yang berbeda terhadap kelimpahan spora jamur mikoriza

Glomus sp. dan Acaulospora sp. pada rizosper tanaman tebu, yang diuji coba di

Lahan Percobaan dan Laboratorium Tanaman Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan pada bulan November 2016-Januari 2017. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan jumlah dosis pupuk daun (P) pada media bermikoriza, yaitu dosis 8 mg (P1), dosis 12 mg (P2) dan dosis 16 mg (P3). Masing-masing perlakuan pemberian pupuk daun diulang sebanyak empat kali dengan dua unit percobaan sehingga secara keseluruhan terdapat 24 unit percobaan. Pada akhir percobaan dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah dua jenis spora mikoriza tersebut. Perkembangen sidik ragam jumlah spora jamur mikoriza menunjukkan perbedaan nyata pada masing-masing perlakuan. Jumlah spora jamur mikoriza Glomus sp. lebih tinggi (86.00) pada dosis pupuk daun 8 mg (P1). Dan perkembangan jamur mikoriza Acaulospora sp. lebih tinggi (14.00) pada dosis 12 mg (P2) dan 16 mg (P3).

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa berkat rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Kelimpahan Spora Mikoriza Arbuskula Pada Rizosper Tebu Setelah Aplikasi Berbagai Dosis Pupuk Daun”.

Dengan selesainya laporan tugas akhir ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua, serta segenap keluarga yang telah memberikan bantuan meterial dan moril sehingga penulis dapa menyelesaikan percobaan dan laporan. Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Darmawan., M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Bapak Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunanpoliteknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Ibu Dr. Zahraeni kumalawati, S.P., M.P. selaku pembimbing I. 4. Ibu Sitti inderiati, S.P., Mbiotech selaku pembimbing II.

5. Seluruh bapak/ibu dosen, teknisi dan staf administrasi jurusan budidaya tanaman perkebunan

6. Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan XXVII.

Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis mengharapkan kritikaan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Pangkep,Juni 2017

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... iii

RINGKASAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. TanamanTebu (Saccharum Officinarum L.) ... 3

B. Mikoriza ... 4

C. Ekologi Mikoriza dan Simbiosisnya Dengan Tanaman ... 5

D. Jenis Mikoriza... 6

E. Pupuk ... 8

III. METODOLOGI ... 10

A. Waktu dan Tempat ... 10

B. Bahan dan Alat ... 10

C. Metode Percobaan ... 10

D. Pelaksanaan... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

A. Hasil ... 13 B. Pembahasan ... 14 V. PENUTUP ... 17 A. Kesimpulan ... 17 B. Saran ... 17 DAFTAR PUSTAKA ... 18 LAMPIRAN ... 20 RIWAYAT HIDUP ... 24

(7)

vii DAFTAR TABEL

NO Halaman

1. Rata-Rata Jumlah Spora Glomus sp. Berbagai Dosis Pupuk Cair .... 13 2. Rata-Rata Jumlah Spora Acaulospora sp. Berbagai Dosis Pupuk Cair

(8)

viii DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1a. Jumlah Spora Mikoiza Glomus sp. Berbagai Dosis Pupuk Cair ... 21 1b. Sidik Ragam Jumlah Spora Mikoriza Glomus sp. Berbagai Dosis Pupuk Cair

... 21 2a. Jumlah Spora Mikoriza Acaulospora sp.Berbagai Dosis Pupuk Daun 21 2b. Sidik Ragam Jumlah Spora Mikoriza Acaulospora sp. Berbagai Dosis Pupuk

Cair ... 21 4. Glomus sp. ... 22 5. Alat dan Bahan Yang Digunakan ... 23

(9)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) sebagai bahan baku industri gula merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Industri gula berbahan baku tebu merupakan salah satu sumber pendapatan ribuan petani tebu dan pekerja di industri gula. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah (BPS, 2015).

Permasalahan industri gula berpangkal pada empat hal utama yaitu: (1) ketidak efisienan di tingkat usaha tani; (2) ketidak efisienan di tingkat pabrik gula; (3) belum efektifnya kebijakan pemerintah guna mendorong perkembangan industri gula Indonesia; dan (4) industri dan perdagangan gula di pasar internasional yang sangat distortif. Masalah klasik pada tingkat usaha tani adalah rendahnya produktivitas dan rendemen (Susila, 2009). Pada tahun 2013 produksi gula nasional mencapai sekitar 2,55 juta ton/ha dan mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen pada tahun 2014 menjadi 2,58 juta ton/ha-1.

Sementara tahun 2015 produksi tebu mengalami penurunan sebesar 1,57 persen atau menjadi 2,53 juta ton/ha- dengan luas areal budidaya sekitar 455,82

ribu hektar (BPS, 2015).

Salah satu upaya untuk memacu produksi tanaman tebu adalah melalui peningkatan pemupukan. Namun, penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada lingkungan tanah dan perairan. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi untuk mengurangi penggunaan pupuk sehingga tingkat pencemaran dapat dikurangi. Salah satu alternatif suplai hara yang dapat dipilih serta aman bagi lingkungan adalah penggunaan pupuk hayati mikoriza.

(10)

2 Tanaman yang bermikoriza cenderung lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza. Setelah periode kekurangan air, akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa jamur yang hidup di permukaan akar tanaman mampu menyerap air yang ada pada pori – pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air.Penyerapan hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat (Setiadi, 2001).

Berdasarkan manfaat mikoriza bagi tanaman tersebut maka dilakukan percobaan untuk mengetahui hubungan simbiotik mikoriza dengan tanaman tebu. Hubungan simbiotik tersebut dapat diketahui melalui informasi kelimpahan spora mikoriza yang ada pada rizosper tanamandan dinamikanya akibat dosis pemupukan yang digunakan pada pemupukan tanaman tebu.

B. Tujuan dan Kegunaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair dengan dosis yang berbeda terhadap kelimpahan spora jamur mikoriza

Glomus sp. dan Acaulospora sp. pada rizosper tanaman tebu.

Hasil percobaan dapat dijadikan informasi dan acuan tentang aplikasi jamur mikoriza arbuskula (FMA) agar terbentuk simbiosis dengan tanaman yang merupakan simbiosis mutualisme.

(11)

3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tebu(Saccharum officinarum L.)

Tanaman tebu memiliki morfologi yang tidak jauh berbeda dengan tumbuhan yang berasal dari famili rumput-rumputan. Tanaman ini memiliki ketinggian sekitar 2-5 meter. Menurut Nadia (2012), morfologi tanaman tebu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :

a. Akar : berbentuk serabut, tebal dan berwarna putih

b. Batang : berbentuk ruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku, penampang melintang agak pipih, berwarna hijau kekuningan

c. Daun : berbentuk pelepah, panjang 1-2 m, lebar 4-8 cm, permukaan kasar dan berbulu, berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua

d. Bunga : berbentuk bunga majemuk, panjang sekitar 30 cm.

Pada bagian pangkal sampai pertengahan batang memiliki ruas yang panjang, sedangkan pada bagian pucuk memiliki ruas yang pendek. Pada bagian pucuk batang terdapat titik tumbuh yang penting untuk pertumbuhan meninggi. Selain itu terdapat lapisan berlilin di bagian bawah ruas dan pada ruas di bagian pucuk batang. Daun tanaman tebu merupakan jenis daun tidak lengkap, karena terdiri dari helai daun dan pelepah daun saja. Sendi segitiga terdapat di antara pelepah daun dan helaian daun. Pada bagian sisi dalamnya, terdapat lidah daun yang membatasi antara helaian daun dan pelepah daun. dalamnya terdapat buah, dan 3 benang sari. Kepala putiknya berbentuk bulu (Putri et al., 2010).

Menurut James (2004), tanaman tebu memiliki perakaran serabut yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekundar. Akar primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku tunas stek batang bibit. Karakteristik akar primer yaitu halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar sekunder adalah

(12)

4 akar yang tumbuh dari mata akar dalam buku tunas yang tumbuh dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang.

B. Mikoriza

Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosis mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan.Jamur memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan.sebaliknya fungi melalui hifa eksternal yang terdistribusi di dalam tanah dapat menyalurkan air, mineral dan hara tanah untuk membantu aktivitas metabolisme tumbuhan inangnya (Brundrett et al., 2008). Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang biak. Jamur mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit dan meningkatkan pertumbuhan (Hesti L dan Tata, 2009).

Sebagai mikroorganisme tanah, jamur mikoriza menjadi kunci dalam memfasilitasi penyerapan unsur hara oleh tanaman (Suharno dan Sufati, 2009). Peran jamur mikoriza adalah membantu penyerapan unsur hara tanaman, peningkatan pertumbuhan dan hasil produk tanaman. Jamur mikoriza meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan membantu memperluas fungsi perakaran dalam memperoleh nutrisi (Garg dan Chandel, 2010). Secara khusus, jamur mikoriza berperan penting dalam meningkatkan penyerapan ion dengan tingkat mobilitas rendah, seperti fosfat (PO43-) dan amonium (NH4+) dan unsur hara tanah yang relatif immobil lain seperti belerang (S), tembaga (Cu) dan juga Boron (B). Mikoriza juga meningkatkan luas permukaan kontak dengan tanah, sehingga

(13)

5 meningkatkan daerah penyerapan akar hingga 47 kali lipat. Jamur mikoriza tidak hanya meningkatkan laju transfer nutrisi di akar tanaman inang, tetapi juga meningkatkan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik (Smith et al., 2008). Jamur mikoriza mampu membantu mempertahankan stabilitas pertumbuhan tanaman pada kondisi tercemar. Selain itu asosiasi FMA pada tanaman juga merangsang ZPT seperti IAA (indole acetic acid), sitokinin, auksin, gibberalin dan asam-asam organik dari akar (Kemas, 2005).

C. Ekologi Mikoriza dan Simbiosisnya dengan Tanaman

Secara umum jamur mikoriza hidup di daerah tropika.Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman.

Asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza menyebabkan terbentuknya luas serapan yang lebih besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara, terutama unsur hara seperti P, Cu dan Zn. Selain itu juga menyebabkan tanaman lebih toleran terhadap keracunan logam, serangan penyakit khususnya patogen akar, kekeringan, suhu tanah yang tinggi dan kondisi pH yang tidak sesuai.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan spora jamur mikoriza. Kondisi lingkungan dan edafik yang sesuai untuk perkecambahan biji dan pertumbuhan akar tumbuhan biasanya juga cocok untuk perkecambahan spora cendawan. Cendawan pada umumnya memiliki

(14)

6 ketahanan yang cukup baik pada rentang faktor lingkungan fisik yang lebar. Jamur mikoriza tidak hanya dapat berkembang pada tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada sawah. Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya, cendawan mikoriza masih memperlihatkan eksistensinya (Subiska, 2002).

Ekosistem alami jamur mikoriza di daerah tropika dicirikan oleh keragaman spesies yang sangat tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza. Hutan alami yang terdiri dari banyak spesies tumbuhan dan umur seragam sangat berpengaruh terhadap jumlah dan keragaman jamur mikoriza. Akumulasi perubahan lingkungan mulai dari penebangan hutan, pembakaran, kerusakan struktur dan pemadatan tanah akan mengurangi propagula cendawan mikoriza. Efektivitas jamur mikoriza dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik seperti konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur, pengolahan tanah dan penggunaan pupuk atau pestisida serta faktor biotik seperti spesies cendawan, tumbuhan inang, tipe perakaran tumbuhan inang dan kompetisi antara cendawan mikoriza (Subiska, 2002).

D. Jenis-Jenis Mikoriza

Mikoriza arbuskula jenis paling umum yang berasosiasi dengan sebagian besar tanaman, rumput,forbdan banyak pohon serta jamur pada divisi

Zygomycota. Berdasarkan struktur dan cara fungi mikoriza menginfeksi akar,

dapat dibedakan kedalam tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza.

1. Ektomikoriza

Ektomikoriza (mikoriza ektotropik) jamur yang menginfeksi tidak masuk kedalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel jaringan

(15)

7 korteks membentuk struktur seperti jaringan hartiq, akar yang terinfeksi membesar, bercabang, hifa menjorok keluar. Biasanya juga meyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim. Kebanyakan jamur membentuk mikoriza adalah Basidiomicetes (family Aminitaceae, Boletace ae, Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizipongonaceae dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo daro Ascomycetes terutama Eurotiales, Tuberales, Pezizales dan Helotiales mempunyai spesies yang diduga membentuk ektomikoriza (Mansur et al, 2012).

2. Endomikoriza

Endomikoriza (endotropik) merupakan jamur yang menginfeksi masuk kedalam jaringan sel korteks dari akar serabut (feeder roots) serta akar yang terinfeksi tidak membesar. Pada jenis endomikoriza, jaringan hifa cendawan masuk kedalam sel korteks akar Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk miselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. Jamur juga membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesikel dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuscular, sehingga endomikoriza disebut juga vesicular-arbuscular micorrhizae VAM atau FMA. FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) adalah struktur sistem perakaran yang terbentuk sebagai maniferstasi adanya simbiosis mutualistik antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza)(Mansur et al, 2012). Sebagai contoh jenis Glomus dan Acaulospora.

a. Genus Glomus

Glomus sp. adalah genus mikoriza dari famili Glomaceae. Genus ini

memiliki keberagaman jenis tertinggi dari yang lain. Beberapa ciri khas dari genus ini yaitu spora terbentuk secara tunggal ataupun berpasangan dua pada

(16)

8 terminal hifa nongametangium yang tidak berdiferensiasi dalam sporokarp. Pada saat dewasa spora dipisahkan dari hifa pelekat oleh sebuah sekat, spora berbentuk globos sub-globos, ovoid ataupun obovoid dengan dinding spora terdiri dari lebih dari satu lapis, berwarna hyaline (transparan) sampai kuning, merah kecoklatan, coklat dan hitam., dengan ukuran rata-rata 259 µm (Florentina, 2013).

b. Genus Acaulospora

Acaulospora sp. adalah genus mikoriza yang termasuk dalam famili

Acaulosporaceae. Genus ini memiliki beberapa ciri khas antara lain yaitu memiliki dinding spora tiga lapis, spora terbentuk di sisi samping leher sporiferous saccule, berbentuk globos hingga elips, berwarna dominan kuning hingga merah, berukuran antara 279 μm (Florentina, 2013).

3. Ektendomikoriza

Ektendomikoriza (Mikoriza ektendotropik), merupakan jamur yang strukturnya terdiri karena asosiasi jamur mikoriza dengan akar tumbuhan, sehingga pada terbentuk hifa dan mampu berkembang ke dalam sel-sel korteks akar tumbuhan dan memiliki ciri dari kedua yang terdahulu yaitu ektomikoriza dan

endomikoriza.

E. Pupuk

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk juga berfungsi untuk menambah kandungan unsur hara yang kurang tersedia di dalam tanah, serta dapat memperbaiki daya tahan tanaman. Selama proses pemupukan terjadi pelepasan satu atau lebih dari jenis

(17)

9 kation dalam tanah, ion – ion bebas yang terlepas dapat diserap dengan mudah oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan tanaman (Hananto, 2012).

Berdasarkan bentuknya, pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk padat berupa padatan yang mempunya kelarutan yang beragam mulai mudah larut air sampai yang sukar larut serta diaplikasikan kedalam tanah disekitar akar akar agar mudah diserap oleh akar tanaman. Pupuk yang berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke dauntanaman (Sutedjo, 2008).

(18)

10 III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Pecobaan dilaksanakan dilahan percobaan dan Laboratorium Tanaman Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan pada bulan November 2016-Januari 2017.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan yaitu pupuk daun (Growmore NPK 32:10:10), larutan gula pasir, tanah yang sudah tercampur jamur mikoriza Glomus sp. dan Acaulospora sp. dan setek batang tebu. Alat-alat yang digunakan adalah 1 unit alat saring mikroba terdiri atas 3 buah ayakan yaitu, saringan 53 mesh, 75 mesh, dan 212 mesh, sentrifuge, labu ukur, cawan petri, labu semprot, mikroskop dan pipet.

C. Metode Percobaan

Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan dosis pupuk daun (P) pada media tanam bermikoriza,yaitu dosis 8mg (P1), dosis 12mg (P2) dan dosis 16mg (P3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali yang terdiri dua tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 24 unit percobaan. Media yang digunakan untuk penanaman setek berupa tanah yang telah diinokulasikan dengan jamur mikoriza

Glomus sp. dan Acaulospora sp.Pada akhir percobaan dilakukan pengamatan

(19)

11 D. Pelaksanaan

1. Penanaman dan Pengaplikasian Pupuk

Setek satu mata tunas ditanam pada tanah yang telah diinokulasi dengan jamur mikoriza dalam polybag ukuran 10x15 cm, masing-masing polybag diberi label sesuai dengan perlakuan dan diatur dalam3 kelompok. Setek dipelihara selama dua minggu hingga semua setek bertunas. Setelah bibit berumur dua minggu pupuk diaplikasi sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan yaitu: P1 = 8 mg/tanaman, P2 = 12 mg/tanaman dan P3 = 16 mg/tananam. Pemupukan dilakukan empat kali selama percobaan dengan membagi dosis pemupukan tersebut menjadi empat kali aplikasi.

2. Ekstraksi (metode wet sieving)

Tanah dari rizosper tanaman tebu dimasukkan kedalam wadah kantong plastik kemudian dibawa ke laboraturium untuk dilakukan pengamatan spora jamur mikoriza. Tanah sampel dari setiap perlakuan sebanyak 100 g dicampur dengan 1000 ml air, diaduk sampai butiran-butiran tanah hancur kemudian didiamkan sampai larutan menjadi agak bening dan semua tanahnya mengendap. Selanjutnya disaring dalam satu set saringan dengan ukuran 212 mesh, 75 mesh, dan 53 mesh, secara berurutan dari atas ke bawah. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali. Spora yang tertampung pada saringan 53 dan 212 mesh disemprot dengan air dan ditampung didalam gelas ukur hingga volume airnya mencapai 15 ml, kemudian diberi label. Hasil saringan dimasukkan kedalam setrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Setelah 5 menit lalu diangkat, airnya dibuang sebagian sehingga tersisa hanya 1 ml dan ditambahkan larutan gula sebanyak 5-7 ml kemudian disentrifuge kembali dengan kecepatan 1200 rpm selama 2 menit. Selanjutnya larutan tersebut

(20)

12 dituang ke dalam saringan ukuran 53 mesh, saringan disemprot dengan air untuk mengumpulkan spora yang menempel pada saringan. Endapan yang tersisa dalam saringan tersebut dituang ke dalam cawan petri.

3. Perhitungan jumlah spora jamur mikoriza

Perhitungan spora jamur mikoriza dilakukan dengan meletakkan cawan petri dibawah mikroskop dan kertas grafik diletakkan dibawah cawan untuk memudahkan perhitungan spora. Kertas grafik tersebut sebelumnya diberi garis sebanyak sepuluh kolom dengan jarak antar kolom 1 cm dan diberi angka. Pengamatan dimulai dari angka satu dan seterusnya mengikuti alur dari atas kebawah dengan bantuan mikroskop pembesaran 10 kali. Spora yang memiliki warna dan bentuk yang sama dihitung jumlahnya sebagai spora dari satu jenis jamur.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Farial, dkk (1997), yang menyatakan bahwa besarnya pendapatan usahatani kelapa hibrida berpengaruh nyata

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ervina (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis discovery learning efektif untuk

Berdasarkan Berita 55/ULPD/WII.5/BC.NUNUKAN/ oleh Kelompok Kerja (Pokja) tanggal 14 Juni 2016 melalui. Pelelangan Umum Pascakualifikasi Pembangunan Rumah

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa KIT praktikum tetrmodinamika berbasis STEM layak digunakan sebagai

Berdasarkan hasil kajian penanganan ruas jalan Bulu - Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data Falling Weight Deflectometer dan survei mata Garuda,

Secara rinci Gambar 6 menunjukkan grafik ketersediaan sumber daya air dan kebutuhan air untuk dua pengelolaan air yang berbeda yaitu sawah konvensional dengan

3 Saya selalu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan 4 Didalam meyelesaikan pekerjaan Saya sering. meminta bantuan kepada

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah jumlah ikan berdasarkan kelas ukuran, kepadatan populasi, morfometrik, distribusi, pola pertumbuhan, dan korelasi