• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan dalam olahraga. Sudah menjadi keharusan bagi atlet dalam olahraga yang bersifat kompetitif, baik dalam latihan maupun pertandingan mengeluarkan segala kemampuan yang dimilikinya, energi maksimal yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang maksimal, prestasi yang maksimal. Dampaknya tentu akan menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang akan menimbulkan berbagai dampak negatif jika keadaan tersebut dibiarkan diantaranya penurunan performa yang akan berujung pada penurunan prestasi.

Kelelahan (fatigue) adalah suatu fenomena fisiologis, terjadinya penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Secara umum kelelahan dibagi dalam 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja mental sedangkan kelelahan fisik adalah kelelahan yang disebabkan oleh kerja fisik atau kerja otot. Kelelahan dapat menyebabkan menurunnya kapasitas kerja fisik yang disebabkan oleh karena melakukan pekerjaan tersebut. Menurunnya kapasitas kerja akan berpengaruh pada menurunnya kualitas dan kuantitas seorang atlet. Penyebab kelelahan sangat spesifik bergantung pada karakteristik kerja tersebut. Penyebab kelelahan dapat ditinjau dari aspek anatomi berupa kelelahan sistem saraf pusat, neuromuscular, dan otot rangka serta dari aspek fungsi berupa kelelahan elektrokimia, metabolik, berkurangnya substrat energi, hiper/hipotermia dan dehidrasi. Terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan timbulnya kelelahan otot diantaranya penimbunan asam laktat merupakan penyebab timbulnya kelelahan, akibat penimbunan H+ bebas yang berasal dari hasil Hidrolisis ATP dan glikolisis anaerob pada otot

(2)

yang berolahraga. Hal ini disebabkan kemampuan tubuh dalam menetralisir tumpukan asam laktat tidak sebanding dengan kecepatan asam laktat yang terbentuk akibat beratnya aktivitas olahraga yang dilakukan.

Dalam olahraga pemenuhan energi jaringan otot akan memperolah energi melalui pemecahan Adenosine Triphosphate (ATP). Energi yang digunakan berasal dari simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein. Molekul ATP tersebut akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Penggunaan simpanan-simpanan energi di dalam tubuh beserta jalur metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga.

Secara umum pemenuhan energi dalam aktivitas olahraga akan dapat berjalan melalui dua proses yaitu anaerobik maupun aerobik. Untuk cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dengan waktu relatif singkat sistem energi yang digunakan adalah anaerobik, sedangkan pada cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan berlangsung relatif lama sistem energi yang digunakan adalah aerobik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses metabolisme energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses metabolisme energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas aerobik biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama. Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat, namun tidak dapat dilakukan secara kontinyu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas anaerobik biasanya akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali.

(3)

Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik serta jalur metabolisme aerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ± 90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat namun metabolisme energi secara anaerobik hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik yaitu 2 ATP melalui proses anaerobik vs 36 ATP melalui proses aerobik per 1 molekul glukosa. Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda dengan proses

metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot, menyebabkan kelelahan dan rasa nyeri pada otot. Asam laktat akan menurunkan pH di dalam otot maupun darah. Penurunan pH ini akan menghambat dan menurunkan kerja enzim-enzim dan mengganggu reaksi kimia di dalam sel otot. Keadaan ini akan menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan (Ilhamjaya, 2000:6). Akumulasi asam laktat yang terbentuk di dalam otot ini bisa dikonversi menjadi energi. Asam laktat akan diangkut ke hati diubah menjadi asam piruvat yang selanjutnya masuk dalam siklus krebs untuk menghasilkan molekul Adenosine Triphosphate (ATP).

(4)

Pada olahraga kompetitif atlet terkadang dihadapkan dengan jadwal kompetisi yang begitu padat yang juga akan berimplikasi pada padatnya jadwal latihan. Dalam kondisi ini pelatih harus sebisa mungkin mengembalikan kondisi atlet ke keadaan sebelum latihan atau pertandingan untuk menghadapi pertandingan berikutnya tanpa adanya kelelahan yang berarti. Oleh sebab itu setelah melakukan latihan atau pertandingan hendaknya dilakukan pemulihan. Fase pemulihan ini sangat dibutuhkan oleh tubuh guna mengembalikan kondisi tubuh kekeadaan awal sebelum melakukan latihan atau pertandingan. Menurut Haryanto dalam Purnomo (2011:156) bahwa fase pemulihan ada dua yaitu pemulihan aktif dan pasif. Fase pemulihan ini sangat kompleks dengan lamanya pemulihan setiap orang berbeda sesuai dengan jenis fungsi biologis masing-masing. Selama ini lamanya fase pemulihan telah dijadikan pegangan untuk menentukan derajat kebugaran serta penentuan beban latihan seseorang. Menurut Sukarman dalam Purnomo (2011:156) bahwa dilihat dari fasenya fungsi biologis pada latihan terbagi menjadi tiga fase yaitu fase sebelum latihan, fase latihan dan fase setelah latihan atau pemulihan. Fase pemulihan adalah masa pengembalian kondisi tubuh pada keadaan sebelumnya. Selama ini fase pemulihan yang digunakan adalah pemulihan sistem kardiovaskuler dan sistem metabolisme energi. Pemulihan fungsi kardiovaskuler pada tingkat sistem dapat berlangsung dalam skala menit, pemulihan sistem metabolisme energi dapat berlangsung dalam skala jam dan pemulihan cadangan glikogen dalam skala hari. Sedangkan dilihat dari perubahan biokimia pemulihan asam laktat adalah berkisar 60 menit. Pemulihan aktif atau biasanya disebut pendinginan dilakukan dengan olahraga ringan atau olahraga dengan intensitas rendah seperti jogging dan berjalan untuk mencegah keram otot, kekakuan dan memfasilitasi proses pemulihan. Sebaliknya pemulihan pasif seseorang hanya duduk atau berbaring tanpa adanya aktivitas lain.

Selain itu ada beberapa metode-metode yang bisa diterapkan untuk memulihkan atlet dari kelelahan secepat mungkin sehingga atlet tersebut dapat menampilkan kembali performa terbaik. Terapi yang menggunakan air dingin

(5)

sebagai medianya dikenal dengan nama cold therapy (terapi dingin). Terapi dingin (cold therapy) merupakan modalitas fisioterapi yang banyak digunakan pada fase akut cedera olahraga. Pada fase akut, penerapan terapi dingin dapat menurunkan suhu kulit, jaringan kulit dan suhu otot. Penurunan suhu ini dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pada arteriola dan venula, penurunan kepekaan akhiran saraf bebas dan penurunan metabolisme dan hasil metabolisme sel sehingga mengakibatkan penurunan kebutuhan oksigen sel, penurunan pembengkakan dan peradangan sehingga membatasi tingkat cedera. Secara klinis keseluruhan proses tadi dapat mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan resiko kematian sel. Menurut Ascensao, et al (2011:218) menyatakan bahwa terapi dingin dapat menyebabkan penurunan metabolisme, vasokonstriksi lokal, penurunan kejang otot, penurunan efek inflamasi, penurunan nyeri, dan penurunan kecepatan konduksi saraf.

Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10°C) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini disebabkan oleh aksi refleks dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf otonom dan pelepasan epinehrin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit (Arovah, 2010:23). Periode ini dikenal sebagai respon hunting. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan (Arovah, 2010:23). Selain menimbulkan vasokontriksi, sensasi dingin juga menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang nyeri. Aplikasi dingin juga dapat mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme seperti asam laktat menjadi berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat mengurangi kelelahan dan menurunkan spasme otot.

Berbagai bentuk metode seperti ice massage, ice pack, cold bath, vapocoolant spray dan cyrokinetics digunakan untuk mengatasi peradangan dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk pemulihan. Cold bath adalah

(6)

berendam sebagian atau keseluruhan tubuh dengan air dingin pada suhu tertentu selama beberapa menit untuk mengurangi sisa metabolisme (asam laktat).

Pria dan wanita dapat kita bedakan dari segi fisik, baik secara anatomis maupun secara fisiologis (fungsi tubuh). Perbedaan anatomi ini menyebabkan pria lebih mampu melakukan aktivitas jasmani dan olahraga yang memerlukan kekuatan dan dimensi lain yang lebih besar. Secara fisik, pria dewasa rata-rata 7-10 % lebih besar daripada wanita. Perbedaan ukuran itu sangat kecil terlihat pada anak-anak sampai usia pubertas.

Pengaruh hormon testosteron mengakibatkan pria tumbuh lebih tinggi, gelang bahu yang lebih luas, panggul lebih sempit dan tungkai lebih panjang. Sedangkan pengaruh hormon estrogen mengakibatkan wanita berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas relatif terhadap tinggi badannya. Pada wanita terjadi penimbunan lemak selama masa pubertas sedangkan pada pria terjadi perkembangan otot. Sehingga wanita dewasa mempunyai lemak sekitar dua kali lebih besar daripada pria. Pria mempunyai darah yang kurang lebih satu liter lebih banyak daripada wanita. Selain itu dimensi jantung pada pria lebih besar sehingga volume sedenyut lebih besar, volume paru-paru pria lebih besar 10 % daripada wanita.

Pada wanita dan pria yang terlatih tidak terlihat perbedaan secara fisiologis. Latihan kekuatan yang sistemik dapat meningkatkan diameter serabut otot dan massa total ototnya. Kandungan lemak dalam tubuh menurun sebagai respon terhadap latihan. Banyak atlet wanita dalam olahraga yang memerlukan daya tahan mempunyai kandungan lemak yang sedikit. Lemak tubuh yang tinggi menjadi hambatan bagi kegiatan fisik yang bersifat weight bearing, tetapi meningkatkan daya apung pada renang. Pria dan wanita yang melakukan olahraga yang sama akan memiliki kapasitas aerobik (VO2max) dengan

perbedaan yang lebih kecil daripada sesama jenis kelamin yang melakukan olahraga berbeda. Keikutsertaan wanita dalam aktivitas jasmani dan olahraga berdampak positif pada kemampuan aerobik mereka oleh karena meningkatnya VO2max, pengambilan oksigen dan kapasitas ventilatori. Wanita dapat

(7)

memperoleh kekuatan maksimal melalui peningkatan aktivasi otot, fleksibilitas meningkat yang berkaitan dengan peningkatan luas gerakan dan barangkali peningkatan fungsi kekebalan. Sebetulnya pria mempunyai keuntungan sampai 50 % dalam hal massa tubuh, volume jantung dan darah, serta hemoglobin yang tinggi. Tetapi perbedaan itu sebesar 10 % apabila dinyatakan dalam satuan berat badan. Atlet wanita yang berlatih baik mempunyai kemampuan mentoleransi hipoxia, ketinggian dan stres panas yang sama dengan pria yang terlatih.

Permainan bola voli adalah olahraga yang dapat dimainkan oleh anak-anak sampai orang dewasa baik perempuan maupun laki-laki. Prinsip permainan bolavoli adalah memainkan bola dengan divoli (dipukul dengan anggota badan) dan berusaha menjatuhkan bola kelapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net serta mempertahankan agar bola tidak jatuh di lapangan sendiri. Lapangan permainan bola voli berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 18 m x 9 m, lapangan dibagi dua ukuran yang sama oleh sebuah garis tengah yang di atasnya dibentangkan net dengan ketinggian 2,44 untuk pemain putra dan 2,24 untuk pemain putri serta terdapat dua garis serang pada masing-masing petak yang berjarak 3 m dari garis tengah.

Jumlah pemain dalam setiap regu yang sedang bermain adalah 6 orang dan 6 orang lagi sebagai cadangan. Penilaiannya, regu yang gagal menyeberangkan bola (mati) lawan dapat nilai (rally point) dan servis dilakukan bagi regu yang memperoleh nilai serta dilakukan di belakang garis lapangan sendiri. Setiap regu tidak diperkenankan memainkan bola lebih dari tiga kali sentuhan sebelum bola melewati net kecuali bendungan (block). Selama bola dalam permainan semua pemain tidak boleh menyentuh net dan melewati garis tengah masuk ke daerah lawan. Penentuan kemenangan pada permainan ini dinyatakan bila salah satu regu mendapat nilai 25 pada setiap setnya dan mencari selisih 2 angka bila terjadi nilai 24-24 (deuce) sampai tak terbatas. Bila terjadi kedudukan yang sama (2-2) maka set ke lima hanya sampai pada nilai 15 dan bila terjadi nilai 14-14 (deuce) maka mencari selisih angka 2 sampai tak terbatas. Sedangkan penentuan

(8)

kemenangan pertandingan bila salah satu regu menang dengan 3 set, misalnya 3-0, 3-1, atau 3-2.

Permainan bolavoli mempunyai beberapa macam teknik dasar, yaitu: 1) teknik servis; 2) teknik pas bawah; 3) teknik pas atas; 4) teknik umpan; 5) teknik smash; dan 6) teknik bendungan (block) (Suharno, 1982:14). Permainan bola voli modern banyak diwarnai dengan power-power tinggi. Tidak jarang pemain melakukan servis dengan meloncat semaksimal mungkin dan memukul bola sekeras mungkin. Setelah bola servis diterima selanjutnya diumpankan, dismash dengan loncatan semaksimal mungkin dan pukulan sekeras mungkin. Bola smash dari lawan akan diblock oleh pemain depan yang semua berusaha meloncat setinggi mungkin agar kedua tangan dapat mengurung bola masuk di atas lapangan lawan. Dengan kata lain pemain sering bergerak dengan penuh kekuatan, kecepatan, maupun power.

Menurut Janssen (1993:58), latihan intensif dengan kadar laktat yang tinggi dapat mengganggu kapasitas koordinasi. Koordinasi sangat diperlukan oleh cabang olahraga yang banyak memerlukan keterampilan teknis sehingga latihan tidak dilakukan pada kadar laktat 6 – 8 mM/L. Dalam permainan bolavoli rally adalah bola dalam keadan dimainkan oleh kedua regu atau waktu antara bola mati sampai dilakukan servis. Ketika bola rally beberapa pemain dituntut untuk melakukan aktivitas dengan intensitas maksimal karena harus meloncat beberapa kali dan memukul bola yang cukup keras. Setelah peraturan penilaian dalam bolavoli menggunakan rally point, pertandingan bolavoli rata-rata hanya memerlukan waktu sekitar 90 menit sedangkan jika pertandingan lima set memerlukan waktu sekitar 120 menit. Dalam penilaian sistem lama, pertandingan dapat berjalan lebih dari 180 menit. Turnamen yang dilakukan marathon selama sepekan dibatasi jumlah pertandingannya yaitu tidak boleh lebih dari delapan kali. Dalam waktu satu hari, satu regu tidak diperbolehkan bertanding lebih dari dua kali.

Pada pertandingan tingkat nasional di Indonesia, tidak jarang di awal pertandingan ke dua regu tampil dengan gerakan-gerakan yang sangat dinamis.

(9)

Setelah bola mati para pemain masih berlari ke sana ke mari dengan intensitas tinggi. Setelah pertengahan set pertama atau memasuki set ke dua, kedua regu tampak bermain lamban. Dapat dipastikan bahwa kelelahan disebabkan oleh terakumulasinya asam laktat pada setiap pemain. Dengan meningkatnya asam laktat maka pH dalam sel otot akan menurun. Menurunnya pH akan mengganggu fungsi enzim dalam bekerja terutama ATPase yang berfungsi untuk memecah ATP. Enzim akan bekerja dengan baik pada pH 5 – 9. Tingkat keasaman atau pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.

Sebagai gambaran, dilakukan pengamatan pendahuluan oleh peneliti terhadap 12 atlet putra dan 12 atlet putri untuk melihat kadar asam laktat setelah pertandingan. Pertandingan bersifat uji coba dengan menggunakan 3 set. Dari hasil pengamatan diperoleh rata-rata kadar asam laktat atlet putra sebelum pertandingan 1,4 mmol/L dan pada atlet putri 1,2 mmol/L. Setelah pertandingan diperoleh rata-rata kadar asam laktat atlet putra 13,2 mmol/L dan atlet putri 11,8 mmol/L. dari hasil ini bisa dilihat bahwa kadar asam laktat yang terbentuk jauh dari kadar asam laktat yang dapat ditoleransi secara umum yaitu 4 mmol/L. Oleh karena itu perlu dilakukan recovery yang memadai untuk mengembalikan kadar asam laktat ke keadaan normal.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melihat efektifitas active recovery atau pemulihan aktif dan cold bath ditinjau dari jenis kelamin yang diharapkan dapat menunjukkan hasil terhadap penurunan kadar asam laktat setelah melakukan latihan intensitas maksimal. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Perbedaan Pengaruh Active recovery dan Cold Bath Pasca Latihan Intensitas Maksimal Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau dari Jenis Kelamin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh metode active recovery dan cold bath terhadap kadar asam laktat?

(10)

2. Adakah perbedaan kadar asam laktat antara laki-laki dan perempuan?

3. Adakah pengaruh interaksi antara metode recovery dan jenis kelamin terhadap kadar asam laktat?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas beberapa teknik atau metode recovery pasca latihan intensitas maksimal pengaruhnya terhadap kadar asam laktat.

2. Tujuan Khusus:

a) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode active recovery dan cold bath terhadap kadar asam laktat.

b) Untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat antara laki-laki dan perempuan.

c) Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara metode recovery dan jenis kelamin terhadap kadar asam laktat.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan dalam bidang fisiologi olahraga tentang teknik atau metode recovery pengaruhnya terhadap kadar asam laktat untuk menghilangkan kelelahan otot.

2. Untuk memperoleh data yang empirik tentang pengaruh metode active recovery dan cold bath terhadap kadar asam laktat pasca latihan intensitas maksimal ditinjau dari jenis kelamin.

3. Sebagai pedoman bagi seluruh pelaku olahraga dan masyarakat pada umumnya tentang metode recovery yang efisien untuk menjauhkan atlet dari kelelahan agar tetap terjaga pada performa yang terbaik.

4. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mempelajari manfaat metode active recovery dan cold bath terhadap kadar asam laktat pasca latihan intensitas maksimal.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah desain usulan dibuat, maka dilakukan evaluasi desain usulan dengan menggunakan metode WEBUSE, hasil nilai dan level usability yang didapatkan pada desain

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Bahwa dengan ditetapkannya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari jejaring Facebook. Mereduksi data yang dilakukan dengan memilih tuturan-tuturan yang diprediksi memiliki implikatur dan

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Dalam buku Pedoman Penanggulangan Banjir Bidang Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta, juga dijelaskan bahwa seluruh petugas kesehatan tersebut harus selalu siap siaga 24 jam

Untuk meningkatkan effisiensi dan efektifitas pembelajaran IPBA melalui teleskop, dirancang perangkat sistem jaringan akuisisi astronomi yang menyambungkan komputer