• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3x24 jam setelah dilakukan perawatan di rumah sakit. Salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih. Infeksi nosokomial saluran kemih paling sering disebabkan oleh pemasangan dower kateter yaitu sekitar 40% (Heather, 2001).

Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi dirumah sakit, sejumlah 40% infeksi nosokomial adalah ISK dan 80% ISK terjadi setelah terpasang kateterisasi (Darmadi, 2008). Infeksi saluran kemih adalah episode bakteriuria signifikan yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme yang mengenai saluran kemih bagian atas atau bagian bawah (Grace & Borley, 2007). Terjadinya bakteriuria dapat dipengaruhi beberapa faktor pencetus. Pada umumnya faktor pencetus mencakup ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara lengkap, penurunan mekanisme alamiah dari penjamu dan peralatan yang dipasang pada saluran kemih seperti kateter urine. Sebagian besar (80%) dari faktor pencetus bakteriuria diperoleh di rumah sakit dikarenakan kateter urine (Smeltzer & Bare , 2008).

Secara umum faktor risiko ini dibagi menjadi 2 faktor, faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin, penyakit, virulensi kuman dan faktor risiko yang dapat diubah antara lain prosedur pemasangan kateter, perawtaan kateter, lama penggunaan kateter, ukuran dan tipe kateter, personal hygiene dan asupan cairan. (Artika, 2012)

(2)

Penelitian (Kasmad, 2010) tentang kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nasokomial untuk menekan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih akibat pemasangan kateter perlu adanya peningkatan kualitas perawatan kateter sesuai dengan standar prosedur perawatan dan prosedur pencegahan infeksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Tsuchida, 2008) pada rumah sakit umum di Jepang, bahwa perawatan kateter dengan pembersihan area perineal yang dilakukan rutin setiap hari dapat menurunkan insidens bakteriuria sekitar 50% . sedangkan perawatan kateter yang tidak rutin dilakukan setiap hari relatif beresiko 2,49 kali terhadap bakteriuria.

Perineal hygiene adalah didefinisikan sebagai sebagai perawatan kulit untuk daerah antara vulva dan anus pada wanita dan skrotum dan anus pada pria (Costello, 1997)

Perineal hygiene merupakan salah satu bagian dari perawatan diri selain mencuci tangan, mandi secara teratur, menyikat gigi secara teratur, membersihkan hidung dan perawatan kuku. Tujuan dari perineal hygiene adalah untuk membersihkan sekret dan menghilangkan bau tidak sedap dari perineum, untuk mencegah terjadinya infeksi dan meningkatkan kenyamanan (Kozier et, al, 2004). Kebersihan perorangan ( personal hygiene ) merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan ( health promotion ). Sehingga dibutuhkan upaya pencegahan masalah infeksi pada pasien yaitu dengan perawatan perineal hygiene pada pasien yang terpasang kateter.

Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara berkesinambungan mulai dari pasien membutuhkan pelayanan sampai pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara produktif untuk dirinya sendiri dan orang lain. Ketidakmampuan pasien, kurangnya pengetahuan, kondisi penyakit, serta motivasi diri selama menjalani perawatan di rumah sakit

(3)

dapat mengganggu proses pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien (Kusnanto, 2004)

Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada (Asmadi, 2008). Peran menurut (Lilweri, 2002) adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan posisi atau kedudukannya dalam suatu sistem. Selain itu peran adalah bentuk dari perilaku yang di harapkan dari seseorang pada situasi atau sistem sosial tertentu. Sama halnya dalam sistem keperawatan, aktifitas perawat meliputi berbagai macam peran. Peran tersebut adalah peran sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider),pendidik (educator), Advokator bagi individu dan keluarga.

Perawat memegang peranan penting dalam layanan kesehatan kepada masyarakat secara umum, dan terutama kepada pasien dan keluarga. Salah satu peran perawat yang sangat penting bagi pasien dan keluarga adalah peran sebagai educator. Berdasarkan hasil penelitian (Naitboho, 2012) di RS Paru dr. ario wirawan Salatiga didapatkan bahwa perawat belum fokus dalam menjalankan perannya sebagai educator dalam hal pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga. Aktivitas perawat kebanyakan sebagai pelaksana advis dokter dalam hal pemberian terapi kesehatan (care giver). Meskipun demikian, perawat sering memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga.

Peran perawat sebagai advokat pasien adalah member informasi dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apa pun yang dibuat pasien, memberi informasi berarti menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan pasien, memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan nonaksi. (Sulandra, 2008). Hasil penelitian (Mubaroq, 2011) menunjukkan bahwa sebanyak 40% responden (42 orang) melaksanakan perannya sebagai advokat pada pasien dalam kategori baik dan sebanyak 30% responden (28 orang) melaksanakan perannya sebagai advokat pada pasien dalam kategori kurang.

(4)

Peran perawat sebagai care provider, advokasi dan edukator harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak hanya berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan preventif seperti pelaksanaan perineal hygiene.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 24 april 2013 melalui observasi pada 5 orang pasien yang terpasang kateter di Ruang khadijah dan umar ditemukan kondisi 2 orang terlihat bersih, 2 orang pada daerah perineal yang nampak kotor dan bau, 1 orang daerah nampak perineal berkerak. Berdasarkan keterangan pasien hal ini terjadi karena kurangnya bantuan dari perawat untuk melakukan perawatan pada daerah organ vital.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Studi diskriptif peran perawat dalam pelaksanaan perineal hygiene pada pasien rawat inap yang terpasang kateter di RS Roemani Semarang”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran perawat dalam pelaksanaan perineal hygiene pada pasien rawat inap yang terpasang kateter di RS Roemani Semarang.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mendeskripsikan peran perawat sebagai care provider dalam pelaksanaan perineal hygiene pada pasien rawat inap yang terpasang kateter di RS Roemani

b. Untuk mendeskripsikan peran perawat sebagai advokat dalam pelaksanaan perineal hygiene pada pasien rawat inap yang terpasang kateter di RS Roemani

(5)

c. Untuk mendeskripsikan peran perawat sebagai edukator dalam pelaksanaan perineal hygiene pada pasien rawat inap yang terpasang kateter di RS Roemani

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini :

1. Bagi Instansi RS Roemani Semarang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, sehingga dapat melayani atau memberikan asuhan keperawatan yang holistik. 2. Bagi Profesi Keperawat

Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan hygiene pada pasien dalam perbaikan kualitas pelayanan.

3. Bagi Institusi Pendidikan UNIMUS

Sebagai penambahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti bagi peneliti, yaitu sebagai dasar untuk melakukan penelitian sejenis terutama yang berhubungan dengan Peran Perawat dalam Pelaksanaan Perineal Hygiene di Rumah Sakit

E. Bidang Keilmuan

(6)

F. Keaslian Penelitian

Judul Nama

pengarang

Desain Hasil Penelitian

Peran perawat dalam Pelaksanaan personal hygiene menurut persepsi pasien imobilisasi fisik Dina Sulistyowati dan Fitria Handayani

Studi Deskriptif Hasil penelitian sebanyak 77 responden (54,6%) mengatakan baik dan sebanyak 64 responden (45,4%) mengatakan buruk Tingkat pengetahuan perawat UGD RSD dr. R Soedarsono Pasuruan tentang peran perawat (care giver) terhadap pemasangan kateter urine sesuai standar operasional prosedur (sop)

Amalia Fazilla Rahmah

Studi Deskriptif Hasil penelitian bahwa tingkat pengetahuan perawat

dalam Pemasangan kateter urine yang dilakukan kepada pasien di ruang UGD RSD R. Soedarsono Pasuruan sudah tergolong cukup baik (72.2%) hal ini dikarenakan mayoritas perawat masih dalam kisaran usia yang produktif sehingga mereka masih memiliki daya nalar yang masih baik.

Perbedaan Penelitian : pada penelitian sulistyowati 2011, terletak pada variabel peran perawat dalam pelaksanaan personal hygiene yang secara keseluruhan subyek penelitiannya adalah pasien imobilisasi. Pada penelitian ini variabel yang peneliti ambil lebih spesifik yaitu perineal hygiene dan subyek penelitian ini adalah pada pasien yang terpasang kateter.

Persamaan penelitian : persamaan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang diambil yaitu studi deskripstif dan dalam ranah personal hygiene.

Referensi

Dokumen terkait

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

Keterampilan Menyusun RPP sesuai dengan kaidah-kaidah BK Pengamatan Tes tertulis Penugasan Lembar pengamatan Pilihan ganda Rubrik penilaian  Modul  Bahan Tayang 

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak