• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam. Mudrajat (2002:279). Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam. Mudrajat (2002:279). Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1.Likuiditas

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat, Mudrajat (2002:279). Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya penyediaan dana bagi penarikan pinjaman yang disetujui atau penarikan atas kelonggaran tarik pinjaman. Sedangkan kewajiban yang timbul dari sisi pasiva atau liabilities misalnya penyediaan dana bagi penarikan tabungan dan simpanan lainnya oleh nasabah.

Sumber- sumber utama kebutuhan likuiditas dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum

2) Menjaga agar saldo rekening yang ada pada bank koresponden selalu berada pada jumlah yang ditentukan.

3) memenuhi penarikan dana baik oleh nasabah debitur maupun penabung.

(2)

Menurut salah satu peneliti Veitzhal (2007:279) teori tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan. Ada empat teori likuiditas perbankan yang dikenal yaitu sebagai berikut:

1) Commercial loan theory

Teori ini dianggap paling kuno, nama lian dari teori ini adalah real bills doctrine. Teori ini mulai dikenal sekitar 2 abad lalu. Kajian teori ini dilakuka n oleh Adam Smith dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun 1776. teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan surat dagang jangka pendek yang dapt dicairkan dengan sendirinya(self liquiditing). Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna untuk pembayaran kembali.

2) Shiftability Theory

Shiftability theory teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan dan teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemampuan bank memindahkan aktivanya ke pada orang lain dengan harga yang dapat diramalkan, misalnya dapat diterima bagi bank utnuk berinvestasi pada pasar terbuka jangka pendek dalam portofolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah depositors harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka, bank hanya tinggal

(3)

menjual investasi tersebut, mengambil yang diperoleh (atau dibeli), dan membayarnya kembali kepada depositornya.

3) Anticipated Income Theory

Sebagai teori yang dikenal tahun 1940 yang menonjol di Amerika Serikat, yaitu teori pendapatan yang diharapkan (the anticipated income theory) ini berarti semua dana yang dialokasikan atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukkan pada sector yang feasible dan layak akan menguntungkan bagi bank.

4) The Liability Management Theory

Maksud teori ini adalah bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi bank adalah:

a) untuk menghadapi penarikan oleh nasabah b) memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo c) memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah. 2.1.2. Asset liability management

Asset & Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset & Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan.

(4)

ALMA (Asset and Liability Management) adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan menetapkan strategi terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko portepel atau risiko operasional dalam menunjang pencapaian keuntungan bank.

Beberapa risiko Asset & Liability antara lain :

1. Risiko likuiditas yaitu risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank mengelola (kelebihan atau kekurangan) dana dalam kegiatan operasional.

2. Risiko suku bunga yaitu risiko yang disebabkan karena posisi reviewing asset liability tidak searah dengan perubahan suku bunga.

3. Risiko nilai tukar yaitu risiko yang disebabkan oleh posisi Asset & Liability dalam mata uang asing tidak searah dengan perubahan nilai tukar.

4. Risiko portepel yaitu risiko yang disebabkan oleh struktur Asset & Liability tidak mendukung effisiensi operasi, seperti komposisi asset kurang menghasilkan keuntungan dan komposisi liability mengarah ke biaya tinggi. Dalam kaitan terhadap risiko portepel ini fungsi pengelolaan portepel sangat penting yaitu bagaimana mengusahakan agar komposisi dana searah dengan komposisi penggunaan dana.

Risiko portepel termasuk fungsi pengelolaan dana atau Funding Management disebut juga the acquisition of liabilities atau Deposit and Liabilities Management.

Funding Management mencerminkan bermacam-macam strategi dalam menghimpun dana dalam jumlah yang besar pada berbagai periode, berbagai jenis

(5)

instrumen untuk berbagai tujuan bank dalam meminimalkan biaya dana dan mengeliminir risiko dana.

Pengertian funding management dapat dilihat dalam arti yang sempit maupun yang luas. Dalam arti yang sempit, funding management diidentikkan dengan liability management namun dalam arti yang luas, masalah funding management mencakup kedua sisi neraca sehingga tidak hanya terkait dengan kemampuan manajemen di dalam mengelola penghimpunan dana, namun juga bagaimana upaya manajemen di dalam mengelola dana tersebut pada sisi aktiva. Dalam perbankan, pengelolaan dana (funding management) tersebut meliputi pemantauan dan pengarahan struktur dana sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi sebagai sumber pembiayaan dan pengembangan portfolio di sisi aktiva, di samping menjaga agar penetapan lending rate tidak menjadi lebih tinggi dari rata-rata pesaingnya.

Sumber-sumber pendanaan dalam kaitan dengan funding management adalah bersumber dari dana yang bersifat non tradional seperti bentuk Deposit On Call, Certificate of Deposit, Medium Term Notes (MTN), penerbitan Promes, Surat berharga pasar uang lainnya ataupun melalui pasar modal yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang baik ke Bank maupun Lembaga non Bank seperti Obligasi, FRN, FRCD atau Debentures lainnya.

2.1.3. Pendekatan Modern Asset Liability Management

Persaingan pada industri perbankan yang semakin ketat menyebabkan teori-teori pengelolaan asset-liabilitysemakin berkembang. Secara spesifik, pendekatan asset liability management memfokuskan pada hubungan antara tingkat asset-asset variabel

(6)

(variable-rate assets, VRAs) dan tingkat utang-utang variabel (variable-rate liabilities, VRLs). VRAs dan VRLs akan diperbaharui sepanjang waktu sesuai dengan perkembangan pasar. Teori ini muncul pada tahun 1970-an ketika terjadi fluktuasi tingkat bunga yang sangat drastis. Tiga jenis strategi asset liability management telah berkembang yang dikaitkan dengan “jurang pendanaan” (funds gap). Pada dasarnya, funds gap merupakan selisih antara VRAs dan VRLs. Ketiga strategi tersebut adalah the zero funds gap, the positive funds gap dan the negative funds gap. 2.1.3.1. The Zero Funds Gap Strategy

Dengan pendekatan ini manajemen bank berusaha menyamakan proporsi dari total asset bank yang dialokasikan kepada asset-asset variable, VRAs (nilainya berfluktuasi sesuai dengan bunga pasar) dengan proporsi dari total liability bank yang dialokasikan pada liabilities variable, VRLs (yang nilainya berfluktuasi sesuai dengan perubahan bunga pasar). Misalnya 40 persen VRAs dan 40 persen VRLs. Dengan demikian, bila terjadi perubahan tingkat bunga di pasar, misalnya naik, maka keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh kenaikan tingkat bunga tersebut akan sama. Strategi ini meminimumkan risiko perubahan tingkat bunga karena perubahan bunga dana yang diperoleh dan bunga dana yang dipinjamkan akan sama. Dalam teori ekonomi mikro, ini berarti Marginal Revenue sama dengan Marginal Cost (MR = MC). Kondisi ini merupakan kondisi optimal bagi setiap operasional perusahaan di dalam berbagai struktur pasar. Pendekatan ini akan menjaga kestabilan interest earning di tengah perubahan-perubahan tingkat bunga yang drastis.

(7)

2.1.3.2. The Positive Funds Strategy

Strategi ini menganjurkan agar rasio-rasio assets variable (VRAs) terhadap total aset harus lebih besar daripada liabilities variable, VRLs. Misalnya 40 persen aset-aset yang menghasilkan ditempatkan dalam bentukVRAs dan hanya 20 persen pembayaran-pembayaran bunga liabilities dalam bentuk VRLs. Dengan demikian, bila terjadi kenaikan tingkat bunga di pasar antarbank, hal itu akan mendapat keuntungan karena tambahan penghasilan bunga lebih besar daripada tambahan biaya bunga. Dengan kata lain, Marginal Revenue lebih besar dari Marginal Cost (MR > MC). Sebaliknya, bila terjadi penurunan tingkat bunga di pasar, bank akan menderita kerugian karena penghasilan bunga akan menurun lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya bunga. Strategi ini cocok diterapkan bila diramalkan bahwa tingkat bunga pasar di masa yang akan datang akan naik.

2.1.3.3 The Negative Funds Strategy

Strategi ini kebalikan dari positive funds strategy. Strategi ini menganjurkan agar rasio dari assets variable(VRAs) terhadap total assets lebih kecil daripada liabilities variable (VRLs) terhadap total liabilities. Misalnya 40 persen aset dalam bentuk VRAs dan 60 persen liabilities dalam bentuk VRLs. Bila terjadi penurunan tingkat bunga pasar di masa yang akan datang, maka itu akan menguntungkan bank karena penurunan beban bunga lebih besar dari penurunan penghasilan bunga. Namun sebaliknya, bila terjadi kenaikan tingkat bunga pasar, bank akan menderita kerugian. Tambahan beban bunga akan lebih besar dari tambahan penghasilan bunga.

(8)

Strategi ini cocok diterapkan bila diperkirakan akan terjadi resesi ekonomi di masa datang dan tingkat bunga akan menurun.

Strategi terakhir adalah “pemilihan aset” dan “diversifikasi portofolio”. Strategi ini menganjurkan diversifikasi portofolio aset bank untuk mengurangi risiko. Tujuan diversifikasi portofolio ini adalah untuk menyeimbangkan antara aset-aset yang nilainya meningkat ketika nilai aset-aset lain menurun akibat fluktuasi pasar. Jadi, dengan keseimbangan ini, nilai aset-aset secara total akan konstan meskipun terjadi gejolak tingkat bunga di pasar.

Secara garis besarnya, hasil dari pengaturan komposisi asset liability ini akan tercermin dari rasio-rasio keuangan perbankan, seperti Loan to Deposit Ratio (LDR), yang mengukur berapa banyak pinjaman yang diberikan dibiayai dengan deposito masyarakat. Earning Asset to Total Asset Ratio, yaitu berapa banyak aset-aset yang dimiliki dialokasikan kepada pos-pos yang menghasilkan. Dengan menggunakan data intern, rasio-rasio keuangan perbankan ini dapat dikembangkan lagi oleh Asset Liability Committee (ALCO) untuk kepentingan analisis.

Secara teoritis, pendekatan ini cukup ideal. Akan tetapi, dalam prakteknya masih ditemui beberapa kesulitan. Pertama, sulit memperkirakan perolehan dana pada berbagai jangka waktu dan tingkat bunga. Kedua, pengelola bank tidak dapat memastikan apakah dana yang telah jatuh tempo diperpanjang atau tidak. Jika berpedoman pada tanggal jatuh tempo, bila ternyata dana diperpanjang, maka akan kelebihan likuiditas. Ketiga, dana-dana yang dipinjamkan kepada nasabah tidak dapat dipastikan dikembalikan pada saat jatuh tempo. Bila terjadi penangguhan

(9)

pembayaran, apalagi kredit macet, maka komposisi asset-liability yang ditetapkan semula menjadi kacau. Keempat, kondisi makro ekonomi, pada saat-saat tertentu, menyebabkan sulitnya penyaluran kredit, sementara dana yang masuk cukup banyak. Ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara assets dan liabilities.

Strategi the zero funds gap dan diversifikasi portofolio cocok untuk bank-bank yang dikelola dengan gaya konservatif, yaitu selalu berhati-hati, mengutamakan keselamatan dan menghindari risiko. Akan tetapi biasanya tingkat pertumbuhan bank-bank seperti ini relatif rendah. Di sisi lain, prudential policy dapat memupuk kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan, sedangkan strategi the positive dan the negative funds gap sesuai untuk perbankan agresif, selalu mencari keuntungan tinggi meskipun risiko juga tinggi. Strategi ini memang sesuai untuk iklim yang cepat berubah. Perubahan-perubahan tingkat bunga pasar yang berlangsung tiba-tiba dapat dijadikan sebagai sumber keuntungan bagi bank. Akan tetapi dibutuhkan kejelian dalam melihat peluang, ketelitian, dan ketetapan untuk meramalkan kondisi masa datang. Untuk itu manajemen bank perlu mempelajari perubahan-perubahan variabel makro ekonomi. Kapan terjadi perubahan yang bersifat seasonal maupun cyclical, resesi berat atau resesi ringan, yang kesemuanya mempengaruhi fluktuasi tingkat bunga. Demikian pula kondisi moneter internasional yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat bunga di dalam negeri juga perlu mendapat perhatian.

(10)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Seema Jaiswal (2010) dengan judul “Relationship between Asset and Liability of Commercial Banks in India, 1997 – 2008”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pertama peneliti mempelajari struktur yang berkembang dari neraca dengan menganalisis perubahan dalam bagian kepemilikan yang berbeda, dari sisi aktiva dan pasiva serta variasi dalam akun distribusi tersebut pada bank nasional yang terdiri dari berbagai kelompok dan waktu. Bank asing memiliki proporsi yang lebih tinggi dari sisi Modal, cadangan dan pinjaman dibandingkan dengan bank sektor publik dan bank swasta, di sisi lain bank asing memiliki saham lebih rendah dari deposito jangka pendek dan deposito jangka panjang. Pangsa deposito jangka pendek meningkat pada bank asing dan bank swasta, sedangkan pada bank nasional hal tersebut dinilai tetap sama. Korelasi Canonical menyediakan berbagai bukti empiris penting, yang menjelaskan ketergantungan antara akun aktiva dan kewajiban. Pertama,ada korelasi kanonik yang kuat antara aset dan kewajiban, yang menunjukkan seberapa tinggi ketergantungan antara asset dan kewajiban.

Kedua, hasil penelitian dengan korelasi kanonik di setiap sektor bank yang diteliti, menurun dari periode 1997-2000 ke 2005-2008. Ada penurunan yang konsisten dalam korelasi kanonik dalam kasus bank sektor publik dan bank asing. Di kasus bank swasta korelasi kanonik meningkat selama periode 2001-2004 dan selanjutnya menurun. Maksimum penurunan diamati dalam kasus bank asing.

(11)

Ketiga,pentingnya korelasi kanonik ialah memberitahu kita bahwa lebih dari tiga beban kanonik yang signifikan, yang menyiratkan bahwa aset yang berlebih dan akun kewajiban terlibat dalam menentukan hubungan antara aset dan kewajiban bank.

Keempat yaitu adanya hubungan korelasi yang sederhana antara pasangan aktiva dan kewajiban. Hal ini memberikan beberapa hubungan korelasi positif yang penting antara pinjaman jangka panjang dan pinjaman, likuid asset dan deposito jangka pendek, deposito jangka pendek dan pinjaman jangka panjang dan korelasi negative antara likuid asset dan pinjaman.

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

H1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan yang kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya,penulis Hidayat (2007:1). Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, maka peneliti menentukan kerangka konsep penelitian yaitu analisis pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial. Variabel

Asset yang Liquid (X)

Capital (Y)

(12)

independen (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel ini juga dikenal dengan variabel bebas yang artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan, Hidayat (2007:1). Dalam penelitian ini variabel independen (variabel x) adalah aset-aset yang likuid yang terdapat pada bank seperti kas,piutang usaha,persediaan. Sedangkan variabel dependen (variabel y) adalah capital atau modal bank.

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan yang saling mempengaruhi antara aset yang likuid dengan capital (modal). Secara umum seperti yang kita ketahui Laba suatu perusahaan bisa dijadikan suatu alat pengukuran yang penting untuk mengukur prestasi suatu perusahaan. Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan. Kas sebagai aset yang dinilai paling likuid, memiliki peran yang paling penting atas kelangsungan

(13)

suatu perusahaan. Tinggi rendahnya tingkat investasi suatu perusahaan tergantung dari seberapa besar modal yang mereka sisihkan untuk berinvestasi. Modal tersebut berasal dari kas perusahaan yang telah disisihkan khusus untuk kegiatan investasi. Dengan kata lain, kas yang termasuk ke dalam aset yang likuid sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya modal (capital).

2.4. Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas hubungan antara dua variabel atau lebih yang disusun untuk mempermudah analisis dan harus diuji kebenarannya dalam suatu penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Model problem solving diharapkan dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat meningkat- kan keterampilan dasar dan memberi- kan penjelasan lanjut, maka

Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi di SDN 4 Cakranegara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan

SFR SCON berada pada alamat 0x98 dengan mode pengalamatan bit. SFR ini digunakan untuk mengkonfigurasi kelakuan port serial ATMEL-51, kecepatan baud rate, apakah diaktifkan

(anjuran/imbauan/ajakan kepada pendengar), memberikan gambaran masa depan, dan menyampaikan salam penutup. Hasil temuan di lembaga perdesaan atau Pekon di Wayakrui

Sedangkan menurut para ahli, Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial yang dirancang untuk

Ketika file diOpen, sistem operasi mencari directorynya sampai ditemukan nama file ybs, kemudian mengekstrak atribut dan alamat disk langsung dari

Melalui penelitian ini, harapannya adalah mampu menyadarkan masyarakat bahwa gaya fashion yang ditampilkan secara berlebihan yang berujung pada gagasan- gagasan tentang

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki