• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih sawi, rockwool, aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO3, Ca(NO3)2,K2SO4, KH2PO4, MgSO4, ZnSO4, MnSO4, CuSO4, H3BO3 dan Na2MoO4) dan larutan hara hidroponik buatan sendiri (KH2PO4, KNO3, Ca(NO3)2.4H2O, MnSO4.H2O, H3BO3, CuSO4.5H2O, (NH4)6Mo7.O24.4H2O dan ZnSO4.7H2O) serta bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah net pot, tangki/bak air, pompa, timer, bak semai, meteran, timbangan analitik, kamera, alat tulis, dan alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 3 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I: Varietas Sawi (V), terdiri dari 3 taraf V1= Tosakan

V2= Shinta V3= Caisim

(2)

Faktor II : Larutan Nutrisi (N), terdiri dari 2 taraf N1= Larutan Nutrisi AB Mix

N2= Larutan Nutrisi Racikan Faktor III : Timer (T), terdiri dari 2 taraf

T1= Non Timer T2= Timer

Sehingga akan diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu: V1N1T1 V1N1T2 V1N2T1 V1N2T2 V2N1T1 V2N1T2 V2N2T1 V2N2T2 V3N1T1 V3N1T2 V3N2T1 V3N2T2 Jumlah unit percobaan : 24 unit

Jumlah ulangan : 2 ulangan Jumlah rangka : 4 rangka Jumlah pipa per rangka : 6 pipa

Lebar pipa : 100 cm

Panjang pipa : 100 cm Jarak antar lubang : 25 cm Jumlah tanaman per pipa : 5 tanaman Jumlah tanaman sampel per pipa : 2 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 120 tanaman Jumlah seluruh sampel : 48 tanaman

(3)

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai berikut: Y ijkl = μ + ρi + αj + βk +γl+ (αβ)jk + (αγ)jl + (βγ)kl +(ραβ)jkl + εijkl

i = 1,2j = 1,2k = 1, 2, 3 l = 1, 2 Dimana :

Yijkl = nilai pengamatan karena pengaruh larutan nutrisi taraf ke-j dan varietas sawi pada taraf ke-k dan timer (waktu) pada taraf ke-l pada kelompok ke-i

μ = nilai tengah ρi = efek dari blok ke-i

αj= efek dari larutan nutrisi ke-j βk = efek dari varietas sawi ke-k γl = efek dari timer (waktu) ke-l

(αβ)jk = efek interaksi larutan nutrisi ke-j dan varietas sawi -k (αγ)jl = efek interaksi larutan nutrisi ke-j dan timer (waktu) ke-l (βγ)kl = efek interaksi varietas sawi ke-k dan timer (waktu) ke-l

(αβγ)jkl= efek interaksi larutan nutrisi taraf ke-j, varietas sawi taraf ke-k dan timer

(waktu) taraf ke-l

εijk= efek galat yang disebabkan faktor larutan nutrisi taraf ke-j, faktor varietas sawi taraf ke-k dan faktor timer (waktu) taraf ke-l pada blok ke-i

Jika perlakuan (larutan nutrisi, varietas sawi, timer (waktu) dan interaksi) nyata maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada α= 5%.(Steel dan Torrie, 1995).

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang akan digunakan disterilkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada tanaman. Alat-alat yang akan digunakan dibersihkan, dicuci menggunakan deterjen, kemudian dibilas dan dikeringkan. Bahan media tanam batu kerikil dibersihkan kemudian di sterilkan hingga mendidih selain itu juga dilakukan pemasangan saklar sebagai penyambung listrik untuk pompa aquarium dan timer.

Penyemaian Benih

Benih sawi disemai satu per satu pada rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 3 cm x 3 cm untuk memudahkan pemindahan bibit ke wadah penanaman, lalu diletakkan pada wadah plastik. Penyemaian ditempatkan pada tempat ternaungi. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Setelah 2 minggu bibit sawi dipindahkan ke wadah penanaman beserta dengan media semai rockwool yang juga berfungsi sebagai penjepit tanaman pada lubang panel hidroponik.

Pembuatan dan Pemberian Larutan Hara

Pembuatan larutan standar AB Mix dengan cara melarutkan AB mix A (5 ml) dan AB mix B (5 ml) masing-masing ke dalam 1 L air, selanjutnya aduk larut.

Pembuatan nutrisi buatan sendiri dilakukan dengan cara melarutkan KNO3 (0,574 gram) danCaNO3.4H2O (1,137 gram) ke dalam 1 L air. Selanjutnya melarutkan KH2PO4 (0,272 gram), MnSO4.H2O (0,006 gram), H3BO3 (0,003 gram), CuSO4.5H2O (0,0003 gram), (NH4)6Mo7O24.4H2O (0,0009 gram), ZnSO4.7H2O

(5)

(0,001 gram), ke dalam 1 L air. selanjutnya diaduk hingga tercampur rata, nutrisi ini disimpan dalam ember plastik.

Penanaman

Bibit sawi yang telah berumur 2 minggu kemudian dipindahkan ke wadah penanaman beserta media semai rockwool-nya dengan cara disematkan pada lubang panel pipa dengan jarak 15 cm, setiap lubang ditanami satu bibit. Kemudian bibit-bibit tanaman tersebut ditempatkan pada wadah penanaman sesuai dengan perlakuan hara dan timer yang ditentukan.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian hama dan penyakit secara manual. Pada saat pemberian nutrisi setiap individu tanaman diberikan 50 ml nutrisi. Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran dimulai dari leher akar sampai daun terpanjang. Pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali dengan menggunakan penggaris.

Jumlah Daun (helai)

Dihitung pada daun yang telah membuka sempurna, pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali.

Panjang Akar (cm)

Pengukuran panjang akar tanaman sampel dilakukan mulai dari leher akar sampai ujung akar terpanjang menggunakan penggaris.

(6)

Bobot Segar per Sampel (g)

Ditimbang tajuk beserta akar tanaman sampel yang telah dipanen menggunakan timbangan analitik

Bobot Tajuk per Sampel (g)

Tajuk tanaman sampel ditimbang tanpa mengikutsertakan bagian akar tanaman dengan menggunakan timbangan analitik.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan larutan nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 MST dan umur 4 MST, parameter jumlah daun pada umur 3 MST, 4 MST dan 6 MST serta parameter bobot tajuk. Pada interaksi nutrisi dan timer berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun umur 3 MST. Sedangkan pada parameter tinggi tanaman umur 6 MST, bobot segar dan panjang akar terhadap semua perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 MST. Sedangkan perlakuan timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 3 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 10,15 10,48 10,30a 9,39b N2 7,70 9,25 V2 N1 12,75 13,10 11,40a N2 9,35 10,40 8,43b V3 N1 7,63 7,73 7,31c N2 6,63 7,25 Rataan 9,03 9,70

(8)

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data tinggi tanaman tertinggi yaitu varietas sawi shinta (V2) sebesar 11,40 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 7,31. Perlakuan larutan nutrisi AB Mix (N1) berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman yaitu 10,30 dibandingkan larutan nutrisi racikan (N2) yaitu 8,43.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 4 MST. Sedangkan perlakuan timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 4 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 13,80 14,95 14,03a 12,33a N2 10,05 10,53 V2 N1 17,88 16,63 14,47a N2 11,70 11,68 9,94b V3 N1 11,40 9,50 9,14b N2 7,50 8,18 Rataan 12,05 11,91

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data tinggi tanaman tertinggi yaitu varietas sawi shinta (V2) sebesar 14,47 dimana tidak berpengaruh nyata terhadap varietas sawi tosakan (V1) sebesar 12,33 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 9,14. Perlakuan larutan nutrisi AB

(9)

Mix (N1) berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman yaitu 14,03 dibandingkan larutan nutrisi racikan (N2) yaitu 9,94.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 23,18 25,40 22,59 18,45 N2 13,50 11,73 V2 N1 26,35 24,40 20,33 N2 15,80 14,75 16,13 V3 N1 20,25 15,95 19,29 N2 9,40 31,58 Rataan 18,08 20,63

Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perlakuan serta interaksinya yang berpengaruh nyata pada tinggi tanaman. Pada rataan tinggi tanaman 6 MST interaksi antara varietas tanaman, larutan nutrisi dan timer memiliki data tertinggi pada interaksi varietas sawi shinta dengan nutrisi AB Mix dan non timer (V2N1T1) yaitu 26,35 sedangkan data terendah terdapat pada interaksi varietas sawi caisim dengan nutrisi racikan dan non timer (V3N2T1) yaitu 9,40.

(10)

Jumlah Daun

Hasil sidik ragam jumlah daun tanaman pada umur 3 MST yang berpengaruh nyata pada perlakuan tunggal serta interaksi antara nutrisi dan timer (Lampiran 11). Hasil uji beda rataan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Daun 3 MST (helai) pada interaksi antara nutrisi dan timer

Perlakuan Timer Rataan

T1 T2

Nutrisi

N1 3,58a 2,75c 3,16

N2 3,33b 3,33b 3,33

Rataan 3,45 3,04 3,24

Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi larutan nutrisi racikan dan non timer (N2T1) berbeda nyata pada jumlah daun 3 MST terhadap interaksi larutan AB Mix dan non timer (N1T1) dan interaksi nutrisi AB Mix dan timer (N1T2) tetapi tidak berbeda nyata terhadap interaksi nutrisi racikan dan timer (N2T2). Nilai rataan tertinggi terdapat pada interaksi nutrisi AB Mix dan non timer (N1T1) sebesar 3,58 dan nilai rataan terendah terdapat pada interaksi nutrisi AB Mix dan timer (N1T2) sebesar 2,75.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 13) menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun umur 4 MST. Sedangkan perlakuan nutrisi, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 4 MST dapat dilihat pada Tabel .

(11)

Tabel 5 . Rataan Jumlah Daun 4 MST (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 5,00 4,50 4,17 4,44a N2 4,25 4,00 V2 N1 5,00 4,00 4,31a N2 4,00 4,25 3,96 V3 N1 3,25 3,25 3,44b N2 3,50 3,75 Rataan 4,17 3,96

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 4 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data jumlah daun tertinggi yaitu varietas sawi tosakan (V1) sebesar 4,44 yang tidak berpengaruh nyata dengan varietas sawi shinta (V2) sebesar 4,31 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 3,44.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 17) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun. Sedangkan perlakuan yang tidak nyata adalah pada perlakuan timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer Hasil uji beda rataan Jumlah Daun pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Jumlah Daun 6 MST (helai)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 7,50 6,75 6,38a 5,75a N2 5,00 3,75 V2 N1 7,50 6,00 5,63a N2 4,75 4,25 4,04b V3 N1 5,00 5,50 4,25b N2 3,00 3,50 Rataan 5,46 4,96

(12)

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 6 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data jumlah daun tertinggi yaitu varietas sawi tosakan (V1) sebesar 5,75 yang tidak berpengaruh nyata dengan varietas sawi shinta (V2) sebesar 5,63 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 4,25. Perlakuan larutan nutrisi AB Mix (N1) berpengaruh nyata meningkatkan jumlah daun yaitu 6,38 dibandingkan larutan nutrisi racikan (N2) yaitu 4,04.

Panjang Akar

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 19) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang akar. Hasil uji beda rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Panjang Akar (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 13,25 19,88 11,75 15,81 N2 6,88 23,23 V2 N1 10,63 13,30 14,54 N2 23,58 10,65 14,90 V3 N1 6,28 7,18 9,63 N2 17,50 7,55 Rataan 13,02 13,63

Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat perlakuan serta interaksinya yang berpengaruh nyata pada panjang akar. Pada rataan panjang akar interaksi antara varietas tanaman, larutan nutrisi dan timer memiliki data tertinggi pada interaksi varietas sawi shinta dengan nutrisi racikan dan non timer (V2N2T1) yaitu 23,58

(13)

sedangkan data terendah terdapat pada interaksi varietas sawi caisim dengan larutan nutrisi AB Mix dan non timer (V3N1T1) yaitu 6,28.

Bobot Tajuk

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 21) menunjukkan bahwa perlakuan nutrisi berpengaruh nyata pada parameter bobot tajuk. Sedangkan perlakuan yang tidak nyata adalah pada perlakuan varietas, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer Hasil uji beda rataan Bobot Tajuk dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Tajuk (g)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 0,50 1,77 1,00b 6,45 N2 20,44 3,10 V2 N1 1,00 1,31 3,80 N2 10,24 2,65 8,14a V3 N1 9,97 0,44 3,45 N2 7,66 4,75 Rataan 6,80 2,33

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan nutrisi berpengaruh nyata dimana pada perlakuan larutan nutrisi dimana rataan data bobot tajuk tertinggi yaitu pada larutan nutrisi racikan (N2) sebesar 8,14 dan data bobot tajuk terendah yaitu nlarutan nutrisi AB Mix (N1) yaitu sebesar 1,00.

Bobot Segar

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 23) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer berpengaruh

(14)

tidak nyata pada parameter panjang akar. Hasil uji beda rataan Bobot Segar dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Segar (g)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

T1 T2 V1 N1 0,61 2,07 1,27 7,53 N2 23,92 3,52 V2 N1 1,24 1,72 4,01 N2 10,09 2,97 9,00 V3 N1 1,20 0,76 3,87 N2 8,33 5,18 Rataan 7,57 2,70

Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak terdapat perlakuan serta interaksinya yang berpengaruh nyata pada bobot segar. Pada rataan bobot segar interaksi antara varietas tanaman, larutan nutrisi dan timer memiliki data tertinggi pada interaksi varietas sawi tosakan dengan nutrisi racikan dan non timer (V1N2T1) yaitu 23,92 sedangkan data terendah terdapat pada interaksi varietas sawi tosakan dengan nutrisi AB Mix dan timer (V1N1T1) yaitu 0,61.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 6 MST, nutrisi berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun umur 6 MST dan bobot tajuk. Dan pada saat sawi berumur 3 MST terdapat interaksi antara nutrisi dan timer serta perlakuannya tunggal berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa varietas tanaman yang memiliki data jumlah daun 6 MST tertinggi adalah sawi varietas tosakan (V1) sebesar 5,75 dan data jumlah daun 6 MST terendah adalah sawi varietas caisim (V3) sebesar 4,25. Sawi

(15)

merupakan tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan. namun dalam budidayanya harus diperhatikan faktor lingkungan yang dibutuhkan. salah satunya adalah sinar matahari yang dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. hal ini sesuai dengan Tindall (1983) yang menyatakan bahwa Sawi merupakan tanaman yang toleran terhadap sebagian besar kondisi lahan, termasuk pH. Biasanya tumbuh pada ketinggian 1500m. dapat bertahan pada musim penghujan yang tinggi namun tetap membutuhkan sinar matahari untuk pengembangan yang optimal.

Pemberian nutrisi pada tanaman merupakan faktor esensial pada sistem hidroponik. Karena nutrisi merupakan sumber hara yang dibutuhkan dan dapat diserap oleh tanaman pada sistem hidroponik. Hasil yang diperoleh dengan perlakuan nutrisi AB Mix ialah lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel rataan tinggi tanaman dan jumlah daun. Pada rataan tinggi tanaman dan jumlah daun dengan nutrisi AB Mix lebih tinggi dibanding dengan nutrisi racikan sendiri. Nutrisi AB Mix memang sudah dikenal sebagai nutrisi hidroponik yang paling baik bagi tanaman sayuran karena memiliki komposisi unsur hara yang sangat lengkap. Sedangkan nutrisi racikan sendiri, meskipun unsur hara yang terkomposisi didalamnya terdapat unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman sayuran namun tidak selengkap yang dimiliki nutrisi AB Mix. Hal ini dikarenakan ada beberapa garam yang dibutuhkan susah didapatkan serta diharapkan dapat menekan biaya. hal ini sesuai dengan isi literatur dari Nugraha (2014) yang menyatakan bahwa perlakuan dengan menggunakan pupuk AB mix memberikan hasil produksi dan kualitas tanaman lebih

(16)

tinggi. Ditinjau dari segi biaya, pupuk AB mix memiliki harga yang relatif lebih mahal karena pemakaian dan pembelian pupuk AB mix harus satu paket.

Dalam pengamatan, setelah pemindahan ke talang hidroponik, sawi yang ditanam masih dalam keadaan sehat dan normal. Namun, pada umur 4 MST mulai tampak pertumbuhan yang tidak merata dan cukup lambat. Hal ini disebabkan penerimaan cahaya matahari yang tidak merata. Selain itu, design hidroponik NFT yang bertingkat tiga membuat talang paling bawah kurang mendapat cahaya matahari. Sawi pada umur 3 MST hingga panen sangat membutuhkan intensitas matahari yang tinggi dalam proses fotosintesisnya. Intensitas cahaya matahari dan lama penyinaran dalam fotosintesis berpengaruh pada tumbuhan , terutama pada pertumbuhan vegetatif dan kegiatan reproduksi tumbuhan. Sebagian warna daun sawi yang tidak terkena sinar matahari berwarna hijau pucat. Hal ini sesuai dengan Kramer dan Kozlowski (1979) yang menyatakan bahwa secara langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai perlakuan nutrisi berpengaruh nyata terhadap bobot tajuk tanaman. Tanaman sayuran yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik diharapkan memiliki bobot tajuk yang tinggi. karena tajuk merupakan bagian tanaman yang dapat dikonsumsi selain itu nutrisi yang dibawa oleh air, dimana kandungan air mempengaruhi kerenyahan tanaman sayuran. Nutrisi racikan sendiri mengandung unsur hara N, P, K lengkap yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam perkembangannya. Dimana unsur hara N

(17)

diambil dari KNO3, unsur hara P dari KH2PO4 serta K berasal dari CaNO3.4H2O.sedangkan pada nutrisi AB Mix juga mengadung unsur hara lengkap dan bahkan unsur hara AB Mix dikenal sangat baik pada tanaman sayuran khususnya sawi. Hal ini sesuai dengan Fariudin dkk (2012) yang menyatakan bahwa air berperan sebagai pembawa unsur-unsur hara dan mineral. Kadar air menggambarkan kandungan air pada bagian atau keseluruhan bagian tanaman. Kadar air diperoleh dari selisih bobot basah dan bobot kering dari tanaman. Tanaman sayur yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik biasanya memiliki kandungan air yang lebih tinggi dibanding pada pertanaman di lahan. Kandungan air ini pun akan mempengaruhi kerenyahan dan waktu simpan komoditas. Semakin tinggi kadar air pada suatu komoditas maka tanaman akan semakin renyah namun mudah pula terjadi kerusakan pada bagian tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat interaksi antara nutrisi dengan timer dan perlakuan tunggalnya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 3 MST dengan nilai rataan tertinggi terdapat pada N0T0 sebesar 3,58 dan nilai rataan terendah terdapat pada N0T1 sebesar 2,75. hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nutrisi adalah unsur yang dibutuhkan serta kadar unsur yang dibutuhkan dalam tanaman tersebut. Penggunaan timer untuk menghemat aliran listrik yang digunakan dalam pemakaian sistem NFT ini. Hal ini sesuai dengan isi literatur dari Lingga (1999) yang emnyatakan bahwa ada beberapa ratus rumus komposisi mineral pupuk yang berbeda-beda yang bisa dipakai untuk menyiram tanaman hidroponik. Tapi dari banyak rumus itu, bisa dipastikan yang terpenting adalah unsur-unsur garam tanah.

(18)

mencukupi kebutuhan tanaman tersebut. Dan Suprijadi dkk (2009) menyatakan bahwa inti dari nutrisi tumbuhan adalah kadar molaritas dari masing-masing komponen, sesuai dengan molaritas.

Dari hasil peneltian bahwa perlakuan timer tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter, hanya terdapat interaksi nutrisi dan timer pada jumlah daun yang berumur 3 MST. penggunaaan timer bertujuan untuk menghemat penggunaan listrik serta mempermudah pengguna dalam menggunakan sistem NFT ini. Namun penggunaan timer tidak dianjurkan dalam sistem NFT karena sistem NFT memiliki aliran yang tetap konstan dari larutan nutrisi.

Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan sistem hidroponik NFT sebaiknya harus alat dan design yang akan digunakan harus diperhatikan dengan baik. Tidak hanya melihat dari nilai estetikanya namun harus diperhatikan juga kebutuhan tanaman dalam perkembangannya, seperti memiliki roda agar mudah dipindahkan ketempat yang lebih kondusif, kekokohan talang dan kerekatan antar talang agar campuran aliran air dan nutrisi tidak terbuang sia-sia. Serta kemiringan pipa talang yang sesuai. Hal ini sesuai dengan isi literatur dari Wibowo dan Asriyanti (2013) yang menyatakan bahwa kemiringan pipa talang yang semakin curam, dapat menyebabkan tanaman akan sulit berdiri tegak dan nutrisi yang diserap sedikit karena alirannya terlalu cepat. Kemiringan pipa talang yang terlalu kecil dapat menyebabkan aliran nutrisi mudah tersumbat karena alirannya terlalu lambat. Kemiringan pipa talang NFT yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun, tinggi tanaman, dan panjang akar) dan produksi tanaman sayuran (berat tanaman) terdapat pada kemiringan 5%.

(19)

Pada sistem hidroponik, air dan nutrisi dicampurkan ke dalam tangki sesuai dosis kemudian dialirkan dengan bantuan pompa. Aliran air tersebut akan mengaliri setiap talang air yang akan diserap oleh tanaman. Dalam pemeliharaannya harus selalu diperhatikan kondisi air larutan didalam tangki agar pasokan air larutan tetap terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa perlunya mengganti larutan tiap hari atau tiap dua hari agar didapatkan pertumbuhan maksimum, ini karena susunan larutan terus menerus berubah ketika ion tertentu diserap lebih cepat daripada ion yang lain.

(20)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pada Hidroponik Sayuran Sawi varietas Tosakan, Shinta dan Caisim; Nutrisi AB Mix dan Racikan serta penggunaan non timer dan timer tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (3 MST dan 6 MST) dan jumlah daun (3 MST) 2. Pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan varietas Shinta berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman (4 MST) dan jumlah daun (4 MST dan 6 MST). Dan pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan nutrisi racikan berpengaruh nyata 3. Pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan varietas Tosakan, Shinta dan Caisim;

nutrisi AB Mix dan Racikan serta penggunaaan timer dan non timer tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan bobot akar (7 MST) namun berpengaruh nyata terhadap bobot tajuk (7 MST)

4. Pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan interaksi nutrisi dan timer menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap jumlah daun (3 MST)

Saran

Sebaiknya hidroponik dilakukan di dalam rumah kaca agar berada pada kondisi yang lebih mendukung.

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran tentang kemampuan guru (peneliti) dalam melakukan proses pembelajaran pada siklus I di kelas VI SD Inpres Sopu, hal ini bisa diketahui dari 12 aspek yang diamati,

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya pada penggunaan sampel perusahaan yaitu perusahaan yang konsisten terdaftar di LQ45 Bursa Efek

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi hara makro dan bentuk media secara tunggal memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap rerata saat tumbuh

1) Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya.. 2) Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan dari konsisten, sehingga

Hukum adat juga memandang warisan sebagai proses peralihan harta kekayaan berupa materiil maupun immaterial dari satu generasi ke generasi lainnya.Menurut sistem

mengajarkan kepada peserta didik supaya memiliki rasa kepedulian dengan sesama, selain itu anak-anak juga mau menyisihkan uangnya untuk diinfaqkan. Hampir setiap

Teori yang digunakan untuk menganalisis pola adaptasi yang dilakukan oleh perempuan muda pasca bercerai di Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah adalah teori