18
KERANGKA TEORI
2.1 Model Bisnis
Menurut Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran bagaimana suatu perusahaan atau organisasi menicptakan, memberikan dan menangkan nilai dari konsumen. Dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation, Alexander O. & Yves P. (2010) menggunakan pendekatan canvas yang dapat menjadi bahasa bersama dan memungkinkan pebisnis untuk mendeskripsikan dan mengkaji ulang keseluruhan proses bisnisnya dengan mudah untuk kemudian menciptakan alternative strategi yang baru.
Konsep canvas ini dapat dijelaskan melalui “Nine Building Blocks” yang digambarkan yang memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan uang (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Kanvas Model Bisnis
Model bisnis tersebut mencakup empat bidang utama dalam suatu pisnis, yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur dan kelangsungan finansial. Kesembilan blok dasar pembanggun model bisnis tersebut adalah Segmen Pelanggan, Proposisi Nilai, Saluran, Hubungan Pelanggan, Arus Pendapatan, Sumberdaya Utama, Aktivitas Kunci, Kemitraan Utama, dan Struktur Biaya.
2.1.1 Customer Segments
Customer segments building block adalah sekelompok customer yang menjadi target sebuah perusahaan. Customer merupakan bagian inti dari suatu bisnis model. Tanpa adanya customer yang memberikan profit, maka tidak ada perusahaan
yang akan bertahan lama. Demi mencapai kepuasaan customer yang lebih baik, maka perusahaan harus membagi customer ke beberapa segmen yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, kebiasaan membeli, dan atribut yang lain. Sebuah perusahaan harus menentukan fokus segmen yang akan dilayani dan mana yang diabaikan.
Sekelompok customer mewakili segmen yang berbeda apabila:
1) Kebutuhan berbeda
2) Customer tersebut dapat dicapai melalui jalur distribusi yang berbeda 3) Hubungan yang berbeda jenisnya
4) Customer tersebut dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang berbeda 5) Customer memiliki kebutuhan untuk membayar aspek yang berbeda dari
sebuah penawaran
Ada beberapa tipe dari customer segments, antara lain:
1) Pasar Massa (Mass Market)
Sebuah business model yang berfokus kepada mass markets tidak memilah customer segments. Value Propositions, Channels serta Customer Relationships berfokus kepada sekelompok customer yang memiliki kebutuhan dan masalah yang kurang lebih menyerupai satu dengan yang lainnya.
2) Pasar Ceruk (Niche Market)
Model bisnis yang memiliki fokus pada niche market melayani customer segment yang spesifik dan memiliki spesialiasi tertentu. Value propositions,
channels serta customer relationships dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dari niche market.
3) Tersegmentasi (Segmented)
Business model segmented mengidenifikasikan customer segment ang memiliki kebutuhan, problem dan vallue proposition yang sedikit berbeda 4) Terdiversifikasi (Diversified)
Business model yang memiliki customer segment yang beragam melayani dua customer segments yang tidak berhubungan sama sekali dengan kebutuhan, serta value propositions yang sangat berbeda pula.
5) Platform banyak sisi / Pasar banyak sisi (Multi-sided Marketing)
Business model yang memiliki dua atau lebih customer segments yang independen.
Secara segmentasi psikografis, pembeli terbagi menjadi kelompok yang berbeda-beda berdasarkan dari kepribadian dan gaya hidup. Orang-orang yang berada di dalam kelompok demografis yang sama, dapat menunjukkan profil psikografis yang berbeda. Menurut Kotler & Keller (2012), Sistem klasifikasi yang paling popular berdasarkan pengukuran psikografis adalah kerangka pemikiran VALS™.
Gambar 2.2 VALS™ Framework
Sumber: US VALS™ Framework Types (n.d)
Kerangka pemikiran VALS™ dibagi ke dalam berbagai tingkat sumber yang meningkatkan atau membatasi ekspresi seseorang dari motivasi utamanya (Kotler & Keller, 2012). Empat kelompok dengan sumber yang tinggi adalah:
1) Innovators:
Seseorang yang sukses, mempunyai harga diri yang tinggi, sering melakukan pegeluaran untuk kelas atas, produk dan jasa yang niche.
Dewasa, mencari kepuasan, dan orang-orang yang dapat mudah termotivasi dengan sesuatu yang ideal dimana terdapat nilai, pengetahuan, dan tanggung jawab. Mereka yang mencari daya tahan, fungsi, dan nilai dalam suatu produk.
3) Achievers:
Seseorang yang sukses, yang berorientasi pada tujuan, fokus pada karir dan keluarga, mendukung produk premium yang senang menunjukkan keberhasilan dengan rekan-rekan mereka.
4) Experiencers:
Muda, seseorang yang antusias, impulsif, mencari variasi dan kegembiraan, menghabiskan sebagian besar pendapatannya pada fashion, hiburan, dan untuk bersosialisasi.
Empat kelompok dengan sumber yang rendah adalah:
1) Believers
Konservatif, konvensional, dan tradisional. Orang dengan keyakinan kuat, lebih memilih untuk setia kepada merek-merek yang sudah terkenal.
2) Strivers
Trendy, suka bersenang-senang, sumber daya terbatas, mendukung produk gaya yang meniru pembelian mereka dengan kekayaan materi yang lebih besar
Praktis, down-to-earth, mandiri, suka bekerja dengan tangan mereka, mencari sesuatu yang praktis atau tujuan yang fungsional
4) Survivors
Lansia, pasif, perhatian tentang perubahan, setia pada merek favorit mereka
2.1.2 Value Proposition
Value proposition menjelaskan akan nilai dari produk dan jasa perusahaan. Dalam suatu bisnis, value proposition dibutuhkan di dalam produk dan jasa yang benar-benar tepat untuk melayani dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pasar, yang pada tujuan akhirnya dirancang untuk memberikan keuntungan finansial bagi bisnis atau usaha tersebut. Dengan memiliki value proposition yang jelas, seluruh proses bisnis yang dirancang akan lebih matang dan akan berakhir pada penyampaian tepat yang begitu penting untuk keberlangsungan setiap bisnis dan dalam meraih target pasar yang lebih besar serta membuat kestabilan baru dalam bisnis tersebut (Martin dan Osberg, 2007).
Terdapat beberapa elemen dari value propositions, antara lain:
1) Newness
Elemen newness sendiri adalah sebuah kebutuhan baru yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh pelanggan karena belum ada penawaran serupa. 2) Performance
Dengan adanya penigkatan peforma dari sebuah produk atau servis merupakan cara umum untuk menciptakan sebuah nilai.
3) Customizations
Merancang sebuah produk dan servis, agar sesuai dengan kebutuhan tertentu dari customer segments maupun pelanggan individual, dapat menciptakan value.
4) Getting the Job Done
Dengan membantu customer menyelesaikan pekerjaan tertentu dapat juga menciptakan sebuah nilai.
5) Design
Design merupakan sebuah bagian dari value propositions yang sangat penting. Sebuah produk dapat menjadi sorotan oleh karena sebuah design yang luar biasa.
6) Brand/Status
Para customer dapat menciptakan value hanya dengan menggunakan atau memperlihatkan sebuah produk dengan brand tertentu.
7) Price
Harga telah menjadi sebuah elemen penting yang dapat menciptakan value. Dengan memberikan value yang sama dengan harga yang lebih rendah dapat pula memenuhi kebutuhan customer yang mengutamakan harga.
8) Cost Reduction
Membantu customer untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan juga dapat menciptakan value.
9) Risk Reductions
Membantu customer untuk mengurangi risiko yang dihadapi juga merupakan salah satu cara untuk menciptakan sebuah value
10) Accessibility
Memberikan akses kepada customers yang sebelumnya belum memiliki produk atau servis tersebut yang dapat menyampaikan value yang sesuai. 11) Convenience / Usability
Kemudahan dalam menggunakan sebuh produk dapat menciptakan sebuah value yang penting.
2.1.3 Channels
Channels Building Block mendeskripsikan strategi perusahaan dalam menyampaikan pesan dan tujuannya kepada customer segment yang ditargetkan gunanya untuk memberikan value propositions. Channels memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1) Meningkatkan kesadaran customer tentang suatu perusahaan dan produknya.
2) Membantu para customer untuk mengevaluasi value propositions yang disampaikan oleh perusahaan.
3) Menyampaikan sebuah value propositions kepada customer. 4) Menyediakan after sales service setelah pembelian dilakukan.
Demi mendapatkan channel yang benar untuk memenuhi kebutuhan dari customers adalah suatu hal yang sangat penting untuk memberikan value propositions. Salah satu caara nya adalah menyeimbangkan jalur distribusi melalui channel milik sendiri ataupun partner untuk dapat menyampaikan value kepada customer serta meningkatkan revenue.
2.1.4 Customer Relationship
Customer Relationships Building Block memberikan hubungan yang dibangun oleh sebuah perusahaan dengan customer segment spesifik yang ditargetkan. Beberapa kategori dari customer relationships adalah sebagai berikut:
1) Personal Assistance
Pelanggan dapat berkomunikasi dengan pihak customer service untuk mendapatkan bantuan saat proses belanja dan setelahnya.
2) Dedicated personal assistance
Seorang customer dilayani oleh seorang personal assitant yang dikhususkan hanya untuk melayani customer tersebut.
3) Self-service
Perusahaan menyediakan seluruh kebutuhan agar customer dapat melayani diri sendiri, tidak terdapat hubungan dengan customer.
Merupakan integral dari hubungan self-service. Perusahaan melayani customer melalui proses otomatis melalui mesin atau online.
5) Communities
Perusahaan menggunakan komunitas untuk berbagai pengetahuan serta menyelesaikan permasalahan satu sama lain. Komunitas dapat membantu perusahaan mengerti lebih dalam tentang customer.
6) Co-Creation
Perusahaan melibatkan customer untuk ikut serta dalam membuat sebuah produk yang inovatif.
2.1.5 Revenue Streams
Revenue stream building block mendeskripsikan tentang revenue yang dihasilkan oleh perusahaan dari setiap customer segment. Selain customer, revenue streams juga merupakan inti dari sebuah business model. Revenue stream dari sebuah business model dapat dibagi menjadi 2, antara lain:
1) Revenue dari sebuah transaksi dihasilkan dari pembayaran yang dilakukan oleh customer dalam sekali proses pembayaran.
2) Revenue yang didapatkan dari pembayaran yang dilakukan secara terus menerus untuk menyampaikan value proposition atau menyediakan after sales service setelah proses pembelian.
2.1.6 Key Resources
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, p. 28) Key Resources adalah aspek-aspek yang diperlukan agar suatu model bisnis dapat berjalan dengan baik sehingga dapat menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Key Resources dalam sebuah model bisnis dikategorikan menjadi empat, antara lain:
1) Physical
Merupakan seluruh bentuk aset fisik yang dimiliki oleh suatu model bisnis. 2) Intellectual
Sumber intellectual seperti merek, hak paten dan hak cipta, kerja sama dan database pelanggan yang merupakan komponen penting menjadi suatu model bisnis yang kuat
3) Human
Merupakan aspek yang paling penting dari suatu model bisnis karena jika memiliki sumber daya manusia yang sangat kompeten makan akan berdampak dalam suatu bisnis model tertentu.
3) Financial
Modal merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu bisnis model. MOdal dapat berupa uang tunai, kredit maupun saham dalam suatu bisnis.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan revenue streams, yaitu:
1) Penjualan Aset
Menjual hak kepemilikan dari suatu produk untuk mendapatkan revenue. 2) Usage Fee
Perusahaan mendapatkan revenue sesuai dengan banyaknya atau lamanya customer menggunakan produk atau jasa dari perusahaan.
3) Biaya langgganan
Perusahaan mendapatkan revenue melalui biaya berlangganan atau biaya akses berkelanjutan untuk sebuah service perusahaan.
4) Lending/Renting/Leasing
Perusahaan mendapatkan revenue dengan menjual hak guna dari sebuah asset tertentu untuk waktu yang ditentukan.
5) Licensing
Perusahaan mendapatkan revenue dengan memberikan izin untuk menggunakan properti intelektual tertentu yang telah dilindungi yang diganti dengan biaya tertentu.
6) Brokerage Fees
Perusahaan mendapatkan revenue dengan berlaku sebagai penengah antara kedua belah pihak.
7) Advertising
Perusahan mendapatkan revenue melalui publikasi iklan dari sebuah produk, service, atau brand tertentu.
2.1.7 Key Activities
Osterwalder & Pigneur (2010) mendeskripsikan Key Activities sebagai aktivitas yang terpenting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk membuat model bisnis dapat berjalan secara efisien dan dengan baik.
Key Activities tersebut dapat dikategorikan menjadi 3, yakni:
1) Produksi
Aktivitas ini berhubungan dengan desain, membuat dan menyampaikan produk dengan jumlah tertentu atau kualitas yang baik.
2) Solusi Masalah
Tipe key activities yang berhubungan langsung dengan solusi baru untuk masalah pada individu. Konsultasi di rumah sakit sebagai contohnya, dapat memberikan solusi yang berbeda kepada setiap individunya.
3) Platform/ Network
Model bisnis yang dapat didominasikan oleh platform/network. Sebagai contohnya adalah e-bay yang selalu harus mengembangkan bisnisnya dan melakukan monitor pada ptaform bisnis tersebut.
2.1.8 Key Partnership
Perusahaan melakukan kerja sama dan kesepakatan dengan pihak lain untuk mencapai suatu kepentingan bersama. Hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalisasi kan aliasi model bisnis agar memiliki daya saing terhadap kompetitor dan
mengurangi risiko yang disebabkan pada ketidakpastian (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Terdapat empat jenis kemitraan yaitu sebagai berikut:
1) Strategic Alliences between non-competitor 2) Cooperation
3) Joint ventures to develop new businesses
4) Buyer supplier relationships to assure reliable supplier
2.1.9 Cost Structure
Cost Structure menjelaskan biaya-biaya penting yang akan muncul ketika menjalankan sebuah model bisnis. Dalam menciptakan, menawarkan dan memberikan value kepada pelanggan memperoleh keuntungan serta menjaga hubungan terhadap pelanggan tentu akan memerlukan biaya. Namun dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Menurut Osterwalder & Pigneur (2010) terdapat dua jenis Cost Structure yaitu sebagai berikut:
1) Cost Driven
Struktur Cost Driven fokus pada penekanan biaya seminimal mungkin untuk mempertahankan Cost Structure yang ramping. Pendekatan ini dilakukan karena produk maupun jasa yang dipasarkan bersifat murah.
Struktur Value Driven tidak terlalu memperhatikan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendesain model bisnis namun lebih berfokus pada penciptaan sebuah nilai untuk pasar. Biasanya Value Propositions dengan level premium dan pelayanan yang lebih personal menandakan cost structure jenis ini seperti bisnis hotel bintang lima.
Karakter pada Cost Structure terbagi mejadi 4 tipe, yaitu:
1) Fixed Costs
Merupakan sebuah biaya yang tetap sama tidak terpengaruh dari jumlah barang yang dihasilakan, beberapa contohnya adalah biaya gaji, biaya sewa dan alat-alat produksi. Perusahaan produksi biasanya tinggi dalam fixed costs. 2) Variable Costs
Merupakan biaya yang besar tergantung dari jumlah produk dan jasa yang dihasilkan. Beberapa bisnis seperti festival musik, biasanya tinggi dalam variable costs.
3) Economies of Scale
Merupakan sebuah keuntungan dari biaya yang akan semakin murah makan semakin banyak output yang dihasilkan. Seperti contohnya adalah perusahaan yang menjual barang secara grosis tentunya membeli dengan harga yang jauh lebih murah karena pada sebelumnya membeli dengan jumlah yang sangat besar dari produsen.
Merupakan keunggulan biaya yang akan lebih murah saat operasi perusahaan menjadi luas dan besar. Misalnya pada sebuah perusahaan yang memiliki biaya besar pada marketing dan distribusi akan menjadi lebih efisien karena bisa digunakan untuk berbagai macam produk, tidak hanya satu jenis saja.
2.2
Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis yang baik harus memuat hal-hal berikut: Ringkasan eksekutif, latar belakang masalah dan latar belakang perusahaan: produk serta jasa yang diberikan oleh perusahaan, produk serta jasa yang diberikan oleh perusahaan, strategi pemasaran, strategi manajemen dan strategi manajemen, strategi kueangan, strategi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang.
2.2.1 Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif merupakan ringkasan yang menjadi titik perhatian (highlight) perencanaan bisnis. Dengan demikian ringkasan eksekutif hanya dapat ditulis setelah dokumen perencanaan bisnis selesai dibuuat seluruhnya. Tujuan ringkasan eksekutif ini adalah untuk memberikan gambaran perencanaan bisnis perusahaan yang dibuat. Ringkasan eksekutif akan menjelaskan dua hal yaitu: Mengapa sangat tertarik untuk bergelut pada bidang ini dan cara mengimplementasikan keinginan-keinginan yang hendak kita capai.
2.2.2 Deskripsi Bisnis
Perencanaan bisnis harus membeuat rencana bisnis secara mendetail dan jelas dengan memuat hal-hal berikut: Sejarah berdirinya perusahaan, pihak yang terlibat dan bertanggung jawab serta rencana pengembangan.
Bagian deskripsi bisnis menjelaskan secara terperinci untuk produk dan jasa yang akan dan telah dibuat serta cara pembuatannya. Gambaran umum perusahaan perlu menekankan faktor-faktor yang diperlukan untuk kegiatan bisnis tersebut, misi dan tujuan yang ingin dicapai serta tagline yang ingin digunakan.
2.2.3 Keunikan Layanan
Bagian ini menjelaskan secara terperinci produk dan jasa yang akan telah dibuat serta cara membuatnya. Bagian ini juga mengemukakan mengapa produk atau jasa tersebut memiliki nilai lebih dibandingkan produk -produk lain yang sejenis dan kemungkinan tingkat keberhasilannya. Manfaat produk dan jasa yang berikan: Penjelasan secara terperinci keunggulan produk dan jasa yang dihasilkan, seperti apa yang dijual, apakah produk atau jasa yang diberikan memberikan banyak keuntungan kepada pelanggan dan keunggulan produk atau jasa yang dijual.
2.2.4 Rencana Operasional
Rencana operasional mencakup lokasi operasional, proses penyampaian produk dan jasa, recana distribusi melalui proses delivery hingga proses pembayaran.
2.2.5 Rencana Pemasaran
Perencanaan pemasaran merupakan aspek penting yang terdapat dalam desain suatu bisnis untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Dimana tujuan terbeut adalah untuk mencapai target pasar dan untuk mendapatkan profit bagi mengetahui langkah-langkah strategi yang harus diambil oleh perusahaan untuk melakukan pemasaran kepada target konsumen, sehingga bisnis dapat diketahui oleh target pasar dan bisnis dapat berjalan dengan semestinya. Bagian-bagian yang harus diketahui secara jelas dalam rencana pemasaran adalah Analisa Pasar, Analisa Kompetitor serta Analisa Threat Weakness Opportunity and Strength (TWOS).
2.2.6 Rencana Organisasi
Dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, baik dalam level strategis maupun eksekutif dan operasional, seluruhnya akan dijalankan secara profesional dan dijelaskan dalam pembagian tugas antar bagian. Keterangan yang jelas dan terperinci mengenai kondisi manajemen sangat penting dalam rencana bisnis. Untuk itu kita menjelaskan struktur organisasi serta siapa saja yang akan terlibat dalam bisnis tersebut berdasarkan kualifikasi yang telah disetujui.
2.2.7 Penilaian Resiko
Setiap bisnis dan usaha pasti memiliki resiko yang terkadang tidak dapat dihindari, namun resiko tersebut dapat di prediksikan lebih awal sehingga perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk meminimalisasi resiko yang akan muncul. Oleh karena itu, perlunya dipaparkan beberapa resiko yang dapat mungkin terjadi selama model bisnis ini berjalan.
2.2.8 Rencana Keuangan
Rencana keuangan yang dipaparkan merupakan rencana keungan tiga tahun pertama dari bisnis yang dijalankan, yang dimulai dari Start-Up Cost atau biaya awal, proyeksi laba/rugi (Income Statement), proyeksi arus kas (Cash flow), proyeksi neraca (Balance Sheet), Payback period dan Break Even Point.
2.2.9 Strategi Jangka Panjang
Suatu perusahaan dibentuk dengan tujuan agar selalu semakin berkembang dan dapat tetap berjalan dengan baik tanpa ada ujung waktu. Oleh karena itu dierplukan suatu rencana jangka panjang untuk mecegah timbulnya kemunduran pada perusahaan.
2.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Stength) dan kelemahan (Weakness). Sementara eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats). Keempat faktor tersebut dalam analisis SWOT yaitu:
1. Kekuatan (Strength)
Suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan kekuasaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dibanding dengan pesaing.
2. Kelemahan (Weakness)
Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kemampuan secara serius menghalangi kinerja efektif perusahaan. Keterbatasan dalam fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran merupakan sumber dari kelemahan.
3. Peluang (Opportunity)
Adalah suatu daerah kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan dan untuk merebut lebih banyak konsumen dibandingkan dengan pesaing.
Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan dari para pesaing dalam merebut konsumen.
2.4 Ergonomi
2.4.1 Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).
Pheasant (1991), ergonomi merupakan ilmu yang secara ilmiah mengkaji manusia dalam pekerjaannya atau aplikasi informasi yang menitikberatkan pada desain suatu alat dan mesin, desain objek, sistem dan lingkungan kerja untuk kepentingan manusia. Ergonomi jua dapat berarti sebagai ilmu yang menyesuaikan pekerjaan dengan pekerjaannya dan produk dengan penggunanya.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa ergonomi merupakan multidisplin ilmu untuk menyesuaikan tempat kerja dan semua aspek fisiologinya terhadap pekerja sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas dengan mengurangi factor resiko.
2.4.2 Pengertian Ergonomi pada Kaki
Dalam buku “The Human Foot and The Human Hand” oleh G.M Humphry (1861) mendiskusikan tentang ergonomis dan teori tentang kaki. Dalam tubuh manusia, seluruh berat tubuh menjadi tanggungan diatas dua kaki – ini merupakan keseimbangan yang umum dari seluruh tubuh. Bagian yang disebut kaki adalah dari tumit sampai dengan ke ujung jari kaki. Terdapat 26 tulang pada jari kaki, yang merupakan dasar sebuah kaki untuk menapak.Untuk berjalan, berdiri dan berlari, merupakan support dari tubuh bagian atas yang berasal dari tulang paha ke pergelangan kaki. Kaki dan associated bones terutama diguankan untuk traction. Selama traction, pusat gravitasi ditransfer dari tumit ke jari kaki.
Seiring dengan pergeseran gravitasi, tubuh bergerak maju dalam kaitannya dengan kaki yang menapak kebawah (Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Kaki yang Ergonomis
Sumber: Convertible High-Heels Design, Chang Pei-Yu, 2011
Pentingnya kaki manusia dapat dipahami melalui “foot reflex zone Health Act”. Penulisnya, Mr Rossi, mengaitkan penelitiannya dengan efek pada kaki manusia. Dalam bukunya Mr. Rossi menyebutkan tentang pengembangan desain ergonomis pada kaki. Pertama, tentang struktur kaki, masing-masing kaki memiliki dua puluh enam tulang yang sangat tidak teratur dalam bentuk dan ukuran. Komposisi dari struktur tulang ini memberikan 137 sendi atau artikulasi yang mengizinkan pergerakan dari kaki, memberikan fleksibiltas dan berfungsi sebagai peredam guncangan ketika seseorang berdiri, berjalan, berlari.
Arsitektur tulang kaki manusia diatur dalam tiga kelompok utama yaitu kelompok kaki, kelompok metatarsus, dan kelompok tarsus (Harold, R, 1946). Oleh karena itu berdasarkan pengertian dari struktur kaki, ada beberapa bagian yang penting dari kaki, yaitu lengkungan tulang metatarsal, lengkungan melintang, lengkungan membujur luar dan lengkungan longitudinal yang dalam. Ini semua meruapakan bagian kaki yang langsung berhubungan dengan alas kaki
/ sepatu (William R, 2000). Hal ini merupakan titik-titik utama pada kaki yang mudah sakit pada saat mengenakan sepatu (Gambar 2.4).
Gambar 2.4 Titik Kaki yang Sakit saat Pakai Sepatu Sumber: Convertible High-Heels Design, Chang Pei-Yu, 2011
Poin diatas digunakan sebagai dasar untuk mengerti tentang ergonomis saat mendesain sebuah alas kaki. Variasi dari satu individu ke individu lain berarti bahwa setiap orang akan berreaksi berbeda terhadap sepatu tertentu. Prinsip-prinsip ini digunakan sebagai referensi ketika merancang sepatu yang ergonomis. Selain itu, menurut teori ergonomi kaki, sebelum membuat sepatu, bentuk kaki dan jari kaki harus dikombinasikan untuk membayangkan bentuk atau desain sepatu. Prinsip-prinsip ini yang digunakan oleh Tip Toe sebagai referensi dalam merancang desain sepatu. Karena Tip Toe menyadari bahwa design sepatu yang cantik atau menarik tidak akan bertahan lama jika tidak memiliki kenyamanan bagi para pelanggan.
Kesesuaian untuk setiap sepatu didasarkan oleh pengertian dari struktur dasar sebuah kaki. Fitting merupakan proses untuk meyakinkan bahwa bentuk dari sepatu sesuai dengan kaki. Prosedur fitting dilakukan
sebelum pelanggan membeli sepatu, pada saat pengembangan dan persiapan membuat bentuk atau gaya sepatu yang baru. Oleh karena itu, melalui fitting, berbagai skala analog digunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan alas kaki (William, 2000, p63-64).
Menurut Sistem Amerika atau Standard Amerika (p163), uji standar meliputi berbagai ukuran kategori sepatu, rentang ukuran sepatu dibagi menjadi teratur dan ekstrim (melebihkan sedikit di luar jangkauan reguler). Selain itu, untuk klasifikasi ukuran resmi, meliputi; bayi, anak perempuan & anak laki-laki, remaja, dan laki-laki. Sistem kode digunakan untuk menandai ukuran sebenarnya, membuat kenyamanan sepatu untuk pelanggan atau konsumen. Di sisi lain, memakai ukuran sepatu yang benar dapat melindungi kaki dari ketidaknyamanan, memakai ukuran sepatu yang salah dapat menyebabkan cacat kaki dan luka (William 2000 p162-164). Sebagai hasilnya, sistem pengukuran akan membentuk dasar untuk pengembangan dan desain lebih lanjut.