• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang. pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang. pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

Istilah kelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah tersebut sama, yaitu menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental dibawah normal. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang sangat rendah sehingga untuk meneliti tugas perkembangan sangat membutuhkan layanan dan bimbingan secara khusus (Mohammad Efendi, 2006: 110).

Menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) dalam Moh. Amin (Mumpuniarti, 2007: 13), bahwa tunagrahita sedang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri, mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan, dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung.

Menurut Soemantri Sutjihati (2006: 107), bahwa tunagrahita sedang adalah imbesil, kisaran IQ antara 51-36 pada skala Binet dan 54-50 menurut skala Weschler (WISC), dalam kehidupan sehari-hari masih membutuhkan perawatan yang terus-menerus. Hal ini dilakukan supaya anak dapat bekerja di tempat terlindung, sangat sulit bahkan tidak dapat

(2)

10

belajar secara akademik seperti menulis, membaca serta berhitung, namun anak dapat menulis hal-hal yang paling sederhana yakni nama, dengan kata lain tunagrahita sedang lebih ditekankan pada kemampuan yang berasal dari dirinya sendiri, yakni berupa latihan keterampilan yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari, tidak menekankan pada pendidikan akademik, tetapi pada pendidikan sosial, dapat mengurus diri sendiri, mandi, berpakaian, makan, minum hingga mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang sederhana.

Merujuk dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa anak tunagrahita sedang adalah golongan anak yang memiliki IQ berkisar 30/50 sampai 54/50 masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan baik di bidang akademik maupun non-akademik, namun dalam pendidikannya perlu bimbingan dan pelayanan khusus.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang

Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki kisaran IQ antara 51-36 pada skala Binet sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 54-40. Anak terbelakang sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Anak terbelakang sedang dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya (Sunaryo Kartadinata, 1996: 86).

Menurut Mumpuniarti (2003: 24), bahwa karakteristik tunagrahita yang termasuk kategori sedang biasanya memiliki gejala klinik dan pada

(3)

11

usia sebelum lima tahun sudah menampakan keterlambatan mental atau ketunaan.

Menurut Wardai, Tati Hernawati, dan Astati (2004: 6.15), bahwa karakteristik anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik, perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan.

Anak berkomunikasi dengan beberapa kata. Anak dapat membaca dan menulis seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orangtuanya, dan lain-lain. Anak mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian anak masih memiliki potensi untuk mengurus diri sendiri. Anak dapat dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak orang lain.

Sampai batas tertentu anak selalu membutuhkan pengawasan, pemeliharaan, dan butuh orang lain. Tetapi anak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Setelah dewasa anak tunagrahita sedang tidak lebih dari anak normal usia 6 tahun. Anak dapat mengerjakan sesuatu dengan pengawasan.

Menurut Moh. Amin (1995: 39), anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik, pada umumnya anak belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari pada anak tunagrahita ringan. Anak hampir selalu bergantung pada perlindungan orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya. Anak masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan

(4)

12

menyesuaikan terhadap lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa anak bisa mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun.

Menurut Moh. Amin (1995: 23), bahwa IQ anak hambatan mental berkisar antara 30-50 dan prevalensinya kira-kira 20% dari jumlah anak kategori retardasi mental. Sedangkan menurut Mumpuniarti (2000: 42-43), secara khusus karakteristik anak tunagrahita sedang, yaitu :

a. Karakteristik fisik

Terlihat kecacatatanya, penampakan fisik jelas terlihat, karena pada tingkat ini banyak di jumpai tipe Down’s Syndrome dan Brain

Damage. Koordinasi motorik lemah sekali, dan penampilan

menampakan sekali sebagai anak terbelakang. b. Karakteristik psikis

Menginjak umur dewasa anak baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal usia 7 tahun atau usia 8 tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakan, sering melamun atau tidak hiperaktif.

c. Karakteristik sosial

Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tifak mempunyai rasa terimakasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.

d. Karakteristik akademik

Umumnya memiliki kemampuan untuk dilatih dan diberi sedikit pelajaran membaca, menulis, dan berhitung yang fungsional untuk kehidupan sehari-hari sebagai bekal mengenal lingkunganya, serta latihan-latihan memelihara diri dan beberapa keterampilan sederhana.

Menurut Muhammad Efendi (2006: 98), karakteristik anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut :

a. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkrit dan sukar berpikir abstrak.

b. Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. c. Kemampuan sosialisasinya terbatas.

d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.

e. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang diamati. f. Kerap kali diikuti gangguan artikulasi bicara.

(5)

13

Berdasarkan uraian tentang karakteristik anak tunagrahita sedang menurut beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita sedang adalah secara fisik terlihat kecacatanya, koordinasi motorik lemah sekali, penampilan menampakan sekali sebagai anak terbelakang, tidak mempunyai inisiatif, sering melamun, hiperaktif, mengalami hambatan dalam hubungan sosial, namun masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademik yang sederhana antara lain membaca, menulis, dan berhitung serta keterampilan yang sederhana.

B. Kajian Tentang Kemampuan Menulis Permulaan 1. Pengertian Kemampuan Menulis Permulaan

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh anak, karena kemampuan ini berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan menulis adalah komponen penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa disamping kemampuan menyimak, membaca, dan berbicara. Kemampuan ini dimiliki anak melalui latihan dan bimbingan, yang biasanya diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah. Kemampuan menulis menjadi salah satu komponen yang turut menentukan tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 62-63), kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa

(6)

14

tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berfikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunkan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik.

Kemampuan-kemampuan yang diperlukan itu dapat diperoleh melalui proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingka permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya. Apabila dasar itu baik, kuat maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan lebih baik pula, dan apabila dasar kurang baik atau lemah maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik juga.

Menurut Lerner, bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Sedangkan menurut Soemarmo Markam, menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar (Mulyono Aburrdahman, 2003: 224).

Menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 21), bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

(7)

15

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Sedangkan menurut Muchlisoh dkk (1992: 240), bahwa menulis ialah suatu kegiatan atau aktivitas dari sesoarang penulis untuk menyampaikan suatu gagasan secara tidak langsung kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan lambang grafik yang dapat dipahami oleh penulis dan pembaca. Sehingga terjadilah komunikasi tidak langsung diantara penulis dan pembaca.

Menurut Muchlisoh dkk (1992: 269), bahwa menulis permulaan adalah jenis menulis yang diajarkan kepada kelas 1 dan 2 SD. Disebut demikian karena dalam menulis permulaan lebih diutamakan pengenalan penulisan huruf dan kedudukan atau fungsingya di dalam kata dan kalimat. Sedangkan menurut Wardani (1995: 58-59), bahwa menulis permulaan merupakan kegiatan yang mempersyaratkan kematangan untuk membentuk atau membuat huruf, di samping mengenal apa yang dilambangkan oleh huruf tersebut. Merangkaikan huruf-huruf secara benar sehingga dapat membentuk kata dan kemudian kalimat yang menuntut kemampuan lanjutan yang lebih kompleks.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis permulaan dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki dan suatu kesanggupan untuk melukiskan simbol gambar, lambang-lambang huruf dan grafik sehingga membentuk huruf yang dapat dipahami penulis atau orang lain.

(8)

16

2. Kemampuan Menulis Anak Tunagrahita Sedang

Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan individu untuk mencapai sesuatu. Menurut Dimyati & Mudjiono (Mumpuniarti, 2007: 35), bahwa program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Pembelajaran sebagai proses belajar berorientasi kepada hasil, dan hasil itu berupa perilaku hasil belajar yang meliputi kapabilitas, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita lebih ditekankan untuk menopang kemandirian di kehidupan dewasa. Pembelajaran bidang ini dapat diintegrasikan ke pembelajaran membaca, setelah kemampuan motorik halusnya siap, mampu memegang pensil dengan benar, dan menguasai beberapa kata dengan ejaan yang benar. Seperti halnya pembelajaran membaca, pembelajaran menulis perlu juga dipadukan dengan pembelajaran bidang studi lainya. Keterpaduan tersebut agar supaya kegiatan belajar dari kehidupan sehari-hari dan diharapkan untuk memperoleh konteks menulis dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Burton (Mumpuniarti, 2007: 115), bahwa pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita sedang lebih ditekankan untuk mampu menulis identitasnya sendiri, berhubung keterbatasan mereka. Hal ini dikemukakan sebagai berikut “Writting is a composite of Skills cognitive

as well as perceptual-motor development. It is not anticipated that he trainable Mentally Retarded will advance beyond a level of writing their

(9)

17

name, address, and telephone number”. Jadi menulis bagi tunagrahita

mampu latih tidak dapat diantisipasi ke level yang melibihi kemampuan mereka, selain hanya menulis nama, alamat, dan nomor telpon. Huruf yang lebih mudah diajarkan bagi anak tunagrahita sedang dengan huruf cetak atau capital besar, karena huruf ini yang sering juga digunakan di tempat-tempat umum dan dalam pengisian formulir.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di atas, bahwa menulis permulaan bagi anak tunagrahita sedang adalah proses aktif dalam mempelajari dan memahami proses menulis dengan menggunakan huruf cetak seperti menulis nama, alamat, dan nomor telpon agar anak mampu melakukan kegiatan sehari-hari.

3. Proses Pembelajaran Menulis Permulaan

Aktivitas dalam pembelajaran menulis perlu disistematika dengan tahapan proses menulis seperti penyampain pesan dengan berbicara, penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, pemahaman tentang bentuk-bentuk simbol grafis melalui membaca, koordinasi mata dan tangan untuk membentuk grafis yang melambangkan bunyi, mampu mengekspresikan pesan dengan bahasa yang terstruktur, dan pesan yang tersruktur disampaikan lewat simbol grafis.

Menurut Sunardi (Munawir Yusuf, 2005: 178), bahwa yang dimaksud dengan poses menulis sebenarnya meliputi 3 aspek yaitu menulis dengan tangan, mengeja, dan mengarang.

(10)

18

Menurut Munawir Yusuf (2005: 188), sebelum pengajaran menulis secara formal dimulai, anak harus sudah menguasai perangkat keterampilan kesiapan menulis sebagai berikut :

a. Gerakan tangan ke berbagai arah, yaitu atas bawah, kiri kanan, depan belakang.

b. Menulusuri bentuk-bentuk geometris dan garis putus-putus. c. Menghubungkan titik

d. Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan e. Membuat garis vertikal dari atas ke bawah

f. Membuat lingkaran dengan arah jarum jam, dengan arah berlawanan, dan membuat garis lengkung

g. Membuat garis-garis sejajar miring h. Menyalin bentuk sederhana

i. Menyebutkan nama huruf dan menjelaskan perbedaan persamaan bentuk antara huruf.

Menurut Sabarti Akhadiah M. K dkk (1992: 75), bahwa ruang lingkup latihan menulis permulaan ini dilaksanakan bersama-sama dengan membaca permulaan. Siswa terlebih dahulu mengenali huruf-huruf dalam kata dan kalimat, kemudian berlatih menuliskannya. Misalnya, pertama, dapat menuliskan huruf a, i, n, m yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Kemudian, dilanjutkan dengan huruf-huruf lain. Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) tidak dijelaskan dengan rinci tentang pelajaran menulis permulaan, apakah yang ditulis huruf cetak atau huruf tegak. Hanya dalam tujuan tercantum “Siswa memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide/pesan secara tertulis”.

Namun, sebaiknya keduanya diperkenalkan dan yang dilatih adalah huruf tegak bersambung. Pada dasarnya siswa pertama-tama disuruh

(11)

19

menyalin dulu contoh yang diberikannya berulang-ulang sampai siswa dapat menuliskannya dengan baik.

Menurut Depdiknas (2007: 16-17), bahwa kegiatan menulis juga dapat dilakukan melalui permainan. Permainan menulis meliputi persiapan menulis dan bentuk tulisan.

a. Persiapan menulis adalah kegiatan atau kesanggupan yang melatih motorik anak, antara lain :

1) Meronce dengan manik-manik.

2) Mencipta sesuatu dengan menggunting, mecocok, dan merobek kertas.

3) Menggambar.

4) Mewarnai bentuk gambar sederhana.

5) Menyusun menara lebih dari delapan kubus.

6) Menciptakan bermacam-macam bentuk bangunan dari balok yang banyak.

7) Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang woll, tali raffia, dan sebagainya.

8) Menggunting. 9) Melipat kertas.

10) Menganyam dengan berbagai benda media.

11) Permainan warna dengan menggunakan krayon, cat air, arang, kapur dan lain-lain.

12) Mencetak dan membatik. b. Bentuk tulisan

1) Mencoret

a) Menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap.

b) Menggambar bentuk (+ dan X) lingkaran/bujur sangkar dan segetiga secara bertahap.

c) Melukis dengan jari (finger painting) kuas, pelepah pisang, dan sebagainya.

d) Permainan warna dengan krayon, cat air, arang, lilin, kapur dan lain-lain.

2) Tulisan horizontal (tahap linear) 3) Menulis acak

4) Menulis bilangan

a) Mencontoh angka 1-10 b) Menulis angka 1-1

(12)

20

Setiap pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang berguna unutk tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Mumpuniarti (2007: 74-76), menyatakan bahwa komponen belajar itu meliputi tujuan pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, materi pembelajaran serta evaluasi.

Berikut ini diuraikan komponen-komponen dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan :

a. Tujuan Pembelajaran Menulis Permulaan

Menulis mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Banyak hal yang dapat diungkap melalui suatu tulisan. Menurut Supriyadi dkk (1992: 218), tujuan menulis permulaan adalah siswa memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis.

Menurut Sabarti Akhadiah M. K dkk (1992: 82), menyebutkan bahwa tujuan menulis permulaan adalah agar anak dapat menulis dengan tulisan yang terang, jelas, teliti, dan mudah dibaca.

Tujuan pembelajaran menulis permulaan dapat dilihat dari tiga aspek diantaranya yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam aplikasinya dari beberapa tujuan ini ketika pembelajaran dapat menitik beratkan pada keterampilan tanpa mengabaikan segi kognitif dan afektifnya.

Menurut Depdiknas (2006: 67-68), yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bahwa pembelajaran

(13)

21

menulis permulaan bagi kelas 2 anak tunagrahita pembelajaran menulis permulaan meliputi :

1. Menulis kata 2. Menulis huruf

3. Menyalin atau mencontoh huruf 4. Menyalin kata sederhana dari buku 5. Menyalin kalimat sederhana dari buku.

Pelaksanaan dalam menulis permulaan, anak lebih ditekankan dapat menyalin suku kata dan kata sederhana. Permulaannya anak dibiasakan setiap akan menulis dari namanya sendiri pada buku pekerjaan, tempat penyimpanan tasnya, daftar namanya di presensi kelas. Selanjutnya dikembangkan untuk menulis nama-nama temannya di kelas, gurunya, orang tuanya, adiknya, kakaknya, atau kakek/nenek yang masih memiliki, pembelajaran menulis sedikit demi sedikit ditingkatkan bertahap sesuai dengan tambahnya perbendaharaan kata dan pengalaman anak.

b. Materi Pembelajaran Menulis Permulaan

Bahan atau materi pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasi oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam suatu pendidikan tertentu. Materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran, materi

(14)

22

pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Menurut

subject centered teaching keberhasilan suatu proses pembelajaran

ditentukan oleh beberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum. Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Wina Sanjaya, 2010: 141-142).

Ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari materi pelajaran. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2010: 100), materi pelajaran merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapakan.

Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2010: 104), Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau menetapkan materi pelajaran yaitu :

1. Tujuan pengajaran. 2. Pentingnya bahan. 3. Nilai praktis.

4. Tingkat perkembangan peserta didik. 5. Tata urutan.

Menurut Abdul Kholiq dan Chabibah (2009: 14), bahwa materi pokok dalam pembelajaran menulis permulaan yaitu :

1. Menebalkan garis. 2. Menjiplak gambar. 3. Membuat lingkaran. 4. Menulis huruf dan angka.

5. Mencontoh kata dan kalimat sederhana. 6. Menulis huruf tegak bersambung.

Beradasarkan uraian di atas, diketahui bahwa materi pembelajaran menulis permulaan bagi anak tunagrahita sedang di SLB

(15)

23

adalah tahapan yang paling awal ketika menulis yaitu, dilatih dulu menulis huruf cetak, mulai huruf kecil sampai huruf besar. Jika anak belum bagus matoriknya perlu dibantu dengan pertolongan menghubungkan susunan titik-titik dari susunan bentuk garis, huruf, dan angka dengan cara menebalkan. Selanjutnya diminta menulis dengan pertolongan garis-garis dan kotak-kotak. Garis dan kotak tersebut berfungsi sebagai pertolongan untuk besar dan jarak setiap garis, huruf, dan angka.

c. Metode Pembelajaran Menulis Permulaan

Mengajar menulis permulaan dalam pembelajaran akan berhasil bila guru mampu mengubah diri peserta didik. Guru di tuntut dapat menjelaskan dan memberi pelatihan mengenai menulis permulaan dengan melihat keterbatasan motorik anak. Metode yang dipakai dalam pembelajaran menulis permulaan anak tunagrahita sedang adalah metode demonstrasi dan pemberian tugas.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 35), bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sedangkan menurut Suryosubroto (1997: 149), metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.

(16)

24

Ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari metode pembelajaran. Menurut Moeslichatoen R. (1999: 7), bahwa metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang didalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 93), mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :

1) Anak didik 2) Tujuan 3) Situasi 4) Fasilitas 5) Guru.

Metode dalam pengajaran menulis permulaan, guru harus dapat memilih, menentukan, mengkombinasikan, dan memodifikasi serta mempraktekakkan berbagai cara penyampaian bahan dan materi yang sesuai dengan kondisi anak.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Permulaan

Keberhasilan pengajaran menulis permulaan, sangat ditentukan oleh proses pengajaran menulis itu sendiri. Program pembelajaran menulis permulaan dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan atau proses.

Langkah-langkah yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, antara lain :

(17)

25 a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Menentukan materi pelajaran c. Menentukan metode pembelajaran

d. Menentukan langkah-langkah untuk pemecahan masalah yang dialami peserta didik sehingga tidak ada hambatan dalam pelaksaanaan pembelajaran keterampilan

e. Menentukan cara mengevaluasi terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa dengan melihat hasil kerja siswa.

Menurut Sabarti Akhadiah M. K dkk (1992: 82-87), bahwa dalam mengajarkan menulis permulaan dapat melalui tahap :

a. Menentukan tujuan pokok bahasan b. Menyiapkan alat-alat pembelajaran c. Menyiapkan cara penyampaian d. Tahap persiapan

e. Menulis pola kalimat sederhana f. Menulis kata-kata

g. Menulis kalimat baru hasil sintesis suku kata

h. Melatih menulis huruf-huruf yang terdapat dalam kalimat sederhana i. Menggabungkan penulisan huruf-huruf menjadi suku kata, kata dan

kalimat.

j. Membuat kalimat sederhana.

Menurut Lerner yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (2003: 240-243), menyebutkan ada 15 macam aktivitas yang dapat

(18)

26

digunakan untuk membantu agar anak dapat menulis permulaan dengan baik yaitu :

a. Aktivitas menggunakan papan tulis

b. Bahan-bahan lain untuk latihan gerakan menulis c. Posisi

d. Kertas

e. Memegang pensil

f. Kertas stensil dan karbon g. Menjiplak

h. Menggambar diantara dua garis i. Titik-titik

j. Menjiplak dengan semakin dikurangi k. Buku bergaris tiga

l. Kertas dengan garis pembatas

m. Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf n. Bantuan verbal

o. Kata dan kalimat.

Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka dapat diuraikan tentang langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan bagi anak tunagrahita sedang, adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal/Pendahuluan

1) Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

(19)

27

2) Mengajak siswa menyanyikan lagu-lagu anak sambil menggerakkan anggota badan sesuai dengan syair lagu.

b. Kegiatan Inti 1) Persiapan

a) Siswa diajak bertanya jawab tentang berbagai bentuk garis, huruf, dan angka.

b) Guru menulis berbagai bentuk garis putus-putus misalnya, garis lurus, lengkung, vertikal, horisontal, miring ke kanan, miring ke kiri, panjang, atau pendek di buku anak.

c) Guru menulis berbagai bentuk huruf dan angka dengan garis putus-putus di buku anak.

2) Proses menulis permulaan

a) Siswa menebalkan garis putus-putus seperti garis lurus, lengkung, miring ke kanan, miring ke kiri, vertikal, horizontal, panjang dan pendek di buku siswa.

b) Guru membantu siswa ketika kesulitan menebalkan garis-garis misalnya, garis vertikal, horisontal, miring ke kanan, miring ke kiri, panjang, lengkung atau pendek.

c) Siswa menebalkan garis putus-putus seperti bentuk huruf, angka di buku anak.

d) Guru membantu siswa ketika kesulitan menebalkan bentuk huruf dan angka.

(20)

28 c. Kegiatan Akhir/Penutup

1) Bersama-sama siswa menyimpulkan hasil belajar sesuai dengan hasil klarifikasi.

2) Bertanya jawab untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari selama pembelajaran (evaluasi hasil belajar).

3) Mengajak semua siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

C. Kerangka Pikir

Tunagrahita sedang adalah anak yang kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata. Anak tunagrahita sedang masih mampu mendapatkan keterampilan akademik berupa keterampilan sederhana dan mengacu pada keterampilan fungsional yang mendukung kemandirian di masa depan dan menunjang karirnya. Oleh karena itu orang tua yang memiliki anak tunagrahita sangat penting untuk menempatkan anak tunagrahita di sekolah sehingga anak dapat mempelajari keterampian tersebut sejak dini.

Anak tunagrahita sedang harus memiliki kemampuan fungsional yang mendukung anak, salah satunya adalah kemampuan menulis. Kemampuan menulis dimulai dari kemampuan menulis permulaan, menulis tangan, mengeja, dan ekspresi menulis. Kemampuan ini nantinya bisa bermanfaat bagi anak untuk menulis yang sederhana seperti menulis nama, alamat, dan nomor telepon. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pembelajaran menulis permulaan yang diajarkan di sekolah.

(21)

29

Pengenalan untuk menulis huruf dan angka bagi anak tunagrahita sangatlah penting sebab setiap anak tunagrahita sedang biasanya memiliki bekal pengetahuan kemampuan menulis dari lingkungan keluarganya. Dengan adanya pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita sedang diharapkan anak mampu mandiri seperti, menuliskan nama pada buku, menulis alamat, dan nomor telepon tanpa bantuan.

Pembelajaran menulis permulaan ini terdapat dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Luar Biasa yang disesuaikan sehingga diperkirakan anak tunagrahita sedang mampu memenuhi standart kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Namun untuk ketercapaianya perlu peran serta guru dalam memberikan inovasi dan motivasi sehingga pembelajaran bahasa Indonesia dapat berjalan lancar dan siswa mampu memenuhi SK dan KD yang ada dalam kurikulum dan peran serta orang tua dalam perkembangan anak tungrahita.

Melihat permasalah di atas, peneliti ingin mengungkap kemampuan menulis anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB dengan jalan mendeskripsikan bagaimana kemampuan menulis permulaan dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB.

(22)

30 D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB SLB Insan Mandiri Dlingo?

a. Bagaimana kemampuan menebalkan bentuk garis seperti garis lurus, lengkung, verikal, horizontal, miring kekanan, miring kekiri, dan garis panjang atau pendek?

b. Bagaimana kemampuan anak menebalkan angka, seperti angka 1-5 dan seterusnya?

c. Bagaimana kemampuan anak menebalkan huruf, seperti A, I, U, E, O dan seterusnya?

2. Apa kendala-kendala yang dihadapi anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB SLB Insan Mandiri Dlingo dalam menulis permulaan?

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi merupakan studi yang menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel bebas dengan satu variabel terikat untuk tujuan mengestimasi atau

Desa Karanganyar sendiri merupakan salah satu desa di !ilayah kabupaten Cirebon yang memiliki  potensi ekonomi di dalam desanya sendiri.. Karena masyarakat di desa

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja dengan kinerja guru SMAN Kota Malang..

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Kutoarjo juga melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi kendala-kendala yang muncul dalam proses pembinaan tersebut, walaupun

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah struktur modal (LTDER) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap inisiasi dividen (Dividend Payout Ratio) pada

Menjelaskan karakteristik ruang, tektonika dan system symbol dalam beberapa lokalitas arsitektur Nusantara Menyimpulkan problem dan prospek perkembangan arsitektur Nusantara,

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh citra merek dan harga diskon terhadap minat beli konsumen pada produk Nike di Sports Station Tunjungan Plaza Surabaya. Penelitian