MODUL OPTIMALISASI LAHAN BUDIDAYA KACANG HIJAU
Penanggung Jawab Kristin Damayanti, S.Si (Direktur Yayasan Kristen Trukajaya)
Tim Penyusun Eko Kristiyanti, SP
Widhi Nugraheni Dwi Lestari , SP Eunike Widhi Wardhani,SP
Diterbitkan oleh Yayasan Kristen Trukajaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan dihadapan Tuhan, oleh karena perkenanNya buku modul ini dapat disusun dengan baik dan diterbitkan. Dengan diterbitkannya buku ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para trainer, petani dan pihak-pihak yang memerlukan panduan dalam rangka menjalankan usaha budidaya tanaman dan pemanfaatan lahan pekarangan.
Buku ini disusun berdasarkan pengalaman dan sumber-sumber informasi dari buku pustaka maupun internet sebagai acuan bagi fasilitator dalam membantu memberikan pemahaman kepada petani atau masyarakat damping nuntuk pemanfaatan lahan secara optimal dan dapat digunakan langsung oleh petani sebagai acuan dalam pemanfaatan lahan secara organik untuk budidaya tanaman.
Dengan mengacu buku modul ini, diharapkan hal-hal yang disampaikan dan ditulis dapat memberikan keyakinan bagi pemakai tentang kegunaannya dan manfaatnya.
Tentunya modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karenaitu kami mohon saran dan masukan demi kebaikan modul ini, terima kasih.
Salatiga, Januari 2021 Direktur Trukajaya
DAFTAR ISI
Lembar Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Tujuan, Metode, Waktu dan Proses Kegiatan 4 Materi Modul :
Pendahuluan 6
Teknik Budidaya Kacang Hijau 7
Panen dan Pasca Panen 14
Tujuan Umum :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan lahan dengan melakukan budidya secara organic
2. Mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan pertanian organic
Tujuan Modul :
1. Sebagai acuan bagi fasilitator dalam membantu memberikan pemahaman kepada petani atau masyarakat dampingan untuk pemanfaatan lahan secara optimal.
2. Memberikan pemahaman untuk petani atau masyarakat dampingan dalam melakukan pemafaatan lahan secara organic untuk budidaya tanaman.
Metode Pembelajaran :
a. Persiapan dan Penyampaian materi b. Diskusi
c. Praktek di lapang untuk budidaya tanaman d. Evaluasi
Waktu dan proses kegiatan
a. Pemaparan materi, diskusi tanya jawab untuk budidaya tanaman 90 menit.
b. Praktek di lapang 60 - 90 menit untuk budidaya Alat dan Bahan Praktek :
Langkah Fasilitasi :
a. Fasilitataor menyampaikan tujuan dan strategi pembelajaran kepada peserta pelatihan
b. Fasilitator menyampaikan materi dalam bentuk presentasi dilanjutkan dengan tanya jawab
c. Kegitan prkatek. Fasilitator dapat membagi peserta dalam kelompok dan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk praktek sesuai modul yang disampaikan
d. Peserta dipandu Fasilitator melakukan praktekdi lapang sesuai materi yang disampaikan
Metode Evaluasi
Evaluasi atas kegiatan belajar dapat dilakukan oleh fasilitator secara langsung berupapertanyaan seputar materi maupun proses selama kegiatan berlangsung
BUDIDAYA TANAMAN KACANG HIJAU 1. PENDAHULUAN
Kacang hijau yang kita kenal sering dikonsumsi dalam bentuk bubur kacang hijau. Kacang hijau ini merupakan salah satu tanaman pangan yang mudah dalam dibudidayakan. Kacang hijau ini dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat. Bijinya yang berwarna hijau sedikit lonjong serta teksturnya yang keras.
Kacang hijau organic merupakan tanaman yang tumbuh didaerah tropis. Suhu yang dibutuhkan untuk budidaya kacang hijau ini suhu yang panas. Pada musim hujan, pertumbuhan vegetatif sangat cepat sehingga mudah rebah.Kacang hijau menyukai tanah gembur dengan saluran pembuangan air yang baik. Tanah sawah bekas padi bisa digunakan untuk lahan penanaman kacang hijau.Pengolahan kering dilakukan dengan cara mencangkul atau dibajak supaya dapat diratakan. Dan setiap 5-6 m dibuat saluran pengairan. Pada lahan kering, kacang hijau ditanam pada akhir musim hujan.
Untuk memudahkan nama-nama varietas kecang hijau, kita ingat saja, nama-nama burung. Itu artinya nama-nama burung jadi rujukan untuk varietas tanaman kacang hijau.
2. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KACANG HIJAU 2.1. Syarat Tumbuh
a. Tanah
Tekstur : Liat berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik.
Struktur tanah gembur Ph 5,8 7,0 optimal 6,7 b. Iklim
Curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln
Temperatur 25o - 27o C dengan kelembaban udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari.
2.2. Teknologi Budidaya a. Benih Varietas Hasil (1/ha) Umur (hari) Posisi polong Berat 100 biji (g) Sifat Khusus
Murai 1,5 63 Terkulai 6 Tahan penyakit bercak daun
Perkutut 1,64 60 Terkulai 5 Tahan penyakit embun tepung : Agak tahan
penyakit bercak daun Kenari 1,64 60-65 Terkulai 6,7 Agak tahan penyakit
bercak daun : Toleran penyakit karat
Sriri 1,58 60-65 Terkulai 6 Toleran penyakit embun tepung
b. Pengelolaan Tanah
Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak dilakukan pengolahan tanah ( TOT ). Penyiapan lahan yang baik dilakukan sebelum tanam. Pada tanah bertekstur ringan tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-4 m. Saluran irigasi dibuat dengan jarak 3 - 5 m. Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo perlu
pengolahan tanah minimal.
Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan perbaikan struktur tanah.
Gambar lahan yang sudah diolah c. Penanaman
Waktu Tanam
Pada lahan sawah tanaman kacang hijau ditanam pada musim kemarau setelah padi. Sedangkan dilahan tegalan dilakukan pada awal musim hujan.
Tanam dengan sistem tugal, 2-4 biji/lubang. Pada musim hujan, digunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm sehingga mencapai populasi 300 - 400 ribu tanaman/ha. Pada musim kemarau digunakan Jarak tanam 40 cm x 10 cm sehingga populasinya sekitar 400-500 ribu tanaman/ha. Pada bekas tanaman padi, penanaman kacang hijau tidak boleh lebih dari 5 hari sesudah padi dipanen, Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 7 hari.
d. Pemupukan
Pada lahan sawah bekas tanaman padi yang subur padi tidak perlu dilakukan pemupukan.
Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK.
Pada tanah yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg Urea + 45 - 90 kg TSP + 50 kg KCL/ha, yang diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman
Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang dapat meningkat kapasitas menahan air didalam tanah. Bahan
organik berupa pupuk kandang sebanyak 1520 ton/ha dan abu dapur sangat baik untuk pupuk dan diberikan sebagai penutup lubang tanam
e. Mulsa jerami
Untuk menekan serangan hama lalat bibit, pertumbuhan gulma, dan penguapan air, jerami padi sebanyak 5 ton/ha dapat diberikan sebagai mulsa.
f. Pengairan
Pengairan pada kacang hijau diperlukan terutama pada lahan sawah irigasi, terutama pada saat tanaman mengalami masa pertumbuhan vegetative, pada periode kritis pada waktu perkecambahan, menjelang berbungan dan pembentukan polong.
Jika ditanam pada sawah tadah tidak perlu diberi air. Sebab tanah masih lembap bila ditanam pada saat masih hujan. Kacang hijau pada masa generatif sedikit memerlukan air.
g. Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 17 hari setelah penanaman dilakukan. Penyulaman dilakukan dengan cara menyediakan tanaman cadangan yang ditanam di luar area tanaman. Penyulaman dilakukan jika 5% lubang tanaman tidak ditumbuhi tanaman sempurna.
Penyiangan dilakukan seawal mungkin karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2 dan 4 minggu.
h. Pengendalian hama dan penyakit 1. Hama
a. Agromyza phaseolli (lalat kacang) meruca testualitis, spidoptera
sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips. Lalat kacang :
ciri-cirinya tubuh kecil berukuran 1,5 mm, warna hitam mengkilap, siang hari bersembunyi di dalam rumput, dan kepompongnya atau pupa berwarna coklat.
Dampak pada tanaman, terdapat bercak-bercak pada daun pertama, polong yang diserang gugur, daun mulai layu dan kekuning-kuningan, tanaman akan mati saat berumur 3-4 minggu. Pengendaliannya : Penanaman secara serempak dan tanam bergilir, dengan menggunakan varietas unggul yang tahan hama penyakit. Penggunaan pestisida dilakukan apabila serangan hama tidak dapat dikendalikan dengan cara biologi.
b. Ulat Jengkal :
Ciri-cirinya : tubuhnya berwarna hijau, ukurannya 2-3 cm, dan jalannya menyungkal.
Dampak pada tanaman, menyerang tanaman yang sudah tua, dan menyerang daun hingga tulang daun.
Pengendaliannya : Musnahkan telur dan larvanya, penanaman secara serempak dan tanam bergilir.
Ciri-cirinya, larva berwarna merah kebiruan pada waktu kecil, dan setelah besar berwarna hijau, dan bentuk larva gemuk licin.
Dampak pada tanaman, membuat lubang pada polong, memakan biji, gejala bercak hitam, adanya lubang bulat pada polong, dan biji pada polong habis dimakan.
Pengendaliannya : Penanaman secara serempak dan tanam bergilir.
d. Ulat penggulung daun :
Ciri-cirinya, ulat berwarna hijau terang, dan kupu-kupu kecil berwarna coklat muda.
Dampak pada tanaman, daun menggulung ke dalam/keriting karenasel-sel bagian atasnya mengerut dan menurunkan hasil, karena proses fotosintesis terganggu.
Pengendaliannya : Membuang daun yang menggulung, mematikan ulatnya.
2. Penyakit
Bercak daun.
Pengendaliannya : Penyemprotan Pestisida organik Karat daun :
Pengendaliannya : menaman varietas tahan penyakit, penyemprotan pestisida organik
Kudis
Pengendaliannya : Penanam varietas tahan penyakit. Tanaman dicabut dan dibakar. Penyemprotan Pestisida organik
Pengendaliannya : Dengan menanam varietas yang tahan penyakit. Penyemprotan Pestisida organik
3. PANEN dan PASCA PANEN KACANG HIJAU
Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan genetik utamanya dilakukan selama prosesing, sedangkan menjaga mutu fisiologis dilakukan sejak saat panen hingga penyimpanan. Pengelolaan benih dalam rangka mempertahankan mutu fisiologis tidak dapat dilakukan secara parsial (sepotong-sepotong), melainkan harus dilakukan secara simultan (menyeluruh) dan sistematis dengan menerapkan kaidah-kaidah pengelolaan benih secara benar, mulai saat panen hingga penyimpanan. Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa mutu benih pada awal penyimpanan merupakan syarat penting bagi keberhasilan pengelolaan mutu fisiologis selama penyimpanan. Bagaimanapun idealnya kondisi penyimpanan tidak dapat
memperbaiki mutu benih seperti pada awal penyimpanan. Penyimpanan benih secara ideal adalah pada kondisi suhu dan kelembaban ruang simpan yang rendah, yakni suhu sekitar 180C dengan kelembaban relatif
sekitar 60% (ruangan ber-AC dilengkapi dengan dehumidifier). Namun demikian, penyediaan fasilitas ruang simpan yang ideal di tingkat petani nampaknya masih sulit dilakukan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi penyediaan benih bermutu tinggi pada akhir penyimpanan di tingkat petani, teknik sederhana berikut ini dapat diterapkan.
3.1. Panen
Panen dilakukan bila sekitar 95% polong telah masak, yaitu berwarna coklat jerami atau hitam.
Panen dilakukan dengan cara mengambil polong yang sudah masak. Polong hasil panen langsung dikeringkan (dihamparkan) di bawah
sinar matahari dengan ketebalan sekitar 25 cm selama 1-2 hari (tergantung cuaca) menggunakan alas terpal, plastik, tikar, atau anyaman bambu, hingga kadar air biji sekitar 14%.
Mengingat sulitnya pengeringan polong pada musim hujan (karena kurangnya sinar matahari), maka polong perlu dianginanginkan dalam kondisi dihampar (tidak ditumpuk).
Waktu yang tepat untuk panen tanaman kacang hijau adalah 75 sampai 100 hari. Karena, menurut ilmu pertanian, bahwa waktu tersebut adalah watu yang tepat dalam memanen alias tanaman kacang hijau sudah mulai matang dan siap untuk dipanen.
Hal ini agar biji kacang hijau di dalam polong berkualitas dan jika dijual maka hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan polong biasanya. Dengan adanya biji dalam polong berkualitas, maka dapat dikatakan bahwa panen kamu lebih dari kata ‘berhasil’. Karena kamu bisa menghasilkan biji kacang hijau yang berkualitas dan super. Dengan adanya proses menunggu benih, maka biji di dalam polong pun mendapatkan kesempatan untuk berkembang dengan baik dan merata. Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua atau tiga kali tergantung varietas. Jarak antara panen kesatu dan ke dua 3-5 hari.
3.2. Perontokan
• Polong kacang hijau yang telah kering secepatnya dirontok. Perontokan dapat dilakukan secara manual (geblok).
• Secara umum, perontokan benih perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari banyaknya benih pecah atau retak sebab hal ini akan mempercepat penurunan daya tumbuh maupun vigor benih.
3.3. Pembersihan dan sortasi
• Benih hasil perontokan dibersihkan dari kotoran antara lain biji-biji rusak akibat serangan hama, biji-biji pecah atau ukurannya terlalu kecil, kulit polong. Pembersihan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan tampi, atau secara mekanis menggunakan kipas.
• Sortasi juga dilakukan berdasarkan warna biji, yakni biji yang tidak memiliki warna seperti yang tercantum dalam deskripsi varietas. Warna biji yang menyimpang dibuang.
Gambar Kegiatan sortir kacang hijau.
Gambar Pengeringan 3.4. Pengeringan
Benih yang sudah bersih segera dikeringkan lagi hingga mencapai kadar air 9-10%. Untuk menghindari timbulnya kerusakan mutu fisiologis benih akibat lamanya proses sortasi, disarankan setelah perontokan benih segera dikeringkan hingga kadar air sekitar 10% baru dilakukan sortasi.
Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari, menggunakan alas terpal, plastik atau tikar, dengan ketebalan benih sekitar 2-3 lapis benih.
Lakukan pembalikan setiap 2-3 jam agar benih kering secara merata. Akhiri pengeringan pada sekitar pukul 12.00 siang untuk menghindari sengatan sinar matahari yang terlalu panas. Untuk mencapai kadar air 9-10% diperlukan waktu pengeringan sekitar 4 jam sehari (mulai pukul 8.00 – 12.00 siang) selama 2-3 hari berturut-turut.
Setelah dikeringkan, benih perlu diangin-anginkan sekitar 0,5 jam ditempat teduh (tidak terkena sinar matahari) untuk menyeimbangkan suhu benih dengan suhu sekitarnya. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam kemasan benih. Gambar 10. Proses pengeringan menggunakan alas terpal.
3.5. Pengemasan
• Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk menghambat masuknya uap air dari luar
• Kantong plastik kapasitas 2 atau 5 kg dengan ketebalan 0,08 mm satu lapis atau 0,05 mm dua lapis cukup untuk digunakan.
• Kemasan ditutup rapat dengan cara diikat atau dilaminating. • Penggunaan kaleng/blek bertutup rapat dengan kapasitas 10- 15
kg dapat juga digunakan. 3.6. Penyimpanan
• Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai.
• Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikus ataupun hewan pengganggu lain yang mungkin dapat merusak kemasan maupun benih.
• Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri (jangan menyimpan benih dalam ruangan bersama pupuk ataupun bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan ruangan menjadi lembab)
Referensi :
1. Sumber : Balai Penelitian Tanaman Kacang -Kacangan dan Umbi-Umbian
2. Sumber : P3TIP/FEATI T.A. 2007 Oplag : 750 Examplar Tim Penyusun :AM, JH,RK