• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PESISIR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PESISIR

Ode Siti Andini Ladamay, Maria Anityasari, Budisantoso Wirjodirdjo

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya e-mail:dear2dini@yahoo.co.uk

ABSTRAK

Fluktuasi dan ketidakstabilan harga minyak dunia serta pengaruh krisis ekonomi global memberikan tekanan besar kepada perekonomian Indonesia. Sebagai bentuk langkah penyesuaian terhadap harga minyak dunia dan pengurangan beban besaran subsidi, pemerintah pada akhirnya harus menaikkan harga BBM. Kenaikan tersebut berpengaruh besar pada hampir semua sektor, karena memicu peningkatan biaya produksi dan operasional. Salah satu kelompok masyarakat yang memperoleh dampak langsung dari kenaikan harga BBM adalah masyarakat nelayan pesisir. Nelayan adalah komunitas dengan tingkat pendapatan terendah dibandingkan sektor usaha lain. Salah satu tindakan pemerintah untuk meredam gejolak itu adalah dengan menggunakan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam penelitian ini akan dilakukan suatu analisis kefektivitasan kebijakan BLT menggunakan sebuah instrumen pemodelan dinamis yang dapat digunakan oleh pembuat kebijakan dimana model tersebut mampu memberikan peringatan dini (early warning) atas dampak kebijakan penentuan harga BBM dalam usaha untuk mengantisipasi terjadinya penurunan tingkat pendapatan kelompok masyarakat nelayan pesisir. Setelah dilakukan validasi, didapatkan kesimpulan bahwa, Pada level harga BBM saat ini (premium Rp 4500,-), kesejahteraan masyarakat nelayan cukup rendah. Adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp. 100.000 tidak signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan. Salah satu solusinya adalah dengan diberikannya subsidi BBM sekitar 28% atau Rp.1.000 agar nelayan tetap dapat mencukupi kebutuhan hidupnya untuk harga saat ini.

Kata kunci: BLT, Sistem Dinamik, Nelayan Pesisir.

PENDAHULUAN

Permintaan minyak dunia telah meningkat cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan fluktuasi harga yang tidak terkendali. Fenomena fluktuasi harga minyak dunia ini bisa dicermati dalam 10 tahun tahun terakhir. Pada tahun 2007, kondisi ini semakin parah dengan tingkat kenaikan yang sangat tajam, melewati angka US$ 100 per barel, bahkan hampir menyentuh US$140 per barel pada Juni 2008 (Yusgiantoro, 2008). Walaupun tingkat permintaan minyak dunia di 2008-2009 sempat menurun akibat resesi global yang dipicu oleh melemhanya perekonomian Amerika Serikat, penurunan ini tertutupi oleh meningkatnya konsumsi minyak dari negara–negara seperti Cina, Amerika Latin, India, dan Timur Tengah selama kurun waktu tersebut (Sunarsip, 2008).

Gejolak harga minyak mentah dunia dan krisis ekonomi global inilah yang kemudian berpengaruh pada turunnya kondisi ekonomi Indonesia sehingga pemerintah melakukan upaya penyelamatan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(2)

2008) terhadap harga di luar negeri. Naiknya harga BBM berpengaruh besar pada seluruh sektor, terutama pada turunnya tingkat penghasilan yang diterima.

Karenanya, pengaruh kenaikan BBM pada permasalahan kesejahteraan kelompok masyarakat menjadi sangat penting untuk diangkat dalam penelitian. Jumlah masyarakat prasejahtera yang berada dibawah garis kemiskinan berdasarkan data Biro Pusat Statistik Prop. Jatim (2009) mencapai 35 juta orang atau sekitar 15,4% dari jumlah total penduduk Indonesia. Kelompok masyarakat ini memperoleh dampak langsung dari kenaikan harga BBM, khususnya masyarakat nelayan pesisir, dimana BBM merupakan komponen penting dalam kegiatan operasional mereka yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jual hasil laut. Di sisi lain, kenaikan biaya operasional tidak diimbangi oleh peningkatan daya beli. Nelayan adalah komunitas dengan tingkat pendapatan terendah dibandingkan sektor usaha lain (BPS Jatim, 2008).

Sebagai konsekuensi dari kebijakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri yang ditetapkan stabil, lebih rendah dan tidak mengikuti harga minyak mentah di pasaran internasional maka kenaikan harga minyak mentah dunia mengakibatkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin berat karena pemerintah harus melakukan subsidi. Disisi lain, realitas subsidi BBM justru salah sasaran karena lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah dan atas, yaitu sekitar 20% masyarakat kelompok terkaya menikmati hampir 50% subsidi BBM. Sementara 20% masyarakat termiskin hanya menikmati 5,15% subsidi BBM. Selain itu dengan semakin besarnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin menjadi tidak mungkin dilaksanakan (Bappenas, 2009).

Kenaikan harga BBM selama ini justru memberikan dampak bagi masyarakat miskin yang rentan ketahanan ekonominya. Harga bahan dasar kebutuhan hidup meningkat tajam sedangkan pendapatan tidak beranjak sehingga daya beli menurun. Untuk mengurangi beban masyarakat miskin, maka salah satu program pemerintah adalah pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT). Besarnya BLT adalah Rp.100.000 per bulan per rumah tangga sasaran. Bentuk uang tunai diberikan untuk mencegah turunnya daya beli masyarakat miskin yang disebabkan oleh naiknya harga BBM (Bappenas, 2009).

Penelitian ini akan melakukan kajian analisis efektivitas kebijakan BLT menggunakan sebuah instrumen pemodelan dinamis. Hasil kajian dapat digunakan oleh pembuat kebijakan sebagai bentuk peringatan dini (early warning) atas dampak kebijakan penentuan harga BBM dalam usaha untuk mengantisipasi terjadinya penurunan tingkat pendapatan kelompok masyarakat nelayan pesisir.

PENYUSUNAN MODEL SISTEM DINAMIK

Model dibuat untuk menganalisis evektifitas dari BLT dan pengaruh perubahan harga BBM terhadap pendapatan masyarakat nelayan pesisir. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 81.000 km garis pantai, dimana sekitar 70% wilayah teritorialnya berupa laut (Simanungkalit dkk., 2002). Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan (Pical, 2003).

Jumlah nelayan Indonesia mencapai lebih dari 16.2 juta jiwa, dimana 92% adalah nelayan tradisional (Satria, 2010). Menurut Wahyuningsih dkk. (1997) karakteristik masyarakat nelayan pesisir tradisional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tiga bagian, yaitu :

(3)

1) Nelayan juragan, merupakan nelayan pemilik perahu dan alat penangkap ikan yang mampu merekrut para nelayan pekerja sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan ini mempunyai tanah yang digarap pada waktu musim paceklik. Nelayan juragan ada tiga macam yaitu nelayan juragan laut, nelayan juragan darat yang mengendalikan usahanya dari daratan, dan orang yang memiliki perahu, alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli.

2) Nelayan pekerja, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu menjalankan usaha penangkapan ikan di laut. Nelayan ini disebut juga nelayan penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Hubungan kerja antara nelayan ini berlaku perjanjian tidak tertulis yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Hasil tangkapan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda-beda antara juragan yang satu dengan juragan lainnya, setelah dikurangi semua biaya operasi.

3) Nelayan pemilik, merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan sederhana, karena itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan miskin. Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk digarap pada waktu musim paceklik.

Model Analisis BLT Nelayan Pesisir (Stock and Flow Diagram)

Stock and flow diagram dibuat berdasarkan diagram sebab akibat dengan

variabel simpanan sebagai variabel utama. Model dinamik utama dari pendapatan masyarakat pesisir ditunjukkan pada Gambar 1

Variabel utama selain harga BBM dan subsidi BLT yang dimunculkan adalah pendapatan nelayan yang dilambangkan dengan variabel simpanan untuk masing-masing karakteristik/ jenis nelayan. Simpanan adalah pendapatan bersih nelayan, yaitu jumlah total pendapatan yang sudah dikurangi dengan jumlah total pengeluaran per periode. Simpanan dalam model sistem dinamik merupakan aliran materi (level) yang dipengaruhi oleh laju (rate) pendapatan dikurangi oleh laju pengeluaran.

Pengeluaran didapat dari jumlah total biaya kebutuhan sehari-hari, biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya perawatan kapal dan jaring serta biaya operasional untuk berlayar per masing-masing jenis nelayan. Sedangkan pendapatan adalah jumlah total pendapatan yang didapatkan dari hasil melaut dan profesi diluar nelayan baik dari nelayan maupun dari istri nelayan. Pendapatan dari hasil melaut diperoleh dari penjualan hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dimana jumlah hasil tangkapan bergantung pada musim dan seberapa sering nelayan berlayar (periode melaut).

(4)

Gambar 1. Model Utama Analisis BLT pada Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Pesisir Tabel 1 Formulasi Model Utama

No Variabel Formulasi unit

Nelayan Jaring

1 Simpanan nelayan

jaring INTEG (pendapatan jaring-pengeluaran jaring,1e+006) rupiah

2 Pendapatan jaring (pendapatan perorang nelayan jaring+pendapatan lain

jaring)*multiply satuan4

rupiah/ hari

3 Pengeluaran jaring

biaya operasi jaring per kepala+biaya pendidikan*INT(rata2 jumlah anggota keluarga/2)+"biaya kebutuhan sehari-hari per

kepala"*rata2 jumlah anggota keluarga+biaya kesehatan nelayan jaring

rupiah/ hari

Dalam model ini perubahan akan dilakukan pada dua variabel, yaitu perubahan harga BBM seperti pada grafik Gambar 2 serta memasukan unsur BLT pada pendapatan nelayan sebesar Rp 100.000 per bulannya. Sedangkan nelayan yang mendapatkan BLT adalah nelayan buruh dammar dan kursin, nelayan jarring dan nelayan payang.

simpanan buruh kursin

pengeluaran buruh pendapatan buruh simpanan

pemilik kapal

kursin pendapatan pemilik kapal kursin pengeluaran pemilik

kapal kursin simpanan

nelayan jaring simpanan nelayan payang pendapatan jaring pengeluaran jaring pendapatan payang pengeluaran payang simpanan pemilik kapal damar pendapatan pemilik kapal damar pengeluaran pemilik kapal damar simpanan

buruh damar pengeluaranburuh damar pendapatan buruh damar <biaya berangkat damar> <biaya berangkat kursin> <biaya berangkat jaring> <biaya berangkat payang> biaya kebutuhan sehari-hari per kepala

biaya pendidikan

harga BBM premium

rata2 jumlah

anggota keluarga pola konsumsi

nelayan payang pola konsumsi nelayan jaring pola konsumsi buruh damar pola konsumsi damar pola konsumsi kursin pola konsumsi buruh kursin biaya perawatan

kapal dan jaring

inflasi perhari <pendapatan buruh damar perorang> <pendapatan juragan damar perorang> <pendapatan nelayan payang perorang> <pendapatan perorang nelayan jaring> <pendapatan juragan kursin perorang> <pendapatan buruh kursin perorang>

multiply pengaruh harga bbm terhadap kebutuhan

sehari2

<jumlah orang kursin per kapal>

biaya operasi kursin per kepala

multiply satuan perhari

biaya operasi damar per kepala

<jumlah orang damar per perahu>

multiply satuan perharii biaya operasi jaring

per kepala

<jumlah orang jaring per perahu>

multiply satuan

biaya operasi payang per kepala

<jumlah orang payang per perahu> multiply satuan1 multiply satuan2 multiply satuan3 multiply satuan4 <biaya kesehatan nelayan juragan kursin>

<biaya kesehatan nelayan buruh kursin>

<biaya kesehatan nelayan buruh damar>

<biaya kesehatan nelayan juragan damar>

<biaya kesehatan nelayan payang> <biaya kesehatan nelayan jaring> rata2 simpanan <biaya pendidikan> <biaya pendidikan> <biaya kebutuhan sehari-hari per kepala>

<rata2 jumlah anggota keluarga>

<multiply satuan4>

<biaya kebutuhan sehari-hari per kepala>

<biaya perawatan kapal dan jaring>

<rata2 jumlah anggota keluarga> <biaya kebutuhan

sehari-hari per kepala>

<simpanan nelayan jaring> <simpanan buruh damar> <simpanan pemilik kapal kursin> <pendapatan lain buruh kursin> <pendapatan lain jaring> <pendapatan lain buruh damar> <pendapatan lain payang> <Time> <pendapatan istri pemilik kapal> <pendapatan istri pemilik kapal damar>

inflasi per tahun

BLT <BLT> <BLT> <BLT> <inflasi perhari> <inflasi perhari> <inflasi perhari> <inflasi perhari>

(5)

Gambar 2. Perubahan Harga BBM Selama Kurun Waktu 2005-2009 (Sumber: Widarto, 2009)

Perubahan kondisi pada model dilakukan dengan mengubah-ubah nilai parameter pada variabel harga BBM mengikuti perubahan harga selama kurun waktu 2005-2009. Penambahan variabel BLT serta perubahan formulasi pada pendapatan nelayan dapat dilihat pada Gambar 2. Dari perubahan kondisi pada kedua variabel yang dilakukan dihasilkan output simulasi yang berbeda.

Tujuan awal pemberian BLT adalah sebagai kompensasi kenaikan harga BBM untuk menjaga agar pendapatan masyarakat tidak mengalami penurunan yang signifikan dari pendapatan sebelum harga BBM dinaikan. Dari hasil simulasi Gambar 3(a) diketahui bahwa pendapatan buruh nelayan semakin turun bahkan mencapai nilai minus walaupun pemberian BLT sudah dilaksanakan.

Penurunan tingkat pendapatan ini disebabkan karena pemberian BLT tidak sebanding dengan efek kenaikan harga BBM pada faktor-faktor lain misalnya pada naiknya harga kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional melaut. Biaya kebutuhan sehari-hari per orang seperti yang terlihat pada Gambar 3(b) naik sekitar 45% dari biaya awal Rp 6000 menjadi Rp 8580 pada saat harga BBM Rp 6000.

Gambar 3 (a) Hasil Simulasi Skenario BLT untuk Buruh Kursin (b) Kenaikan Biaya Kebutuhan Sehari-hari per Orang.

simpanan buruh kursin

6 M 3 M 0 -3 M -6 M 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Time (day)

simpanan buruh kursin : 5000 rupiah simpanan buruh kursin : 5500 rupiah simpanan buruh kursin : 6000 rupiah simpanan buruh kursin : 4500 rupiah simpanan buruh kursin : Current rupiah

biaya kebutuhan sehari-hari per kepala

10,000 8,500 7,000 5,500 4,000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Time (day)

"biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 5000 rupiah/(day*orang) "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 5500 rupiah/(day*orang) "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 6000 rupiah/(day*orang) "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 4500 rupiah/(day*orang) "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : Current rupiah/(day*orang)

(6)

Namun, program BLT tidak disarankan untuk dilaksanakan apalagi secara terus menerus. Selain tidak mendidik, program ini hanya akan menimbulkan efek ketergantungan dan tidak adanya kemauan untuk berusaha.

Pemberian Subsidi Khusus untuk Nelayan

Gambar 4. Model Skenario BBM Khusus Nelayan

Pemberian subsidi khusus ini adalah dengan mengubah harga BBM pada model sesuai dengan harga BBM subsidi, dimana nilainya bisa sama dengan harga saat ini yaitu Rp. 4.500 dan atau dengan menambah subsidi dari harga saat ini yaitu menurunkan harga BBM kurang dari Rp.4.500. Perubahan harga dilakukan dengan mengubah-ubah jumlah subsidi yang akan diberikan kepada nelayan sehingga diketahui berapa kira-kira jumlah subsidi yang harus diberikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap simpanan nelayan. Batas simpanan pada model yang dijadikan patokan penambahan subsidi BBM adalah saat dimana simpanan nelayan tidak mencapai nilai minus dan atau pada saat simpanan dapat kembali pada posisi seimbang.

Harga BBM yang terpengaruh adalah BBM untuk jenis solar yang memang diperlukan untuk operasional nelayan dan hanya berlaku untuk nelayan, artinya harga BBM ditempat lain tidak akan ikut berubah. Langkah ini dilakukan dengan menambahkan variabel subsidi pada model Gambar 4 di atas yang kemudian berpengaruh pada biaya operasional melaut.

Berdasarkan Gambar 5, dengan menambah subsidi sekitar 12% dari harga BBM saat ini (Rp.4.500) hanya menaikan simpanan nelayan sekitar 1%. Subsidi harus dinaikan setidaknya sekitar 28% atau sekitar Rp.1.000 agar nelayan tetap dapat mencukupi kebutuhannya, yaitu simpanan tidak berada di daerah minus, simpanan sama dengan nol dan atau simpanan dapat kembali ke posisi minimal nol rupiah walaupun sudah berada di daerah minus.

kebutuhan BBM jaring kebutuhan BBM kursin kebutuhan BBM payang kebutuhan BBM damar lama berlayar jaring lama berlayar kursin lama berlayar payang lama berlyar damar

kebutuhan makan per hari per orang biaya berangkat jaring biaya berangkat kursin biaya berangkat payang biaya berangkat damar

kebutuhan air per hari per orang dalam

rupiah ekspektasi biaya perawatan

alat untuk jaring untuk tiap akan brangkat

ekspektasi biaya perawatan alat untuk kursin tiap akan

brangkat

ekspektasi biaya perawatan alatuntuk payang tiap akan

brangkat

ekspektasi biaya perawatan alat untuk damar tiap akan

brangkat

<harga BBM premium>

jumlah orang jaring per perahu

jumlah orang kursin per kapal

jumlah orang payang per perahu

jumlah orang damar per perahu harga BBM solar

<musim> multiply keberangkatannelayan berdasarkan

musim

pulse 15 hari sekali

<kebutuhan air per hari per orang dalam rupiah> <kebutuhan makan per

hari per orang> <multiply keberangkatan nelayan berdasarkan musim> <harga BBM solar> <subsidi khusus BBM nelayan>

(7)

Gambar 5. Hasil Simulasi Skenario untuk BBM Subsidi

KESIMPULAN

Penelitian ini melakukan kajian pengaruh BLT terhadap tingkat kesejahteraan nelayan. Dari hasil analisis diatas, pemberian BLT sebesar Rp 100.000,00 berpengaruh tidak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan. Dari hasil simulasi, diketahui bahwa pendapatan buruh nelayan semakin turun bahkan mencapai nilai minus walaupun pemberian BLT sudah dilaksanakan. Penurunan tingkat pendapatan ini disebabkan karena pemberian BLT tidak sebanding dengan efek kenaikan harga BBM pada faktor-faktor lain misalnya pada naiknya harga kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional melaut. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa penghapusan subsidi BBM akan berdampak kepada penurunan simpanan nelayan hingga mencapai dua kali lipat dari kondisi awal pada saat BBM masih disubsidi. Kondisi ini terjadi karena harga BBM yang cenderung berubah-ubah mengikuti perubahan harga minyak dunia memicu naiknya biaya operasional dan biaya kebutuhan sehari-hari. Ketika harga BBM menjadi sangat mahal, nelayan tidak akan melaut karena biaya operasional menjadi sangat tinggi sehingga pendapatan akan berkurang. Sementara itu, pengeluaran untuk biaya kebutuhan sehari-hari tetap dikeluarkan tetapi dengan jumlah yang lebih tinggi dari kebutuhan awal.

Untuk pengembangan penelitian, topik menarik untuk dikaji adalah bagaimana seharusnya pola subsidi yang diberikan pemerintah kepada nelayan terkait dengan kenaikan harga BBM. Kajian ini bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai base model.

REFERENSI

Bambang, A. N. (2005) Analysis of Family Prosperity and Income Contribution of Fisherman's Wives at Cilacap Village, Cilacap. Journal of Coastal Development, 9, 9-16.

Bappeda Kab. Lamongan (2010) Akses secara online pada

http://www.bappedalamongan.go.id/ Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. Diakses pada tanggal Mei 2010.

Bappenas (2008) Alternatif Kebijakan untuk Menghadapi Kenaikan Harga Minyak Dunia. Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas.

simpanan nelayan jaring 8 M 4 M 0 -4 M -8 M 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Time (day)

simpanan nelayan jaring : Current rupiah

simpanan nelayan jaring : 2000 rupiah

simpanan nelayan jaring : 1500 rupiah

simpanan nelayan jaring : 1000 rupiah

(8)

Bappenas (2009) Program Bantuan Langsung Tunai Kepada Rumah Tangga Sasaran. Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas.

BPS Jatim (2008) Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha. Surabaya, Biro Pusat Statistik Jawa Timur.

BPS Jatim (2009) Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2004-2008. Surabaya, Biro Pusat Statistik Jawa Timur.

BPS Kab. Lamongan (2009) Lamongan dalam Angka 2009. Lamongan, Biro Pusat Statistik Kabupaten Lamongan.

Dep. ESDM (2008) Dibayangi Laju Penurunan Produksi Permintaan Minyak Dunia.

Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Akses online pada

http://www.esdm.go.id, diakses Juli 2009.

Disbudpar (2009) Tempat Pelelangan Ikan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lamongan, Akses online pada http://disbudpar-lamongan.web.id, diakses

tanggal 26 Mei 2010.

Muhammadi, Aminullah, E. & Soesilo, B. (2001) Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan

Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen, Jakarta, UMJ Press.

Pical, V.J. (2003) Sistem Pembinaan Masyarakat Nelayan dalam Perspektif Pembangunan Perikanan yang Berkelanjutan di Indonesia. Program Pasca Sarja, Institut Pertanan Bogor.

Satria, Arif (2010) Tepatkah Strategi Modernisasi Nelayan? Antara News. Akses online padahttp://www.antaranews.com/Diakses tanggal 12 Juni 2010.

Simanungkalit, Resosudarmo, B. P., Hartono, T., Ahmad, N.I.L., Subiman, Olivia, A., Noegroho (2002) Analisa Penentu Sektor Prioritas Di Kelautan Dan Perikanan Indonesia. Jurnal Pesisir dan lautan Volume 4 No.3 tahun 2002

Sunarsip (2008) Melawan Spekulasi Harga Minyak Dunia. Jakarta, Dimuat pada Koran Jakarta tanggal 24 Juli 2008.

Wahyuningsih, Elizabeth, T., Gurning, & Edhie, W. (1997). Budaya Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Tengah (Kasus Masyarakat Nelayan Desa Wonokerto Kulon Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Kebudayaan Masa Kini. Jakarta

Widarto, M. A. (2009) Akses online padahttp://moharifwidarto.com Diakses pada Juni

2010.

Yusgiantoro, P. (2008) Harga Minyak Dunia Meluncur ke 50 Dolar. Jakarta, Dimuat pada Harian Suara Karya tanggal 14 Nopember 2008.

Gambar

Gambar 1. Model Utama Analisis BLT pada Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Pesisir Tabel 1 Formulasi Model Utama
Gambar 2. Perubahan Harga BBM Selama Kurun Waktu 2005-2009 (Sumber: Widarto, 2009)
Gambar 4. Model Skenario BBM Khusus Nelayan
Gambar 5. Hasil Simulasi Skenario untuk BBM Subsidi

Referensi

Dokumen terkait

dari Kelurahan Periuk harus diwaspadai karena konsentrasi logam Cu dalam beras sama dengan batas maksimum logam Cu dalam makanan yang ditetapkan oleh Dirjen POM, sedangkan beras

Berdasarkan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui hambatan dan ketetapan sasaran dalam Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Dalam penelitian ini memotret perubahan perilaku petani akibat hegemoni/penguasaan koorporasi (distributor Jagung) tidak begitu terlihat dominasinya, Petani Jagung di

Syarat penerima BLT DD selain secara garis besar disebutkan dalam PMK Nomor 40/PMK.07/2020, juga disebutkan dalam lampiran Permendes PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang

Pencarian data primer tersebut di atas, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan tentang peristiwa, hal-hal yang dialami, pelayanan yang diperoleh pada saat kejadian dan pasca

Taman Indah Permai, Jalan Sepanggar 88450 Kota Kinabalu Sabah.. (CAWANGAN LIKAS PLAZA)

(tujuh) kendaraan yang diuji tercapai pada kisaran putaran mesin yang berbeda- beda. 2) Posisi throttle saat tercapai konsumsi bahan bakar optimum pada 7 (tujuh)

Diterima, 15 September 2021 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pemberian bantuan langsung tunai (BLT) covid-19 menggunakan indikator pengukuran