• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja pada semua sektor kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan dan lain-lain (Budiono, 1992).

Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan, khususnya di perusahaan. Keselamatan kerja erat sekali hubungannya dengan tenaga kerja, karena keselamatan pekerja yang mendapat perhatian dari suatu perusahaan dapat mengakibatkan kinerja pekerja semakin baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Keselamatan kerja menjadi fokus perhatian, mengingat perusahaan merupakan salah satu tempat kegiatan pekerja dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup. Seiring dengan perkembangan perusahaan yang semakin pesat, tentunya juga berdampak pada tenaga kerja dalam pemanfaatan teknologi, karena dapat berpotensi menimbulkan bahaya, seperti faktor biologi, fisik, ergonomi, dan psikososial.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja, sehingga dapat dikatakan keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dan pekerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, sedangkan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk barang maupun uang, atau dalam bentuk lain. Orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam segala bentuk disebut pemberi kerja. Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat,

(2)

minat, dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah (UU RI No. 13 Tahun 2003).

Menurut UU RI No.13 Tahun 2003, perusahaan adalah:

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Di Indonesia, telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja; antara lain sebagai berikut: Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; Peraturan Menteri No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.

Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Reason, 1997, dalam Christina, 2012). Penelitian yang sejalan yang dilakukan Christina, (2012) menunjukkan hasil bahwa budaya keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap proyek kontruksi, dan terdapat hubungan yang berarti. Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat berfungsi dan efektif, apabila program tersebut dapat terkomunikasikan kepada semua lapisan individu dan manajemen yang terlibat pada perusahaan.

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pada pasal 86 dan 87, tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Undang-undang tersebut menekankan bahwa setiap perusahaaan wajib melaksanakan program keselamatan

(3)

dan kesehatan kerja sebagai hak tenaga kerja. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi kecelakaan (Oktafiani, 2016).

Perusahaan dituntut agar dapat lebih memperhatikan kesejahteraan para karyawan, sehingga mereka mampu mewujudkan tujuan dari perusahaan tersebut. Karyawan merupakan aset yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan juga harus berupaya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan karyawan. Untuk menciptakan hal tersebut, di suatu perusahaan perlu ada budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, sehingga produktivitas kerja karyawan dapat meningkat.

Kepuasan kerja perlu didahului oleh penegasan bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti analisisnya. Kepuasan mempunyai konotasi yang beraneka ragam. Meskipun demikian, tetap relevan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang tentang pekerjaannya. Oleh karena tidak sederhana, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis kepuasan kerja seseorang. Misalnya, sifat pekerjaan seseorang mempunyai dampak tertentu pada kepuasan kerjanya. Pemahaman yang lebih tepat tentang kepuasan kerja dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kehadiran, tingkat jabatan, dan besar kecilnya organisasi (Siagian, 2002).

Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans, 1995, dalam Engko, 2008). Hasil penelitian Engko, (2008) menunjukkan bahwa kepuasan kerja mempunyai hubungan positif terhadap kinerja individual.

Produktivitas dinilai dari perbandingan antara keluaran terhadap masukan. Idealnya penilaian dimaksud dilakukan terhadap keluaran total dan masukan total, tetapi hal itu tidak selalu mudah dilaksanakan, sehingga digunakan penilaian yang

(4)

bersifat parsial. Untuk bekerja produktif, pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka terjadi gangguan pada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja (Suma’mur, 2009).

Produktivitas perusahaan terdiri dari produktivitas mesin/peralatan dan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu, sedangkan produktivitas mesin dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran dan pemasukan. Produktivitas mesin dipengaruhi oleh kemampuan untuk dioperasikan dalam produksi, waktu pakai, serta pemeliharaan dari mesin itu sendiri. Produksi tenaga kerja dipengaruhi oleh tenaga kerja itu sendiri, antara lain pendidikan, ketrampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja (Nusa, 1990, dalam Sumarsono, 2003).

Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja dari karyawan ini merupakan kinerja dari karyawan. Sering terjadi produktivitas kerja karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim dan juga ketidakpuasan dalam bekerja. Dalam meningkatkan produtivitas kerja karyawan juga mengalami kendala-kendala. Ini ditunjukkan dengan adanya permasalahan dalam meningkatkan produktivitas yang sering terjadi. Permasalahan tentang produktivitas kerja merupakan permasalahan umum yang terjadi pada setiap perusahaan. Kadang-kadang produktivitas kerja seorang karyawan cenderung menurun dan pengaruhnya adalah merosotnya suatu perusahaan. Bila tidak diatasi dengan baik, maka perusahaan tersebut akan cenderung mengalami penurunan yang signifikan (Almigo, 2004). Hasil penelitian Almigo, (2004) mengatakan “ada hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas.

Meningkatkan produktivitas adalah sebuah perhatian utama berbagai industri, sebagai perubahan efektivitas dan efisiensi dari sumber daya ke dalam produk yang dapat dipasarkan dan menentukan keuntungan bisnis. Sebagai akibatnya, berbagai indikator dan faktor yang dapat dipertimbangkan telah

(5)

diarahkan untuk dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, dalam meningkatkan produktivitas kerja, masalah lingkungan kerja dari segi fisik serta lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial termasuk hal yang harus diperhatikan.

PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta adalah salah satu perusahaan swasta yang produknya sudah diekspor ke luar negeri. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja di PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta seharusnya sudah dilaksanakan dengan baik. Pada kenyataannya ternyata tingkat kesadaran para karyawan dalam hal tersebut masih kurang, seperti dalam kedisiplinan, pemakaian alat pelindung diri, juga komunikasi antar karyawan. Berdasarkan data dari PT Mega Andalan Kalasan kecelakaan kerja dari tahun 2014 sampai 2015 mengalami peningkatan. Jumlah kecelakaan kerja tahun 2014 sebanyak 24 orang, sedangkan tahun 2015 menjadi 65 orang. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang belum baik, dikarenakan tingkat kesadaran karyawan yang masih kurang, apabila tidak diperhatikan akan menjadi masalah yang serius. Budaya tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja karyawan yang berdampak pada kepuasan dan produktivitas kerja.

Melihat data-data di atas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai budaya keselamatan dan kesehatan kerja serta produktivitas karyawan di PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan antara budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepuasan dan produktivitas karyawan di PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepuasan dan produktivitas karyawan di PT Mega Andalan Kalasan Sleman Yogyakarta?

(6)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepuasan dan produktivitas karyawan di PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran tentang budaya keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta.

b. Mengetahui hubungan antara budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepuasan kerja karyawan PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta. c. Mengetahui hubungan antara budaya keselamatan dan kesehatan kerja

dengan produktivitas kerja karyawan PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta.

d. Mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas karyawan PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan, dapat menambah wawasan tentang budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan serta produktivitas karyawan. 2. Bagi perusahaan, meningkatkan dan menanamkan kesadaran budaya

keselamatan dan kesehatan kerja terhadap karyawan di PT Mega Andalan Kalasan Yogyakarta.

3. Bagi peneliti, sebagai media untuk menerapkan ilmu pengetahuan bidang keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya tenaga kerja di perusahaan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang budaya keselamatan dan kesehatan kerja serta produktivitas karyawan di PT MAK Kalasan Yogyakarta belum pernah dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yang berkaitan antara lain:

(7)

1. Christina, 2012, meneliti budaya keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh

terhadap kinerja proyek kontruksi. Hasil dari penelitian tersebut adalah budaya keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja proyek konstruksi. Kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat ditingkatkan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja serta menganalisis besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan. Terdapat hubungan yang berarti antara budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja proyek kontruksi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja adalah budaya keselamatan kerja harus dimulai dari top management terhadap masalah keselamatan kerja. Selanjutnya, pelaksanaan konstruksi prosedur keselamatan kerja memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja proyek konstruksi. Semakin tinggi budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan oleh top management, akan semakin tinggi pula kinerja suatu proyek konstruksi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel penelitiannya, yaitu tentang produktivitas dan kepuasan pada karyawan PT. Mega Andalan Kalasan Yogyakarta, sedangkan pada penelitian sebelumnya, pengukuran dimulai di top management. Persamaan penelitian adalah pada budaya keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

2. Rahman, 2014, meneliti pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas mekanik alat berat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear dengan pengujian melalui uji F diperoleh F sebesar 41,320 pada taraf signifikansi 0,05 dan F hitung sebesar 3,965 pada taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, F hitung (41,320) > F tabel (3,965), berarti regresi linear berganda Y atas X bersifat nyata atau dengan kata lain pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja mekanik alat berat di Kalimantan Selatan sangat signifikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: 1) Budaya K3 berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja; 2) Pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja mekanik alat berat di Kalimantan Selatan sangat

(8)

signifikan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada objek penelitian, yaitu pada pekerjanya dalam hal ini pada karyawan PT. Mega Andalan Kalasan, sedangkan penelitian sebelumnya pada pekerja yang menggunakan mekanik alat berat. Persamaan dengan penelitian ini adalah budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas.

3. Kanzunnudin, 2006, meneliti kepuasan kerja pengaruhnya pada produktivitas kerja karyawan sebuah perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah tinggi rendahnya tingkat produktivitas sangat erat hubungannya dengan kepuasan kerja, seorang dikatakan puas bekerja di suatu perusahaan dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari dalam menyelesaikan pekerjaannya di dalam perusahaan. Tingkat produktivitas seseorang akan muncul dengan sendirinya apabila keinginan-keinginan dalam hati mereka dapat terpenuhi, dan ini harus disadari perusahaan tempat mereka bekerja. Perbedaan penilaian kepuasan seseorang dikatakan puas bekerja di suatu perusahaan dapat dilihat dalam menyelesaikan pekerjaan, misalnya mereka bersemangat dalam bekerja, tidak ingin pindah dan yang paling penting pekerjaan mereka tidak terbengkalai. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel kepuasan dan produktivitas.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terdapat kebaruan pada penelitian ini. Kebaruan dalam penelitian ini adalah bahwa budaya keselamatan dan kesehatan kerja ada hubungannya dengan kepuasan serta produktivitas karyawan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The conclusion of this research is the correlation between the students’ habit in using electronic dictionary and their ability in understanding narrative text at the 11

semester genap, tahun 2013/2014, Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitejtur. dan Desain, Universitas Katolik Soegijapranata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju keausan dari material komposit hidroksiapatit (HA) + polymethyl methacrylate (PMMA) serta mekanisme keausan yang terjadi

Demikian halnya dengan siswa tuna rungu, dengan dukungan yang diberikan oleh orang tua dan disertai dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi, seharusnya anak- anak tuna rungu

Kemmampuan komunikasi subjek yang memiliki kemampuan awal sangat tinggi dalam menyelesaikan masalah kontekstual memenuhi setiap indikator, yakni (1) kemampuan

Hasilnya menunjukkan bahwa: (a) Pengendalian penguasaan dan pemilikan tanah pada pulau-pulau kecil dapat dilakukan dengan strategi pengintegrasian

Lingkup kegiatannya adalah: (1) Fokus kepada rehabilitasi jaringan irigasi pada daerah irigasi yang rusak agar kualitas layanan irigasi dapat segera kembali