• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Bab-

2

R

ENCANA PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP

2.1. BAGIAN HULU 2.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas udara (SO2, CO, dan debu)

b) Indikator

Menurunnya kualitas udara. 2) Sumber Dampak

Emisi gas buang dan debu dari kegiatan mesin mesin diesel dan beberapa kendaraan berat yang digunakan untuk aktivitas konstrusi BS dan GPF

3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kualitas udara (SO2, CO,dan debu)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi efektivitas penggunaan dust supression control (pengendali debu) Mengevaluasi alat pengendali emisi standar dan penggunaan BBM berkadar

sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida

Mengevaluasi efektivitas peralatan K3 khususnya yang terkait pengaruh penurunan kualitas udara

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan, analisis di lapangan dan di laboratorium Metode analisis: SO2(Pararosanilin dg alat Spectrofotometer), CO (NDIR

dg alat NDIR Analyzer), debu (Gravimetrik dg alat Hi-Vol)

Membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu kualitas udara ambien.

(2)

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Kompleks BS dan GPF

Dua titik/lokasi sepanjang jalan yang dilalui mobilisasi yang berdekatan dengan pemukiman.

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap tiga bulan sekali selama tahap pembangunan/konstruksi BS dan GPF. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas udara (SO2, CO2, NOx,H2S dan debu)

b) Indikator

Menurunya kualitas udara 2) Sumber Dampak

Kegiatan operasi produksi di GPF Emisi gas dari peralatan utama 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kualitas udara (SO2, CO2, NOx,H2S dan debu)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi efektivitas penggunaan fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU) dan Sulfur Recovery Unit (SRU)

Mengevaluasi efektivitas peralatan K3 khususnya yang terkait pengaruh penurunan kualitas udara

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan, analisis di lapangan dan di laboratorium Metode analisis: SO2(Pararosanilin dg alat Spectrofotometer), NOx(Saltzman

dg alat Spectrofotometer), CO (NDIR dg alat NDIR Analyzer), H2S (Tiosianat

dg alat Spektrofotometer), PM10 (Gravimetrik dg alat Hi-Vol)

(3)

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Kompleks BS dan GPF

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Tiga bulan sekali selama operasi BS dan GPF berlangsung, 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.2. Kebisingan A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kebisingan b) Indikator

Peningkatan kebisingan 2) Sumber Dampak

Aktivitas pembangunan konstruksi BS dan GPF 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kebisingan

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Menjaga agar tidak melebihi buku mutu kebisingan 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengamatan lapangan/pengukuran langsung dengan Sound Level Meter Membandingkan hasil pengukuran dengan baku tingkat kebisingan (Kep Men

LH No. 48 Tahun 1999) b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Kompleks BS dan GPF

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap tiga bulan sekali selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

(4)

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.3. Kualitas Air Permukaan A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas air permukaan (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak) b) Indikator

Menurunnya kualitas air pemukaan 2) Sumber Dampak

Tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar dan limbah air hidrotest, pembersihan peralatan sebelum komisioning pada konstruksi BS dan GPF yang dialirkan ke sungai kemungkinan akan menurunkan kualitas air sungai

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kualitas air permukaan (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mencegah pencemaran air permukaan 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Sampling menggunakan sistemgrab samplekemudian dilakukan analisis di laboratorium.

Membandingkan hasil analisis dengan dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Di perairan sekitar kompleks konstruksi BS dan GPF c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap tiga bulan sekali selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

(5)

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas air permukaan. b) Indikator

Menurunnya kualitas air pemukaan. 2) Sumber Dampak

Air formasi dari kegiatan pemboran sumur pengembangan dan opersional BS dan GPF.

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak, Sulfida terlarut (H2S), Amonia

(sebagai NH3), Phenol total.

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mencegah pencemaran air permukaan 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Sampling menggunakan sistemgrab samplekemudian dilakukan analisis di laboratorium.

Membandingkan hasil analisis dengan dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Perairan di sekitar lokasi kegiatan BS dan GPF. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap tiga bulan sekali selama operasional BS dan GPF 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.4. Kualitas Air Laut A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

(6)

b) Indikator

Menurunnya kualitas air laut. 2) Sumber Dampak

Pemasangan pipa penyalur gas melalui laut (alternatif 3) 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kekeruhan, minyak dan lemak. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengefektifkan pengawasan dan mengevaluasi dalam pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan kemudian dilakukan analisis di laboratorium. Metode analisis sesuai dengan Kepmen LH No. 37 Tahun 2003

Membandingkan hasil analisis dengan baku mutu air laut. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Tiga lokasi: bagian hulu, tengah, dan bagian hilir perairan laut sekitar pemasangan pipa penyalur gas.

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Tga kali: sebelum dilakukan kegiatan, saat kegiatan berlangsung, dan setelah kegiatan selesai.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.5. Erosi Tanah A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Jenis paramneter penentu besarnya erosi yang dipantau (erodibilitas tanah, panjang dan besar lereng, penutup lahan/crops factors, dan teknik pengolahan dan konservasi lahan)

b) Indikator

Berserakannya material kasar (pasir, krikil, krakal) di permukan tanah, solum tanah menjadi tipis, cepatnya titik layu tanaman, keruhnya aliran permukaan bebas serta keruhnya air sungai.

(7)

2) Sumber Dampak

Pembukaan lahan (land clearing) dan pematangan lahan yang menyebabkan vegetasi penutup lahan berkurang atau bahkan hilang sehingga lahan terbuka. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Faktor penentu perubahan erosi (erodibilitas tanah, panjang dan besar lereng, penutup lahan/crops factors, teknik pengolahan dan konservasi).

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan.

Memantau hasil pelaksanaan pengelolaan apakah sesuai dengan baku mutu tentang erosi (erosi terbolehkan).

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Melakukan observasi langsung di lapangan dengan mengumpulkan data parameter penyebab erosi, khususnya pengubahan penutup lahan oleh vegetasi (crop)

Analisis data secara matematis menggunakan rumus USLE yakni A = R.K.L.C.P.P)

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi-lokasi pemboran sumur gas

Jalan row (sempadan jalur pemasangan pipa gas) c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Dua kali selama setahun pada periode hujan (awal musim hujan, dan pertengahan musim penghujan)

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.6. Gangguan Sistem Irigasi dan Drainase A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parmeter

Parameter yang dipantau dari gangguan sistem irigasi dan drainase adalah luas, frekuensi dan lama genangan bagian hulu pemasangan pipa serta lama kekeringan bagian hilir pemasangan pipa tidak memenerima air irigasi.

(8)

b) Indikator

Adanya genangan air disaluran bagian hulu lokasi pemasangan pipa dan tidak ada aliran air di saluran hilir lokasi pemasangan pipa.

2) Sumber Dampak

Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 3) Parameter Lingkungan yang Dipantau

Luas, lama dan kedalaman genangan akibat terganggunya drainase Luas lahan sawah yang tidak mendapat irigasi akibat terganggunya saluran

irigasi.

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Memantau pelakasanaan pengelolaan lingkungan.

Memantau terjadinya gangguan drainase (terjadinya genangan) di atas lokasi pemasangan pipa, dan luas sawah yang tidak mendapat air irgasi.

Memantau hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan apakah masih terjadi genangan di bagian hilir atau terputusnya aliran di saluran bagian hilir lokasi pemasangan pipa.

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung yakni mengamati, mengukur dan mencatat parameter genangan di lapangan tentang luas, lama dan kedalaman genangan, serta luas areal sawah yang tidak terairi akibat gangguan pemasangan pipa penyalur gas tersebut.

Analisis data: analisis secara deskriptif tentang lama, kedalaman dan frekuensi genangan yang terjadi, serta lama tidak ada aliran di saluran irigasi.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Daerah sekitar dan sepanjang pemasangan pipa (di sebelah hulu jalur pipa untuk drainase) dan area sawah irigasi di bagian hilir jalur pemasanga pipa. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Dua kali selama setahun (khususnya) pada awal/pertengahan musim penghujan dan akhir musim penghujan.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

(9)

2.1.7. Keselamatan berlalulintas A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kecelakaan lalulintas b) Indikator

Terjadinya kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau luka-luka pada pengguna jalan.

2) Sumber Dampak

Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi Kegiatan pemasangan pipa yang memotong ruas jalan.

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan korban. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara langsung dengan warga yang tinggal di sekitar jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi.

Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Depan kantor kecamatan Kintom, Batui, Toili. Sepanjang rute pengangkutan.

Pada ruas jalan yang terpotong pipa. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Tiap bulan pada saat kegiatan mobilisasi perlatan dan material.

Sekali pada pertengahan waktu mobilisasi peralatan dan material.

Sekali pada awal waktu pemasangan pipa yang memotong ruas jalan umum.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

(10)

B. TAHAP OPERASI

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Keselamatan berlalulintas b) Indikator

Terjadi kecelakaan lalulintas 2) Sumber Dampak

Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur lewat transportasi darat. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan korban. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

 Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilalui oleh rute pengangkutan kondensat dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom dan Batui

 Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Pemantauan dilakukan pada ruas jalan yang dijadikan rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Dilakukan sekali dalam setahun. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

C. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Keselamatan berlalulintas. b) Indikator

Terjadi kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau luka-luka pada pengguna jalan.

(11)

2) Sumber Dampak

Kegiatan demobilisasi peralatan. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

 Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilintasi oleh angkutan proyek dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom-Batui-Toili-Toili Barat

 Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Sekali pada pertengahan waktu demobilisasi peralatan. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.8. Kerusakan Jalan dan Jembatan A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kerusakan jalan dan jembatan. b) Indikator

Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan.

2) Sumber Dampak

Mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Adanya keluhan warga terhadap kerusakan jalan. Kondisi permukaan/kerusakan jalan dan jembatan 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

(12)

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

 Wawancara langsung dengan warga yang tinggal di sekitar jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan.

Pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan dokumentasi (foto) Mencocokkan kondisi kerusakan yang ada dengan kriteria tingkat

kerusakan dan jenis tindakan perbaikan b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Jalan antara Batui – Toili serta jembatan di Kecamatan Kintom c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap kali bila terjadi kerusakan jalan yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kerusakan jalan dan jembatan b) Indikator

Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan

2) Sumber Dampak

Pengangkutan kondensat dan sulfur lewat jalur darat 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Parameter lingkungan yang dipantau jenis kerusakan jalan dengan tolok ukur kondisi struktur permukaan jalan yang ditandai permukaan bergelombang pada jalan tanah dan gejala retak-retak pada jalan beraspal. Kerusakan jembatan ditandai dengan keretakan lantai/plat jembatan, penurunan fondasi jembatan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

(13)

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan dokumentasi (foto)

Mencocokkan kondisi kerusakan yang ada dengan kriteria tingkat kerusakan dan jenis tindakan perbaikan.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi Pemantauan dilakukan sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Dilakukan setahun sekali.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

C. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kerusakan jalan dan jembatan b) Indikator

Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan

2) Sumber Dampak

Kegiatan demobilisasi peralatan. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Parameter lingkungan yang dipantau jenis kerusakan jalan dengan tolok ukur kondisi struktur permukaan jalan yang ditandai permukaan bergelombang pada jalan tanah dan gejala retak-retak pada jalan beraspal. Kerusakan jembatan ditandai dengan keretakan lantai/plat jembatan, penurunan fondasi jembatan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilintasi oleh angkutan proyek dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom-Batui-Toili-Toili Barat

(14)

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi Pemantauan dilakukan sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Dilakukan pada waktu sebelum dan setelah dilakukan demobilisasi peralatan. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.9. Kelancaran Lalulintas A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kelancaran lalulintas b) Indikator

Terjadi kemacetan lalulintas 2) Sumber Dampak

Kegiatan pemasangan pipa penyalur pipa gas yang memotong jalan umum. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kelancaran lalulintas dengan tolok ukur penurunan tingkat pelayanan (LOS: Level Of Service) berdasarkan nilai DS (degree of saturation) pada ruas jalan dan tundaan lalulintas (delay)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kemacetan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Mencatat volume arus lalulintas berbagai jenis kendaraan untuk masing-masing arah pada ruas jalan

Metoda analisis dilakukan dengan menggunakan metoda dari MKJI. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Di ruas jalan yang berdekatan dengan lokasi pembangunan/konstruksi fasilitas produksi gas.

(15)

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Sekali pada awal pemasangan pipa yang memotong jalan umum. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.10. Vegetasi A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. b) Indikator

Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi dibandingkan dengan rona awal.

2) Sumber Dampak

Land clearing menyebabkan lahan menjadi terbuka sehingga terjadi penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui perubahan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan dengan metode quadrat sampling.

Analisis data: perhitungan kerapatan, indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pada ruang terbuka di dalam dan sekitar tapak proyek. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Sekali setelah persiapan lahan selesai dilakukan dan enam bulan sekali selama operasional.

(16)

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Peningkatan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi. b) Indikator

Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi dibandingkan dengan rona awal.

2) Sumber Dampak

Reklamasi lahan untuk penghijauan.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Untuk mengetahui perubahan dan jumlah serta jenis vegetasi yang ditanam. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan

Analisis data: perhitungan kerapatan, indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Areal kegiatan yang dahulu dibuka/digunakan untuk kegiatan operasional kilang LNG.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Satu kali pada saat revegetasi dan dua kali setelah revegetasi dalam selang waktu enam bulan.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

(17)

2.1.11. Satwa Liar A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. b) Indikator

Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat dibandingkan dengan rona awal.

2) Sumber Dampak

Land clearingmenyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi sebagai habitat satwa liar hilang sehingga dapat menurunkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat.

Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui kehadiran satwa liar setelah dilakukan penghijauan. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan dengan metode IPA (Index Point Abudance).

Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pada ruang terbuka di dalam dan sekitar tapak proyek. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Sekali setelah persiapan lahan dan pemasangan pipa penyalur gas selesai dilakukan dan dua kali dalam satu tahun selama operasional.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

(18)

b) Indikator

Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. 2) Sumber Dampak

Reklamasi lahan untuk penghijauan.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengetahui kehadiran satwa liar setelah dilakukan penghijauan. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengamatan langsung di lapangan

Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Areal kegiatan yang dahulu dibuka/digunakan untuk kegiatan operasional kilang LNG.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Satu kali pada saat revegetasi dan dua kali setelah revegetasi dalam selang waktu enam bulan.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.12. Biota Air Tawar A. Tahap Konstrusi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan).

b) Indikator

Indeks diversitas/keanekaragaman biota air. 2) Sumber Dampak

Kegiatan konstruksi BS dan GPF mempengaruhi kualitas air sungai sehingga akan berdampak pada biota air tawar/biota sungai

(19)

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui perubahan komposisi biota air baik kerapatan maupun keanekaragamannya.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengambilan sampel air (plankton) dan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di laboratorium, Metode pengumpulan data ikan dengan pengamatan terhadap jenis ikan yang tertangkap nelayan.

Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Perairan sekitar kegiatan.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Satu kali sebelum dan satu kali sesudah kegiatan konstruksi BS dan GPF dilakukan.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan).

b) Indikator

Indeks diversitas/keanekaragaman biota air. 2) Sumber Dampak

Pemboran sumur pengembangan Kegiatan operasi produksi di GPF

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui perubahan komposisi biota air baik kerapatan maupun keanekaragamannya.

(20)

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengambilan sampel air (plankton) dan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di laboratorium, Metode pengumpulan data ikan dengan pengamatan terhadap jenis ikan yang tertangkap nelayan.

Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Perairan sekitar kegiatan.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama kegiatan operasi. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.13. Biota Air Laut (Plankton, Benthos, Terumbu karang) A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota laut. b) Indikator

Indeks diversitas/keanekaragaman biota laut. 2) Sumber Dampak

Kegiatan konstruksi pemasangan pipa penyalur gas dapat meyebabkan kekeruhan air laut dan mempengaruhi kualitas air laut sehingga akan berdampak pada biota laut.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota laut. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui perubahan komposisi biota laut baik kerapatan maupun keanekaragamannya.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengambilan sampel air (plankton) dan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di laboratorium, Metode pengumpulan data ikan dengan pengamatan terhadap jenis ikan yang tertangkap nelayan.

(21)

Pengamatan terhadap terumbu karang dengan metode transek untuk mengamati prosentase penutupan karang hidup.

Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Perairan sekitar kegiatan.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Satu kali pada sebelum pemasangan pipa dan satu kali setelah kegiatan selesai dilaksanakan (selama masa konstruksi).

Pengamatan terhadap terumbu karang dengan metode transek. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.1.14. Pola Kepemilikan Lahan A. Tahap Prakonstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Kepemilikan lahan b) Indikator

Persentase perubahan kepemilikan lahan dalam masyarakat 2) Sumber Dampak

Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh 3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Perubahan kepemilikan lahan oleh masyarakat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui pola kepemilikan lahan oleh masyarakat dan persentase perubahan kepemilikan lahan akibat kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Observasi dan wawancara dengan masyarakat khususnya tentang pola kepemilikan lahan dan penggunanya oleh masyarakat.

Data sekunder dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.

(22)

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek dan Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Dua kali: sebelum dan setelah proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

2.1.15. Kesempatan Berusaha A. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Kesempatan berusaha b) Indikator

Adanya warga masyarakat yang dapat membuka atau mengembangkan usaha baik yang secara langsung mendukung aktivitas operasional PPGM maupun untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja/karyawan dan masyarakat di sekitarnya.

2) Sumber Dampak

Kegiatan pemboran sumur pengembangan Kegiatan operasi produksi di GPF.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Jumlah penduduk lokal yang dapat membuka dan atau mengembangkan jenis usaha yang secara langsung dapat mendukung operasional PPGM maupun secara tidak langsung untuk memenuhi permintaan kebutuhan barang dan jasa para pekerja/karyawan dan warga sekitar, seperti penginapan/kos-kosan, warung makan, toko kelontong, dan sebagainya.

4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui jumlah penduduk lokal yang dapat membuka dan atau mengembangkan usaha.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode pengumpulan dan analisis data

Pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui jumlah dan jenis usaha yang dibuka dan atau dikembangkan penduduk lokal.

(23)

Pengumpulan data sekunder dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindangkop)

Analisis data: deskriptif-evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa yang berada di sekitar tapak proyek dan Kantor Dinas Perindangkop. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali selama tahap operasi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Perindangkop Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

2.1.16. Proses Sosial A. Tahap Prakonstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Proses sosial b) Indikator

Munculnya konflik atau ketidakpuasan warga masyarakat dalam proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh.

2) Sumber Dampak

Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. 3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Terganggunya proses sosial dalam masyarakat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui gangguan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dan efektivitas upaya pengelolaan yang telah dilakukan.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh yang telah dilaksanakan.

Data sekunder dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

(24)

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Dua kali: selama dan setelah proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

B. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Proses sosial b) Indikator

Munculnya kecemburuan, ketidakharmonisan hubungan dan bahkan konflik sosial dalam masyarakat khususnya antara penduduk lokal dengan pendatang. 2) Sumber Dampak

Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF) Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Gangguan proses sosial dalam masyarakat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui efektivitas upaya untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi gangguan proses sosial.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat penerimaan dan pola hubungan sosial antara penduduk lokal dengan para pendatang.

Data sekunder dari Pemrakarsa dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pemrakarsa, dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama tahap konstruksi

(25)

6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

C. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Proses sosial b) Indikator

Munculnya kecemburuan, ketidakharmonisan hubungan sosial bahkan konflik sosial dalam masyarakat khususnya antara penduduk lokal dengan pendatang. 2) Sumber Dampak

Kegiatan penerimaan tenaga kerja. Kegiatan operasi produksi di GPF.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Gangguan proses sosial dalam masyarakat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui efektivitas upaya untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi gangguan proses sosial.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat penerimaan dan pola hubungan antara penduduk lokal dengan para pendatang.

Data sekunder dari Pemrakarsa dam Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pemrakarsa, dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama tahap operasi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

(26)

2.1.17. Pelapisan Sosial A. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Pelapisan sosial b) Indikator

Munculnya strata atau kelas-kelas sosial baru dalam masyarakat akibat banyaknya pendatang dengan tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan penduduk lokal.

2) Sumber Dampak

Kegiatan operasi produksi di GPF.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Perubahan strata/kelas sosial dalam masyarakat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui efektivitas upaya untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi perubahan strata/kelas sosial dalam masyarakat.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

 Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat pendidikan, jenis matapencaharian dan tingkat penghasilan baik penduduk lokal maupun para pendatang.

 Data sekunder dari Kantor Pemrakarsa dan Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

 Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, dan Kantor Pemrakarsa.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama tahap operasi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

(27)

2.1.18. Sikap dan Persepsi Masyarakat A. Tahap Prakonstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Sikap dan persepsi masyarakat. b) Indikator

Adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat terkait proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh.

2) Sumber Dampak

Adanya proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh. 3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Sikap dan persepsi negatif masyarakat.

4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh serta efektivitas upaya pengelolaan yang telah dilakukan.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Survei langsung di lapangan untuk mengetahui proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh serta tingkat keresahan dari atau penolakan masyarakat terhadap kegiatan tersebut.

Data sekunder dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek dan Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Dua kali: sebelum dan setelah proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

B. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

(28)

b) Indikator

Adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat akibat munculnya berbagai dampak kegiatan seperti debu, kebisingan, gangguan lalulintas dan sebagainya

Adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat terkait adanya tenaga kerja pendatang yang mempunyai tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih baik dibandingkan penduduk lokal.

2) Sumber Dampak

Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja Konstruksi BS dan GPF

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Sikap dan persepsi negatif masyarakat

4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui efektivitas upaya yang dilakukan untuk mengurangi sikap dan persepsi negatif masyarakat.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Survei langsung di lapangan untuk mengetahui tingkat keresahan, ketidaknyamanan dan penolakan masyarakat terhadap berbagai aktivitas proyek.

Data sekunder dari Kantor Pemrakarsa dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pemrakarsa, dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama tahap konstruksi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

(29)

C. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Sikap dan persepsi masyarakat b) Indikator

Adanya kecemburuan, ketidakharmonisan hubungan sosial bahkan konflik sosial dalam masyarakat khususnya antara penduduk lokal dengan tenaga kerja pendatang

Adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat akibat munculnya berbagai dampak kegiatan seperti debu, kebisingan, gangguan lalulintas dan sebagainya.

2) Sumber Dampak

Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan pada tahap operasi. Operasi produksi di GPF.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Sikap dan persepsi negatif masyarakat

4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui efektivitas upaya yang dilakukan untuk mengurangi sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap proyek.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Survei langsung di lapangan untuk mengetahui ada tidaknya kecemburuan dan keresahan masyarakat terhadap proses penerimaan tenaga kerja dan ketidaknyamanan yang dialami masyarakat dari berbagai aktivitas proyek lainnya.

Data sekunder dari Kantor Pemrakarsa dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam bulan sekali selama tahap operasi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

(30)

c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

D. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Sikap dan persepsi masyarakat b) Indikator

Adanya keluhan, protes dan penilaian negatif masyarakat terhadap munculnya pengangguran.

2) Sumber Dampak

Kegiatan penglepasan tenaga kerja

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Sikap dan persepsi negatif masyarakat.

4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui efektivitas upaya yang dilakukan untuk mengurangi sikap dan persepsi negatif masyarakat.

5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Survei langsung di lapangan untuk mengetahui adanya keresahan, keluhan dan protes masyrakat terhadap kegiatan tenaga kerja.

Data sekunder dari Kantor Pemrakarsa dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pemrakarsa, dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Sebelum dan selama kegiatan penglepasan tenaga kerja. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan

a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

(31)

2.1.19. Sanitasi Lingkungan A. Tahap konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Sanitasi lingkukngan b) Indikator

Sampah atau limbah padat konstruksi dan domestik serta limbah cair domestik yang tidak terkelola dengan baik di lokasi proyek.

2) Sumber Dampak

Kegiatan pembangunan/konstruksi BS dan GPF Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Sampah atau limbah padat konstruksi dan domestik serta limbah cair domestik. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Untuk mengetahui perubahan kondisi sanitasi lingkungan di lokasi proyek. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Survei langsung di lapangan untuk mengetahui ada tidaknya upaya pengelolaan sampah dan limbah serta tingkat penyediaan fasilitas sanitasi di lokasi proyek.

Data sekunder dari Kantor Pemrakarsa Analisis data: deskriptif - evaluatif b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Di lokasi pembangunan/konstruksi BS, GPF dan pemasangan pipa penyalur gas serta Kantor Pemrakarsa.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Enam bulan sekali selama pembangunan/konstruksi BS, GPF, dan pemasangan pipa penyalur gas.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

(32)

2.1.20. Tingkat Kesehatan Masyarakat A. Tahap operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis parameter

Tingkat kesehatan masyarakat b) Indikator

Adanya gangguan kesehatan masyarakat akibat muncul/berkembangnya berbagai jenis penyakit seperti: kulit, ISPA, Diare, penyakit kelamin (PMS), dsb. 2) Sumber Dampak

Kegiatan pemboran sumur pengembangan Kegiatan operasional produksi di GPF 3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Angka kesakitan terhadap jenis-jenis penyakit tersebut yang dialami oleh karyawan/masyarakat di sekitar.

4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Untuk mengetahui perkembangan tingkat kesehatan masyarakat. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang muncul dan atau berkembang di masyarakat.

Data sekunder dari Puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai.

Analisis data: deskriptif – evaluatif. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Desa-desa sekitar tapak proyek.

Lokasi pemboran sumur pengembangan dan operasional produksi di GPF. Puskesmas atau Puskesmas Pembantu setempat dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Banggai.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Enam bulan sekali selama pemboran sumur pengembangan dan operasi produksi di GPF.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP.

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

(33)

2.2. BAGIAN HILIR 2.2.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas udara (SO2, CO, dan debu)

b) Indikator

Menurunya kualitas udara 2) Sumber Dampak

Emisi gas buang dan debu dari mesin diesel, beberapa kendaraan berat dan peralatan yang digunakan untuk aktivitas konstruksi kilang LNG dan pelabuhan khusus

3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kualitas udara (SO2, CO, dan debu)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi efektivitas penggunaan dust supression control (pengendali debu) Mengevaluasi alat pengendali emisi standar dan penggunaan BBM berkadar

sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida

Mengevaluasi efektivitas peralatan K3 khususnya yang terkait pengaruh penurunan kualitas udara

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan, analisis di laboratorium.

Metode analisis: SO2(Pararosanilin dg alat Spectrofotometer), CO (NDIR dg

alat NDIR Analyzer), PM10(Gravimetrik dg alat Hi-Vol).

Membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu kualitas udara ambien. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Selama tahap pembangunan konstruksi Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus setiap tiga bulan sekali

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

(34)

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas udara (SO2, CO, NOx, H2S, dan debu)

b) Indikator

Menurunnya kualitas udara 2) Sumber Dampak

Operasional kilang LNG, pelabuhan khusus dan fasilitas pendukungnya 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kualitas udara (SO2, CO, NOx, H2S, dan debu)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi efektivitas penggunaan fasilitas MRU.

Mengevaluasi efektivitas peralatan K3 khususnya yang terkait pengaruh penurunan kualitas udara.

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan, analisis di lapangan dan di laboratorium Metode analisis: SO2(Pararosanilin dg alat Spectrofotometer), NOx(Saltzman

dg alat Spectrofotometer), CO (NDIR dg alat NDIR Analyzer), H2S (Tiosianat

dg alat Spektrofotometer), PM10(Gravimetrik dg alat Hi-Vol)

Membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu kualitas udara ambien b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Selama tahap operasi kilang LNG dan pelabuhan khusus setiap 3 bulan sekali 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.2. Kebisingan A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

(35)

b) Indikator

Peningkatan kebisingan 2) Sumber Dampak

Kebisingan dari aktivitas pembangunan/konstruksi kilang LNG dan pelabuhan khusus

3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kebisingan

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Menjaga agar tidak melebihi buku mutu kebisingan 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengamatan lapangan/pengukuran langsung dengan Sound Level Meter Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu tingkat kebisingan (Kep

Men LH No. 48 Tahun 1999) b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Area kilang LNG dan pelabuhan khusus c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap 3 bulan sekali selama tahap konstruksi kilang LNG dan pelabuhan khusus.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kebisingan b) Indikator

Peningkatan kebisingan 2) Sumber Dampak

Operasional kilang LNG, pelabuhan khusus dan fasilitas pendukungnya 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kebisingan

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

(36)

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengamatan lapangan/pengukuran langsung dengan Sound Level Meter Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu tingkat kebisingan (Kep

Men LH No. 48 Tahun 1999) b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Area kilang LNG dan pelabuhan khusus c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap 3 bulan sekali selama operasional kilang LNG dan pelabuhan khusus. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.3. Kualitas Air Permukaan A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas air permukaan (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak) b) Indikator

Menurunnya kualitas air pemukaan 2) Sumber Dampak

Tumpahan tidak sengaja jenis cair yang terkontaminasi bahan pencemar dan bahan bakar, pembersihan peralatan sebelum komisioning yang dialirkan ke sungai.

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kualitas air permukaan (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mencegah pencemaran air permukaan 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan kemudian dilakukan analisis di laboratorium. Membandingkan hasil analisis dengan dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

(37)

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Tiga bulan selama tahap konstruksi kilang LNG dan pelabuhan khusus 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.4. Kualitas Air Laut A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas air laut (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak, TSS, TDS, Fenol, Amonia)

b) Indikator

Menurunnya kualitas air laut. 2) Sumber Dampak

Konstruksi/pembangunan kilang LNG, pelabuhan khusus dan fasilitas pendukungnya.

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kualitas air permukaan (kekeruhan, minyak dan lemak) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi penurunan kualitas air laut dan mengevaluasi pengelolaannya 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Metode analisis sesuai dengan Kepmen LH No. 37 Tahun 2003. Hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu air laut.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Perairan laut sekitar pelabuhan khusus. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap tiga bulan sekali selama tahap konstruksi kilang LNG dan pelabuhan khusus.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

(38)

B. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kualitas air permukaan (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak, TSS, TDS, Fenol, Amonia)

b) Indikator

Menurunnya kualitas air laut. 2) Sumber Dampak

Operasional kilang LNG, pelabuhan khusus dan fasilitas pendukungnya. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kualitas air laut (pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak, TSS, TDS, Fenol, Amonia)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi efektivitas IPAL 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Pengambilan sampel di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Metode analisis sesuai dengan Kepmen LH No. 37 Tahun 2003. Hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu air laut.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Outlet IPAL

Perairan laut sekitar kilang c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap tiga bulan sekali selama operasional kilang LNG berlangsung 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.5. Keselamatan Berlalulintas A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kecelakaan lalulintas b) Indikator

Terjadi kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau luka-luka pada pengguna jalan.

(39)

2) Sumber Dampak

Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi Kegiatan pembangunan kompleks kilang LNG, pelabuhan khusus dan fasilitas

pengdukungnya.

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan korban. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara langsung dengan warga yang tinggal di sekitar jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi.

Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Depan kantor kecamatan Kintom dan Batui. Sepanjang rute pengangkutan.

Pada ruas jalan yang berbatasan langsung dengan kompleks kilang LNG. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Sekali pada pertengahan waktu mobilisasi peralatan dan material. Sekali pada awal waktu pembangunan kilang LNG.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Keselamatan berlalulintas. b) Indikator

Terjadi kecelakaan lalulintas yang menyebabkan kerusakan kendaraan atau luka-luka pada pengguna jalan.

2) Sumber Dampak

(40)

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan korban. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilintasi oleh angkutan proyek dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom-Batui

Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Sekali pada pertengahan waktu demobilisasi peralatan. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.6. Kerusakan Jalan dan Jembatan A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kerusakan jalan dan jembatan. b) Indikator

Prosentasi kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan.

2) Sumber Dampak

Mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Adanya keluhan warga terhadap kerusakan jalan. Kondisi permukaan/kerusakan jalan dan jembatan 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

(41)

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara langsung dengan warga yang tinggal di sekitar jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan.

Pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan dokumentasi (foto)

Mencocokkan kondisi kerusakan yang ada dengan kriteria tingkat kerusakan dan jenis tindakan perbaikan

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Jalan antara Batui – Kintom c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Setiap kali bila terjadi kerusakan jalan yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan.

6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kerusakan jalan dan jembatan b) Indikator

Prosentasi kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan

2) Sumber Dampak

Kegiatan demobilisasi peralatan. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Parameter lingkungan yang dipantau jenis kerusakan jalan dengan tolok ukur kondisi struktur permukaan jalan yang ditandai permukaan bergelombang pada jalan tanah dan gejala retak-retak pada jalan beraspal. Kerusakan jembatan ditandai dengan keretakan lantai/plat jembatan, penurunan fondasi jembatan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

(42)

5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilintasi oleh angkutan proyek dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom-Batui

Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi Pemantauan dilakukan sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Dilakukan pada waktu sebelum dan setelah dilakukan demobilisasi peralatan. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.7 Kelancaran Lalulintas A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Kelancaran lalulintas b) Indikator

Terjadi kemacetan lalulintas. 2) Sumber Dampak

Kegiatan pembangunan kompleks kilang LNG, pelabuhan khusus dan fasilitas pendukungnya.

3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Kelancaran lalulintas dengan tolok ukur penurunan tingkat pelayanan (LOS: Level Of Service) berdasarkan nilai DS (degree of saturation) pada ruas jalan dan tundaan lalulintas (delay)

4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kemacetan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Mencatat volume arus lalulintas berbagai jenis kendaraan untuk masing-masing arah pada ruas jalan

(43)

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Di ruas jalan yang berdekatan dengan lokasi pembangunan kompleks kilang LNG.

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan

Sekali pada awal pembangunan kompleks kilang LNG. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.8. Keselamatan Pelayaran A. Tahap Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Keselamatan lalulintas di alur pelayaran b) Indikator

Terjadinya kecelakaan di alur pelayaran 2) Sumber Dampak

Kegiatan pengangkutan LNG lewat laut/pengoperasian pelabuhan khusus. 3) Parameter lingkungan yang dipantau.

Jumlah kejadian kecelakaan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan

a) Metode Pengumpulan dan analisis data:

Wawancara dengan penduduk di sekitar pelabuhan khusus dan nelayan Pengamatan di lapangan terhadap lalulintas air

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan

Pemantauan dilakukan pada alur pelayaran dan pemukiman di sekitar wilayah pelabuhan/pelabuhan khusus.

c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Dilakukan sekali dalam setahun. 6) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)

b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai

(44)

c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.9. Vegetasi A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. b) Indikator

Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi dibandingkan dengan rona awal.

2) Sumber Dampak

Land clearing menyebabkan lahan menjadi terbuka sehingga terjadi penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui perubahan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan dengan metode quadrat sampling.

Analisis data: perhitungan kerapatan, indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pada ruang terbuka di dalam dan sekitar tapak proyek. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Sekali setelah persiapan lahan selesai dilakukan dan enam bulan sekali selama operasional.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

(45)

B. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Peningkatan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi. b) Indikator

Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi dibandingkan dengan rona awal.

2) Sumber Dampak

Reklamasi lahan untuk penghijauan.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Untuk mengetahui perubahan dan jumlah serta jenis vegetasi yang ditanam. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan

Analisis data: perhitungan kerapatan, indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis.

b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Areal kegiatan yang dahulu dibuka/digunakan untuk kegiatan operasional kilang LNG.

c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Satu kali pada saat revegetasi dan dua kali setelah revegetasi dalam selang waktu enam bulan.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

2.2.10. Satwa Liar A. Tahap Konstruksi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

(46)

b) Indikator

Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat dibandingkan dengan rona awal.

2) Sumber Dampak

Land clearing menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi sebagai habitat satwa liar hilang sehingga dapat menurunkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. 4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Mengetahui kehadiran satwa liar setelah dilakukan penghijauan. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan dengan metode IPA (Index Point Abudance).

Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pada ruang terbuka di dalam dan sekitar tapak proyek. c) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Sekali setelah persiapan lahan selesai dilakukan dan satu kali dalam satu tahun selama operasional.

6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai

c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.

B. Tahap Pasca Operasi

1) Dampak Penting yang Dipantau a) Jenis Parameter

Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. b) Indikator

Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. 2) Sumber Dampak

Reklamasi lahan untuk penghijauan.

3) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Referensi

Dokumen terkait

 Analisis data: secara deskriptif-evaluatif Desa-desa di sekitar tapak proyek dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai. Sebelum dan selama kegiatan penglepasan

Sejalan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, PT Jawa Satu Power (selanjutnya disebut PT

Pemampatan sekunder (secondary settlement), Ss, merupakan pemampatan yang diakibatkan oleh adanya penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.. Dengan cara

Salah satu strategi yang biasanya digunakan oleh perusahaan dalam menarik simpati publik yaitu dengan program corporate social responsibility, yang merupakan bentuk

 Analisis data: secara deskriptif-evaluatif Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pertanahan dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai.  Dua kali: selama dan setelah

Adalah sebuah lokasi yang bisa langsung digunakan apabila terjadi gangguan, hardware telah tersedia sama seperti pada lokasi original, tetapi tidak tersedia backup copy data dan

Dalam perancangan buku travel guide wisata belanja pakaian grosir di kota Surabaya berbasis fotografi diperlukan beberapa proses penelitian agar dapat ditemukan

Data yang diperlukan dicatat pada lembar pengumpul data, meliputi : Nomor catatan medik, identitas pasien, indikasi dilakukannya bedah sesar, nama Dokter yang menangani,