• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELATIH PEMAHAMAN KONSEP VOLUM BANGUN RUANG DALAM PENGUBAHAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE DRILL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MELATIH PEMAHAMAN KONSEP VOLUM BANGUN RUANG DALAM PENGUBAHAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE DRILL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI PENERAPAN METODE DRILL

Rika Lutvia

Jurusan Tadris Matematika

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung e-mail: lutvia.rika@yahoo.co.id

ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang kesulitan-kesulitan peserta didik dalam mengaplikasikan konsep volum bangun ruang pada pengubahan satuan. Pemecahan masalah yang tepat untuk digunakan adalah metode drill (latihan). Metode tersebut memiliki prinsip-prinsip yang perlu untuk diterapkan agar kesulitan-kesulitan peserta didik bisa terselesaikan, antara lain 1) Pelatihan itu harus didahului atau diselingi dengan penjelasan guru mengenai dasar pemikiran dan arti penting yang terkandung dalam keterampilam yang sedang dilatihkannya; 2) Pelatihan itu tidak membosankan bagi siswa, oleh karenanya alokasi waktu yang singkat lebih baik; 3) Pelatihan itu harus menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir, karena menurut Jean Piaget, seorang siswa selalu berpikir selama ia berbuat.

Kata kunci: satuan, metode drill, prinsip, motif ABSTRACT

This article discusses the difficulties of the learner’s in applying the concept of geometrical volume in unit of conversion. The right way to solve the problem is using such drill method (exercise). This method has some principles that need to be applied so that the difficulties can be resolved by learners, they are 1) Training must be preceded or interspersed with the teacher's explanation of the rationale and important meaning which is contained in the skills that are being taught; 2) The training is not boring for the students, therefore the allocation of a short time is better; 3) The training should attract the attention and interest of the students and build students’ motivation to think because according to Jean Piaget, a student always thinks as long as he does something.

Keywords: unit, drill methods, principles, motives

PENDAHULUAN

Tujuan pembelajaran Matematika (dalam skripsi Asmawati) adalah “terbentuknya kemampuan berfikir, kritis, logis, sistematis dan memiliki sifat objektif, disiplin dalam memecahkan suatu permasalah baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari”(Depdiknas, 2004: 1).

Namun, para pendidik (guru) dalam praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak di antaranya yang menganggap hal biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu

(2)

saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya memberi pelajaran. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya.

Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan (E. Mulyasa, 2013: 19-20).

Kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran salah satunya adalah mengambil jalan pintas. Tugas guru yang paling utama adalah memberi pelajaran, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat memberi pelajaran dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut sering kali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Guru harus menyadari bahwa memberi pelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagodis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa memberi pelajaran di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya. Demikian halnya kondisi peserta didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri

mengandung variasi, seperti belajar menghapal, belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang menuntut berbagai prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan peserta didik, dan beraneka ragam media pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menentukan secara tepat jenis belajar yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai (E. Mulyasa, 2013: 20-21).

Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zaman (E. Mulyasa, 2013: 22).

Uraian sebelumnya sudah jelas bahwa kesalahan sekecil apapun yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Contohnya: peserta didik kurang mengetahui dalam pengubahan satuan, maka dalam pengerjaan soal latihan ataupun ujian yang di mana berhubungan dengan pengubahan satuan akan terhenti (terhambat) di tengah jalan. Perlu diketahui bahwa, kesalahan dalam proses pembelajaran tidak semuanya tercurahkan pada pendidik. Namun, peserta didik itu pun juga harus aktif dalam mencari informasi.

Artikel ini membahas tentang kesulitan belajar matematika secara umum, yang otomatis akan mencakup pembahasan kesulitan peserta didik dalam pengubahan satuan pada materi volum bangun ruang. Dan juga akan dijelaskan dalam pemecahan masalahnya berupa

(3)

metode yang tepat untuk digunakan pada proses pembelajaran.

TEORI DASAR

A. Pembelajaran Matematika 1. Hakikat Matematika

Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa yang berkesulitan belajar.

Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Menurut Paling, ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika

mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis.

Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan (Mulyono Abdurrahman, 2003: 251-252).

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya (Mulyono Abdurrahman, 2003: 253).

2. Pengertian Metode Pembelajaran Matematika

Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Hakikat metode mengajar matematika adalah cara yang teratur yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan.

Metode mengajar berbeda dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara menyajikan meliputi: menguraikan,

(4)

memberi contoh, dan latihan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu. Dalam metode pembelajaran digunakan beberapa metode mengajar. Sedangkan metode mengajar ada di dalam salah satu komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disingkat RPP.

Metode mengajar matematika yang efektif, tepat pemilihannya sesuai dengan pokok bahasan matematika tertentu akan meningkatkan daya serap peserta didik dalam belajar matematika. Metode mengajar yang dipergunakan pendidik membawa peserta didik kepada bagaimana memahami konsep matematika.

Guru tidak hanya

menggunakan ceramah saja dalam belajar matematika, karena bila guru berbicara terus menyebabkan siswa bosan. Konsentrasi akan menurun bila kebosanan belajar sudah melanda siswa. Itulah kepentingan kenapa harus banyak metode mengajar.

Metode mengajar matematika adalah cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran yang dalam realisasinya diperlukan satu atau lebih teknik. Setiap metode mempunyai kelebihan, kelemahan, dan teknik yang disarankan. Tidak ada satu pun metode mengajar yang berlaku untuk semua materi pokok bahasan matematika baik untuk satuan pendidikan dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Satu metode mungkin baik untuk satu pokok bahasan, baik untuk satu tujuan tertentu, baik untuk kondisi dan karakteristik peserta didik tertentu, akan tetapi ketika diterapkan pada materi lain belum tentu tepat dan sesuai.

Sebagai guru matematika kita memerlukan metode mengajar agar

mengajar sebagai proses memberi perlakuan kepada peserta didik lebih terarah, teratur dan tidak sembarangan atau asal mengajar saja. Keteraturan dalam mengajar itu diperlukan kalau kita ingin tujuan belajar secara efektif tercapai.

Penguasaan metode mengajar tidak sekali jadi dapat kita pahami. Paling tidak punya suatu sikap kalau sudah menguasai teori cara mengajar lalu kesempatan berikutnya melatih keterampilan mengajar matematika. Guru atau dosen yang jam terbangnya tinggi memperoleh pengetahuan bagaimana mengajar yang lebih baik ketimbang mereka yang baru mengajar walaupun sudah Strata Dua (S2). Bagaimana kita memperlakukan teori cara mengajar menjadi tantangan kita sebagai guru atau pendidik untuk senantiasa terbiasa dengan cara-cara tertentu yang tepat dengan materi, tujuan dan karakteristik peserta didik. Ketepatan itu pada akhirnya akan terlihat dari tanda-tanda yang ada berupa keberhasilan belajar.

Dalam lingkup pendidikan dan pengajaran kadangkala disamakan pengertian pendekatan dengan metode, padahal seharusnya tidak demikian. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Perencanaan pendekatan mungkin menggunakan beberapa metode pada pelaksanaanya. Suatu metode dapat direalisasikan beberapa pendekatan misalkan metode eksperimen, digunakan untuk pendekatan keterampilan proses, inkuari, dan konsep.

Pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan kemampuannya. Guru

(5)

atau dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan potensinya masing-masing mengkonstruksi pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill, serta problem solving (M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 257-259).

3. Metode Drill dan Latihan

Drill merupakan suatu cara mengajarkan dengan banyak memberikan latihan. Terhadap apa yang dipelajari siswa sehingga mereka mempunyai suatu keterampilan. Diharapkan dengan melakukan drill atau latihan, hasil pekerjaan siswa akan makin sempurna.

Jadi metode drill atau latihan adalah metode pembelajaran yang menekankan pada banyaknya atau seringnya latihan mengerjakan soal atau memecahkan persoalan-persoalan matematika.

Kelebihan metode drill:

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris seperti menulis, menghafalkan huruf, membuat, dan menggunakan alat-alat.

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, tanda/simbol, dan sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan

menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kelemahan metode drill:

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan malah membosankan.

d. Dapat menimbulkan verbalisme (M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 267). Maksudnya: kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya; sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman. Selanjutnya siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan itu (Roestiyah, 2001: 127).

Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif peserta didik untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode drill, antara lain:

a. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat monotorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.

b. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan menggunakan rumus-rumus, dan lain-lain.

c. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain (Mulyono, 2012: 110-111).

B. Prinsip Metode Drill

Ada beberapa prinsip pokok yang perlu diperhatikan guru dalam menyelenggarakan pelatihan, yakni sebagai berikut:

1. Pelatihan itu harus didahului atau diselingi dengan penjelasan guru mengenai dasar pemikiran dan arti penting yang terkandung dalam keterampilam yang sedang dilatihkannya.

2. Pelatihan itu tidak membosankan siswa, oleh karenanya alokasi waktu yang singkat lebih baik.

3. Pelatihan itu harus menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir, karena menurut Jean Piaget, seorang siswa

(6)

selalu berpikir selama ia berbuat (Muhibbin Syah, 2011: 210).

C. Pokok Bahasan Volum Bangun Ruang

1. Volum Balok dan Kubus

Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun ruang kita gunakan

volum. Volum suatu bangun ruang

ditentukan dengan membandingkan terhadap satuan pokok volum, misalnya 1 𝑐𝑚3.

a. Volum Balok

Gambar 1 menunjukkan sebuah balok dengan ukuran panjang = 𝑝, lebar = 𝑙, dan tinggi = 𝑡. Rumus volum 𝑉 balok di atas dapat diperoleh sebagai berikut: 𝑽 = 𝒑 × 𝒍 × 𝒕 atau 𝑽 = 𝒑𝒍𝒕 Oleh karena 𝑝 × 𝑙 merupakan

luas alas, maka volum balok

dapat dinyatakan sebagai berikut. Volum balok = luas alas × tinggi

b. Volum Kubus

Kubus merupakan balok khusus, yaitu balok yang ukuran panjang, lebar, dan tingginya sama. Oleh karena itu, rumus untuk volum kubus diperoleh dari volum balok dengan cara sebagai berikut ini. 𝑉 = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡

= 𝑠 × 𝑠 × 𝑠 𝑉 = 𝑠3

Dengan demikian, rumus volum 𝑉 kubus dengan panjang rusuk = 𝑠 adalah sebagai berikut.

𝑽 = 𝒔 × 𝒔 × 𝒔 atau 𝑽 = 𝒔𝟑

(M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 57-58).

2. Volum Prisma dan Limas a. Volum Prisma

Jika balok dipotong tegak sepanjang salah satu bidang diagonalnya, maka akan terbentuk dua prisma segitiga. Kedua prisma segitiga dapat digabungkan sehingga terbentuk sebuah prisma segitiga. Dengan demikian, prisma dan balok memiliki volum yang sama, luas alas yang sama dan tinggi yang sama pula, sehingga dapat dinyatakan bahwa:

Volum prisma segitiga = volum balok

= luas alas balok × tinggi balok = luas alas prisma × tinggi prisma = 𝐿𝑡

Untuk setiap prisma berlaku rumus berikut:

𝑽 = 𝑳𝒕

dengan 𝑉 = volum, 𝐿 = luas alas, dan 𝑡 = tinggi

atau

Volum prisma = luas alas × tinggi Gambar 3 s s s Gambar 2 p l t Gambar 1

(7)

b. Volum Limas

Suatu kubus yang panjang rusuknya 𝑠 dengan keempat diagonal ruangnya saling berpotongan pada satu titik. Dalam kubus tersebut ternyata terdapat enam buah limas yang sama. Masing-masing limas tersebut beralaskan bidang alas kubus dan tingginya setengah panjang rusuk kubus. Salah satu limas tersebut ditunjukkan pada gambar 4.

Jika volum masing-masing limas adalah 𝑉, maka volum enam buah limas sama dengan volum kubus, sehingga diperoleh hubungan berikut ini.

Volum 6 limas = volum kubus 6 𝑉 = 𝑠 × 𝑠 × 𝑠 = 𝑠 × 𝑠 × 𝑠 = 𝑠 × 𝑠 ×1 2𝑠 × 2 𝑠 × 𝑠 = 𝐿 dan 1 2𝑠 = 𝑡 = 𝐿 × 𝑡 × 2 6 𝑉 = 2 𝐿𝑡 𝑉 =2 𝐿𝑡 6 𝑉 =1 3 𝐿𝑡

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

Untuk setiap limas berlaku rumus berikut:

𝑽 = 𝟏 𝟑 𝑳𝒕

dengan 𝑉 = volum, 𝐿 = luas alas, dan 𝑡 = tinggi

(M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 77-81).

PEMBAHASAN

A. Kesulitan Belajar Matematika

1. Jenis-Jenis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Matematika

Adanya hambatan yang dialami siswa pada saat belajar dapat diketahui dengan adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Hambatan tersebut mungkin disadari atau mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya. Akibatnya prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya.

Kesalahan timbul akibat adanya kesulitan siswa dalam belajar. Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya akan menunjukkan ciri-ciri dari adanya masalah yang dialami, seperti yang dituliskan oleh Mappaita Muhkal (dalam Rahim, 2013) sebagai berikut: (a) menunjukkan hasil belajar yang lebih rendah (di bawah nilai rata-rata) yang dicapai oleh kelompoknya; (b) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya; (c) lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya; (d) menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar; (e) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan dan; (f) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan, sehingga jika kesalahan itu dihubungkan dengan objek dasar matematika menurut Soedjadi (2000: 13), kesalahan yang dimaksud yaitu: a. Kesalahan fakta adalah kekeliruan

dalam menuliskan konvensi-konvensi yang dinyatakan dengan simbol-simbol matematika. Contoh: kesalahan dalam mengubah permasalahan ke Gambar 4

(8)

dalam bentuk model matematika,

kesalahan dalam

menginterpretasikan hasil yang didapatkan dan kesalahan dalam menuliskan simbol-simbol matematika.

b. Kesalahan konsep adalah kekeliruan dalam menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep yang dimaksud dalam matematika dapat berupa definisi. Contoh: kesalahan dalam menggolongkan suatu relasi, apakah merupakan suatu fungsi atau tidak.

c. Kesalahan operasi adalah kekeliruan dalam pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Contoh: kesalahan dalam menjumlahkan, mengurangkan, dan kesalahan dalam operasi matematika lainnya.

d. Kesalahan prinsip adalah kekeliruan dalam mengaitkan beberapa fakta atau beberapa konsep. Contoh: kesalahan dalam menggunakan rumus ataupun teorema serta kesalahan dalam menggunakan prinsip-prinsip sebelumnya.

Rosita (dalam Rifai, 2012) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika antara lain:

a. Kesalahan konsep

Kesalahan konsep adalah kesalahan memahami gagasan abstrak. Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang mengakibatkan seseorang dapat mengklasifikasi-kan objek-objek atau kejadian-kejadian dan menentukan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide tersebut. Herman Hudoyo (dalam Rifai, 2012) menyatakan bahwa belajar konsep

adalah belajar memahami sifat-sifat dari benda-benda atau peristiwa untuk dikelompokkan

dalam satu jenis.

Kesalahan konsep dalam matematika berakibat lemahnya penguasaan materi sacara utuh dalam matematika, aturan mempunyai makna yang sama dengan prinsip.

b. Kesalahan menggunakan data Kesalahan menggunakan data berkenaan dengan kesalahan dalam menggunakan data, seperti tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai, salah dalam menstubtitusi data ke variabel atau menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah.

c. Kesalahan interpretasi bahasa Kesalahan interpretasi bahasa adalah kesalahan mengubah informasi ke ungkapan matematika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika. Bahasa matematika merupakan bahasa simbol sehingga pemahaman terhadap simbol-simbol tersebut merupakan prasyarat utama untuk dapat memahami matematika. Persoalan matematika biasanya disajikan dalam bentuk diagram, tabel, soal cerita, dan sebagainya. Kesemuanya itu mempunyai arti dan akan menjadi jelas apabila dapat diinterpretasikan dengan benar. Untuk menyelesaikan persoalan matematika yang berbentuk soal cerita maka terlebih dahulu harus mengubah soal cerita yang menggunakan bahasa sehari-hari menjadi kalimat matematika. Jika salah dalam mengartikan maka tidak mungkin memberi solusi yang tepat.

(9)

d. Kesalahan teknis

Kesalahan teknis berkenaan dengan pemilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi. Siswa tidak dapat mengidentifikasi operasi yang tepat atau rangkaian operasinya. Kesalahan ini dapat terjadi ketika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarah ke jalan buntu yang dapat berupa ketidaktahuan siswa dalam memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan operasi-operasi yang ada. Kesalahan dalam perhitungan termasuk dalam kesalahan teknis. Dalam menyelesaikan masalah matematika, meskipun sudah mampu menentukan dan menggunakan algoritma, tetapi jika melakukan kesalahan perhitungan atau kesalahan operasi aljabar, maka tetap akan memberikan solusi yang tidak tepat atau salah. Jadi dalam menyelesaikan soal matematika sangat diperlukan adanya kemampuan teknis yang baik. e. Kesalahan penarikan kesimpulan

Kesalahan dalam penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dapat berupa melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar atau melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan penalaran logis.

Dengan memahami bagaimana seorang siswa melakukan kesalahan, diharapkan baik guru maupun siswa kemudian dapat memiliki solusi terbaik agar kekeliruan serupa tidak terulang kembali (ninamath, 2014). 2. Faktor-Faktor Penyebab

Timbulnya Kesulitan Belajar Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang

muncul dari dalam diri siswa sendiri.

b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.

a. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni:

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa; 2) Yang bersifat afektif (ranah

rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap; 3) Yang bersifat psikomotor

(ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

b. Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.

1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan

perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah,

contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, adapula

(10)

faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu.

1) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.

2) Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.

3) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Muhibbin Syah, 2011: 170-171).

Pendidik dalam

menyelesaikan masalah tersebut butuh adanya diagnosis. Yaitu, sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar peserta didik, pendidik sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda peserta didik tersebut. Setelah melakukan diagnosis kepada peserta didik, maka

langkah yang berikutnya adalah menentukan metode yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

B. Penerapan Metode Drill pada Materi Volum Bangun Ruang

Mengingat prinsip pokok dari metode drill yang sudah dijelaskan di atas, maka yang harus dilakukan pendidik adalah sebagai berikut:

a. Pendidik menjelaskan sedikit tentang materi yang akan dilatihkannya dan memberi penjelasan bahwa metode yang digunakan adalah metode drill di mana bertujuan untuk melatih kecakapan siswa. Materi yang perlu diberikan adalah yang berhubungan dengan volum bangun ruang. Kemudian peserta didik diberikan contoh-contoh soal agar dalam penerapannya dapat mudah dimengerti. Contoh-contoh soalnya adalah sebagai berikut:

Contoh:

1. Volum sebuah tangki air yang berbentuk balok adalah 648 liter. Jika panjangnya 120 cm dan lebarnya 60 cm, berapa cm-kah tinggi tangki tersebut?

Jawab: Volum = 648 liter = 648 𝑑𝑚3 = 648.000 𝑐𝑚3 𝑉 = 648.000 𝑝 = 120 𝑙 = 60 𝑉 = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡 648.000 = 120 × 60 × 𝑡 648.000 = 7.200 𝑡 𝑡 =648.000 7.200 𝑡 = 90

Jadi, tinggi tangki = 90 cm.

Catatan: 1 liter = 1 𝑑𝑚3

(M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 59).

2. Sebuah bak penampungan air berbentuk kubus dengan panjang rusuk bagian dalam 80 cm. Jika

(11)

5 cm bak itu diisi penuh air yang

mengalir dengan kecepatan rata-rata 4 liter/menit, berapa lamakah bak tersebut akan penuh?

Jawab:

Volum bak = volum kubus = 803

= 512.000 𝑐𝑚3

= 512 𝑑𝑚3 = 512 liter

Lama waktu mengisi air

= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑏𝑎𝑘

𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 =512

4 = 128 menit

(M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 63).

Pemberian contoh yang diberikan pendidik kepada peserta didik tidak perlu banyak. Dengan alasan yang pertama, agar peserta didik bisa belajar mandiri; yang kedua, pendidik juga harus mengetahui kelemahan dari metode drill, yang salah satunya adalah menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian; yang ketiga, untuk meminimalisir kelemahan tersebut.

b. Pelatihan yang diberikan oleh pendidik harus tidak membutuhkan waktu yang lama agar peserta didik tidak bosan. Misalnya waktu yang diberikan 30 menit dengan lima soal latihan. Apabila dengan lima soal dirasa kurang cukup maka pendidik bisa memberi soal latihan tambahan sebagai pekerjaan rumah.

c. Agar pelatihan menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir maka pendidik harus memahami dari tingkat kesulitannya. Soal yang akan diterapkan pendidik mengenai metode drill dengan materi bangun ruang adalah sebagai berikut:

1. Volum bak mandi yang berbentuk kubus adalah 216 liter. Jika panjangnya 60 cm dan lebarnya

60 cm. Berapa cm-kah tinggi bak mandi tersebut?

2. Hitunglah volum balok yang ukurannya sebagai berikut: panjang = 3 dm, lebar = 2 dm, dan tinggi = 12 cm (Volum dalam satuan liter). (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 59)

3. Suatu kolam renang yang diisi penuh oleh air mempunyai ukuran panjang 20 m dan lebar 5 m. Kedalaman air pada ujung yang dangkal 1 m dan terus melandai sampai 3 m pada ujung yang paling dalam. Berapa literkah volum air dalam kolam itu? (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 85)

4. Drum berbentuk tabung dengan tinggi 2 m dan panjang jari-jari alasnya 35 cm, berisi penuh dengan minyak tanah yang akan dibagikan sama banyaknya kepada 110 warga masyarakat. Setiap warga masyarakat mendapat minyak tanah sebanyak… liter. 𝜋 =227

(Juwito, dkk.: 58) 5.

Gambar di atas menunjukkan suatu bandul padat yang terdiri dari belahan bola dan kerucut. Alas kerucut berimpit dengan belahan bola dengan diameter 6 cm. Jika 𝜋 = 3,14, maka volum bandul tersebut adalah…(Juwito, dkk.: 64)

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Adanya hambatan yang dialami siswa pada saat belajar dapat diketahui dengan adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

(12)

Hambatan tersebut mungkin disadari atau mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya. Akibatnya prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya.

Kesalahan timbul akibat adanya kesulitan siswa dalam belajar. Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya akan menunjukkan ciri-ciri dari adanya masalah yang dialami, seperti yang dituliskan oleh Mappaita Muhkal (dalam Rahim, 2013) sebagai berikut: (a) menunjukkan hasil belajar yang lebih rendah (di bawah nilai rata-rata) yang dicapai oleh kelompoknya; (b) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya; (c) lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya; (d) menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar; (e) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan dan; (f) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan, sehingga jika kesalahan itu dihubungkan dengan objek dasar matematika menurut Soedjadi (2000: 13), kesalahan yang dimaksud yaitu: a. Kesalahan fakta adalah kekeliruan

dalam menuliskan konvensi-konvensi yang dinyatakan dengan simbol-simbol matematika. b. Kesalahan konsep adalah

kekeliruan dalam menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep yang dimaksud dalam matematika dapat berupa definisi.

c. Kesalahan operasi adalah kekeliruan dalam pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain.

d. Kesalahan prinsip adalah kekeliruan dalam mengaitkan beberapa fakta atau beberapa konsep.

Rosita (dalam Rifai, 2012) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika antara lain:

a. Kesalahan konsep

b. Kesalahan menggunakan data c. Kesalahan interpretasi bahasa d. Kesalahan teknis

e. Kesalahan penarikan kesimpulan Dengan memahami bagaimana seorang siswa melakukan kesalahan, diharapkan baik guru maupun siswa kemudian dapat memiliki solusi terbaik agar kekeliruan serupa tidak terulang kembali.

Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.

b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

2. Penerapan metode drill pada materi volum bangun ruang, antara lain: a. Pendidik menjelaskan sedikit

tentang materi yang akan dilatihkannya dan memberi penjelasan bahwa metode yang digunakan adalah metode drill di mana bertujuan untuk melatih kecakapan siswa. Materi yang perlu diberikan adalah yang berhubungan dengan volum bangun ruang. Kemudian peserta didik diberikan contoh-contoh soal agar dalam penerapannya dapat mudah dimengerti.

b. Pelatihan yang diberikan oleh pendidik harus tidak membutuhkan waktu yang lama agar peserta didik tidak bosan. Misalnya waktu yang diberikan

(13)

30 menit dengan lima soal latihan. Apabila dengan lima soal dirasa kurang cukup maka pendidik bisa memberi soal latihan tambahan sebagai pekerjaan rumah.

c. Agar pelatihan menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir maka pendidik harus memahami dari tingkat kesulitannya.

B. Saran

Demikian artikel ini penulis susun. Penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Karena itu, pastilah artikel ini belum sesuai harapan. Untuk itu, penulis berharap agar para pembaca memberi kritik dan saran kepada penulis. Sehingga artikel saya bisa lebih baik kedepannya. Terima kasih.

REFERENSI

[1] A, M. Cholik dan Sugijono. 2002. Matematika untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

[2] Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

[3] Asmawati. “Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Segitiga pada Siswa Kelas VII D SMPN 1 Mataraman Tahun Ajaran 2007/2008”. http://azwarudin.blogspot.com/2011/02/ skripsi-matematika.html. Diakses Minggu, 30 Nopember 2014, pukul 11:46 WIB

[4] Hamzah, M. Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.

[5]

http://ninamath.wordpress.com/2014/04

/12/jenis-jenis-kesalahan-dalam-menyelesaikan-soal-matematika/. Diakses Minggu, 30 Nopember 2014, pukul 10:54 WIB

[6] Mulyasa, E.. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

[7] Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

[8] Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

[9] Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

[10] Juwito. 2014. Modul Matematika Madrasah Tsanawiyah. Tulungagung.

Gambar

Gambar  1  menunjukkan  sebuah  balok  dengan  ukuran  panjang  =

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari keempat variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah nilai tukar (kurs) Rupiah. Berdasarkan

Pertama, keputusan universal adalah keputusan di mana predikat menerangkan (mengakui atau memungkiri) seluruh luas subyek, misal: „semua orang dapat mati‟.. Kedua,

Wihandaru Sotya Pamungkas ” Restrukturisasi dan Kebangkrutan ” 438 Perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun masih memungkinkan menghasilkan aliran kas yang cukup, atau

Perusahaan, Berau dan Maple mengadakan perjanjian pemasaran batubara selama umur tambang (“Maple-Noble CMA”) dengan Noble, di mana Maple menyetujui untuk menunjuk Noble

Pagelaran Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023, yang dlaksanakan

Kebanyakan siswa yang masuk ke Madrasah Tsanawiyah al-Istiqamah adalah mereka yang tidak diterima di sekolah lain, pindahan dari sekolah lain, ataupun anak dari

Adakah hubungan kepercayaan diri dalam proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan scientific terhadap hasil belajar kimia pada materi pokok ikatan kimia siswa

Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya dan keragu-raguan Seluruh pemberi layanan yang ada di puskesmas