LAPORAN HASIL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG (FDI)
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
DARWIN SH. DAMANIK, SE. N I P : 19641231 200112 1 005
Dibiayai oleh : DIPA 2011 Politeknik Negeri Medan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional No. Kontrak : 22 / PL5.2 / PM / 2011
Tanggal : 6 Juli 2011
M E D A N
2 0 1 1
iii ABSTRAKSI
Darwin SH. Damanik. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penanaman
Modal Asing Langsung (FDI) di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk mengukur besar pengaruh beberapa variabel ekonomi tertentu terhadap perkembangan realisasi nilai Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
FDI di Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh suku bunga investasi yang berlaku, pendapatan masyarakat yang dicerminkan oleh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat (PDRB), jumlah pengangguran dan perkembangan ekspor barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan model regressi linier berganda metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data time series tahunan untuk pengamatan mulai tahun 1983 sampai dengan tahun 2008.
Di Provinsi Sumatera Utara, FDI dipengaruhi secara simultan oleh suku bunga investasi, PDRB, jumlah pengangguran dan nilai ekspor sebesar 86,26 persen signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen. Hasil ini diperoleh berdasarkan data suku bunga investasi tahun berjalan, PDRB menggunakan data lagged satu, data jumlah pengangguran tahun berjalan dan nilai ekspor barang dan jasa lagged satu. Selanjutnya, hasil analisis parsial menunjukkan bahwa suku bunga investasi berpengaruh negatif sebesar 1387,88 terhadap FDI, PDRB berpengaruh positif sebesar 0,6927 terhadap FDI, jumlah pengangguran berpengaruh negatif sebesar 0,0363 terhadap FDI dan nilai ekspor barang dan jasa berpengaruh positif sebesar 2,5196 terhadap FDI signifikan pada tingkat kesalahan 5 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa suku bunga investasi dan nilai ekspor barang dan jasa Provinsi Sumatera Utara mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan FDI, PDRB mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap perkembangan FDI di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan faktor jumlah pengangguran mempunyai pengaruh berlawanan yang cukup kecil terhadap perkembangan FDI di Provinsi Sumatera Utara.
Hasil yang spesifik untuk Provinsi Sumatera Utara adalah diperolehnya hubungan yang negatif antara jumlah pengangguran dengan FDI dimana secara teori hubungan tersebut diharapkan merupakan hubungan positif apabila jumlah pengangguran dikaitkan dengan tingkat upah yang berlaku. Nilai koefisien regressi jumlah pengangguran yang negatif dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh berlakunya tingkat upah minimum propinsi (UMP atau UMR) di pasar tenaga kerja sehingga tingkat upah merupakan konstanta dalam jangka waktu tertentu. Kemungkinan lainnya adalah tingkat pendidikan dan keterampilan pengangguran yang ada tidak memenuhi kriteria pengguna tenaga kerja sehingga dalam jangka waktu tertentu mereka akan tetap menganggur atau sengaja memilih menganggur atau sebenarnya setengah menganggur.
iv KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu peneliti mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya mengiringi peneliti dalam menyusun laporan penelitian ini. Penyusunan laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk pertanggungjawaban atas penelitian yang dilakukan oleh dosen di Politeknik Negeri Medan.
Laporan penelitian ini telah disusun dengan segala usaha, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, namun mungkin masih memiliki kelemahan dan kekurangan, Untuk itu kritik dan saran yang sehat sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati.
Laporan penelitian ini dapat diselesaikan juga berkat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan yang bersifat moril maupun yang bersifat materil. Untuk itu pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Medan. 2. Kepala UPPM Politeknik Negeri Medan.
3. Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Medan.
4. Pemeriksa dan penilai penelitian dosen Jurusan Akuntansi.
Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan cinta kasih yang tulus kepada peneliti. Kiranya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan.
S e m o g a………... Medan, Oktober 2011 Peneliti, DARWIN SH. DAMANIK NIP. : 19641231 200112 1 005
iv DAFTAR ISI Halaman J U D U L……….…….... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAKSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi...4
B. Suku Bunga Investasi, Tabungan dan Investasi...6
C. Pengangguran, Tingkat Upah dan Investasi...8
D. Pendapatan Nasional dan Investasi...10
E. Pengertian Pengangguran...11
F. Review Penelitian Terdahulu...11
G. Kerangka Konseptual...14
H. Hipotesis...15
BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian...16
iv
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian...18
B. Jenis dan Sumber Data...18
C. Model Analisis...19
D. Metode Analisis...22
E. Defenisi Operasional Variabel...23
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Data Penelitian...25
B. Hasil dan Pembahasan...31
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...37
B. Saran ...38
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
iv DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 : Perkembangan Realisasi Nilai Investasi Asing
Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007 (Juta US$)………... 34
Tabel 4.2 : Realisasi Penanaman Modal Asing Sumatera Utara Berdasarkan Sektor Tahun 2003 – 2007 (Juta US$)... 35
Tabel 4.3 : Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Per Tahun Provinsi Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007 (persen)... 43
Tabel 4.4 : Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (MilyarRp)... 38
Tabel 4.5 : Jumlah Pengangguran dan Pertumbuhan Pengangguran Provinsi Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007 (Jiwa)... 39
Tabel 4.6 : Perkembangan Nilai Ekspor dan Pertumbuhan Ekspor Provinsi Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007... 41
Tabel 4.7 : Hasil Uji Jarque-Bera Test... 42
Tabel 4.8 : Hasil Uji Ramsey RESET test... 42
Tabel 4.9 : Hasil Uji Multikolinearitas... 46
iv DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Pengaruh PMA bagi perekonomian negara penerima…………. 6
Gambar 2 : Suku bunga, tabungan dan investasi……… 8
Gambar 3 : Fleksibilitas upah dan penggunaan tenaga kerja………. 10
Gambar 4 : Investasi terpengaruh………... 12
Gambar 5 : Faktor-faktor yang mempengaruhi FDI
di Provinsi Sumatera Utara………. 18
iv DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar riwayat hidup peneliti
Lampiran 2 : Grafik garis variabel penelitian
Lampiran 3 : Grafik batang (histogram) variabel penelitian
Lampiran 4: Estimate equation output
Lampiran 5 : Uji multikolinearitas
Lampiran 6 : Uji Jarque-Bera
Lampiran 7 : Ramsey RESET Test
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan adanya keinginan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana sendiri untuk keperluan dana pembangunan. Disamping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment = FDI).
Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber lain. Panayotou dalam Sarwedi (2002) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI di suatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif lebih kecil dan lebih profitable.
Banyak bukti empiris seperti pengalaman-pengalaman di Korea Selatan, Malaysia, Thailand, China dan banyak lagi negara lainnya yang menunjukkan bahwa kehadiran FDI memberi banyak hal positif terhadap perekonomian dari negara tuan rumah. Untuk kasus Indonesia, bukti paling nyata adalah semasa pemerintahan Orde Baru. Tidak mungkin ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali dari kehancuran yang dibuat oleh pemerintahan Orde Lama dan bisa mengalami pertumbuhan rata-rata 7 persen per tahun selama periode 1980-an kalau tidak ada FDI. Tentu banyak faktor lain yang juga berperan sebagai sumber pendorong pertumbuhan tersebut seperti bantuan atau utang luar negeri dan keseriusan pemerintah Orde Baru untuk membangun ekonomi nasional saat itu yang dicerminkan oleh adanya Repelita dan stabilitas politik
dan sosial. Literatur teori juga memberi argumen yang kuat bahwa ada suatu korelasi positif antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara penerima. (Tambunan, 2007).
Otonomi daerah yang diberlakukan mulai 1 Januari 2000 merupakan pelimpahan kewenangan bagi daerah-daerah untuk lebih mandiri dalam melaksanakan pembangunan di daerah masing-masing. Otonomi daerah adalah momentum berharga bagi daerah-daerah di Indonesia umumnya, dan khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Dengan otonomi daerah, masyarakat dan sumber daya yang ada di suatu daerah bisa lebih diberdayakan mengingat wilayah pembangunan yang sudah lebih terjangkau dan terkonsentrasi.
Investasi yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara harus diarahkan kepada sektor ekonomi yang secara komparatif lebih banyak menyerap tenaga kerja atau dengan kata lain investasi pada sektor yang menciptakan kesempatan kerja luas. Untuk bisa mengarahkan investasi kepada sektor ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja, memberikan nilai tambah yang optimal, dan untuk bisa memperbesar arus masuk Penanaman Modal Asing Langsung ke Provinsi Sumatera Utara, maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing Langsung dan berapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian perlu dilakukan kajian terhadap kebijakan investasi yang sudah, sedang dan akan dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) Di Provinsi Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah
Apa yang diharapkan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia adalah perbaikan taraf hidup ke arah yang lebih sejahtera. Harapan-harapan seperti ini masih dirasakan sampai saat ini dan meluas menjadi kesatuan harapan masyarakat sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia termasuk daerah Provinsi Sumatera Utara.
Keinginan untuk hidup lebih sejahtera menuntut usaha melakukan pembangunan di semua sektor kehidupan, terutama investasi di sektor ekonomi yang mampu menciptakan kesempatan bekerja yang luas bagi masyarakat dan menghasilkan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) harus diarahkan kepada sektor ekonomi yang merupakan sektor andalan perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
Penanaman Modal Asing Langsung ternyata dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain adalah variabel suku bunga investasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, jumlah pengangguran dan tingkat pertumbuhan ekspor barang dan jasa. Permasalahan yang timbul kemudian adalah :
1. Berapa besar pengaruh suku bunga investasi terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara?
2. Berapa besar pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara?
3. Berapa besar pengaruh jumlah pengangguran Provinsi Sumatera Utara terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara? 4. Berapa besar pengaruh tingkat pertumbuhan ekspor Provinsi Sumatera
Utara terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim, 2005).
Dipandang dari sudut asal atau sumber investasi, maka investasi bisa dibedakan menjadi investasi dalam negeri (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan investasi luar negeri (Penanaman Modal Asing). Investasi asing yang masuk ke suatu negara juga bisa berupa investasi pada aset-aset finansial (Portofolio) dan investasi pada aset-aset riil (Penanaman Modal Asing Langsung).
Secara teori, Penanaman Modal Asing Langsung berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi bagi negara/daerah tuan rumah/penerima melalui beberapa jalur baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh positif ini digambarkan dalam Gambar 1 (Tambunan, 2007).
Pertama, pengaruh langsung dari sisi penawaran (supply). Penanaman Modal Asing Langsung berwujud pembangunan pabrik-pabrik baru. Pembangunan pabrik-pabrik baru menghasilkan pertambahan output atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), peningkatan total ekspor dan pembukaan kesempatan kerja baru. Peningkatan ekspor menyebabkan bertambahnya
cadangan devisa yang meningkatkan kemampuan untuk membayar utang luar negeri dan kemampuan membiayai impor.
Sumber : Tambunan, 2007 (Redesign oleh peneliti) Gambar 1
Pengaruh PMA bagi perekonomian negara penerima
Kedua, pengaruh tidak langsung dari sisi permintaan. Adanya pabrik-pabrik baru berarti ada pertambahan permintaan dalam negeri terhadap barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, barang-barang jadi, bahan baku dan input-input lainnya sebagai permintaan antara. Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain di dalam negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya dampak positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor produksi domestik lainnya dan ini berarti output di sektor-sektor lainnya mengalami pertumbuhan. Ini berarti pula telah terjadi efek penggandaan (multiplier effect) dari keberadaan Penanaman Modal Asing Langsung terhadap output agregat di negara/daerah penerima Penanaman Modal Asing Langsung tersebut. Dengan kata lain, semakin besar komponen impor dari sebuah proyek Penanaman Modal Asing Langsung, atau semakin besar ”kebocoran” dari keterkaitan produksi antara Penanaman Modal Asing
PMA Pabrik Pabrik Baru Cadangan Devisa Ekspor Utang Luar Negeri Output Sektor Lain Kesempatan Kerja PDRB dan PDRB/kapita Permintaan Pasar P er al ih an T ek n o lo g i Impor Input
Langsung dengan perekonomian domestik, maka akan semakin kecil efek penggandaan tersebut.
Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut membawa pengaruh positif terhadap perekonomian domestik lewat sisi permintaan dimana peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Sama seperti kasus sebelumnya, jika pertambahan permintaan tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap. Sebaliknya, jika ekstra permintaan konsumsi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan impor, maka efek positifnya bagi perekonomian domestik adalah nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih besar daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya Penanaman Modal Asing Langsung, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Ini berarti kehadiran Penanaman Modal Asing Langsung memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara/daerah tuan rumah.
Keempat, peranan Penanaman Modal Asing Langsung sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan Penanaman Modal Asing Langsung. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari perusahaan Penanaman Modal Asing Langsung ke perusahaan domestik.
B. Suku Bunga, Tabungan dan Investasi
Suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam suku bunga akan menyebabkan perubahan dalam tabungan rumah tangga dan investasi perusahaan. Perubahan-perubahan dalam suku bunga akan terus menerus berlangsung sebelum kesamaan diantara jumlah tabungan dengan jumlah
investasi tercapai. Berlangsungnya proses penyesuaian-penyesuaian tersebut diterangkan dengan Gambar 2 berikut (Sukirno, 2000) :
Gambar 2
Suku Bunga, Tabungan dan Investasi
Kurva I menunjukkan permintaan para pengusaha terhadap tabungan rumah tangga (atau keinginan pengusaha untuk melakukan investasi). Kurva SF adalah kurva yang menunjukkan penawaran tabungan oleh seluruh rumah
tangga pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Keseimbangan diantara keinginan rumah tangga dalam menawarkan tabungan mereka dan keinginan para pengusaha untuk melakukan investasi dicapai pada titik E. Pada tingkat keseimbangan ini suku bunga adalah r0.
Apabila suku bunga lebih tinggi dari r0 misalnya r1, jumlah tabungan yang
ditawarkan oleh rumah tangga adalah lebih besar dari jumlah yang ingin diinvestasi para pengusaha. Kelebihan tabungan ini akan menurunkan suku bunga. Penurunan ini akan mengurangi tabungan oleh rumah tangga, tetapi sebaliknya akan menambah keinginan untuk melakukan investasi oleh para pengusaha. Selama belum terdapat keseimbangan diantara penawaran tabungan dan permintaan tabungan, penurunan dalam suku bunga akan terus menerus berlangsung sehingga pada akhirnya jumlah yang ingin ditabung oleh rumah tangga akan sama dengan jumlah yang ingin dipinjam dan diinvestasikan oleh para pengusaha.
0 r0
r1
r2
I0 = S0 Tabungan dan Investasi
Suku Bunga E SF I Kelebihan Investasi Kelebihan Tabungan
Sebaliknya, apabila suku bunga lebih rendah dari r0, misalnya hanya r2,
permintaan para pengusaha ke atas tabungan adalah melebihi tabungan yang tersedia. Keadaan ini akan menaikkan suku bunga, dan seterusnya kenaikan dalam suku bunga akan mengurangi keinginan untuk melakukan investasi tetapi menambah penawaran tabungan. Kenaikan suku bunga itu pada akhirnya akan menyebabkan tingkat keseimbangan tercapai, yaitu jumlah yang akan ditabung oleh rumah tangga adalah sama dengan jumlah yang ingin diinvestasikan oleh para pengusaha.
C. Pengangguran, Tingkat Upah dan Investasi
Apabila dalam perekonomian (Sukirno, 2000) terdapat pengangguran, para penganggur akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang lebih rendah dari yang berlaku di pasar. Keadaan ini menimbulkan kekuatan-kekuatan yang akan menurunkan tingkat upah, dan penurunan dalam tingkat upah ini akan memperluas tingkat kegiatan ekonomi. Di dalam analisisnya ahli-ahli ekonomi klasik berkeyakinan :
1. Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum.
2. Keuntungan yang maksimum akan dicapai pada keadaan dimana upah adalah sama dengan produksi fisikal marjinal.
Berdasarkan kepada kedua keyakinan tersebut, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa penentuan upah dapat diterangkan dengan menggunakan Gambar 3 (Sukirno, 2000).
Keadaan permintaan dan penggunaan tenaga kerja dalam satu perusahaan ditunjukkan dalam Gambar 3 (a). Permintaan tenaga buruh oleh suatu perusahaan digambarkan oleh kurva mpp = dp. Apabila tingkat upah adalah
W0 perusahaan tersebut akan menggunakan L0 tenaga kerja untuk
memaksimumkan keuntungannya. Apabila upah merosot menjadi W1
perusahaan akan menggunakan L1 tenaga kerja untuk menambah dan
Gambar 3
Fleksibilitas Upah dan Penggunaan Tenaga Kerja
Dalam Gambar (b), ditunjukkan permintaan (DL) dan penawaran (SL dan
S’L) tenaga kerja dalam perekonomian. Misalkan pada mulanya penawaran
tenaga kerja adalah SL, maka keseimbangan asal dari permintaan dan
penawaran tenaga kerja dicapai di E0.
Berdasarkan kepada keseimbangan ini, tingkat upah adalah W0 dan jumlah
tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian adalah N0. Seterusnya
misalkan dalam perekonomian terjadi perubahan ke atas penawaran tenaga kerja. Perubahan ini digambarkan oleh perpindahan kurva penawaran SL
menjadi S’L. Sebagai akibat perubahan ini, pada tingkat upah sebesar W0
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N2, sedangkan seluruh
pengusaha dalam perekonomian hanya ingin menggunakan sebanyak N0
tenaga kerja. Dengan demikian terjadi pengangguran tenaga kerja sebanyak N0N2. Kelebihan tenaga kerja ini akan mendorong kemerosotan upah
sehingga tingkat dimana penawaran tenaga kerja yang baru sama dengan permintaan tenaga kerja. Keadaan itu dicapai di E1, dan dengan demikian
Tingkat Upah Tingkat Upah
W0 W1 W0 W1 L1 L0 N0 N1 N2 0 0 DL E1 E0 SL S’L
(a) Perusahaan (b) Perekonomian
upah adalah W1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
perekonomian adalah N1.
D. Pendapatan Nasional dan Investasi
Dalam kebanyakan analisis mengenai penentuan pendapatan nasional (Sukirno, 2002) pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi otonom. Perlulah disadari bahwa tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Apabila dimisalkan ciri-ciri perkaitan diantara investasi dan pendapatan nasional adalah seperti yang dinyatakan ini, fungsi investasinya adalah seperti yang ditunjukkan oleh fungsi Ii dalam Gambar 4 (Sukirno,2000).
Gambar 4 Investasi Terpengaruh
Gambar 4 menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional , makin tinggi pula tingkat investasi. Sebagai contoh, kenaikan pendapatan nasional dari Y0 menjadi Y1 menyebabkan investasi naik dari I0 menjadi I1. Investasi
yang bercorak demikian dinamakan investasi terpengaruh atau induced investment. Pendapatan Nasional Y0 Y1 I0 I1 Investasi
E. Pengertian pengangguran
Yang dimaksud dengan pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang pada saat pencacahan tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran secara terbuka (Open Unemployment). (Lembaga Demografi FE. UI., 2010).
Pengangguran terjadi akibat adanya tingkat penawaran pekerja yang lebih besar dari permintaan pekerja di pasar kerja. Yang menyebabkan kelebihan penawaran tenaga kerja (excess supply of labor) ialah adanya tingkat pertambahan penduduk yang cukup tinggi dengan secara otomatis menambah jumlah tenaga kerja. Yang menyebabkan rendahnya permintaan pekerja ialah rendahnya tingkat penyerapan (absorptive) tenaga kerja di dalam pembangunan yang berarti bahwa pembangunan ekonomi saat ini masih menyebabkan perluasan kesempatan kerja yang kecil secara relatif.
Pengangguran dalam arti makro ekonomi adalah sebagian dari angkatan kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan, sedangkan dalam pengertian mikro pengangguran adalah seorang yang mampu dan mau melakukan pekerjaan tetapi sedang tidak mempunyai pekerjaan.
Masalah pengangguran dalam semua bentuknya merupakan masalah yang pemecahannya dirasakan sangat mendesak. Perluasan kesempatan kerja harus merupakan fokus perhatian dalam pembangunan ekonomi supaya tekanan masalah pengangguran dapat diatasi. Investasi di semua sektor ekonomi tidak hanya ditujukan untuk memacu pertumbuhan semata, tetapi diarahkan pada pembangunan ekonomi yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.
F. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menjadi inspirasi yang membangun penelitian ini, secara ringkas diuraikan sebagai berikut :
1. Sarwedi, dalam tulisannya yang berjudul Investasi Asing Langsung Di Indonesia Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Tahun 2002. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Foreign Direct Investment (FDI) sebagai variabel terikat dan Gross Domestic Product
(GDP), Pertumbuhan Ekonomi (GRWT), Upah Pekerja (WG), Stabilitas Politik (SP), Nilai Ekspor Total (EX) masing-masing sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan analisis regressi OLS klasik dengan persamaan :
LFDI = β0 + β1LGDP + β2GRWT + β3LWG + β4SP + β5LEX + ε
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan karakteristik dalam negeri suatu negara, yang akan dikombinasikan dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan perhitungan kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square = OLS). Hasil analisis dalam penelitian ini dibuat dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- dalam jangka pendek ditemukan bahwa variabel Gross Domestic Product (GDP), pertumbuhan ekonomi (GRWT), upah pekerja (WG) dan ekspor (X) menunjukkan pengaruh positif dan signifikan untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Sedangkan dalam jangka panjang, seluruh variabel bebas menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini disebabkan karena fluktuasi nilai masing-masing variabel yang mendorong terjadinya perubahan dalam keseimbangan jangka panjang.
- variabel stabilitas politik (SP) yang diukur dengan menggunakan indikator angka kerusuhan atau pemogokan yang terjadi di Indonesia selama periode penelitian menunjukkan hasil negatif dan signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
- penelitian ini menemukan hubungan dua arah antara variabel ekspor dan FDI pada lag kedua, sedangkan pada lag kesatu, lag ketiga hanya terdapat hubungan satu arah yaitu antara FDI dan ekspor saja.
2. Tulus Tambunan, dalam studinya yang berjudul Daya Saing Indonesia Dalam Menarik Investasi Asing (2007) memberikan beberapa kesimpulan, yaitu bahwa investasi asing (PMA), khususnya dari negara-negara maju, tetap lebih penting daripada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia karena tiga alasan
utama. Pertama, PMA membawa teknologi baru dan pengetahuan lainnya yang berguna bagi pembangunan di dalam negeri. Kedua, pada umumnya PMA mempunyai jaringan kuat dengan lembaga-lembaga keuangan global, sehingga tidak tergantung pada dana dari perbankan Indonesia. Ketiga, bagi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang berorientasi ekspor, biasanya mereka sudah memiliki jaringan pasar global yang kuat, sehingga tidak ada kesulitan dalam ekspor.
3. Suryawati, dalam tulisannya yang berjudul Peranan Investasi Asing Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asia Timur. Dalam kajiannya Suryawati menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), Foreign Direct Investment (FDI), Pinjaman Luar Negeri (DEBT),
EKSPOR, dan IMPOR sebagai variabel penelitian. Model yang digunakan
terdiri dari 3 persamaan yaitu :
Persamaan I : PDBt = a0 + a1 FDIt +a2 DEBT1 + µt
Persamaan II : FDlt = β0 + β1EKSPORt + β2IMPORt + β3DEBITt +µt
Persamaan III : EKSPORt = γ0 + y1 FDIt + µt
Secara umum temuan studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Modal Asing Langsung yang masuk ke negara-negara Asia Timur, secara umum . mempunyai hubungan yang positif, dan kuat terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) negara tujuan FDI. Namun demikian, hubungan ini hanya merupakan hubungan jangka pendek saja. Dalam uji ekonometri jangka panjang, dengan menggunakan metoda ECM, hubungan jangka panjang antara FDI dengan PDB hanya terjadi di Indonesia dan Philippina. Sebaliknya, dengan Uji kausalitas Granger terlihat bahwa, dalam lebih banyak kasus, justru pertumbuhan ekonomi (PDB) di negara-negara inilah yang telah menciptakan daya tarik bagi masuknya FDI
- Di dalam jangka panjang, utang luar negeri (DEBT) berpengaruh negatif bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur ini, dengan perkecualian Philippina. Sedangkan di dalam jangka pendek, pada umumnya, DEBT tidak berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi,
kecuali dalam kasus Malaysia. Dalam pengujian model dengan menggunakan model OLS terbukti, bahwa untuk semua negara, FDI mempunyai hubungan yang positif signifikan dengan ekspor negara itu. Hubungan jangka panjang positif terjadi antara ekspor dan FDI di Indonesia, meskipun koefisiennya sangat kecil. Simpulan ini memberikan gambaran pengusaha asing hanya tertarik untuk melakukan penanaman modal ke sebuah negara, apabila negara tersebut mempunyai peluang untuk berhasil didalam ekspornya. Dengan kata lain, FDI yang dilakukan di Asia Timur ini pada umumnya adalah FDI yang bermotif ”trade barrier-circumventing” bagi negara asal. Yaitu, FDI yang bertujuan melindungi negara asal dari potensi persaingan negara-negara tujuan FDI.
G. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan toritis yang telah diuraikan terdahulu, dalam penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari variabel-variabel suku bunga investasi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diproxy terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan Provinsi Sumatera Utara, jumlah pengangguran dan tingkat pertumbuhan ekspor Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel bebas terhadap variabel Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel terikat. Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram berikut ini :
Gambar 5
Faktor-faktor yang mempengaruhi FDI di Provinsi Sumatera Utara Suku Bunga Investasi
Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Jumlah Pengangguran
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2002).
Terdapat dua argumen di masyarakat menyikapi peranan Penanaman Modal Asing Langsung dalam pembangunan ekonomi. Kelompok yang pro berargumen bahwa Penanaman Modal Asing Langsung merupakan bagian dari strategi pembangunan ekonomi yang penting untuk memacu pertumbuhan dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Sedangkan kelompok yang kontra mengemukakan alasan bahwa Penanaman Modal Asing Langsung hanya memberikan keuntungan kepada negara asal dan bagi tuan rumah hanya memberikan nilai tambah yang sangat kecil kalaupun ada.
Terlepas dari masalah argumen mana yang benar, pembangunan ekonomi masih memerlukan sumber dana berupa Penanaman Modal Asing Langsung untuk melengkapi sumber dana dalam negeri. Agar bisa menarik Penanaman Modal Asing Langsung maka perlu untuk mengetahui peranan masing-masing variabel yang mempengaruhinya.
Khusus untuk Provinsi Sumatera Utara, perlu dibuat dugaan sementara dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga suku bunga investasi mempunyai pengaruh negatif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
2. Diduga tingkat pertumbuhan ekonomi tahun lalu (t – 1) mempunyai pengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
3. Diduga jumlah pengangguran berpengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
4. Diduga tingkat pertumbuhan ekspor tahun lalu (t – 1) berpengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN
Dalam setiap kegiatan atau usaha, suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya dari awal hingga akhir dalam suatu proses adalah tujuan atau sasaran. Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga investasi terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pengangguran Provinsi Sumatera Utara terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan ekspor Provinsi Sumatera Utara terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.
B. MANFAAT PENELITIAN
Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah. Masalah bisa diartikan sebagai sesuatu yang terjadi yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Secara teoritis, manfaat dari sebuah penelitian antara lain adalah untuk memecahkan masalah dan untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Khusus untuk penelitian ini, sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan bukti empiris terhadap besar pengaruh masing-masing variabel yang berhubungan dengan upaya untuk menarik dan mengarahkan Penanaman Modal Asing Langsung ke Provinsi Sumatera Utara.
2. Sebagai masukan bagi pembuat kebijaksanaan untuk meningkatkan daya saing Provinsi Sumatera Utara dalam menarik investasi asing dengan daerah/negara lain.
3. Sebagai dorongan bagi pemerintah daerah untuk mempersiapkan /menyempurnakan semua faktor yang berkaitan dengan strategi peningkatan daya saing tersebut seperti infrastruktur dan birokrasi administrasi di Provinsi Sumatera Utara.
4. Sebagai bahan perbandingan terhadap hasil penelitian terdahulu untuk daerah analisis yang berbeda.
5. Untuk memperkaya dan memperluas wawasan peneliti dalam hal keterkaitan antara FDI dengan suku bunga investasi, perkembangan ekonomi, jumlah pengangguran dan perkembangan ekspor di Provinsi Sumatera Utara.
6. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan FDI di Sumatera Utara.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui besar pengaruh dari variabel suku bunga investasi, variabel tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara, variabel jumlah pengangguran Provinsi Sumatera Utara, dan variabel tingkat pertumbuhan ekspor Provinsi Sumatera Utara secara bersama-sama terhadap nilai penanaman modal asing langsung di Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan untuk jangka waktu pengamatan tahun 1983 sampai dengan tahun 2008 dengan objek pengamatan adalah wilayah Provinsi Sumatera Utara. Periode pengamatan yang digunakan dalam analisis data adalah periode tahunan sehingga untuk kurun waktu mulai tahun 1983 sampai dengan tahun 2008 terdapat 26 periode pengamatan.
B. Jenis dan sumber data
Penelitian ini menggunakan data skunder untuk pengamatan mulai tahun 1983 meliputi data suku bunga investasi di Provinsi Sumatera Utara, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara yang diproxy berdasarkan harga konstan, jumlah pengangguran di Provinsi Sumatera Utara dan tingkat pertumbuhan ekspor Provinsi Sumatera Utara yang diproxy terhadap nilai ekspor per tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa lembaga kompeten yaitu Badan Pusat Statistik Daerah (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Daerah, Departemen Tenaga Kerja Daerah, Departemen Perdagangan dan Bank Indonesia. Selain itu untuk kelengkapan data dilakukan pula pengumpulan data dari beberapa sumber lain yaitu beberapa penelitian terdahulu, jurnal ilmiah dan literatur-literatur yang sesuai dengan ide penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu mengumpulkan data langsung dari sumber data dengan mendokumentasikan data secara manual,
dan mengakses data secara elektronik melalui website dari sumber data yang bersangkutan.
C. Model Analisis
Untuk mengetahui besar pengaruh dari beberapa variabel yang mempengaruhi penanaman modal asing langsung maupun untuk menetapkan kebijakan peningkatan daya saing Provinsi Sumatera Utara dalam menarik Penanaman Modal Asing Langsung, dibuat spesifikasi model untuk mengetahui besar pengaruh dari variabel yang mempengaruhi FDI di Provinsi Sumatera Utara selama periode penelitian dengan fungsi sebagai berikut :
FDI = f ( SI, PDRB, UNEM, EXP, ε ) ...1) Dari persamaan 1), dibuat spesifikasi model dalam bentuk model regressi linear sebagai berikut :
FDI = β0 + β1 SI + β2 PDRB + β3 UNEM + β5 EXP + ε ...2)
dimana :
FDI = Foreign Direct Investment ($ juta) Provinsi Sumatera Utara SI = Suku bunga investasi (%).
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Rp. juta) Provinsi Sumatera Utara
UNEM = Jumlah pengangguran (jiwa) Provinsi Sumatera Utara. EXP = Nilai ekspor ($ Juta) Provinsi Sumatera Utara.
ε = Error Terms.
Untuk variabel tingkat pertumbuhan ekonomi, dan variabel tingkat pertumbuhan ekspor Provinsi Sumatera Utara, data yang digunakan di dalam model adalah data satu tahun sebelum tahun pengamatan (menggunakan lagged 1) atau PDRB (t – 1) dan EXP(t – 1)
Untuk menguji spesifikasi model yang digunakan, dilakukan uji model sebagai berikut :
1. Uji spesifikasi yang meliputi : a.Uji Normalitas.
Dalam literatur statistika dan ekonometrika, ada beberapa uji untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan µt antara lain
Jarque-Bera test atau J-B test. Langkah-langkah untuk mendapatkan nilai J-B hitung adalah sebagai berikut :
- hitunglah skewness dan kurtosis
- hitunglah besarnya nilai J-B statistik dengan menggunakan rumus :
J-B = n − + 24 3) (K 6 S2 2 ...3)
dimana S adalah skewness dan K adalah kurtosis.
- bandingkan nilai J-B hitung = χ2hitung dengan nilai χ2tabel dengan
kriteria sebagai berikut :
1) Bila nilai J-B hitung > nilai χ2tabel maka hipotesis yang
menyatakan bahwa residual, µt adalah berdistribusi normal
ditolak.
2) Bila nilai J-B hitung < nilai χ2tabel maka hipotesis yang
menyatakan bahwa residual, µt adalah berdistribusi normal tidak
dapat ditolak. b.Uji Linearitas.
Uji linearitas penting untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas, specification error atau mis-specification dapat dihindari. Pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin – Watson d statistik untuk mengetahui ada-tidaknya autokorelasi dalam suatu model regressi yang digunakan dalam suatu studi empiris. Untuk dapat menerapkan uji ini, sehingga dapat digunakan untuk menguji spesifikasi model yang digunakan dalam suatu penelitian empiris, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan :
- Lakukan estimasi dengan menggunakan persamaan :
Yt = a0 + a1X1t + a2X2t + µt ...4)
Yt = a0 + a1X1 t + a2X2 t + a3X1 t2 + a4X2 t2 + µt ...5)
- Hitung nilai statistik d dari residual dengan menggunakan rumus berikut : d =
∑
∑
= = − − n 1 t 2 t n 2 t 2 1 t t µ ) µ (µ ...6)subscript t adalah indeks dari observasi dan ini tidak memerlukan nilai rata-rata dari data time-series.
- Dengan mendasarkan pada nilai statistik Durbin-Watson tabel, bandingkanlah nilai statistik d hitung dengan menggunakan persamaan 6) di atas. Jika signifikan atau berada pada daerah otokorelasi positif ataupun daerah otokorelasi negatif, maka spesifikasi model persamaan 4) di atas adalah salah atau mis-specification.
2. Uji Kesesuaian (Test goodness of fit)
Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan software yang tersedia pada program statistik eviews versi 5.1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regressi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti melalui :
a.R2 (Koefisien Determinasi) yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variable) dalam menjelaskan variabel terikat (dependent variable).
b.Uji-serempak (F – test) yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regressi secara serempak dengan kriteria jika Fhitung >
Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c.Uji parsial (t – test) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regressi secara parsial dengan kriteria jika t hitung > t tabel maka
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terhadap model regressi yang baik adalah model regressi yang menghasilkan estimasi linear yang tidak bias (Best Linear Unbias Estimator / BLUE). Kondisi ini akan terjadi apabila dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, yaitu :
a.Multikolinearitas, mengandung arti bahwa antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Konsekuensi yang sangat penting bagi model regressi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol (H0)
akan semakin besar, dan probabilitas menerima hipotesis yang salah akan semakin besar. Akibatnya model regressi yang diperoleh tidak shahih (tidak valid) untuk menaksir nilai variabel independen.
b.Autokorelasi, artinya adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasar waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam suatu model regressi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya.
D. Metode analisis
Analisis di dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model linier.Penggunaan metode ini didasarkan kepada beberapa pertimbangan yaitu :
1. Secara teoritis memang terdapat hubungan yang bersifat linier antara variabel bebas dan variabel terikat yang terdapat dalam model yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan menghasilkan parameter yang bersifat optimum.
3. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain.
4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.
5. Metode kuadrat terkecil adalah komponen yang penting dalam ekonometrika.
Pengolahan data model penelitian menggunakan software Program Excel dan software statistik Program Eviews 5.1.
Hasil pengolahan data software Program Eviews 5.1 diinterpretasikan secara ilmiah untuk membuktikan hipotesis penelitian. Secara diagram, tahapan-tahapan pengolahan data dalam penelitian ini digambarkan pada gambar berikut ini :
Gambar 6
Tahapan-tahapan metode analisis
E. Defenisi Operasional Variabel
Dengan maksud agar analisis dan interpretasi hasil pengolahan data dalam penelitian ini tidak keluar dari apa yang menjadi kerangka berfikir yang telah disusun sebelumnya, maka perlu ditetapkan batasan defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian yang digunakan. Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Investasi Jumlah Pengangguran Nilai Ekspor PDRB Sektoral Pengangguran Ekspor Suku Bunga
Program Excel Program Excel Program Excel Program Excel
MODEL PENELITIAN
Program Eviews 5.1
1. FDI adalah realisasi nilai Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara (dalam juta $) mulai tahun 1983 sampai dengan 2008 2. SI adalah suku bunga investasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang
berlaku di Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 1983 sampai dengan 2008 (dalam persen).
3. PDRB adalah nilai total dari produksi barang dan jasa di Provinsi Sumatera Utara yang diproxy berdasarkan harga konstan untuk pengamatan mulai tahun 1983 sampai dengan 2008 (dalam juta Rp.). 4. UNEM jumlah pengangguran yang ada di Provinsi Sumatera Utara untuk
pengamatan mulai tahun 1983 sampai dengan 2008 (dalam jiwa).
5. EXP adalah nilai ekspor barang dan jasa Provinsi Sumatera Utara untuk pengamatan mulai tahun 1983 sampai dengan 2008 (dalam juta $).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Data Penelitian
1. Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) Sumatera Utara
Selama jangka waktu pengamatan mulai tahun 1983 – 2008, realisasi Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) di Sumatera Utara mengalami fluktuasi dalam nilai investasi. Kalau dilihat dari total investasi tahun per tahun, perubahan dalam investasi relatif tidak terlalu besar sampai dengan tahun 1992. Tetapi, pada tahun 1993 terjadi lonjakan yang sangat besar dibanding tahun 1992 yaitu dari 5.639,3 juta US$ pada tahun 1992 menjadi 13.421,4 juta US$ pada tahun 1993. dan selanjutnya sebesar 18.733,8 juta US$ dan 39.914,7 juta US$ pada tahun 1994 dan 1995.
Pada tahun 1998, krisis politik dan ekonomi nasional, ternyata mempengaruhi nilai investasi di Sumatera Utara. Investasi mengalami penurunan sebesar 59,91% dari sebesar 33.832,5 juta US$ pada tahun 1997 menjadi hanya 13.563,1 juta US$ pada tahun 1998 (Tabel 4.1)
Tabel 4.1
Perkembangan Ralisasi Nilai Investasi Asing Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007
(Juta US$)
TAHUN FDI TAHUN FDI
(Juta US$) (Juta US$)
1996 29.931,40 2002 9.744,10 1997 33.832,50 2003 13.207,20 1998 13.563,10 2004 10.277,30 1999 10.890,60 2005 13.579,30 2000 15.413,10 2006 15.623,90 2001 15.043,90 2007 40.145,20 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumatera
Peningkatan nilai investasi asing di Sumatera Utara secara signifikan terjadi pada beberapa sektor ekonomi yang ada. Sejak tahun 2004, investasi asing di sektor pertanian mengalami kenaikan yang sangat berarti yaitu sebesar rata-rata 127,81% per tahun yaitu sebesar 196,90 juta US$ pada tahun 2004 dan 1.261,70 juta US$ pada tahun 2007 (Tabel 4.2).
Selain sektor pertanian, tercatat dua sub sektor industri yang mengalami peningkatan sangat berarti dalam nilai investasi asing, yaitu industri kayu dan kertas. Industri kayu mencatat pertumbuhan investasi asing rata-rata 140,45 % per tahun sejak tahun 2004 – 2007 dimana pada tahun 2004 tercatat investasi sebesar 15,50 juta US$ dan sebesar 221,90 juta US$ pada tahun 2007.
Tabel 4.2
Realisasi Penanaman Modal Asing Sumatera Utara Berdasarkan Sektor Tahun 2003 – 2007 (Juta US$)
SEKTOR/SUB SEKTOR 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 57,20 196,90 462,00 848,70 1261,70 Kehutanan 95,20 0,20 128,60 10,20 17,40 Perikanan 26,50 132,60 15,40 104,80 292,90 Pertambangan 17,80 66,30 775,90 325,80 810,00 Makanan 408,50 721,80 642,60 1036,20 1400,20 Tekstil 123,10 407,90 139,50 156,40 241,70 Kayu 235,00 15,50 102,20 137,90 221,90 Kertas 1300,00 67,00 227,80 1170,60 6713,10
Kimia & Farmasi 3034,60 3413,50 2878,90 1528,40 16914,00
Mineral Non Logam 711,40 37,70 368,10 785,30 319,10
Logam dasar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Barang logam 323,40 1013,50 695,00 2919,00 2611,90 Lainnya 321,40 657,40 973,90 574,30 904,50 Bangunan 787,70 954,00 1777,20 2561,10 1907,50 Perhotelan 488,20 587,20 259,10 258,00 454,80 Transportasi 4160,20 586,50 3107,30 294,10 1839,90
Perumahan & Perkantoran 10,30 339,60 124,80 57,20 1013,60
Listrik, Perdagangan & Jasa
Lainnya 1106,70 1079,70 901,00 2855,90 3221,00
P D R B 13207,20 10277,30 13579,30 15623,90 40145,20 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumatera Utara
Kecenderungan penurunan nilai investasi asing untuk kurun waktu 2004 sampai dengan 2006 terjadi pada sektor Kimia dan Farmasi dimana pada tahun 2004 tercatat investasi sebesar 3.413,50 juta US$ menurun pada tahun 2005 dan tahun 2006 tetapi kemudian mengalami lonjakan yang sangat fantastis pada tahun 2007 menjadi sebesar 16.914,00 juta US$.
2. Suku Bunga Investasi Sumatera Utara
Secara teori suku bunga yang berlaku mempengaruhi tingkat investasi yang terjadi dalam suatu perekonomian. Tingkat investasi domestik (PMDN) di suatu negara dipengaruhi oleh suku bunga investasi yang berlaku di negara tersebut. Penanaman Modal Asing (FDI) di suatu negara adalah investasi yang melibatkan dua negara. Investor asing yang ingin berinvestasi di suatu negara tentunya mempertimbangkan aspek ekonomis (keuntungan) dari keputusan investasi tersebut.
Pertimbangan ekonomis yang mempengaruhi keputusan seorang investor asing berinvestasi di suatu negara adalah perbedaan suku bunga yang berlaku di negara tujuan investasi dengan suku bunga dunia (internasional) yang dikenal dengan Interest Rate Differential (IDR). Perkembangan Interest Rate Differential (IDR) di Provinsi Sumatera Utara tahun 1996 – 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.3
Suku bunga investasi rata-rata per tahun mengalami peningkatan mulai tahun 1996 sampai tahun 1999. Kenaikan yang cukup besar terjadi dari tahun 1997 ke tahun 1998. Keadaan ini terjadi seiring dengan kenyataan merosotnya perekonomian Indonesia dalam kurun waktu tersebut sebagai krisis ekonomi dan politik dalam negeri Indonesia. Keadaan perkembangan suku bunga investasi ini diikuti pula oleh perkembangan yang serupa pada interest rate differential (IDR) pada kurun waktu yang sama. IDR rata-rata per tahun mengalami lonjakan yang cukup besar (58,95%) dari 7,64% pada tahun 1997 menjadi 12,14% pada tahun 1998.
Mulai tahun 2000, suku bunga investasi rata-rata per tahun menglami fluktuasi yang secara relatif tidak terlalu besar. Sementara IDR
rata-rata per tahun mulai tahun 1999 berada pada kisaran tertinggi sebesar 1,47% pada tahun 1999 dan terendah sebesar -3,47% pada tahun 2001.
Tabel 4.3
Perkembangan Suku Bunga Rata-rata per tahun Provinsi Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007(persen)
3. Pendapatan
Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp.99.792,27 milyar. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,43 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,90 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,78 persen. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2007 naik sebesar 6,90 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 4.4).
PDRB perkapita Sumatera Utara tahun 2007 sebesar Rp.14.166.626 meningkat dari Rp.12.684.532 pada tahun 2006. Sementara, berdasarkan
TAHUN SUKU BUNGA INVESTASI INTEREST RATE DIFFERENTIAL
Rata-rata per tahun (%) Rata-rata per tahun (%)
1996 16,42 1,90 1997 17,74 7,64 1998 22,98 12,14 1999 22,68 1,47 2000 16,58 -0,49 2001 17,11 -3,47 2002 18,04 -0,06 2003 17,04 0,07 2004 14,67 1,46 2005 14,20 -0,68 2006 15,73 0,26 2007 13,93 1,38
harga konstan 2000, PDRB perkapita tahun 2007 sebesar Rp.7.775.393 meningkat sedikit dari tahun 2006 yang sebesar Rp.7.383.039.
Tabel 4.4
Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara
menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 2005 – 2007 ( Milyar Rp)
4. Jumlah Pengangguran Sumatera Utara
Jumlah penduduk menjelma menjadi apa yang dikenal dengan sebutan tenaga kerja dan angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja dan tingkat daya serap tenaga kerja di dalam suatu perekonomian menentukan tingkat pengangguran dalam perekonomian tersebut. Jumlah pengangguran di Provinsi Sumatera Utara terus meningkat mulai tahun 1996 sampai tahun 2000. Kurun waktu tersebut merupakan masa dimana perekonomian Indonesia mengalami resesi berkepanjangan yang puncaknya terjadi pada tahun 1998. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 1998 mencapai 94,44% dimana pada tahun 1997 jumlah
No. Lapangan Usaha Tahun
2005 2006 2007
1 Pertanian 22.191,30 22.724,49 23.856,15
2 Pertambangan dan Penggalian 1.074,75 1.119,58 1.229,05
3 Industri 21.305,37 22.470,57 23.615,20
4 Listrik, Gas & Air Minum 716,25 738,31 739,92
5 Bangunan 5.515,98 6.085,61 6.559,30
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 15.984,93 17.095,26 18.386,28
7 Pengangkutan & Komunikasi 7.379,92 8.259,20 9.076,56
8
Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan bangunan & tanah, Jasa Perusahaan
5.440,50 5.977,57 6.720,62
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial
& Perorangan 8.288,79 8.876,81 9.609,20
PDRB 87.897,79 93.347,40 99.792,28
pengangguran sebanyak 244.744 jiwa meningkat menjadi 475.876 jiwa pada tahun 1998 (Tabel 4.5).
Tabel 4.5
Jumlah Pengangguran dan Pertumbuhan Pengannguran Provinsi Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007 (Jiwa)
Jumlah pengangguran tahun 2001 menurun dengan 30,20% dibanding tahun 2000, namun setelah tahun 2001 jumlah pengangguran kembali menunjukkan kecenderungan meningkat yang fluktuatif sampai tahun 2007 dengan jumlah terbesar sebanyak 756.327 jiwa pada tahun 2004.
5. Perkembangan Ekspor Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang strategis bagi perdagangan internasional yang didukung dengan telah tesedianya akses masuk dan keluarnya barang dan jasa dari dan ke luar negeri melalui pelabuhan laut dan bandar udara internasional.
Nilai total ekspor Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan yang berkesinambungan sejak tahun 1983 sampai dengan tahun 1997
TAHUN PENGANGGURAN (Jiwa) PERTUMBUHAN PENGANGGURAN (%) 1996 127.830 -71,79 1997 244.744 91,46 1998 475.876 94,44 1999 510.193 7,21 2000 653.351 28,06 2001 456.059 -30,20 2002 528.550 15,90 2003 711.288 34,57 2004 756.327 6,33 2005 636.980 -15,78 2006 632.049 -0,77 2007 571.334 -9,61
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8,00% per tahun. Nilai total ekspor mengalami penurunan mulai tahun 1998 sampai tahun 2003 dengan rata-rata penurunan sebesar 1,69% per tahun (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa mulai tahun 2004, nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan terus menerus yang cukup signifikan sampai tahun 2007 dengan rata-rata 28,66% per tahun.
Tabel 4.6
Perkembangan Nilai Ekspor dan Pertumbuhan Ekspor Provinsi Sumatera Utara Tahun 1996 – 2007
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan diperoleh persamaan hasil regressi sebagai berikut :
FDI = 48981.48 - 1387.88*SI + 0.6927*PDRB - 0.0363*UNEM + 2.5196*EXP t-statistik (-2.888369) (4.779017) (-4.718519) (2.995830) Prob-t 0.0088 0.0001 0.0001 0.0069 R2 = 0.862592 F-statistic = 32.95737 Prob-stat = 0,000000 TAHUN EKSPOR (Ribu US$) PERTUMBUHAN EKSPOR (%) 1996 3.101.431 -0,19 1997 3.113.555 0,39 1998 2.713.611 -12,85 1999 2.606.216 -3,96 2000 2.437.764 -6,46 2001 2.294.796 -5,86 2002 2.891.996 26,02 2003 2.687.877 -7,06 2004 4.239.409 57,72 2005 4.563.075 7,63 2006 5.523.900 21,06 2007 7.082.899 28,22
Untuk menguji spesifikasi model yang digunakan, dilakukan uji spesifikasi model sebagai berikut :
1. Uji normalitas
Dalam literatur statistika dan ekonometrika, ada beberapa uji untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan µt antara lain
Jarque-Bera test atau J-B test. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data digunakan Jarque-Bera test atau J-B test dengan kriteria apabila nilai probabilitas J-B test > α = 0,05, maka dikatakan data berdistribusi normal. Hasil uji J-B test pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil uji Jarque-Bera test
Nilai Jarque-Bera Probability Kesimpulan
5,379167 0,067909 Normal
Sumber : Output Eviews Least Square Method, Normality Test
Hasil uji Jarque-Bera test pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,067909 > 0,05 sehingga asumsi data berdistribusi normal terpenuhi.
2. Uji Linearitas.
Uji linearitas penting untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Pengujian linearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Ramsey RESET Test (Uji Ramsey) dengan kriteria apabila nilai probabilitas F-statistic > α = 0,05, maka
linearitas model dapat diterima. Berikut hasil Ramsey RESET Test : Tabel 4.8
Hasil uji Ramsey RESET Test
F-statistic Probability Kesimpulan
0.440730 0.777511 Linier
Hasil uji Ramsey RESET Test pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0.777511 > 0,05 sehingga asumsi spesifikasi model adalah linier dapat diterima.
Selanjutnya untuk membuktikan signifikansi dari hasil estimasi terhadap model yang digunakan dan masing-masing variabel bebasnya, dilakukan uji kesesuaian (Test goodness of fit) sebagai berikut :
1. R2 (Koefisien Determinasi) yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variable) dalam menjelaskan variabel terikat (dependent variable). Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa R2 = 0.862592 yang bermakna bahwa variasi SI, PDRB, UNEM dan EXP mampu menjelaskan variasi FDI di Provinsi Sumatera Utara sebesar 86.26 % dan sisanya sebesar 13.74% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model estimasi.
2. Uji-serempak (F – test) yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regressi secara serempak dengan kriteria jika Fhitung >
Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil uji secara
bersama-sama untuk melihat signifikansi antara variabel bebas terhadap variabel terikat, diperoleh nilai probabilitas semua variabel bebas lebih kecil dari 5 % yang berarti secara bersama-sama variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat secara signifikan dengan tingkat keyakinan 95%. Sedangkan berdasarkan uji F, dari hasil estimasi diperoleh bahwa F-statistic (32.95737) > F-tabel 2,82 yang berarti secara serempak variabel SI, PDRB, UNEM dan EXP mempengaruhi FDI di Provinsi Sumatera Utara dengan signifikan pada tingkat keyakinan 95%. (Degree of Freedom pada uji F adalah N1 = (k – 1) = 5 – 1 = 4 dan N2 = (n – k) = 26 –
5 = 21. Pada tingkat α = 0,05, diperoleh F-tabel = 2,82)
3. Uji parsial (t – test) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regressi secara parsial dengan kriteria jika t hitung > t tabel. Untuk
data pengamatan n = 26 dan jumlah variabel bebas sebanyak 4 maka diperoleh k = variabel bebas + konstanta = 4 + 1 = 5, maka Degree of
t tabel = t(21).05 = 2, 080. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji
parsial setiap variabel sebagai berikut :
a. Koefesien regresi SI diperoleh sebesar - 1387.88. Dengan demikian apabila SI naik 1% maka akan mengurangi FDI sebesar $1387,88 ceteris paribus. Bertambahnya SI maka akan mengurangi FDI, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa suku bunga investasi mempunyai pengaruh negatif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara. Nilai t hitung untuk
variabel SI adalah 2.888369 lebih besar daripada t tabel = t(21).05 = 2, 080
yang berarti bahwa variabel SI berpengaruh signifikan terhadap FDI di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat α = 0,05.
b. Koefesien regresi PDRB diperoleh sebesar 0.6927. Dengan demikian apabila PDRB meningkat Rp.1.000.000,00 maka FDI akan bertambah sebesar $692,700 ceteris paribus. Koefisien regressi PDRB bernilai positif menunjukkan bahwa meningkatnya PDRB akan meningkatkan FDI, dan hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi tahun lalu (t – 1) mempunyai pengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara. Nilai t hitung untuk variabel PDRB adalah
4.779017 lebih besar daripada t tabel = t(21).05 = 2, 080 yang berarti bahwa
variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap FDI di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat α = 0,05.
c. Koefesien regresi UNEM diperoleh sebesar - 0.0363. Dengan demikian apabila UNEM bertambah 1 jiwa maka akan mengurangi FDI sebesar
$0.0363 ceteris paribus. Bertambahnya UNEM akan mengurangi FDI,
hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa jumlah pengangguran berpengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara. Nilai t hitung untuk
variabel UNEM adalah 4.718519 lebih besar daripada t tabel = t(21).05 =
2, 080 yang berarti bahwa variabel UNEM berpengaruh signifikan terhadap FDI di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat α = 0,05.
d. Koefesien regresi EXP diperoleh sebesar 2.5196. Dengan demikian apabila EXP meningkat $1,000,000 maka akan meningkatkan FDI sebesar $2,519,600 ceteris paribus. Bertambahnya EXP maka akan meningkatkan FDI, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekspor tahun lalu (t – 1) berpengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara. Nilai t hitung untuk variabel EXP adalah
2.995830 lebih besar daripada t tabel = t(21).05 = 2, 080 yang berarti bahwa
variabel EXP berpengaruh signifikan terhadap FDI di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat α = 0,05.
Uji terakhir yang dilakukan terhadap hasil estimasi model penelitian adalah uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terhadap model regressi yang baik adalah model regressi yang menghasilkan estimasi linear yang tidak bias (Best Linear Unbias Estimator / BLUE). Kondisi ini akan terjadi apabila dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, yaitu :
1. Multikolinearitas, mengandung arti bahwa antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi yang sangat erat antar variabel bebas di dalam model.
Tabel 4.9
Hasil uji multikolinearitas
Variabel R2 Kesimpulan
FDI 0.862592
SI 0.467314 Bebas multikolinearitas
PDRB 0.670238 Bebas multikolinearitas
UNEMP 0.677770 Bebas multikolinearitas
EXPORT 0.562263 Bebas multikolinearitas
Sumber : Output Eviews Least Square Method, Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas digunakan Uji Klein melalui perbandingan nilai R2 model dengan nilai R2 masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam model.
Suatu model regressi estimasi linear dikatakan tidak bias (Best Linear
Unbias Estimator / BLUE) apabila nilai R2 variabel-variabel
independennya lebih kecil dari nilai R2 model penelitian. Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai R2 semua variabel bebas lebih kecil dari nilai R2 model penelitian yaitu R2 SI = 0.467314 < R2 FDI = 0.862592; R2 PDRB = 0.670238 < R2 FDI = 0.862592; R2 UNEM = 0.677770 < R2 FDI = 0.862592 dan R2 EXP = 0.562263 < R2 FDI = 0.862592 sehingga bisa dikatakan bahwa model penelitian yang digunakan bebas dari multikolinearitas dimana tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel bebas dalam model.
2. Autokorelasi, artinya adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasar waktu. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin – Watson (Uji D-W) dan Uji Langrange Multiplier (LM Test). Hasil Uji Durbin – Watson diperoleh nilai koefisien Durbin – Watson stat = 1.99 sedangkan pada tingkat signifikansi α = 5%, k = 4 dan n = 26 diperoleh nilai dL = 1,06 dan dU = 1,76. Terlihat bahwa
nilai koefisien Durbin – Watson stat memenuhi kriteria dU < DWstat < 4 -
dU sehingga bisa dikatakan tidak terdapat autokorelasi antar anggota
sampel dalam hasil estimasi. Berdasarkan Uji Langrange Multiplier (LM Test) diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
F-statistic 0.631296 Prob. F(2,19) 0.542696 Obs*R-squared 1.620098 Prob. Chi-Square(2) 0.444836
Uji Langrange Multiplier (LM Test) berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nilai Obs*R-squared yang cukup kecil (χ2 hitung <
χ2 tabel) dan nilai Prob. Chi-Square = 0.444836 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian bisa dikatakan tidak terdapat autokorelasi antar anggota sampel dalam hasil estimasi.