Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN
POM
RI
Info
POM
ISSN 1829-9334
Pembaca yang terhormat,
Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering berdampak pada gangguan kesehatan, Salah satu yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Data pengawasan PJAS Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya, BTP melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi. Hal ini kami ulas dalam artikel Pentingnya Promosi Keamanan Pangan di Sekolah Untuk Menyelamatkan Generasi Penerus.
Masih terkait keamanan pangan, kami juga sajikan artikel Mewaspadai Cemaran Aflatoksin pada Pangan. Aflatoksin merupakan metabolit beracun yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Metabolit ini dapat dijumpai pada berbagai bahan pangan, seperti jenis serealia (jagung, sorgum, beras, gandum), rempah-rempah (lada, jahe, kunyit), kacang-kacangan (almond, kacang tanah), susu (jika ternak mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi aflatoksin), termasuk produk pangan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, seperti roti dan selai kacang. Aflatoksin mendapat perhatian yang besar karena memiliki potensi efek karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) terhadap tikus uji serta efek toksisitas akut terhadap manusia, sehingga harus diwaspadai.
Yang tak kalah menarik adalah suplemen makanan yang merupakan produk yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Namun, apakah setiap orang memang membutuhkan suplemen makanan? Dan bagaimana cara penggunaannya yang benar? Mari kita simak pada artikel Bijaksana dalam Menggunakan Produk Suplemen Makanan.
Seperti biasa, pada halaman terakhir dimuat forum PIO Nas dan Forum SIKer Nas yang berisi tanya jawab seputar informasi obat dan informasi keracunan yang penting diketahui oleh pembaca.
Demikian, semoga InfoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat. Selamat membaca.
IT R
ED
O IA
L
1
PENTINGNYA PROMOSI KEAMANAN PANGAN
DI SEKOLAH UNTUK MENYELAMATKAN
GENERASI PENERUS
Latar belakang
Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering berdampak pada gangguan kesehatan, contohnya adalah kejadian keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses pengolahan sampai dengan penyajiannya dan penggunaan bahan kimia berbahaya yang berisiko menimbulkan penyakit degeneratif, kanker, bahkan kematian. Selain itu penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas maksimal penggunaan dan pola konsumsi yang tidak seimbang juga berdampak buruk pada kesehatan.
Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa.
BIJAKSANA DALAM
MENGGUNAKAN PRODUK
SUPLEMEN MAKANAN
InfoPOM
MEWASPADAI CEMARAN
AFLATOKSIN PADA PANGAN
Pembentukan kualitas SDM sejak masa sekolah akan
mempengaruhi kualitas saat mereka mencapai usia produktif. Pangan jajanan memegang peranan dalam memberikan asupan energi dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Hasil survei yang dilakukan di Bogor pada tahun 2004 menyatakan bahwa sebanyak 36% kebutuhan energi anak sekolah diperoleh dari pangan jajanan yang
dikonsumsinya (Guhardja S dkk, 2004). Sayangnya, peranan strategis ini tidak diimbangi dengan mutu dan keamanan pangan jajanan yang baik. Berdasarkan data pengawasan
PJAS yang dilakukan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi
Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) bersama Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun
2008-2010 menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya, BTP melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi.
Data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan - BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15% kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD).
Hasil monitoring dan verifikasi Profil Keamanan PJAS Nasional yang dilakukan oleh Badan POM RI tahun 2008 menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi dan keamanan PJAS dengan responden siswa SD adalah sekitar 63,0 (cukup). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan
merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa, dan akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan yang akan dibeli. Berbagai teori klasik tentang perubahan perilaku menjelaskan bahwa praktek seseorang dalam kesehatan akan baik apabila sikapnya juga positif, sedangkan sikap positif akan tumbuh apabila pengetahuannya memadai. Dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang
memadai, diharapkan siswa akan memilih pangan yang aman dan bergizi sehingga mampu
melindungi dirinya dari pangan yang membahayakan kesehatan. Dari model matematis perubahan perilaku yang dimulai dari
menerima informasi, berubah menjadi pengetahuan, menjadi sikap dan menjadi praktek hingga melekat menjadi kebiasaan, menunjukkan bahwa setiap tahap perubahan terjadi pengurangan perilaku. Apabila menggunakan probabilitas maksimum sebesar 0,5 (50%), maka dari seluruh informasi yang kadarnya 100%, akan berkurang menjadi 50% pada sasaran pengetahuan, kemudian menjadi 25% pada sasaran sikap, dan berkurang lagi menjadi 12,5% pada sasaran praktek, hingga akhirnya hanya menjadi 6,25% melekat pada kebiasaan. Oleh karena itu apabila diinginkan pencapaian sasaran optimal 100%, maka diperlukan upaya 16 kali lipat termasuk upaya yang lebih cerdas seperti pendekatan promosi keamanan pangan.
Pada dasarnya tujuan promosi keamanan pangan di sekolah adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan atau sikap siswa sekolah, guru, masyarakat sekolah, serta masyarakat di sekitarnya yang akan
berpengaruh terhadap perilaku
2
InfoPOM
3
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan dan pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah.
Promosi Keamanan Pangan tidak hanya melakukan perubahan perilaku siswa tetapi juga perubahan pada determinan perilaku, seperti:
1. Faktor lingkungan fisik Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran siswa sekolah akan keamanan pangan yang
dikonsumsi, dan pengembangan fasilitas PJAS berupa penyediaan kantin sehat sekolah serta fasilitas penjaja di luar kantin dalam
menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi dapat meminimalkan kasus keracunan makanan
2. Faktor lingkungan sosial Sifat siswa sekolah yang sering tergiur dengan harga murah dan tampilan makanan yang menarik membuat mereka tidak
memperhatikan apakah makanan yang dikonsumsi aman bagi kesehatan.
3. Faktor lingkungan budaya Budaya hidup sehat dan kebiasaan siswa yang kondusif seperti misalnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, meletakkan makanan pada wadah yang
tertutup dan sebagainya, berpengaruh terhadap
pencapaian keamanan pangan. Strategi dan Program Promosi Keamanan Pangan
Dengan mengadopsi Strategi Global Promosi Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 1994) maka strategi promosi keamanan pangan di sekolah dilakukan melalui : 1. Advokasi, yaitu ragam tindakan yang dirancang untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan masyarakat dan dukungan sistem untuk mewujudkan tujuan
program.
Pencanangan Gerakan Aksi Nasional PJAS yang Aman, Bermutu dan Bergizi oleh Wakil Presiden Boediono pada tanggal 31 Januari 2011 merupakan langkah awal advokasi yang telah dilakukan BPOM untuk melibatkan lintas sektor terkait Kementerian, Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, lembaga internasional/donor, instansi swasta melalui CSR, LSM, dan instansi non pemerintah lainnya dalam menuntaskan
permasalahan dan meningkatkan keamanan, mutu, gizi PJAS di Indonesia.
Advokasi selanjutnya dilakukan dengan membentuk Tim
Koordinasi Jejaring Keamanan
Pangan Nasional (Tim JKPN) yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No 23 Tahun 2011 yang merupakan forum komunikasi antar instansi terkait dalam mengintegrasikan berbagai program keamanan pangan untuk sekolah yang dilaksanakan di masing-masing instansi sehingga
penanggulangan masalah PJAS dapat lebih komprehensif dan terpadu serta pembentukan gugus tugas Nasional dan Regional. Kegiatan advokasi lainnya berupa dilaksanakannya workshop JKPN untuk memperoleh dukungan kebijakan terhadap program yang akan dilaksanakan berupa
penyusunan regulasi terkait PJAS, penyusunan Norma, Standar, Peraturan, Kriteria terkait
PJAS,model pengelolaan PJAS, model kantin sehat, replikasi model, penggalangan sumber daya melalui kemitraan, pedoman sampling dan penetapan prioritas sampling PJAS dan
tindaklanjutnya.
2. Dukungan sosial, yaitu suatu kegiatan untuk memperoleh dukungan dari komunitas sekolah dan masyarakat terhadap
program yang dilaksanakan. Dukungan sosial juga
dimaksudkan untuk memperoleh peran serta aktif komunitas sekolah dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang
InfoPOM
Sajian
Utama
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
4
InfoPOM
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
kondusif bagi berlakunya perubahan perilaku. Dukungan sosial juga diwujudkan dalam keterlibatan lingkungan sekitar kelompok sasaran dalam upaya mendorong akselerasi perubahan perilaku.
3. Pemberdayaan, yaitu kegiatan pemberdayaan komunitas sekolah dilakukan melalui penyuluhan Keamanan PJAS untuk meningkatkan pengetahuan tentang keamanan PJAS dan memperbaiki perilaku higiene dan sanitasi; pengelolaan PJAS; Pelatihan Audit Internal di sekolah dan pemberdayaan UKS, Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah, Kampanye Keamanan PJAS, Penyuluhan untuk Komunitas Sekolah (produsen PJAS, Guru, Siswa, Orang Tua, Komite Sekolah, Penjaja dan Pengelola PJAS) tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pameran PJAS yang sehat; Lomba Kantin Sehat Sekolah dan sebagainya.
Metode dan Teknik Promosi Keamanan Pangan
Metode dan teknik promosi keamanan pangan dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau teknologi untuk menjangkau sasaran tersebut. Penggunaan alat bantu tergantung pada besar kecilnya kelompok sasaran dan pada umumnya dibedakan menjadi :
a. sasaran individu, dengan menggunakan metode konseling pada siswa
b. sasaran kelompok, dengan menggunakan metode ceramah, presentasi dan diskusi
c. sasaran kelompok ramai, dengan menggunakan metode tidak langsung, misalnya melalui talkshow Keamanan Pangan dengan bekerja sama dengan Kementerian terkait, penyebaran leaflet dan poster, spanduk dan umbul-umbul .
Penutup
Promosi keamanan pangan di sekolah adalah cara untuk memberdayakan komunitas sekolah dan masyarakat agar mengetahui, mau dan mampu secara mandiri berperilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan pengawasan keamanan pangan di lingkungan
sekolah. Dengan demikian,
diharapkan siswa sekolah sebagai generasi penerus bangsa
terhindar dari PJAS yang tidak sehat sehingga akan tumbuh dan berkembang sesuai harapan kita semua.
(Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan)
Rujukan
1. Badan POM RI, Upaya Badan POM dalam Upaya Menghadapi Tantangan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, Jakarta, 2011
2. Badan POM, RAN Gerakan Menuju PJAS yang Aman, bermutu dan Bergizi, Jakarta, 2011
3. Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan, Promosi Kesehatan di Sekolah, Jakarta, 2008 4. Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi., Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2005
5
InfoPOM
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
Kapang dapat menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Mikotoksin terutama dihasilkan oleh kapang saprofit yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan hewan. Setelah tahun 1970, diketahui bahwa mikotoksin dapat menimbulkan penyakit pada manusia, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Toksisitas mikotoksin dapat bersifat akut maupun kronik, tergantung pada jenis dan dosisnya.
Aflatoksin merupakan mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Keberadaan toksin ini
dipengaruhi oleh faktor cuaca, terutama suhu dan kelembaban. Pada kondisi suhu dan
kelembaban yang sesuai,
Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasiticus dapat tumbuh pada
jenis pangan tertentu serta pada pakan hewan, kemudian
menghasilkan aflatoksin.
Terdapat beberapa jenis aflatoksin utama, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, dan G2. Keempat jenis aflatoksin tersebut biasanya ditemukan bersama dalam berbagai proporsi pada berbagai jenis pangan dan pakan hewan. Aflatoksin B1 biasanya paling mendominasi dan bersifat paling toksik. Aflatoksin B1 dan B2 dihasilkan oleh Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Sedangkan aflatoksin G1 dan aflatoksin G2 hanya dihasilkan oleh Aspergillus parasiticus. Jika aflatoksin B1 dan G1 masuk ke dalam tubuh hewan ternak melalui pakannya, maka senyawa
tersebut akan dikonversi di dalam
tubuh hewan tersebut menjadi aflatoksin M1 dan M2, yang dapat diekskresikan dalam susu dan urin.
Gambar 1. Kapang Aspergillus
flavus
Sumber Pangan yang Dapat Terkontaminasi Aflatoksin Aflatoksin dapat dijumpai pada berbagai bahan pangan, misalnya jenis serealia (jagung, sorgum,
MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN
6
InfoPOM
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
beras, gandum), rempah-rempah (lada, jahe, kunyit), kacang-kacangan (almond, kacang tanah), susu (jika ternak mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi aflatoksin), termasuk produk pangan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, seperti roti dan selai kacang. Namun, komoditi yang mempunyai tingkat risiko tertinggi terkontaminasi aflatoksin adalah jagung, kacang tanah, dan biji kapas (cotton seed).
Aflatoksin seringkali ditemukan pada tanaman sebelum dipanen. Setelah pemanenan, kontaminasi dapat terjadi jika hasil panen
terlambat dikeringkan dan disimpan dalam kondisi lembab. Serangga dan tikus juga dapat memfasilitasi masuknya kapang pada komoditi yang disimpan. Efek Aflatoksin terhadap Kesehatan Aflatoksin mendapat perhatian yang lebih besar daripada mikotoksin lain karena memiliki potensi efek karsinogenik terhadap tikus uji serta efek toksisitas akut terhadap manusia. Pada sejumlah spesies hewan, aflatoksin dapat menyebabkan nekrosis akut, sirosis, dan karsinoma hati serta berpotensi mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Tidak ada hewan yang resisten terhadap efek toksik akut aflatoksin, oleh karena itu sangat logis jika diasumsikan bahwa manusia juga mungkin dapat mengalami efek yang sama. Pada kebanyakan spesies hewan, LD 50
aflatoksin berkisar antara 0,5
hingga 10 mg/kg berat badan. Pada tahun 1988, IARC menggolongkan aflatoksin B1 pada daftar karsinogen terhadap manusia. Hal ini didukung dengan sejumlah hasil penelitian
epidemiologi di Asia dan Afrika yang menunjukkan hubungan positif antara diet aflatoksin dan kanker sel hati (Liver Cell Cancer = LCC). Sebagai tambahan, timbulnya penyakit yang
berhubungan dengan aflatoksin pada manusia kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, status nutrisi, dan/atau paparan bahan lain, seperti virus hepatitis (HBV) atau infestasi parasit.
Gejala Aflatoksikosis
Manusia dapat terpapar aflatoksin melalui pangan yang
dikonsumsinya. Paparan
aflatoksin ini sulit dihindari karena pertumbuhan jamur penghasil aflatoksin pada pangan tidak mudah dicegah.
Keracunan akibat mengkonsumsi pangan atau pakan yang tercemar aflatoksin disebut aflatoksikosis. Beberapa negara, terutama negara dunia ketiga, seperti Taiwan, Uganda, dan India telah melaporkan adanya bukti
terjadinya aflatoksikosis akut pada manusia. Di negara-negara maju, kontaminasi aflatoksin pada Gambar 2.Jagung yang Ditumbuhi Kapang Aspergillus
7
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
InfoPOM
pangan jarang terjadi pada tingkat yang dapat menimbulkan
aflatoksikosis akut terhadap manusia.
Penelitian toksisitas paparan oral aflatoksin terhadap manusia difokuskan pada potensi karsinogeniknya. Kerentanan relatif manusia terhadap aflatoksin masih belum diketahui, meskipun pada studi epidemiologi di Afrika dan Asia Tenggara, tempat dimana banyak terjadi insiden hepatoma, telah ditemukan kaitan antara insiden kanker dengan kandungan aflatoksin dalam diet. Hasil penelitian tersebut tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat, tetapi dapat menjadi bukti adanya kaitan.
Pada manusia, kasus
aflatoksikosis sesungguhnya jarang dilaporkan, tetapi kebanyakan kasus tidak selalu dikenali sebagai aflatoksikosis. Kita patut curiga bahwa telah terjadi aflatoksikosis jika ditemukan suatu penyakit yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
- Penyebab penyakit tidak dapat segera teridentifikasi.
- Penyakitnya tidak menular. - Penyebab penyakit diduga
diakibatkan oleh jenis pangan tertentu.
- Pemberian antibiotik atau obat
lainnya hanya memberikan sedikit pengaruh.
- Kejadiannya bersifat musiman (kondisi cuaca dapat
mempengaruhi pertumbuhan kapang).
Efek berat aflatoksikosis pada hewan (yang diperkirakan bisa juga terjadi pada manusia) dikategorikan ke dalam dua bentuk utama, yaitu aflatoksikosis akut (jangka pendek) dan
aflatoksikosis kronik (jangka panjang).
Aflatoksikosis akut dapat diakibatkan oleh konsumsi aflatoksin dalam tingkat sedang hingga tinggi. Beberapa gejala umum aflatoksikosis adalah edema anggota tubuh bagian bawah, nyeri perut, dan muntah. Secara spesifik, paparan akut
aflatoksin dapat menyebabkan perdarahan, kerusakan hati secara akut, edema, perubahan pada pencernaan, dan
kemungkinan kematian. Tertelannya aflatoksin dalam jumlah besar umumnya terjadi di peternakan. Organ target
aflatoksin adalah hati. Setelah aflatoksin masuk ke hati, lipid menyusup ke dalam hepatosit dan menyebabkan nekrosis atau kematian sel hati. Hal ini terutama disebabkan oleh metabolit
aflatoksin yang bereaksi secara negatif dengan protein sel lain, yang menyebabkan
penghambatan metabolisme karbohidrat dan lemak serta sintesis protein. Akibat penurunan fungsi hati, terjadi gangguan mekanisme pembekuan darah, ikterus (jaundice), dan penurunan
Artikel
InfoPOM
8
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
Artikel
protein serum esensial yang disintesis oleh hati.
Aflatoksikosis kronik disebabkan oleh konsumsi aflatoksin dalam tingkat rendah hingga sedang. Efek yang ditimbulkan biasanya bersifat subklinis dan sulit dikenali.
Gejala aflatoksikosis kronik dapat berupa penurunan laju
pertumbuhan, penurunan produksi susu atau telur, dan imunosupresi. Beberapa pengamatan
menunjukkan adanya
karsinogenisitas, terutama terkait dengan aflatoksin B1. Tampak jelas terjadinya kerusakan hati karena timbulnya warna kuning yang menjadi karakteristik
jaundice, serta timbul
pembengkakan kandung empedu. Imunosupresi disebabkan oleh reaktivitas aflatoksin dengan sel T, penurunan aktivitas vitamin K, dan penurunan aktivitas fagositosis makrofag. Pada hewan, efek imunosupresi akibat aflatoksin ini memberi kecenderungan terkena infeksi sekunder dari jamur lain, bakteri, maupun virus.
Penatalaksanaan Aflatoksikosis Permulaan/onset gejala
aflatoksikosis dapat timbul lebih dari 8 jam setelah paparan. Pada kasus masuknya aflatoksin melalui oral, untuk mengikat aflatoksin yang masuk dapat
diberikan sejumlah besar adsorben, misalnya arang aktif. Pemberian antioksidan, seperti
ellagic acid dan penginduksi
sitokrom P450, seperti
indole-3-carbinol dapat diberikan untuk
memberikan efek proteksi. Pertolongan penunjang yang dapat diberikan adalah memonitor fungsi hati, dialisis atau transfusi darah, dan pengobatan gejala. Pencegahan Masuknya Aflatoksin ke Dalam Tubuh Produksi pangan yang benar-benar bebas mikotoksin
merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Namun, metode penyimpanan dan penanganan komoditi yang baik dapat meminimalkan pertumbuhan kapang sehingga dapat
menurunkan risiko pencemaran mikotoksin pada produk pangan. Penyimpanan komoditi pangan tersebut sebaiknya di tempat yang kering (kelembaban rendah) dan sejuk (lebih baik jika disimpan di
freezer).
Untuk mengurangi masuknya aflatoksin ke dalam tubuh melalui pangan, sangat bijaksana jika konsumen bersikap selektif terhadap pangan yang akan dikonsumsinya, antara lain dengan menghindari
mengkonsumsi pangan yang telah berjamur, telah berubah warna,
telah berubah rasa atau tengik. (Pusat Informasi Obat dan
Makanan)
Daftar Pustaka
1. Bommakanti, A.S., and F. Waliyar.
Importance of Aflatoxins in Human and Livestock Health.
(http://www.icrisat.org/aflatoxin/health.asp ) [diunduh Juli 2011]
2. William, J.H., et al. Human
aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potensial health consequences, and intervention.
The American Journal of Clinical Nutrition. Vol. 80. No. 5, p. 1106-1122, November 2004. (http://ajcn.org) [diunduh Agustus 2011]
3. _______________. Foodborne
Pathogenic Microorganisms and Natural Toxins Handbook: Aflatoxins.
(www.fda.gov) [diunduh Juli 2010] 4. _______________. Aflatoxins in Your
Food – and Their Effect on Your Health. Environmental, Health and Safety Online.
(http://www.ehso.com) [diunduh Juli 2011] 5. _______________. Aflatoxins:
Essential Data. CBWInfo.com. 1999.
(http://www.cbwinfo.com) [diunduh Juli 2011]
9
InfoPOM
Artikel
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
Apa itu suplemen makanan ? Suplemen makanan di Indonesia dikenal sebagai produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan apabila kebutuhan gizi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari tidak memadai. Pada umumnya produk suplemen makanan mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain berasal dari tumbuhan yang telah diketahui mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis serta dalam jumlah terkonsentrasi. Suplemen makanan bukanlah obat, sehingga tidak
diperbolehkan mencantumkan klaim fungsi dan klaim kesehatan, apalagi klaim mengobati suatu jenis penyakit. Produk suplemen makanan juga tidak ditujukan
untuk memperbaiki kesehatan, menyegarkan tubuh atau menggantikan zat dalam makanan.
Produk suplemen makanan yang diperdagangkan di Indonesia
harus terlebih dahulu didaftarkan pada Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM) untuk dievaluasi keamanan,
mutu dan kegunaannya. Setelah dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, produk suplemen makanan baru dapat
diperdagangkan. Produk yang telah mendapat persetujuan izin edar oleh Badan POM ditandai dengan mencantumkan nomor pendaftaran pada kemasannya berupa POM SM dengan 9 digit angka untuk produk yang diproduksi di dalam negeri, dan POM SI untuk produk impor. Selain mencantumkan nomor pendaftaran, suatu produk suplemen makanan harus
mencantumkan penandaan pada label atau etiketnya berupa keterangan yang lengkap
mengenai komposisi, kegunaan, keamanan dan cara penggunaan serta informasi lain yang jelas dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Apakah semua orang membutuhkan suplemen makanan ?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, suplemen makanan
hanyalah bersifat menambahkan atau melengkapi. Jadi jelas bahwa suatu produk suplemen makanan dirancang bukan untuk
menggantikan makanan. Bagaimanapun juga sebutir pil suplemen makanan tidak akan dapat menggantikan semua nutrien yang kita perlukan untuk dapat hidup sehat. Sebagai contoh, dalam buah-buahan dan sayuran terdapat berbagai senyawa antioksidan, vitamin, mineral dan serat yang saling bekerja secara alami untuk menjaga kesehatan dan melindungi tubuh terhadap serangan penyakit, namun
senyawa-senyawa tersebut belum dapat diidentifikasi semuanya. Karena itu, senyawa antioksidan ini tidak akan terdapat di dalam satu pil produk suplemen makanan. Berbagai studi menunjukkan bahwa makanan yang kaya akan antioksidan, vitamin dan mineral serta serat terbukti sangat baik untuk mencegah beberapa gangguan penyakit. Sehingga tujuan utama
BIJAKSANA DALAM MENGGUNAKAN
PRODUK SUPLEMEN MAKANAN
Apakah anda mengkonsumsi suatu jenis produk suplemen makanan secara rutin ?
Apakah anda mengerti betul fungsi dan efek produk suplemen makanan yang
anda gunakan ?
Marilah simak ulasan berikut ini agar anda dapat menggunakan produk
suplemen makanan secara bijaksana
10
InfoPOM
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
agar tetap sehat dan mempunyai hidup yang berkualitas adalah dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, beristirahat yang cukup serta berolah raga secara teratur, bukan dengan mengkonsumsi produk suplemen makanan. Buah-buahan dan sayuran menyediakan banyak senyawa karotenoid dan flavanoid yang bersifat antioksidan dan dapat berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan tubuh, disamping anda juga dapat menikmati kelezatannya. Jadi mengapa harus tergantung pada suplemen makanan tanpa dapat menikmati kelezatannya?
Pertanyaannya sekarang, kapan anda perlu mengkonsumsi suatu produk suplemen makanan ? Karena hanya berfungsi untuk melengkapi atau menambahkan, maka suplemen makanan
diperlukan apabila seseorang tidak mendapat nutrien yang memadai dari makanan sehari-hari. Hal ini umumnya terjadi pada mereka yang sedang sakit atau baru sembuh dari sakit dimana selera makan sangat kurang sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan zat gizi atau nutrien. Demikian juga
mereka yang telah lanjut usia atau sedang diet karena menderita suatu penyakit tertentu sehingga membutuhkan suplemen
makanan tambahan. Sedangkan bagi mereka yang sehat,
konsumsi makanan alami serta buah dan sayuran merupakan jalan terbaik untuk tetap hidup sehat dan berkualitas.
Cara bijaksana mengkonsumsi suplemen makanan
Apabila anda merasa perlu mengkonsumsi suatu produk suplemen makanan, maka sebelumnya anda harus yakin produk mana yang terbaik dan memang benar-benar anda butuhkan. Hal ini terkait erat dengan kondisi tubuh kita serta cara mengkonsumsi suplemen makanan dengan tepat. Perlu diketahui bahwa saat ini, berbagai makanan yang dijual telah banyak yang diperkaya atau difortifikasi dengan berbagai nutrien, misalnya tepung terigu yang beredar di Indonesia saat ini wajib difortifikasi dengan vitamin B1, B2, asam folat, mineral besi dan seng. Bila anda mengkonsumsi produk yang telah diperkaya dengan nutrien seperti itu, sebaiknya memiliki gambaran seberapa banyak kandungan gizi yang telah diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi tersebut. Ini akan menghindari anda dari kelebihan perolehan suplemen, dan tentu
mengkonsumsi sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan tubuh bahkan membebani tubuh anda untuk memetabolismenya, serta tentu saja akan memboroskan uang.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan apabila mengkonsumsi suatu produk suplemen makanan, antara lain: 1. Jangan mengandalkan produk suplemen makanan sebagai sumber nutrisi utama.
Apabila anda ingin hidup sehat secara alami, konsumsilah berbagai buah-buahan dan sayuran yang kaya akan nutrien. 2. Pastikan produk suplemen makanan yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan anda. Perhatikan juga takaran dan cara penggunaannya.
Apabila anda tidak cukup mengetahui perihal suplemen makanan, konsultasikan dengan tenaga kesehatan. Mintalah mereka untuk melengkapi data-data takaran atau jumlah vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh anda.
Perlu disadari bahwa konsumsi suplemen makanan yang berlebih akan membebani organ tubuh dengan tugas ekstra untuk mencerna, mengolah, menyerap, kemudian membuang kelebihan zat-zat dari suplemen tersebut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terlalu banyak
mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu penyerapan tembaga, mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, namun berperan penting untuk mengatur susunan kimia dan kinerja tubuh. Demikian juga dengan konsumsi mineral fosfor yang berlebih akan menghambat penyerapan
kalsium. Penggunaan vitamin A, D, E dan K serta zat besi juga perlu hati-hati karena vitamin yang larut lemak tersebut tidak dibuang seketika oleh tubuh. Jika mengkonsumsi vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan C,
11
InfoPOM
Artikel
Vol. 12 No. 6 November - Desember 2011
akan lebih mudah diserap jika dikonsumsi bersama makanan atau segera sesudah makan. 3. Pastikan produk suplemen makanan yang akan dikonsumsi aman.
Berbagai jenis dan merek suplemen makanan dapat dibeli secara bebas. Pastikan bahwa produk yang anda konsumsi telah dievaluasi mutu, keamanan dan kegunaannya dengan sudah terdaftar pada Badan POM. Bersikaplah bijak dan kritis, jangan terpengaruh oleh berbagai iklan dan promosi. Selain itu, perhatikan pula masa kadaluarsa dari produk suplemen makanan tersebut.
4. Baca dan pelajari penandaan yang ada dalam kemasan produk suplemen makanan.
Informasi yang dapat diperoleh pada label kemasan diantaranya adalah:
· Manfaat produk.
· Komposisi kandungan bahan-bahan dari produk tersebut. · Cara pemakaian dan dosis
yang menunjukkan aturan pakai yang benar dalam sekali
pemakaian dan dalam sehari. · Petunjuk lainnya seperti
tentang cara penyimpanan yang baik dan peringatan. · Produsen produk tersebut. 5. Perhatikan resiko interaksi dengan obat.
Banyak orang beranggapan bahwa suplemen makanan
aman-aman saja bila dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan medis dari dokter, bahkan bisa mendukung pengobatan. Namun semua ini tidak selamanya benar. Kandungan suplemen makanan dapat meningkatkan daya serap terhadap obat tertentu sehingga dapat terjadi over dosis/keracunan obat, tetapi ada juga yang dapat menghambat penyerapan obat tersebut sehingga tidak efektif untuk pengobatan. Oleh karena itu perhatikan informasi yang tertera pada label suplemen makanan serta informasi yang tertera pada label obat.
6. Utamakan gaya hidup sehat Untuk mencapai hidup sehat, faktor yang terpenting dan sangat menentukan adalah komitmen kita untuk mengutamakan aturan-aturan hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah paket seumur hidup yang terdiri dari, pola makan seimbang, istirahat yang cukup, olah raga secara rutin, tidak menggunakan zat-zat yang bersifat adiktif dan dapat membahayakan kesehatan (misalnya minuman beralkohol dan rokok) dan keseimbangan spiritual. Kesimpulan Suplemen makanan hanyalah sebagai bahan pelengkap yang tidak dapat menggantikan makanan kita
sehari-hari. Zat gizi yang kita butuhkan sebenarnya sudah kita dapatkan dalam makanan kita sehari-hari, seperti nasi, lauk-pauk, sayur dan buah-buahan. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga secara teratur, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol, hidup yang teratur, kehidupan spiritual yang seimbang, dapat menghindari stress, serta hidup dengan lingkungan yang bersih, maka sebenarnya produk suplemen makanan sudah tidak dibutuhkan lagi. Perlu diingat bahwa obat terbaik bagi kesehatan dan
kebugaran tubuh adalah makanan sehat yang kita konsumsi sehari-hari. Apabila faktor-faktor baik yang telah disebutkan tadi tidak semuanya dapat dipenuhi, maka penggunaan suplemen makanan mungkin diperlukan, namun konsumsi suplemen makanan tetap harus memperhatikan tujuan atau sasarannya secara tepat.
(DR. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D - Direktorat Obat Asli Indonesia)
Pertanyaan:
Anak saya berusia 2 tahun 8 bulan, sudah mengalami batuk berdahak selama 5 hari. Obat batuk apa yang cocok untuk dikonsumsi? Saya sudah ke dokter dan diberikan obat batuk A. Mohon informasinya. Terima kasih
Eva, Ibu Rumah Tangga, Makassar Jawaban:
Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan pengeluaran sekret (dahak). Dahak berasal dari saluran napas bagian bawah yang memicu terjadinya batuk untuk mengeluarkannya. Apabila tidak dikeluarkan, dahak akan mengganggu pernapasan. Dahak yang dikeluarkan kadang-kadang berupa cairan kental tidak berwarna/bening (disebabkan oleh bronkhitis), seperti
nanah (disebabkan oleh infeksi bakteri), berwarna (disebabkan penyakit inflamasi), atau mengeluarkan bau tidak sedap (disebabkan infeksi bakteri anaerob). Batuk berdahak pada anak yang terkadang disertai pilek, biasanya terjadi akibat infeksi virus yang dapat sembuh sendiri dan hanya memerlukan perawatan suportif. Perawatan suportif dimaksudkan untuk mengurangi keparahan dan frekuensi batuk serta untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Perawatan suportif untuk batuk diantaranya dengan menghangatkan leher, meminum banyak air putih dan menghirup uap air hangat. Hal tersebut dilakukan untuk membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikeluarkan, serta untuk mengurangi iritasi atau rasa gatal. Jika keadaan batuk berdahak belum dapat teratasi, maka dapat diberikan obat dengan kandungan zat aktif pengencer dahak (ekspektoran), seperti bromheksin, asetilsistein, succus liquiritae atau gliseril guaiakolat. Batuk berdahak jangan diobati menggunakan zat aktif penekan batuk (antitusif) karena dapat menyebabkan efek
samping yang lebih berat. Antitusif diberikan untuk pengobatan batuk kering (tidak berdahak). Obat batuk A mengandung bromheksin, efeknya dapat terlihat setelah beberapa kali pemakaian. Namun jika setelah tujuh hari tidak ada perbaikan, batuk menjadi lebih berat, dahak berwarna hijau/kuning atau disertai komplikasi seperti sesak napas, demam, sakit kepala atau sakit tenggorokan, maka segera konsultasikan kembali ke dokter.
*) A Adalah obat batuk anak bermerek
Pertanyaan:
Saya terbiasa membeli sosis untuk konsumsi keluarga. Saya ingin mengetahui bahaya yang mungkin timbul jika terlalu sering mengkonsumsinya. (Ana, ibu rumah tangga)
Jawaban:
Daging olahan seperti sosis dan korned umumnya menggunakan bahan tambahan pangan pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah natrium nitrat, natrium nitrit, kalium nitrat dan kalium nitrit. Penggunaan pengawet bertujuan untuk membantu mencegah pembusukan, terutama untuk keperluan penyimpanan, transportasi, dan distribusi produk daging. Selain sebagai pengawet, senyawa nitrat dan nitrit juga dapat memberikan warna merah pada produk daging, unggas, dan ikan olahan sehingga memberikan tampilan segar dan menarik. Pada kadar tertentu, senyawa nitrat dan nitrit relatif aman dan tidak
bersifat karsinogen (dapat menyebabkan kanker). Pembatasan kadar pengawet jenis nitrat dan nitrit didasarkan pada kemungkinan terjadinya efek yang membahayakan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Oleh bakteri yang berada di dalam ludah dan usus, nitrat dapat diubah menjadi nitrit. Di dalam saluran cerna, nitrit dapat bereaksi dengan amina yang terkandung dalam makanan lain membentuk senyawa nitrosamin. Pada hewan uji, nitrosamin terbukti bersifat karsinogen. Pada ambang batas tertentu, nitrosamin yang terbentuk relatif tidak membahayakan, namun pada kondisi tertentu kadar nitrosamin dapat meningkat. Contohnya pada kondisi pH cairan lambung cukup tinggi (di atas 5), yang merupakan kondisi yang mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat.
Di dalam darah, nitrit dapat bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin. Tidak seperti hemoglobin, methemoglobin tidak dapat mengikat oksigen sehingga menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen dan menimbulkan kondisi methemoglobinemia. Jika kadar methemoglobin meningkat hingga 10%, maka akan timbul sianosis (ditandai dengan warna kebiruan pada kulit dan bibir); kadar di atas 25% dapat menyebabkan rasa lemah dan detak jantung cepat; sedangkan kadar di atas 60% dapat menyebabkan ketidaksadaran, koma, bahkan kematian. Sensitivitas terhadap nitrat dan nitrit pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Keracunan nitrat atau nitrit yang berakhir pada kematian kebanyakan dialami oleh bayi.
Menurut Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, batas maksimum penggunaan pengawet kalium nitrat dan natrium nitrat pada daging olahan dan daging awetan adalah 500 mg/kg, tunggal atau campuran. Sedangkan batas maksimum penggunaan pengawet kalium nitrit dan natrium nitrit pada daging olahan dan daging awetan adalah 125 mg/kg, tunggal atau campuran. Meskipun dinyatakan aman, sebaiknya konsumen bijak dalam memilih pangan yang akan dikonsumsi dan tidak berlebihan mengkonsumsi suatu produk pangan.
IO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah
P
disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory
Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan
konsultasi terkait dengan penggunaan Obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117/021-4259945, HP nomor 08121899530, email : informasi@pom.go.id
secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi
S
keracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti, benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkannya dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKerNas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke SIKerNas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117/021-4259945, HP nomor 081310826879, email : siker@pom.go.idRedaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.
Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.
PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tlp. 021-4259945; Fax. 021-42889117 e-mai informasi@pom.go.id
Penasehat Pengarah Penanggungjawab Redaktur Editor
Kontributor
Sekretariat Desain grafis Fotografer
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Sekretaris Utama Badan POM Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Kepala Bidang Informasi Obat Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Murti Hadiyani; Sandhyani ED, S.Si, Apt DR. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D; Dra. Deksa Presiana, Apt, M.Kes; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini Ph.D; Dra. Sri Mulyani, Apt; Drh. Rachmi Setyorini, MKM; Yustina Muliani, S.Si, Apt; Judhi Saraswati, SP. MKM; Ellen Simanjuntak, SE; drg. Indah Ratnasari; Galih Prima Arumsari, S.Farm, Apt; Dewi Sofiah Yulinar, SKM, Msi; Arief Dwi Putranto, S.Si, Apt; Denik Prasetiawati, S.Farm, Apt; Tanti Kuspriyanto, S.Si, M.Si; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; Netty Sirait, Surtiningsih Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Eriana Kartika, S.Si, Apt Ridwan Sudiro, S.Sos