• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Apabila penggunaan istilah sistem ini dikaitkan dengan evaluasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Apabila penggunaan istilah sistem ini dikaitkan dengan evaluasi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

A. Konsep Sistem 1. Pengertian Sistem

Sistem merupakan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem mempunyai tiga ciri, yaitu: Setiap sistem memiliki tujuan, Setiap sistem memiliki fungsi, Setiap sistem memiliki komponen. (Sanjaya, 2008: 31).

Menurut Wiley dan Sons (2005:1-30), terdapat 2 kelompok pendekatan yang digunakan dalam mendefinisikan sistem, yaitu: (1) lebih menekankan pada prosedur yang digunakan dalam sistem dan mendefinisikan sistem sebagai jaringan prosedur, metode, dan cara kerja yang saling berinteraksi dan dilakukan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu; (2) lebih menekankan pada elemen atau komponen penyusun sistem, mendefinisikan sebagai kumpulan elemen baik abstrak maupun fisik yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.

Arifin (1991:257) mengemukakan bahwa sistem bisa diartikan sebagai suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian di mana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sistem dapat diberikan suatu batasan pengertian yaitu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Apabila penggunaan istilah sistem ini dikaitkan dengan evaluasi pembelajaran maka istilah sistem diartikan sebagai sarana berupa perangkat organisasi, yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.

(2)

2. Komponen dalam sistem

Ada beberapa komponen dalam suatu sistem, yaitu: 1) Dilihat dari fungsinya, ada sistem yang bersifat integral, yaitu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Dan sistem yang bersifat tidak integral, yaitu sistem yang bersifat pelengkap, 2) Setiap komponen dalam suatu sistem saling berhubungan atau saling berinteraksi, saling mempengaruhi dan saling berkaitan, 3) Setiap komponen dalam sistem merupakan keseluruhan yang bermakna, 4) Setiap komponen dalam sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar. (Sanjaya, 2008: 43).

Menurut Sanjaya, (2008: 43) dalam pembelajaran komponen sistem terdiri dari: a. Siswa

Proses pembelajaran pada hakekatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga siswa harus dijadikan sebagai pusat dari segala kegiatan.

b. Tujuan

Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar. Dalam dunia pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri. Tujuan yang lebih umum diturunkan kepada tujuan yang lebih spesifik. Tujuan khusus yang direncanakan guru meliputi: 1) Pengetahuan, informasi, serta

(3)

pemahaman sebagai bidang kognitif, 2) Sikap dan apresiasi sebagai bidang afektif, 3) Berbagai kemampuan sebagai bidang motorik.

c. Kondisi.

Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa supaya aktif baik secara fisik maupun nonfisik.

d. Sumber-sumber belajar

Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar, yang meliputi lingkungan fisik dan fersonal. Desainer harus mampu menentukan sumber belajar apa dan bagaimana cara memanfaatkannya.

e. Hasil belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Tugas utama dalam hal ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah

(4)

pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.

Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, memiliki dua ciri utama, yakni : 1) pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif, 2) Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran. Hamalik (2008: 8)

Pola pendekatan sistem pembelajaran, menurut Hamalik (2008: 9), melalui langkah-langkah, yaitu; 1) Identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah), 2) Analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran (analisis masalah), 3) merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan), 4) Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental), dan 5) menilai dan merevisi.

B. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas 1. Evaluasi Pembelajaran

(5)

1.1 Pengertian Evaluasi

Proses pendidikan dan pembelajaran sebagai usaha yang disengaja untuk mengetahui penguasaan sistem terhadap tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di rencanakan, memerlukan suatu evaluasi .

Dalam evaluasi pembelajaran dibutuhkan bukti-bukti yang dikumpulkan sebagai dasar penilaian. Bukti tersebut perlu di deskripsikan secara jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:310), kata evaluasi memiliki arti penilaian. Hamalik, (2008: 210) mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (asses) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Harjanto, (2006: 277) mengartikan evaluasi adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Roestiyah N.K. dkk. (2003: 13), menyebutkan empat pengertian evaluasi menurut deskripsinya, yaitu: 1) Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak- pihak pengambilan keputusan, 2) Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar, 3)

(6)

Dalam rangka pengembangan sistem istruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan, 4) Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan tujuan pendidikan dan proses dalam pengembangan ilmu telah berada dijalan yang diharapkan.

Dari beberapa batasan yang di kemukakan dapat ditarik makna evaluasi sbb:

1. Merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat;

2. kegiatan yang dimaksud merupakan bagian integral dari pendidikan, sehingga arah dan tujuan Evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan.

3. Evaluasi harus memiliki dan berdasarkan kriteria keberhasilan yaitu keberhasilan dari : a) Belajar Murid, b) Mengajar Guru, c) Program Pengajaran.

4. Evaluasi dilakukan sepanjang kegiatan program pendidikan dan pengajaran. 5 Evaluasi mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar siswa,

kemampuan mengajar guru serta menyempurnakan program pengajaran; 6. Evaluasi merupakan alat (the means) yang digunakan untuk menilai

perkembangan program yang telah berjalan semestinya.

(7)

Adapun dalam evaluasi ini, pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai berikut :

a.1. Pertama, untuk untuk menentukan angka kemajuan proses pembelajaran. Angka-angka yang diperoleh dicantumkan sebagai laporan kepada orang tua, untuk menaikkan kelas, dan penentuan kelulusan para siswa.

a.2. Kedua, untuk menempatkan para siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh setiap siswa.

a.3. Ketiga, untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan), yang berguna baik dalam hubungan dengan fungsi kedua maupun untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pendidikan guna mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.

a.4. Keempat, sebagai umpan balik bagi guru yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial bagi para siswa (Hamalik, 2008: 212).

Fungsi pertama umumnya banyak mendapat perhatian dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari. Padahal fungsi yang lain tidak kalah pentingnya bahkan

(8)

memegang peranan yang cukup menentukan terhadap keberhasilan pendidikan para siswa dalam jangka waktu yang cukup lama.

Harjanto (2006:278), menguraikan beberapa fungsi dari evaluasi, yaitu: 1) Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu, 2) Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan, 3) Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar,

1.3 Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai berapa jauh kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara operational. Selanjutnya juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat diperoleh penilaian (value judgement), Karena itu dalam evaluasi diperlukan prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif. Wakhinuddin (2010. http://wakhinuddin.wordpress.com/) menyatakan Prinsip-prinsip itu antara lain:

a. Kepastian dan kejelasan.

Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan dulu secara jelas da¬lam. definisi yang operational.

(9)

Bila kita ingin mengevaaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan diukur. Kalau kita akan mengevaluasi tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus dirumuskan dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses pendidikan.

b. Evaluasi adalah alat, bukan tujuan.

Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh tanpa tujuan tertentu akan membuang waktu dan uang. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan digunakan dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sampai terbalik, sebab tanpa diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar pengertian tersebut di atas maka kebijakan-kebijakan

(10)

pendidikan yang akan diambil dirumuskan dulu dengan jelas sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang digunakan dengan demikian.

c. Teknik evaluasi

Teknik evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah diingat bahwa tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua keperluan dalam pendidikanl Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin dicapai dikembangkan tekmk evaluasi tersendiri yang cocok dengan tujuan tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi dan teknik yang digunakan perlu dijadikan pertimbangan utama.

d. Komprehensif.

Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak adalah teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajaran. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri.

e. Kesadaran adanya kesalahan pengukuran.

Evaluator harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam teknik evaluasi yang digunakan. Atas dasar kesadaran ini, maka dituntut untuk lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan yang diambil setelah melaksanakan evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam pengukuran yang dilaksanakan, hanya mengukur sebaglan (sampel) saja dari suatu kompleksitas yang seharusnya diukur,

(11)

lagi pula pengukuran dilakukan hanya pada saat tertentu saja. Maka dapat terjadi salah satu aspek yang sifatnya menonjol yang dimi liki siswa tidak termasuk dalam sampel pe¬ngukuran. Inilah yang disebut sampling error dalam evaluasi.

Sumber kesalahan (error) yang lain terletak pada alat/instrument yang diguriakan dalam proses evaluasi. Penyusunan alat evaluasi tidak mudah, lebih-Iebih bila aspek yang diukur sifatnya komplek. Dalam skoring sebagai data kuantitatif yang diharapkan dapat mencerminkan objektivitas, tidak luput dari “error of measurement”. Test obyektif tidak luput dari guessing, main terka, untung-untungan, sedangtest essai subyektivitas penilai masuk di dalamnya. Karena itu dalam laporan hasil evaluasi, evaluator perlu melaporkan adanya kesalahan pengukuran ini. Pengukuran dengan test, kesalahan pengukuran dapat ditunjukkan dengan koefisien kesalahan pengukuran.

2. Pembelajaran Berbasis Kelas 2.1 Pengertian Pembelajaran

Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pendidikan tidak akan terjadi bilamana proses belajar mengajar atau pembelajaran tidak ada. Peristiwa belajar-mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil sebagaimana dikutip M. Uzer Usman

(12)

(2000:4) mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap.(Hamalik, 2001:48)

Sedangkan mengajar adalah merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, dan sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia didalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan

(13)

lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. (Hamalik, 2001:4) Dengan demikian, kegiatan belajar-mengajar adalah dapat dikatakan sebagai “pembelajaran”.

Dalam pembelajaran akan terjadi hubungan interaksi antara guru dengan siswa, oleh karenanya interaksi tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efesien apabila dilakukan dengan suatu strategi atau siasat. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.

Hasil pembelajaran diperoleh melalui kegiatan evaluasi, pengukuran dan penilaian pembelajaran. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang dan yang lain-lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

Hasil Pembelajaran ialah proses pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Dalam konteks pendidikan, guru biasanya berusaha sedaya upaya mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran untuk mencapai suatu objektif yang ditentukan. Pembelajaran akan membawa kepada perubahan pada seseorang.

(14)

Apabila dikaji pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian dikaitkan dengan kegiatan belajar dan pembelajaran, maka kita akan memperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian secara umum.

Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan penilaian dan pengukuran pembelajaran. Kegiatan pengukuran dalam kegiatan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif. Sedangkan pengertian penilaian pembelajaran adalah proses perbuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.(Madina, dkk, 2007, 98)

2.2 Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Mudjiono, 1999:144).

Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan

(15)

kompetensi atau hasil belajar yang akan dinilai. Oleh sebab itu, penilaian kelas lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan. (Nata, 2003: 35) dalam hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.

Manfaat penilaian kelas antara lain sebagai berikut:

a. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

b. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.

c. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

d. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar.

e. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.

f.Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbagkan konsep penilaian kelas yang baik digunakan.

(16)

Penilaian kelas terutama memusatkan perhatian pada siswa, yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar serta membantu siswa untuk menguasai substansi pelajaran. Partisipasi aktif dari siswa dalam penilaian sangat ditekankan. Guru memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan melaksanakan penilaian karena menguasai secara substansial apa yang diajarkan dan memiliki tanggungjawab terhadap keberhasilan pembelajaran.

Menurut Yasin (2009: 32), Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik istimewa, yaitu :

a. Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran

Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian pendidik dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran, tujuannya tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik. Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk membangun pembelajaran yang lebih baik yang salah satunya dengan melakukan umpan balik pada belajar peserta didik, agar lebih sistematik, fleksibel, dan efektif.

Penilaian berbasis kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas senantiasa berakar dalam proses pembelajaran. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian berbasis kelas memerlukan

(17)

partisipasi aktif peserta didik. Dalam hal ini pendidik terus menerus memotivasi peserta didik agar hasil belajar mereka meningkat.

b. Umpan balik

Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Pendidik maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik.

Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.

Menurut Zainal Arifin (2009:246) Adapun kriterian penilaian berbasis kelas yaitu:

a. Validitas

Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam menyusun soal sebagai alat penilaian perlu memperhatikan kompetensi yang diukur, dan menggunakan bahasa yang tidak mengandung makna ganda. Misal, dalam pelajaran bahasa Indonesia, guru ingin menilai kompetensi berbicara. Bentuk penilaian valid jika menggunakan tes lisan. Jika menggunakan tes tertulis penilaian tidak valid.

(18)

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misalnya guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan proyek dan penskorannya harus jelas. c. Terfokus pada kompetensi

Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan hanya pada penguasaan materi (pengetahuan).

d. Keseluruhan/Komprehensif

Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik.

e. Objektivitas

Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.

(19)

Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.

Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu KD. Menurut Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan).

Sistem evaluasi pembelajaran berbasis kelas menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembeljaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka

(20)

menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. dan Untuk mengetahui,mengukur dan menilai sampai dimana tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

Berbagai macam teknik evaluasi pembelajaran Kelas dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Pembelajaran adalah sebuah proses, yang terdiri dari Input, proses, dan output, berdasarkan ketiga proses diats maka evaluasi juga harus dilakukan terhadap ketiga proses tadi, yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi keluaran/hasil.

C. Input Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas

Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian pendidik dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran, tujuannya tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik.

(21)

Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk membangun pembelajaran yang lebih baik yang salah satunya dengan melakukan umpan balik pada belajar peserta didik, agar lebih sistematik, fleksibel, dan efektif.

Penilaian berbasis kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas senantiasa berakar dalam proses pembelajaran. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian berbasis kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Dalam hal ini pendidik terus menerus memotivasi peserta didik agar hasil belajar mereka meningkat.

Evaluasi input meliputi evaluasi pada para peserta didik, kesiapan pengajaran, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, kesiapan materi, dan strategi bagaiman menyampaikan materi tersebut, dan ditambah dengan dukungan ruangan dimana pembelajaran tesebut berlangsung.

D. Proses Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas

Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian

(22)

proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri. (Nata, 2003: 39)

Menurut Nata, (2003: 39-53) Berikut ini ada beberapa proses atau teknik penilaian berbasis kelas, yaitu sebagai berikut:

1. Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai kontek untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu dari peserta didik. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih tertuju kepada kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

2. Penilaian Sikap

Sikap berawal dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap itu dapat dibentuk, jadi tingkah laku akan terjadi. Ada tiga komponen sikap yaitu afektif (perasaan yang dimiliki oleh seseorang), kognitif (kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek), dan konatif (kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap).

(23)

Cara melakukan penilaian ini yaitu dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Di dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.

4. Penilaian Diri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor 5. Penilaian Produk

Penilaian produk yaitu penilaian baik terhadap proses pembuatan atau kualitas suatu produk, penilaian produk tersebut dapat berupa penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.

6. PenilaianPortofolio

Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang. Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan diorganisir secara sistematik.

(24)

Dari pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian yang berkelanjutan yang didasarkan kepada kumpulan informasi yang menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu.

7. Penilaian Proyek

Penilaian proyek yaitu penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, tugas tersebut berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

Penilaian ini digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran tertentu secara jelas.

Evaluasi proses belajar mengajar menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajaran meliputi strategi belajar mengajar pengajaran, serta minat dan sikap dari siswa yang mengikuti pelajaran tersebut.

D. Proses Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang

(25)

dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan. (Sudjana, 2006:32)

Evaluasi output pembelajaran atau evaluasi hasil belajar mengajar dapat di lakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan test atau ujian materi ajar tersebut hasil dari ujian ini adalah merupakan output yang dapat dijadikan sebagai acuan prestasi dari siswa tersebut. .

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Statistik Warna ( Redness ) Saus Cabai.. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Jika gandum berkulit biji hitam H (epistasis) terhadap K (kuning) yang hipostasis, maka persilangan antara gandum kulit biji hitam (HHKk), dengan gandum berkulit biji kuning

Berdasarkan Tabel 8, ditemukan ciri warna khusus pada domba Garut yaitu fenotip tubuh coklat belang kepala hitam, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang

Jaring angkat adalah suatu alat penangkapan yang pengoperasiannya di lakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal, Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam

Melakukan optimasi fase gerak (jenis campuran fase gerak, perbandingan fase gerak, laju alir fase gerak) sehingga diperoleh kondisi yang optimum dari metode kromatografi

(2016) “ Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dan Bagi Hasil Pajak terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada

Dari gambar D.10 dapat kita lihat hasil implementasi sub menu most active yang menampilkan menampilkan deretan saham unggulan yang sangat aktif. D-10 Gambar D.10

Penelitian ini berfokus pada representasi Ustadz yang ditampilkan dalam iklan televisi jaringan seluler Telkomsel yaitu iklan “Telkomsel Ibadah” dan “Indonesia