• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU

DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK,

EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT)

SKRIPSI LIA KARTIKA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

LIA KARTIKA. D14104009. 2008. Keragaman dan Karakteristik Warna Bulu

Domba-domba Lokal (Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut). Skripsi.

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.AgrSc.

Keberadaan sumber daya genetik ternak seperti domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Garut dan domba Kisar merupakan salah satu peluang bagi pengembangan ternak lokal di Indonesia karena domba-domba tersebut merupakan potensi sumber daya genetik ternak yang dimiliki Indonesia. Karakteristik domba-domba Lokal di Indonesia masih sangat beragam, terutama warna bulu. Keragaman warna bulu pada domba merupakan fenomena yang menarik dikaitkan dengan program pemuliaan. Hal ini dikarenakan warna bulu merupakan sifat kualitatif domba yang dapat dilihat secara langsung untuk dapat mengenali jenis suatu bangsa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan karakteristik warna tubuh, seperti pola, warna dan bintik serta pigmen kepala pada domba-domba lokal, yaitu domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar dan langkah awal dalam upaya pemuliaan dalam hal ini pemurnian terhadap domba-domba lokal berdasarkan karakteristik warna bulu. Warna dasar tubuh domba pada penelitian ini dijadikan patokan dalam menentukan genotipik warna bulu yang meliputi putih, hitam, coklat, putih-hitam, putih-coklat, coklat-hitam dan putih-hitam-coklat.

Data sekunder berupa warna bulu pada domba lokal hasil penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) tahun 2004-2007 digunakan dalam pengamatan ini. Sampel domba lokal berasal dari beberapa daerah di Indonesia, yaitu 86 ekor domba Ekor Gemuk dari Madura yang meliputi 28 jantan dan 58 betina; 185 ekor domba Ekor Tipis dari Jonggol yang meliputi 117 jantan dan 68 betina; 231 ekor domba Kisar dari Maluku Tenggara yang meliputi 99 jantan dan 132 betina; dan 285 ekor domba Garut dari Garut, Margawati, Sukawening, dan Wanaraja yang meliputi 121 jantan dan 164 betina. Keseluruhan domba yang diamati berjumlah 787 ekor. Penentuan genotipik domba dilakukan pada setiap domba yang diamati. Pada setiap bagan acuan fenotipik dicantumkan kolom khusus untuk penentuan genotipik. Bagan acuan genotipik berisikan lokus dan alel-alel yang mempengaruhi warna bulu domba. Penentuan fenotipik dilakukan pada setiap domba yang diamati. Bagan acuan fenotipik berisikan gambaran domba yang tampak pada samping kanan, samping kiri, depan dan belakang. Frekuensi fenotipik ditentukan pada setiap jenis domba yang diamati. Pembuatan diagram pohon jarak antara jenis domba yang diamati dilakukan berdasarkan Gaspersz (1992).

Pengelompokan fenotipik berdasarkan warna bulu individu domba yang diamati dilakukan berdasarkan empat belas macam kelompok warna bulu, yaitu putih polos, putih belang, coklat polos, coklat belang, hitam polos, hitam belang, putih-hitam polos, putih-putih-hitam belang, putih-coklat polos, putih-coklat belang, putih- hitam-coklat polos, hitam-hitam-coklat belang, putih-hitam-hitam-coklat polos dan putih-hitam-hitam-coklat belang. Fenotip warna bulu tipikal domba Ekor Gemuk yang diamati adalah putih

(3)

polos kepala putih dengan genotip AWt/_, _ /_, _ /_, _/_. Fenotip tubuh putih polos kepala putih 100% mendominasi domba Ekor Gemuk. Warna putih belang kepala hitam-coklat, coklat belang kepala putih dan hitam belang kepala putih-coklat dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+, Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_ dan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+ hanya ditemukan pada domba Ekor Tipis. Fenotip tubuh hitam belang kepala hitam dan tubuh hitam belang kepala putih-hitam terbanyak ditemukan pada domba Kisar, walaupun tidak sedikit ditemukan pada domba Garut. Tipikal warna bulu pada domba Kisar tidak ditemukan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan tidak ditemukan fenotip warna khusus pada domba Kisar.

Distribusi lima puluh buah macam fenotipik menyebar pada jenis domba yang diamati. Pada jenis domba Ekor Gemuk hanya fenotipik putih polos yang ditemukan. Macam fenotipik pada jenis domba Ekor Tipis ditemukan sebanyak 30 buah, pada domba Kisar sebanyak 15 buah dan pada domba Garut sebanyak 43 buah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keragaman warna bulu diurut dari yang terkecil ke yang terbesar adalah ditemukan pada jenis domba Ekor Gemuk, domba Kisar, domba Ekor Tipis dan domba Garut.

Struktur pengelompokan jenis domba yang diamati dilakukan berdasarkan frekuensi fenotipik warna bulu. Penentuan diagram pohon yang diperoleh melalui analisis gerombol berhierarki (Gaspersz, 1992). Pada taraf d = 0,589119, menghasilkan dua kelompok jenis domba, yaitu kelompok jenis domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis sebagai kelompok yang terpisah dengan kelompok lain yang meliputi domba Kisar dan domba Garut. Sifat keserupaan pengelompokan domba diperkirakan berdasarkan respon frekuensi fenotipik warna bulu kemungkinan sebagai akibat asal-usul dari jenis domba-domba tersebut. Nilai jarak minimum pada pengelompokan domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis sebesar 0,470016 ditemukan lebih besar dibandingkan dengan nilai jarak minimum pada pengelompokan domba Kisar dan domba Garut sebesar 0,369564.

(4)

ABSTRACT

Variation and Coat Colour Characteristic of Local Sheep (Fat-Tailed Sheep, Thin-Tailed Sheep, Kisar Sheep and Garut Sheep)

Kartika, L., R. H. Mulyono, dan C. Sumantri

This research aimed to identify the variety and characteristic of coat colour, such as pattern, colour, spotting and pigmented head of local sheep: Fat-Tailed Sheep, Thin-Tailed Sheep, Kisar Sheep and Garut Sheep. Secondary data of native sheep’s coat colour resulted from Riset Unggulan Terpadu (RUT) 2004-2007 were used in this observation. Samples collected from several Indonesia region, 86 Madura Fat-Tailed Sheep consist of 28 males and 58 females; 185 Jonggol Thin-Tailed Sheep consist of 117 males and 68 females; 231 Kisar Sheep from Southeast Maluku consist of 99 males and 132 females; and 285 Garut Sheep from Garut, Margawati, Sukawening, and Wanaraja consist of 121 males and 164 females. Total of objects were observed in this research 787 sheeps. Typical coat colour phenotype of Fat-Tailed Sheep is solid white with white head with AWt/_, _ /_, _ /_, _/_ genotype. 100% solid white with white head colour dominate Fat-Tailed Sheep. Phenotype of white spotted with white-black-brown head, brown spotted with white head and black-white spotted with white-brown head with Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+, Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_ and Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+ genotype only found in Thin-Tailed Sheep. Black-white colour with head spotted black and black-white colour with head spotted black-white mostly found in Kisar sheep, although it’s also found in Garut sheep. Typical coat colour at Kisar sheep was not found in this research. It’s because of the absence of specific colour in Kisar sheep. Grouping structure of observation sheep was based of coat colour phenotypic traits. Tree diagram at d = 0,589119 value, revealed two groups of sheep, which is Fat-Tailed sheep and Thin-Tailed sheep group as separate group from others. Grouping based on coat colour phenotypic frequency response contains of 50 traits found in observation. Minimum distance value of Fat-Tailed sheep and Thin-Tailed sheep in first group is 0,470016 bigger than minimum distance value of Kisar sheep and Garut sheep in second group is 0,369564.

(5)

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU

DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK,

EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT)

LIA KARTIKA D14104009

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU

DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK,

EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT)

Oleh LIA KARTIKA

D14104009

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 22 Mei 2008

Pembimbing Utama

Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. NIP. 131 760 850

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Cece Sumantri, M.AgrSc. NIP. 131 624 187

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP. 131 955 531

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Juli 1986 di Majalengka. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan ayahanda bernama Ade Abdul Kohar dan ibunda bernama Sartikah.

Penulis lulus sekolah dasar pada tahun 1998 dari SDN Genteng II, Majalengka. Pada tahun 2001 menamatkan pendidikan lanjutan pertama di SLTP Prakarya Santi Asromo, Majalengka. Kemudian Penulis melanjutkan studi di MAN Model Ciwaringin Cirebon dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

Selama perkuliahan di IPB, Penulis aktif di organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yaitu DKM Al-Hurriyah IPB 2004/2005, BEM-KM IPB 2005/2006 dan HIMAPROTER 2006/2007.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanyalah milik Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul ”Keragaman dan Karakteristik Warna Bulu Domba-domba Lokal (Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat mengetahui keragaman dan karakteristik warna bulu domba-domba lokal seperti domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar sebagai langkah awal dalam upaya pemuliaan dalam hal ini pemurnian terhadap domba-domba lokal berdasarkan karakteristik warna bulu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Tak lupa ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang akan membalasnya. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin.

Bogor, Mei 2008

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Sistematika dan Domestikasi Bangsa Domba ... 3

Bangsa Domba di Indonesia ... 3

Domba Ekor Gemuk ... 4

Domba Ekor Tipis ... 5

Domba Garut ... 5

Domba Garut Tipe Tangkas ... 7

Domba Garut Tipe Daging ... 7

Domba Kisar ... 9

Sifat Kualitatif ... 9

Pigmentasi Warna Bulu ... 9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Warna Domba ... 10

Lokus Agouti ... 11

Agouti White atau Tan (AWt) ... 11

Agouti Tipe Wild (A+) ... 12

Agouti Badgerface (Ab) ... 12

Agouti Light Badgerface (Alb) ... 12

Agouti Blue (Abl) dan Light Blue (Albl) ... 12

Agouti Black dan Tan (At) ... 16

Agouti Lateral Stripes (Als) ... 16

Agouti Swiss Marked (As) ... 16

Agouti Pale Cheek dan Eyepatch (Apc dan Aep) ... 16

Agouti Grey (Ag) ... 16

Agouti Gotland Grey (Agg) ... 18

Agouti Sooty ... 18

Agouti Grey dan Tan (Agt) ... 18

Non-agouti (Aa) ... 18

(10)

Lokus Albino ... 20

Lokus Brown ... 20

Lokus Sur ... 21

Lokus Australian Piebald ... 21

Lokus Spotting ... 23

Lokus Pigmented Head ... 23

Lokus Roan ... 24 Lokus Ticking ... 24 METODE ... 26 Waktu ... 26 Materi ... 26 Metode ... 26

Pemasokan Data Sekunder ... 26

Penentuan Genotipik ... 26

Penentuan Fenotipik ... 27

Frekuensi Fenotipik ... 28

Jarak Fenotipik antara Jenis Domba ... 28

Diagram Pohon Jarak Fenotipik antara Jenis Domba ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Penentuan Fenotipik dan Genotipik Domba yang Diamati ... 33

Rekapitulasi Fenotipik dan Genotipik ... 55

Frekuensi Fenotipik Domba ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

Kesimpulan ... 62

Saran ... 63

UCAPAN TERIMA KASIH ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Lokus dan Alel-alel yang Mempengaruhi Warna Bulu ... 13 2. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Polos pada

Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 33 3. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Polos pada Dom-

ba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 35 4. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Belang pa-

da Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 36 5. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 36 6. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Coklat Polos pa- da Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 38 7. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Coklat Polos pada

Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 38 8. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Coklat Belang

pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 39 9. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Coklat Belang pa-

da Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 39 10. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Polos pa- da Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 42 11. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Polos pada

Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 43 12. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 44 13. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Belang pada

Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 44 14. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Hitam Po-

los pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 46 15. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Hitam Polos pa- da Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 46 16. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Hitam Be-

lang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 48 17. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 48 18. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Coklat

Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan

(12)

19. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Coklat Polos dan Belang Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 51 20. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam-Coklat

Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 53 21. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam-Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ... 53 22. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Hitam- Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Ki-

sar dan Garut... 54 23. Penentuan Genotipik Warna Bulu Putih-Hitam-Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut... 54 24. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Ekor Gemuk... 56 25. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Ekor Tipis 56 26. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Garut... 58

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

3. Domba Domestikasi (Ovis aries)... 3

4. Domba Ekor Gemuk ... 4

5. Domba Ekor Tipis... 4

6. Domba Garut Tangkas ... 8

7. Domba Garut Daging ... 8

8. Domba Kisar ... 8

9. Domba Agouti White (Tan)... 14

10. Domba Agouti Wild ... 14

11. Domba Agouti Badgerface (Barbados Blackbelly Sheep)... 14

12. Domba Agouti Light Badgerface ... 15

13. Domba Agouti Blue (Blue Texel Sheep)... 15

14. Domba Agouti Reverse Badgerface... 15

15. Domba Agouti Lateral Stripes ... 17

16. Domba Agouti Eyepatch ... 17

17. Domba Agouti Grey ... 17

18. Domba Agouti Gotland Grey (Gotland Sheep)... 19

19. Domba Agouti Grey dan Tan ... 19

20. Domba Agouti Sooty ... 20

21. Domba Agouti Non-Agouti ... 20

22. Domba Pola Warna Moorit... 22

23. Domba Pola Warna Sur ... 22

24. Domba Pola Warna Australian Piebald ... 22

25. Domba Pola Warna Pigmented Head (Blackheaded Persian) ... 25

26. Domba Pola Warna Roan ... 25

27. Domba Pola Warna Ticking (Jacob Sheep) ... 25

28. Bagan Acuan Penentuan Genotipik Domba ... 29

29. Bagan Acuan Fenotipik ... 30

30. Diagram Alir Penentuan Genotipik Warna Bulu Domba ... 31

(14)

32. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih... 35

33. Fenotip Tubuh Coklat Polos dan Putih-Coklat Belang... 39

34. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih-Hitam ... 41

35. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Belang Kepala Putih-Hitam... 41

36. Fenotip Tubuh Hitam Belang Kepala Putih-Hitam ... 43

37. Fenotip Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam... 43

38. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih-Hitam-Coklat ... 47

39. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Belang Kepala Putih-Hitam... 47

40. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Polos Kepala Putih-Hitam ... 47

41. Diagram Pohon Keterkaitan Tunggal untuk Jarak Minimum di antara Empat Jenis Domba yang Diamati Berdasarkan Frekuensi Fenotipik Warna Bulu ... 61

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

42. Macam Fenotipik Warna Bulu Domba yang Diamati Berikut Penen- tuan Genotipik Berdasarkan Lokus Pattern, Colour, Spotting dan

Pigmented Head... 70 43. Perhitungan Jarak Fenotipik Berikut Pembuatan Diagram Pohon ... 74 44. Hasil Output Olahan Komputer ntuk Perhitungan Jarak Fenotipik Berikut Pembuatan Diagram Pohon ... 81

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi sumber daya genetik ternak seperti domba Garut, domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis merupakan salah satu peluang bagi pengembangan ternak lokal di Indonesia. Ternak lokal tersebut berpotensi besar untuk dikembangkan. Domba-domba tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dan kecukupan daging di tahun atau era mendatang.

Karakteristik domba-domba lokal sangat beragam, terutama warna bulu. Misalnya pada Domba Garut ditemukan warna bulu putih yang disertai dengan bercak hitam di sekeliling mata dan moncong. Domba Garut memiliki pola warna bulu (hitam, putih, coklat atau campuran). Domba Ekor Gemuk banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba Ekor Gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak bertanduk dan bulu wol kasar. Bentuk tubuh domba Ekor Gemuk lebih besar dari pada domba Ekor Tipis. Domba Ekor Tipis banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan domba Kisar adalah domba yang berasal dari Pulau Kisar di Maluku Tenggara. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat keragaman pada ternak domba Indonesia.

Keragaman warna bulu pada domba merupakan fenomena yang menarik dikaitkan dengan program pemuliaan. Hal ini dikarenakan warna bulu merupakan sifat kualitatif domba yang dapat dilihat secara langsung untuk dapat mengenali jenis suatu bangsa. Fenotipik warna bulu domba-domba lokal, seperti domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut masih beragam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat gen-gen yang berperan sebagai pengontrol warna bulu yang ditemukan pada domba. Karakteristik warna setiap bangsa domba ditentukan oleh kontribusi gen-gen pengontrol warna bulu. Variasi pada sifat kualitatif warna bulu pada domba-domba yang terdapat di Indonesia disebabkan persilangan yang dilakukan antara jenis domba di setiap daerah di Indonesia.

(17)

Warna dasar tubuh pada penelitian ini dijadikan pegangan dalam menentukan genotipik warna bulu yang meliputi putih, hitam, coklat, putih-hitam, putih-coklat, coklat-hitam dan putih-hitam-coklat. Salah satu warna atau kombinasi di antara warna-warna tersebut diikuti oleh pemunculan gen pengontrol bintik dan warna pada kepala.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan karakteristik warna tubuh, seperti pola, warna dan bintik serta pigmen kepala pada domba-domba Lokal, yaitu domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan atau pelengkap informasi dasar sebagai langkah awal dalam upaya pemuliaan dalam hal ini pemurnian terhadap domba-domba lokal berdasarkan karakteristik warna bulu.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika dan Domestikasi Bangsa Domba

Domba menurut Damron (2006) merupakan mamalia yang diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Ortiodactyla, subordo Ruminata, famili Bovidae, genus Ovis dan spesies Ovis Aries. Devendra dan McLeroy (1982) menjelaskan bahwa domba diklasifikasikan ke dalam sub-famili Caprinae, famili Bovidae. Domba merupakan hewan bertanduk dan berteracak genap. Semua domba diklasifikasikan ke dalam genus Ovis, sedangkan Ovis aries merupakan spesies untuk domba yang sudah didomestikasi.

Gambar 1. Domba Domestikasi (Ovis aries) (Wikipedia, 2008a)

Bangsa Domba di Indonesia

Menurut Gatenby (1991) di Asia Tenggara ditemukan dua tipe domba yaitu Javanese-Thin-Tailed (terdapat di daerah Jawa Barat, Indonesia) dan Kelantan (terdapat di Malaysia dan Thailand). Jenis domba lain yaitu East-Java-Fat-Tailed terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Asal-usulnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga tipe ekor gemuk berasal dari bagian barat Asia, sedangkan tipe ekor tipis berasal dari daerah Asia dari India/Bangladesh.

Menurut Markens dan Soemirat (1926) yang dilaporkan oleh Bradford dan Inounu (1996), domba di Indonesia dibedakan menjadi dua tipe yaitu domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Asal usul keduanya tidak diketahui, tetapi barangkali tipe ekor tipis mula-mula datang dari bagian barat di Asia. Introduksi dan

(19)

percampuran bangsa-bangsa domba asal Eropa telah berlangsung sekitar lebih dari 150 tahun. Menurut Tomaszewska et al. (1993) populasi domba Ekor Tipis tersebar di Jawa Barat dengan ekor tipis dan panjang serta warna bulu yang sangat beragam, sedangkan domba Ekor Gemuk tersebar di Jawa Timur dengan ekor gemuk dan pendek serta warna bulu dominan putih. Menurut FAO (2004b) terdapat tiga bangsa asli di Jawa, yaitu domba Ekor Tipis Jawa Lokal, domba Priangan dari Jawa barat dan domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur.

Gambar 2. Domba Ekor Gemuk (FAO, 2004a)

Gambar 3. Domba Ekor Tipis

Domba Ekor Gemuk

Menurut Bradford dan Inounu (1996) menyatakan bahwa domba Ekor Gemuk banyak terdapat di Jawa Timur. Menurut FAO (2004b) domba Ekor Gemuk banyak ditemukan di daerah Madura, Jawa Timur, dan wilayah Indonesia Timur seperti Lombok, Sumbawa, Kisar dan Sawa. Dijelaskan lebih lanjut oleh Bradford dan Inounu (1996) bahwa tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba

(20)

ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Dijelaskan pula bahwa diantara populasi domba Ekor Gemuk, domba yang berada di Pulau Madura mempunyai ekor gemuk yang ekstrim dengan bagian pangkal ekor besar dan bagian ujung ekor kecil. Menurut FAO (2004b) bentuk tubuh domba Ekor Gemuk lebih besar dari pada domba Ekor Tipis. Domba Ekor Gemuk memiliki berat jantan dewasa 45-50 kg dan betina dewasa 25-35 kg. Tinggi badan pada jantan dewasa 60-65 cm dan betina dewasa 52-60 cm. Warna bulu putih, tidak bertanduk dengan bulu wol kasar; dimiliki oleh jenis domba Ekor Gemuk. Domba ini dikenal sebagai domba yang tahan terhadap panas dan kering.

Domba Ekor Tipis

Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa domba Ekor Tipis banyak ditemukan di Jawa Barat. Domba ini memiliki ekor yang tipis dan panjang serta warna bulu yang beragam. Bradford dan Inounu (1996) menyatakan bahwa domba Ekor Tipis menyebar di Jawa Barat, Semarang dan Sumatra. Warna bulu domba Ekor Tipis di Jawa Barat putih, hitam, coklat, spotted dan pola blackbelly serta yang ditemukan di Semarang berwarna putih; sedangkan yang ditemukan di Sumatra berwarna putih, coklat muda dan pola blackbelly. Menurut FAO (2004b) domba Ekor Tipis berwarna putih dan ditemukan bintik hitam di sekeliling mata dan hidung, kadang-kadang juga di tempat lain.

Domba Garut

Menurut Heriyadi (2008a), proses pembentukan domba Priangan atau domba Garut, diyakini berawal dari persilangan antara tiga bangsa domba, yaitu domba Merino, domba Kaapstad, dan domba Lokal dari Wilayah Priangan. Dalam perkembangan selanjutnya domba hasil silangan tersebut dikenal dengan nama domba Priangan atau domba Garut. Pada persilangan dan perkembangan domba Priangan terbaik berasal dari daerah Garut. Heriyadi et al. (2002) menyatakan bahwa kajian mengenai domba Garut secara ilmiah belum dilakukan, khususnya mengenai komposisi darah dan gen Domba Garut.

Ciri-ciri domba Garut menurut Heriyadi et al. (2002) adalah jantan memiliki telinga rumpung (panjang tidak lebih dari empat cm) atau berbentuk daun hiris (panjang 4-8 cm); ekor berbentuk segitiga terbalik, gemuk atau berlemak pada pangkal ekor dan mengecil ke bagian bawah, tanduk kokoh, besar dan melingkar dan

(21)

muka berbentuk bangus kuda, cembung, lebar, dan bangus benguk serta bobot badan 57,74±11,96 kg dan lingkar dada 88,73±7,58 cm. Davendra dan McLeroy (1982) menyatakan bahwa domba Garut betina memiliki telinga pendek (rumpung) atau medium (berbentuk daun hiris); tidak bertanduk atau tanduk kecil, ekor kecil berbentuk segitiga terbalik, gemuk atau berlemak pada pangkal ekor dan mengecil ke bagian bawah; dan muka panjang berbentuk benguk serta bobot badan 36,89±9,35 kg dan lingkar dada 77,41±6,74 cm. Menurut Inounu dan Basari (2003) rataan bobot lahir dan bobot sapih pada domba Garut murni berturut-turut yaitu sebesar 2,56±0,03 dan 11,24±0,19 kg.

Domba Garut merupakan salah satu domba asli Indonesia yang lebih produktif dibandingkan dengan domba lain di dunia. Keunggulan domba Garut adalah lebih cepat mencapai dewasa kelamin (pubertas), dapat kawin dan beranak sepanjang tahun sehingga berpotensi untuk memperpendek interval kelahiran, dapat beradaptasi dengan baik, tahan terhadap penyakit dan parasit, dapat beranak banyak (prolifik) dan dapat bunting kembali setelah sebulan melahirkan (Diwyanto dan Inounu, 2001).

Kelompok domba terbanyak dari kelompok domba Ekor Tipis adalah Javanese Thin-tailed, tipe unggulan di Jawa Barat. Domba ini dikenal sebagai Domba Priangan (Bradford dan Inounu, 1996). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa performa domba Garut dipengaruhi oleh tiga bangsa domba, yaitu domba Kaapstaad yang mempengaruhi tinggi dan pemunculan warna putih; domba Merino yang mempengaruhi sifat tanduk dan pemunculan warna putih; sedangkan domba Lokal yang mempengaruhi sifat tangkas dan pemunculan warna hitam dan coklat. Menurut Pemerintah Kabupaten Garut Online (2007) domba Garut betina tidak memiliki tanduk dan berwarna putih, hitam, coklat atau kombinasi ketiga warna tersebut.

Sifat-sifat kualitatif domba Garut di Jawa Barat menurut Heriyadi (2008b) adalah warna bulu dominan pada jantan kombinasi warna hitam-putih, yaitu sebesar 86 % dan betina sebesar 75 %. Motif bulu dominan pada domba Garut jantan adalah hitam (19,83 %) dan belang sapi (14,88 %) dan betina adalah hitam (20,55 %) dan belang sapi (14,26 %), serta bentuk dasar tanduk dominan pada jantan adalah gayor, ngabendo dan leang.

(22)

Riwantoro (2005) mengatakan bahwa warna dasar yang dijumpai pada domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Mulliadi (1996) menjelaskan bahwa kombinasi warna tersebut berkaitan erat dengan pola warna yang membentuk kombinasi tersebut, baik berupa bintik (speckle), belang kecil, belang besar, strip sempit atau strip besar. Domba Garut dibedakan menjadi garut tipe tangkas dan garut tipe daging. Asal usul kedua tipe domba tersebut adalah sama. Warna hitam atau kombinasi warna lain dengan hitam adalah warna terbaik untuk tipe aduan dan kondisi warna demikian yang diharapkan oleh peternak domba tipe tangkas. Kombinasi warna baik pada domba Garut tipe tangkas maupun domba Garut tipe daging paling banyak terdiri atas dua warna, kemudian satu warna dan tiga warna.

Domba Garut Tipe Tangkas

Mulliadi (1996) menyatakan bahwa perbedaan yang paling umum antara domba Garut tipe tangkas dan tipe daging adalah dari segi pemeliharaan yang lebih intensif. Domba Garut tipe tangkas telah melalui seleksi lebih ketat dan dipelihara ke arah domba aduan. Domba tipe ini memerlukan ukuran dan bentuk tubuh yang besar untuk memperlihatkan ketegaran sebagai tipe tangkas, disamping keserasian tubuh serta sifat agresif yang merupakan hal utama. Bentuk tubuh domba tipe tangkas menyerupai singa dengan bagian dada besar dan pundak yang tinggi. Jantan Garut tipe tangkas mulai masuk arena tangkas di atas umur dua tahun. Sifat tangkas domba tersebut kemungkinan berasal dari domba Lokal. Menurut Riwantoro (2005) warna yang banyak dijumpai pada domba Garut tipe tangkas secara berturut-turut adalah hitam, putih dan coklat untuk jantan, sedangkan untuk betina adalah putih, hitam dan coklat.

Domba Garut Tipe Daging

Pemeliharaan domba garut daging tidak diarahkan ke arah sifat aduan. Domba tipe ini merupakan kelompok transisi yang berada antara domba Lokal dan domba Garut tipe tangkas, tetapi lebih mendekati Garut tipe tangkas. Domba tipe ini merupakan domba jantan afkir Garut Tangkas atau hasil perkawinan yang tidak terkontrol antara domba Lokal dengan domba Garut tipe tangkas (Mulliadi, 1996). Menurut Riwantoro (2005) warna yang banyak dijumpai pada domba Garut tipe daging secara berturut-turut adalah putih dan hitam untuk jantan, sedangkan untuk betina adalah putih, hitam dan coklat.

(23)

Gambar 4. Domba Garut Tangkas (Dinas Peternakan Garut, 2008a)

Gambar 5. Domba Garut Daging (Dinas Peternakan Garut, 2008b)

(24)

Domba Kisar

Salamena (2006a) manyatakan bahwa asal usul domba Kisar belum diketahui dengan pasti sejak keberadaannya di Pulau Kisar; Maluku. Domba Kisar diduga merupakan rumpun domba Ekor Gemuk yang telah beradaptasi lama di daerah setempat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa informasi tentang asal usul, karakteristik, status populasi dan keragaman domba Kisar belum diketahui dengan pasti. Penimbunan lemak pada ekor domba Kisar menunjukkan bahwa kemungkinan domba Kisar merupakan campuran antara domba Lokal yang berekor gemuk, sehingga disebut juga sebagai domba ekor sedang. Salamena (2006b) menjelaskan lebih lanjut bahwa domba Kisar memiliki kemampuan hidup di daerah kering.

Pola warna bulu Domba Kisar didominasi oleh warna putih hitam (dominan putih), putih polos, hitam polos (dominan hitam), hitam polos, serta gabungan hitam, putih dan coklat. Warna muka hitam merupakan warna yang dominan, kemudian diikuti oleh campuran warna hitam putih (dominan hitam), dan putih hitam (dominan putih), sedangkan warna putih dan campuran hitam coklat (dominan hitam) memiliki proporsi yang sama (Salamena, 2006a).

Sifat Kualitatif

Damron (2006) menyatakan bahwa sifat kualitatif adalah sifat fenotip individu yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok dan bukan ukuran numerik. Contoh sifat kualitatif ini adalah warna bulu dan kehadiran tanduk. Warwick et al. (1995) melaporkan bahwa kelompok yang termasuk sifat-sifat kualitatif meliputi warna, bentuk dan panjang telinga, panjang ekor dan pemunculan tanduk. Sifat-sifat ini mempunyai peranan penting bagi pemulia sebagai trade mark (cap dagang) sehingga dipertimbangkan dalam program pemuliaan.

Pigmentasi Warna Bulu

Warna pada mamalia disebabkan oleh melanin pada kulit dan rambut (Searle, 1968). Melanin disimpan pada organel seluler yang disebut melanosom, yang diproduksi di melanosit pada bagian sitoplasma. Zat ini juga disimpan di epidermis rambut akibat proses eksositosis (Sponenberg, 1997).

Menurut Prota (1992) dan Jackson (1994) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), melanin merupakan polimer besar yang dibentuk oleh sejumlah besar tirosin dan sistein. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sponenberg (1997) bahwa melanin meliputi

(25)

dua tipe yaitu eumelanin dan phaeomelanin. Noor (2004) menyatakan bahwa sumber semua warna rambut, bulu, kulit dan mata pada ternak adalah melanin. Dua macam melanin pada mamalia, yaitu melanin hitam (eumelanin) dan melanin merah (phaeomelanin). Menurut Jackson (1994) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), produksi melanin oleh melanosit tergantung pada kehadiran hormon melanosit simulating (α-MSH), yang merupakan hormon pituitari. Menurut Sponenberg (1997), eumelanin umumnya hitam atau coklat gelap dan paling lazim dibuat dari tirosin, sedangkan phaeomelanin umumnya coklat kemerahan atau coklat kekuningan yang dibuat dari sistein.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Warna Domba

Ekspresi dari warna pada domba dipengaruhi tidak hanya oleh gen-gen yang secara langsung mengontrol distribusi dan aktivitas melanosit, tapi juga oleh kualitas tekstur dari lapisan bulu. Hal tersebut dinyatakan oleh Aliev dan Rachkovsky (1987) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997).

Gen-gen yang mempengaruhi warna pada domba menurut Sponenberg (1997) adalah agouti, albino, Australian piebald, brown, extension, pigmented head, roan, ticking, sur bukhara/sur surkhandarya, dan spotting. Tabel 1 menyajikan lokus dan alel-alel yang mempengaruhi warna bulu domba.

Sponenberg (1997) menjelaskan bahwa warna tipe liar pada domba harus dipertimbangkan sebagai tipe standar. Nenek moyang domba domestikasi belum dinyatakan secara pasti, walaupun Mouflon Asiatik, Urial dan Argali adalah keturunan yang paling mungkin. Domba liar umumnya berbadan tan (phaeomelanin) dengan perut pucat (dilusi phaeomelanin, dibandingkan putih tidak berpigmen). Daerah hitam (eumelanin) dtemukan sebagai garis belakang, dan pola belang pada kepala dan kaki. Beberapa dimorfisme seksual ditemukan, dengan jantan lebih gelap dari pada betina karena pola eumelaniknya lebih luas pada bagian kepala dan bahu. Warna tipe liar sangat jarang ditemukan pada domba domestikasi.

Secara umum menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) lokus yang mempengaruhi pemunculan warna pada domba dibedakan menjadi tiga lokus, yaitu lokus agouti yang mengatur pola, lokus brown yang mengatur warna, dan lokus spotting yang memberikan bintik. Lokus agouti terdiri atas agouti white (AWt), agouti grey Mouflon (Agt), agouti grey (Ag), agouti badgerface (Ab), agouti reverse

(26)

badgerface (At), dan non-agouti (Aa). Lokus brown terdiri atas hitam (dominan) yang disimbolkan BB dan coklat (resesif) yang disimbolkan Bb. Lokus spotting terdiri atas polos atau non spot (dominan) yang disimbolkan (SS) dan bintik atau spot (resesif) yang disimbolkan (Ss). Shaltz Farm (2005) menyatakan bahwa beberapa gen warna yang memberikan efek pada warna domba adalah lokus dilution (DD dan Dd), lokus extension (Ed dan E+) dan lokus C yang menyebabkan albino atau tidak ditemukan pigmen pada domba, tetapi albino jarang ditemukan pada domba. Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) menyatakan bahwa kehadiran alel Persian PhP pada lokus pigmented head memberikan pigmentasi pada warna kepala, tetapi memutihkan tubuh. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda.

Lokus Agouti

Menurut Ryder (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), warna pada domba terutama dipengaruhi lokus agouti. Sponenberg (1997) menyatakan bahwa lokus ini memiliki beberapa macam alel, yang menentukan warna pada domba. Variasi pada lokus agouti tersebar luas di antara bangsa-bangsa domba. Ekspresi dominan pada alel-alel pengontrol warna bulu dikendalikan oleh sifat phaeomelanin, sedangkan resesif dikendalikan oleh sifat eumelanin. Dijelaskan oleh Sponenberg (1997), alel-alel yang digolongkan ke dalam lokus agouti meliputi white atau tan (AWt), wild (A+), badgerface (Ab), blue atau light blue (Abl atau Albl), grey atau light badgerface (Ag atau Alb), lateral stripes (Als), swiss marked (As), pale cheek atau eye ring dan eyepatch (Apc dan Aep), grey (Ag), sooty, grey dan tan (Agt), dan non-agouti (Aa).

Pola Warna Agouti White atau Tan (AWt)

Menurut Sponenberg (1997), alel-alel yang paling dominan pada lokus agouti adalah putih atau tan (AWt). Alel AWt adalah penyebab fenotip putih pada bangsa domba yang ditemukan terbanyak dalam populasi. Alel AWt adalah dominan lengkap untuk warna wool dan rambut. Dalam keadaan heterozigot gen Aa dapat meningkatkan pigmen pada kuku dan kulit. Alel AWt mempunyai efek pleiotropik. Menurut Noor (2004) pleiotropik adalah gen yang mempengaruhi dua atau lebih sifat. Searle (1968) menyatakan bahwa domba betina dengan alel AWt rata-rata

(27)

kurang subur dibandingkan dengan domba yang tanpa alel AWt. Gambar 7 menyajikan gambar domba agouti white (tan).

Pola Warna Agouti Tipe Wild (A+)

Menurut Sponenberg (1997), warna tipe wild atau liar pada domba dipertimbangkan sebagai tipe standar. Dijelaskan lebih lanjut bahwa domba liar umumnya berbadan tan (phaeomelanin) dengan perut pucat (dilusi phaeomelanin). Daerah hitam (eumelanin) ditemukan sebagai garis belakang, dan pola belang pada kepala dan kaki. Dimorfisme seksual pada warna ditemukan. Jantan lebih gelap dari pada betina dengan pola eumelanik jantan lebih luas pada bagian kepala dan bahu. Jantan dewasa memiliki warna eumelanik lebih gelap dibandingkan dengan jantan muda. Gambar 8 menyajikan gambar domba agouti wild.

Pola Warna Agouti Badgerface (Ab)

Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), alel badgerface menyebabkan fenotip yang mirip dengan wild dengan area eumelanik yang lebih luas. Bagian tubuh phaeomelanik yang diikuti dengan area eumelanik pada perut, seluruh kaki bagian bawah, bagian dalam kaki sampai sisi bagian bawah ekor, garis menurun pada punggung, pada bahu bagian atas dan tengah sampai bagian bawah leher, menutupi rahang bagian bawah dan telinga bagian dalam. Gambar 9 menyajikan gambar domba agouti badgerface dari bangsa Barbados Blackbelly.

Pola Warna Agouti Light Badgerface (Alb)

Menurut Sponenberg (1997), domba dengan pola warna light badgerface memberikan ekspresi penyebaran warna dan hitam yang lebih pucat dibandingkan dengan badgerface. Warna hitam yang tampil pada domba lebih menyerupai abu-abu dibandingkan dengan hitam. Gambar 10 menyajikan gambar domba agouti light badgerface.

Pola Warna Agouti Blue (Abl) dan Light Blue (Albl)

Menurut Hoogschagen et al. (1978) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), dua pola agouti ini sangat mirip dengan badgerface tapi lebih gelap dengan tubuh lebih abu-abu. Gambar 11 menyajikan gambar domba agouti blue pada domba Texel.

(28)

Lokus Simbol Alel-alel Simbol

Agouti A white (tan)

wild grey & tan light grey light bedgerface badgerface light blue blue grey Gotland grey

black & tan (reverse badgerface) swiss marked lateral stripes pale cheek/eyering eyepatch sooty non-Agouti Awt A+ Agt Alg Alb Ab Albl Abl Ag Agg At As Als Apc Aep - Aa Albino C wild albino albino marrabel C+ Ca Cmar Autralian piebald AsP wild

Piebald AsP+ AsPP Brown B wild brown B+ Bb

Extension E dominant black

wild

ED E+ Pigmen kepala Ph Afghan letal

Turkish Persian

Phafl PhT PhP

Roan Rn letal roan

wild RnRn Rn+ Spotting S wild spotted bizet spotting S+ Ss Sb Sur bukhara SuB wild

Sur bukhara

SuB+ SuBB Sur surkhandarya SuS wild

Sur surkhandarya SuS+ SuSS Ticking Ti ticked wild TiTi Ti+ Sumber : Sponenberg (1997)

(29)

Gambar 7. Domba Agouti White (Tan) (Purebred Icelandic Sheep in Virginia’s Heartland, 2008a)

Gambar 8. Domba Agouti Wild (Portrait gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008a)

Gambar 9. Domba Agouti Badgerface (Barbados Blackbelly Sheep) (Wikipedia, 2008b)

(30)

Gambar 10. Domba Agouti Light Badgerface (Katmoget Genetics, 2005)

Gambar 11. Domba Agouti Blue (Blue Texel Sheep) (BBC Cumbria, 2008)

Gambar 12. Domba Agouti Reverse Badgerface (Portrait Gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008b)

(31)

Pola Warna Agouti Black dan Tan atau Reverse Badgerface (At)

Menurut Brooker and Dolling (1969) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola warna agouti black dan tan berlawanan dengan pola badgerface yang juga disebut mouflon karena perut yang pucat mengingatkan agouti pada domba liar. Gambar 12 menyajikan gambar domba agouti reverse badgerface.

Pola Warna Agouti Lateral Stripes (Als)

Menurut Lundie (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola warna lateral stripes lebih gelap dari pola black dan tan. Dijelaskan pula bahwa pola ini terdiri atas pita pucat pada batas perut dan tubuh (berwarna hitam), skrotum dan telinga bagian dalam yang pucat, tapi telinga luar gelap. Kumis berwarna pucat yang melebar ke batas tengah mata, ke atas menutupi hidung. Warna dagu bervariasi dari gelap ke terang. Gambar 13 menyajikan gambar domba agouti lateral stripes.

Pola Warna Agouti Swiss Marked (As)

Menurut Lundie (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), domba dengan pola warna agouti swiss marked memiliki area coklat yang lebih luas dari pada agouti lateral stripes. Menurut Sponenberg (1997) area pucat ditemukan pada moncong, garis di atas mata, di rahang dan kaki bagian bawah dengan garis gelap ke bawah pada setiap kaki.

Pola Warna Agouti Pale Cheek atau Eyering dan Eyepatch (Apc dan Aep)

Menurut Lundie (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola eyepatch memiliki kelopak mata yang terdiri atas area phaeomelanik di seputar mata yang menutup pipi. Pipi yang berwarna merah lebih terang dan lebih luas. Gambar 14 menyajikan gambar domba eyepatch.

Pola Warna Agouti Grey (Ag)

Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola grey terdiri atas putih pada lapisan bawah (serat kedua) dan hitam pada lapisan atas (serat utama) pada keseluruhan tubuh. Keadaan homozigot lebih pucat daripada heterozigot yang mengandung Aa. Gamet yang mengandung Ag sulit melakukan fertilisasi. Gambar 15 menyajikan gambar domba agouti grey.

(32)

Gambar 13. Domba Agouti Lateral Stripes (Portrait gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008c)

Gambar 14. Domba Agouti Eyepatch (Twin Spring Farm, 2008)

(33)

Pola Warna Gotland Grey (Agg)

Menurut Adalsteinsson et al. (1978) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola gotland grey lebih gelap dari pola grey. Agouti dieliminir pada seleksi jangka panjang sehingga membatasi bayangan gelap dari warna abu-abu pada domba ini. Pada warna ini merupakan ciri khas warna dari domba bangsa Gotland. Gambar 16 menyajikan gambar domba agouti gotland grey pada domba Gotland.

Pola Warna Agouti Sooty

Menurut Lauvergne dan Adalsteinsson (1976) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), sooty adalah pola lain yang merupakan percampuran dari pola bulu eumelanik dan phaeomelanik. Pola ini agak mirip dengan pola grey tetapi lebih gelap dari keseluruhan eumelanik lokus agouti. Gambar 17 menyajikan gambar domba agouti sooty.

Pola Warna Grey dan Tan (Agt)

Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola tan merupakan pola grey yang dikombinasi dengan pola black dan tan. Area eumelanik dari pola black dan tan adalah abu-abu yang lebih pucat. Hal ini sangat mirip dengan pola tipe wild yang lebih pucat. Gambar 18 menyajikan gambar domba agouti grey dan tan.

Pola Warna Non-Agouti (Aa)

Menurut Adalsteinsson et al. (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), alel non-agouti Aa adalah resesif lengkap, dengan fenotip eumelanik lengkap. Pada domba dari bangsa terbanyak menghasilkan domba hitam dominan lengkap pada lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Gambar 19 menyajikan domba dengan pola warna non-agouti.

Lokus Extension

Alel-alel lokus extension cenderung mempengaruhi warna seluruh hewan, oleh karena lokus ini tidak memproduksi pola-pola seperti ciri khas alel-alel agouti, dengan keadaan saling mempengaruhi di antara dua tipe pigmen. Lokus extension bertanggung jawab untuk eumelanik secara lengkap atau fenotip phaeomelanik secara lengkap, dengan pengecualian pada beberapa spesies lain (Searle, 1968).

(34)

Menurut COGNOSAG (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) lokus extension mempunyai interaksi penting dengan lokus agouti dalam menentukan warna domba. Alel tipe wild pada lokus extension memberikan ekspresi lokus agouti. Hal ini dikarenakan alel extension paling umum pada kebanyakan bangsa domba Eropa, yang memisahkan sejumlah lokus agouti untuk sejumlah besar variasi warna. Alel dominan pada lokus extension biasanya disebut hitam dominan dan disimbolkan ED. Alel ini menyebabkan lapisan eumelanik secara seragam yang pada kebanyakan bangsa domba adalah hitam. Kemiripan fenotip dihasilkan dari ED pada lokus extension dan Aa pada lokus agouti.

Gambar 16. Domba Agouti Gotland Grey (Gotland Sheep) (Pure Ambience, 2008)

Gambar 17. Domba Agouti Sooty (Featherbed in Dublin Mountain Sheep Flickr, 2008)

(35)

Gambar 18. Domba Agouti Grey dan Tan (Navajo-Churro Sheep, 2005)

Gambar 19. Domba Non-Agouti (Tongue River Farm, 2002)

Lokus Albino

Lokus albino pada domba dinyatakan dalam beberapa alel resesif. Menurut Adalsteinsson (1977) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), gen albino (Ca) secara sempurna menghambat pembentukan phaeomelanin dan eumelanin pada wool, rambut, mata dan kulit. Menurut Rowlett dan Fleet (1993) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) alel albino marrabel (Cmar) terdapat pada domba Suffolk di Australia. Alel ini memberikan beberapa pigmen tan atau kurang terang pada kuku dan pada rambut kaki, beberapa pigmen pada tepi pupil dan iris.

Lokus Brown

Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), lokus brown adalah sumber utama dari warna coklat pada domba. Eumelanin coklat pada domba adalah hasil dari aksi gen resesif Bb pada lokus brown. Moorit adalah sebuah sebutan untuk merah seperti moor, dan itu sangat populer digunakan di

(36)

seluruh Atlantik Utara untuk menggambarkan bulu domba yang disebabkan oleh gen Bb. Sponenberg (1997) menambahkan bahwa domba Moorit berubah dari coklat kehitaman ke warna yang sangat pucat dan sebagian berwarna kemerah-merahan. Istilah Moorit digunakan untuk eumelanik coklat, dan untuk menghindari kebingungan dengan phaeomelanik coklat merah pada beberapa domba (anak domba Karakul dan domba hairy). Gambar 20 menyajikan domba dengan pola warna Moorit.

Lokus Sur

Sponenberg (1997) menyatakan bahwa variasi sur sering terjadi pada seluruh bagian warna dasar dan segmen puncak pucat pada serat lapisan. Segmen-segmen terminal pucat ini adalah berwarna putih dan kuning. Sur dipengaruhi gen tunggal, walaupun kemungkinan pengaruh modifikasi poligenik dari warna dasar juga berperanan. Variasi tersebut muncul untuk memodifikasi semua warna dasar, walaupun fenotip ED menghilangkan modifikasi ini. Dua tipe dari sur adalah tipe Surkhandarya dan tipe Bokhara. Semua ini menghasilkan fenotip yang sama. Dua tipe asal pada galur berbeda ditemukan pada domba Karakul. Dua tipe yang ditetapkan oleh COGNOSAG (1993) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) adalah Sur Surkhandarya dan Sur Bukhara (SuSs/SuBs). Gambar 21 menyajikan domba dengan pola warna sur.

Lokus Australian Piebald

Menurut Broker dan Dolling (1969) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), Australian piebald memodifikasi pigmentasi. Gen Australian piebald (AsPP) merupakan sumber dari domba berbulu bintik hitam non simetris pada domba berbulu putih. Australian piebald sebenarnya adalah sumber dari warna bintik hitam, namun bila bersama dengan lokus agouti dapat memodifikasi bintik hitam untuk diisolasi dalam bentuk bintik hitam pada daerah tubuh yang diharapkan menjadi phaeomelanik. Jelas bahwa beberapa pola seperti pola hitam dan tan, menjadi latar belakang yang sulit untuk mendeteksi efek ini karena warna hitam yang lebih berpengaruh. Australian piebald berperanan secara somatik dengan alel agouti dengan hierarki yang lebih tinggi dari alel Aa. Fenotip Australian piebald ditemukan pada domba Merino dari Australia. Gambar 22 menyajikan domba dengan pola warna Australian piebald pada domba Merino.

(37)

Gambar 20. Domba Pola Warna Moorit (Purebred Icelandic Sheep in Virginia’s Heartland, 2008b)

Gambar 21. Domba Pola Warna Sur (Judging Karakul Sheep, 2003)

(38)

Lokus Spotting

Sponenberg (1997) menyatakan bahwa lokus spotting penting dalam menentukan pigmentasi kulit pada domba wool putih. Standar pigmentasi kulit yang memiliki belang merupakan standar dari bangsa domba tertentu. Domba berwarna yang berasal dari bangsa domba putih kadang memiliki pigmentasi kulit.

Menurut Roberts (1926); Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), bintik yang disebabkan alel spotted (SS) pada lokus spotting relatif umum ditemukan pada domba. Belang putih biasanya ditemukan pada anggota badan dan kepala dan sisi simetris hewan. Interaksi dari spotted dengan AWt adalah sangat penting, karena interaksi ini berakibat pada perluasan belang putih tapi yang menurunkan ekspresi dari phaeomelanin. Luas bintik tergantung pada alel spotted dan ditemukan bervariasi antarhewan. Navajo-Churro Sheep Association (2008) menyatakan bahwa area putih polos muncul secara acak pada tubuh yang berwarna hitam, abu-abu atau coklat. Pinto adalah istilah untuk area bintik yang luas, piebald adalah area bintik yang seukuran dengan buah anggur dan pims adalah bintik-bintik kecil yang banyak. Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) menyatakan bahwa SS/_ memberikan ekspresi polos, sedangkan Ss/Ss memberikan ekspresi belang pada tubuh domba. Scapillato (1999) bahwa pemunculan warna hitam-putih pada tubuh domba mengindikasikan bahwa domba tersebut memiliki kedua gen resesif pada lokus spotting sehingga menimbulkan warna tubuh belang seperti sapi Holstein.

Menurut Lauvergne (1975) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), satu alel yang spesifik yaitu bizet spotting (Sb), telah diusulkan sebagai asal dari minor penanda putih pada kepala dan kaki domba dan sebagai alel yang terpisah dari spotted. Alel bizet spotting bersifat dominan tidak lengkap untuk tipe wild.

Lokus Pigmented Head

Kebanyakan pola bintik ini ditemukan pada bangsa domba Asiatik dan domba liar. Pada lokus pigmentasi kepala terdapat beberapa alel yang penting, salah satunya adalah Afghan lethal (Phafl). Alel ini merupakan alel dominan yang dalam keadaan homozigot menunjukkan ekspresi warna putih dan mati segera setelah diberanakkan (Sponenberg, 1997).

Menurut Lauvergne (1976) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), alel kedua yang dominan pada lokus pigmentasi kepala adalah Turkish (PhT). Sponenberg

(39)

(1997) menyatakan bahwa alel ini dulu disebut bintik Akaraman. Dalam keadaan homozigot mempigmentasi hidung, kornea mata dan ujung kaki. Dalam keadaan heterozigot menghasilkan efek yang sama dengan pigmentasi lebih luas. Alel Turkish telah digunakan sebagai mekanisme untuk menghasilkan bulu putih pada beberapa bangsa Asia.

Menurut Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), gen Persian (PhP) pada lokus pigmentasi kepala menghasilkan pigmentasi kepala tetapi memutihkan tubuh. Alel Persian bertanggung jawab terhadap pola warna dari domba Persian dan Somalia Blackheaded seperti juga bangsa Dorper. Pada bangsa-bangsa ini pigmentasi gelap biasanya dihubungkan dengan ED dimana bintik putih ditutupi. Gambar 23 menyajikan domba dengan pola warna pigmented head dari bangsa Blackheaded Persian. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+.

Lokus Roan

Menurut Vasin (1928) dan Nel (1964) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), tipe lain dari bintik putih adalah pola roan yang berkaitan dengan alel lethal roan (RnRn). Alel ini menyebabkan intermixture bulu putih ke dalam bulu tanpa memperhatikan warna latar belakang. Dalam keadaan heterozigot bulu hitam bercampur dengan putih. Sifat lethal pada homozigot spesifik berhubungan sifat warna putih. Roan pada fenotip gelap menghasilkan warna abu-abu dan menyebabkan percampuran antara bulu hitam dan putih. Roan dihubungkan dengan alel pigmentasi kepala. Gambar 24 menyajikan domba dengan pola warna roan.

Lokus Ticking

Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pigmen bintik-bintik kecil ditemukan pada bulu. Pada beberapa domba memiliki pola yang terbalik dengan alel spotted. Pola ini disebut ticking dan bintik-bintik kecil ini tidak muncul pada saat kelahiran. Pada bangsa-bangsa tertentu bintik-bintik ini diseleksi seperti domba Jacob. Bintik-bintik gelap ini dinamai freckles. Mekanisme pembentukan tick membiarkan melanosit mewarnai suatu daerah yang secara

(40)

embriologi belum dapat dijelaskan. Gambar 25 menyajikan domba dengan pola warna pigmented head dari bangsa Jacob.

Gambar 23. Domba Pola Warna Pigmented Head (Blackheaded Persian Sheep) (Wikipedia, 2008c)

Gambar 24. Domba Pola Warna Roan (Smokey Valley Kennels, 1998)

Gambar 25. Domba Pola Warna Ticking (Jacob Sheep) (Jacob Sheep in the Show Ring Information for Judges, 2006)

(41)

Lokasi dan Waktu

Penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) tahun 2004-2007. Pemasokan data penelitian dilakukan selama satu bulan dari Desember 2007 sampai dengan Januari 2008. Pengolahan data dilakukan selama satu bulan yang dilakukan dari Januari 2008 sampai dengan Februari 2008. Penulisan skripsi dilakukan dari Maret 2008 sampai dengan April 2008.

Materi

Materi yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sekunder berupa warna bulu pada domba lokal hasil penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) tahun 2004-2007. Sampel domba lokal berasal dari beberapa daerah di Indonesia, yaitu 86 ekor domba Ekor Gemuk dari Madura yang meliputi 28 jantan dan 58 betina; 185 ekor domba Ekor Tipis dari Jonggol yang meliputi 117 jantan dan 68 betina; 231 ekor domba Kisar dari Maluku Tenggara yang meliputi 99 jantan dan 132 betina; dan 285 ekor domba Garut dari Garut, Margawati, Sukawening, dan Wanaraja yang meliputi 121 jantan dan 164 betina. Keseluruhan domba yang diamati berjumlah 787 ekor.

Rancangan Pemasokan Data Sekunder ke Komputer

Data sekunder yang diamati berupa tabel distribusi warna bulu pada masing-masing jenis domba, yaitu domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Data dipasok ke komputer berdasarkan warna dasar bulu yang meliputi putih, coklat, hitam, putih-hitam, putih-coklat, hitam-coklat dan putih-hitam-coklat.

Penentuan Genotipik

Lokus dan alel-alel yang mempengaruhi warna bulu domba menurut Wendelboe (2005), Lisa (2007) dan Notter dan Sponenberg (2005) dijadikan sebagai acuan penentu genotipik domba yang diamati. Penentuan genotipik domba dilakukan pada setiap domba yang diamati. Pada setiap bagan acuan fenotipik dicantumkan kolom khusus untuk penentuan genotipik. Selanjutnya dinyatakan sebagai bagan acuan genotipik.

Penentuan bagan acuan berdasarkan genotip diurut berdasarkan hierarki. Hal tersebut dilakukan pada setiap lokus, yaitu lokus penentu pola warna (pattern), warna

(42)

bulu (colour) dan bintik (spotting) serta penentu warna kepala (pigmented head). Bagan setiap individu dicocokkan dengan bagan acuan, baik dengan bagan acuan fenotipik maupun bagan acuan genotipik. Gambar 26 menyajikan bagan acuan genotipik yang digunakan pada pengamatan ini.

Penentuan genotipik individu pada masing-masing jenis domba dapat dilakukan, tetapi penentuan frekuensi gen tidak dapat dilakukan. Hal tersebut terjadi karena jenis domba yang diamati bukan merupakan bangsa murni, disamping juga informasi silsilah dari jenis domba yang diamati tidak tersedia. Penentuan genotipik untuk ekspresi dominan yang meliputi paling sedikit dua macam genotip yaitu homozigot dominan dan heterozigot; tidak dapat dilakukan. Gambar 26 menyajikan diagram alir penentuan genotipik warna bulu domba.

Penentuan Fenotipik

Berdasarkan urutan pemasokan data yang dikelompokkan, dibuat bagan fenotipik warna bulu pada masing-masing individu domba yang diamati. Bagan tersebut menentukan gambaran domba yang tampak pada samping kanan, samping kiri, depan dan belakang. Pada setiap lembar bagan dicantumkan identitas individu dan berikut perkiraan genotipiknya.

Bagan berdasarkan literatur untuk selanjutnya disebut bagan acuan fenotipik, dibuat untuk masing-masing sifat yang dikendalikan oleh gen pola (pattern), gen warna (colour) dan gen bintik (spotting) menurut Wendelboe (2005), Lisa (2007) dan Notter dan Sponenberg (2005). Gambar 27 menyajikan bagan acuan fenotipik yang digunakan pada pengamatan ini. Bagan setiap individu dicocokkan dengan bagan acuan. Perbandingan antara bagan individu dengan bagan acuan ditentukan pada pengelompokan berdasarkan fenotipik. Pengelompokan warna bulu berdasarkan fenotipik dibedakan menjadi putih polos, putih belang, coklat polos, coklat belang, hitam polos, hitam belang, putih-hitam polos, putih-hitam belang, putih-coklat polos, putih-coklat belang, hitam-coklat polos, hitam-coklat belang, putih-hitam-coklat polos, dan putih-hitam-coklat belang. Masing-masing kelompok fenotipik disertai dengan warna kepala. Hal tersebut disajikan masing-masing pada tabel yang berbeda yang meliputi 14 tabel.

Tabel pengelompokan warna bulu berdasarkan fenotipik yang meliputi 14 buah, dirangkum menjadi satu tabel. Tabel rangkuman tersebut dijadikan acuan

(43)

untuk penentuan frekuensi fenotipik warna bulu. Gambar 27 menyajikan diagram alir penentuan fenotipik dan pembuatan dendogram.

Frekuensi fenotipik dalam penjumlahan dihitung berdasarkan banyaknya atau jumlah individu-individu domba yang mengekspresikan suatu sifat tertentu dibagi dengan total individu-individu pada jenis domba yang diamati.

Frekuensi Fenotipik. Frekuensi fenotipik setiap warna bulu yang diamati pada

setiap jenis domba dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

Jarak Fenotipik antara Jenis Domba. Jarak fenotipik antara jenis domba dihitung

berdasarkan pendekatan rumus jarak fenotipik melalui analisis gerombol berhierarki yang disarankan oleh Gaspersz (1992) :

d(i,j) = 1 - rij2 Keterangan :

d(i,j) = jarak fenotipik jenis domba ke-i dengan jenis domba ke-j ; untuk i,j = 1, 2,... rij = koefisien korelasi sederhana antara jenis domba ke-i dengan jenis domba ke-j

rij =

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

yj yj n yi yi n yj yi yiyj n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

n = jumlah domba yang diamati

yi = frekuensi fenotipik dari jenis domba ke-i yj = frekuensi fenotipik dari jenis domba ke-j

Diagram Pohon Jarak Fenotipik antara Jenis Domba. Diagram pohon

keterkaitan jarak fenotipik antara jenis domba dibuat dengan menggunakan metode yang disarankan oleh Gaspersz (1992). Aplikasi komputer MEGA 3 digunakan untuk membantu pembuatan diagram pohon tersebut.

Frekuensi Macam Fenotipik no-i (i=1,2,…50)

= Jumlah Individu Domba dengan Fenotip no-i Total Jumlah Individu Domba pada Jenis Domba

(44)

Gambar 26. Bagan Acuan Penentuan Genotipik Domba

Lokus : Alel : Simbol :

Warna Tubuh

Pattern Colour Spotting

• AWt • Agt • Ag • Ab • At • Aa • BB • Bb • S S • Ss • Ph P • Ph+ Pigmented Head Warna Kepala

(45)

Jenis Domba : No. Urut :

(46)

Keterangan : DEG=Domba Ekor Gemuk; DET=Domba Ekor Tipis; DK=Domba Kisar; DG= Domba Garut; 1=Putih, 2=Coklat, 3= Hitam, 4=Putih- Hitam, 5=Putih-Coklat, 6=Hitam-Coklat, 7=Putih-Hitam-Coklat;

Gambar 28. Diagram Alir Penentuan Genotipik Warna Bulu Domba

Data Sekunder

.. 1 1 .. 1 7 .. DET DK DEG DG ♂ ♀ .. 1 7 ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ .. 1 7 .. 7 7 1 .. 7 1 7 .. 1 7 … 7 1 7 1 … 1 … 7 1 … 7 Penentuan Genotipik Penentuan Genotipik Penentuan Genotipik Penentuan Genotipik

(47)

Keterangan : 1-50=Macam Fenotipik pada lampiran

Gambar 29. Diagram Alir Penentuan Fenotipik dan Pembuatan Dendogram

Data Sekunder

.. 1 1 .. 1 7 .. DET DK DEG DG ♂ ♀ .. 1 7 ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ .. 1 7 .. 7 7 1 .. 7 1 7 .. 1 7 … 50 1 50 1 … 1 … 50 1 … 50 Frekuensi Fenotipik Frekuensi Fenotipik Frekuensi Fenotipik Frekuensi Fenotipik Penentuan Fenotipik Penentuan Fenotipik Penentuan Fenotipik Penentuan Fenotipik

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Fenotipik dan Genotipik Domba yang Diamati

Pengelompokan fenotipik berdasarkan warna bulu individu-individu domba yang diamati dilakukan berdasarkan warna bulu putih polos, putih belang, coklat polos, coklat belang, hitam polos, hitam belang, putih-hitam polos, putih-hitam belang, putih-coklat polos, putih-coklat belang, hitam-coklat polos, hitam-coklat belang, putih-hitam-coklat polos dan putih-hitam-coklat belang. Berdasarkan pengelompokan bulu tersebut diperoleh Tabel 2 sampai dengan Tabel 23. Pada tabel-tabel tersebut jantan tidak dibedakan dengan betina karena sifat warna bulu yang diamati adalah otosomal atau gen penentu warna bulu tersebut terletak pada kromosom tubuh. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan pernyataan Sponenberg (1997) bahwa melanin yakni pigmen yang berperan dalam pemunculan warna pada mamalia disimpan pada organel seluler yang disebut melanosom, yang diproduksi di melanosit pada bagian sitoplasma.

Tabel 2. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut

Jenis Domba

No. Macam Fenotipik Ekor

Gemuk Tipis Kisar Garut Ekor

---(ekor)---1 Tubuh Putih Polos Kepala Putih 86 39 3 49

2 Tubuh Putih Polos Kepala Hitam 0 2 15 1

3 Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam

0 9 45 22

4 Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat

0 14 0 2

5 Tubuh Putih Polos Kepala Hitam

Coklat 0 0 1 1

6 Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat

0 4 0 3

Tabel 2 menyajikan fenotip tubuh bulu putih polos yang mendominasi kelompok domba Ekor Gemuk. Fenotip tubuh bulu putih polos kepala hitam terbanyak ditemukan pada kelompok domba Kisar, demikian juga untuk fenotip tubuh putih polos kepala putih-hitam. Warna putih polos kepala putih-coklat dan putih polos kepala putih-hitam-coklat ditemukan terbanyak pada domba Ekor Tipis, tetapi tidak ditemukan pada domba Ekor Gemuk dan domba Kisar. Penentuan

(49)

genotipik kelompok warna bulu putih polos berdasarkan macam fenotipik disajikan pada Tabel 3.

Fenotip tubuh putih polos kepala putih menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip AWt/_, _ /_, _ /_, _/_. Dinyatakan demikian karena gen AWt adalah gen otosomal yang paling dominan (dominan lengkap) pada lokus agouti yang memberikan ekspresi putih polos. Ekspresi putih polos ini dikarenakan gen AWt menghambat pembentukan melanin. Kehadiran AWt menghambat pembentukan warna pada tubuh domba. Tubuh putih polos kepala hitam dan tubuh putih polos kepala putih-hitam disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP dan Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+. Tubuh putih polos kepala putih-coklat disimbolkan dengan AaAa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+. Tubuh putih polos kepala hitam-coklat dan tubuh putih polos kepala putih-hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP dan Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+. Penentuan genotipik ini didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007). Dijelaskan lebih dalam bahwa pada lokus agouti AWt (dominan lengkap) memberikan ekspresi pola warna putih, sedangkan Aa (resesif lengkap) memberikan ekspresi pola warna hitam. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) tidak ada faktor tunggal untuk coklat, tetapi kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, dengan hierarki SS>Ss, SS memberikan ekspresi polos atau tidak terdapat belang pada domba, sedangkan Ss memberikan ekspresi belang. Menurut Scapillato (1999), pemunculan warna hitam-putih pada tubuh domba mengindikasikan bahwa domba tersebut memiliki kedua gen resesif pada lokus spotting sehingga menimbulkan warna tubuh belang seperti sapi Holstein. Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) menyatakan bahwa kehadiran alel Persian PhP pada lokus pigmented head memberikan pigmentasi pada warna kepala, tetapi memutihkan tubuh. Dijelaskan lebih lanjut oleh Notter dan Sponenberg (2005) bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+.

(50)

Gambar 30. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih (Domba Ekor Tipis Jonggol)

Tabel 3. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut

No. Macam Fenotipik Genotip

1 Tubuh Putih Polos Kepala Putih AWt/_, _ /_, _ /_, _/_ 2 Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP 3 Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+ 4 Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat AaAa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+ 5 Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Coklat Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP 6 Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam

Coklat

Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+

Fenotip tubuh putih belang kepala putih tidak ditemukan, kecuali pada domba Garut. Hal tersebut disajikan pada Tabel 4. Fenotip tubuh putih belang kepala hitam tidak ditemukan pada domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis. Tubuh putih belang kepala putih-hitam ditemukan pada setiap jenis domba yang diamati, kecuali domba Ekor Gemuk. Tubuh putih belang kepala putih-hitam-coklat hanya ditemukan di domba Ekor Tipis. Fenotipik warna bulu putih polos dengan kombinasi banyak menyebar di domba Ekor Tipis. Pada domba Ekor Gemuk tidak ditemukan pola warna selain tubuh putih polos kepala putih atau warna tubuh putih polos dengan berbagai kombinasi warna kepala dan belang tidak ditemukan pada domba Ekor

Gambar

Gambar 4. Domba Garut Tangkas (Dinas Peternakan Garut, 2008a)
Gambar 26. Bagan Acuan Penentuan Genotipik Domba
Gambar 27. Bagan Acuan Fenotipik
Gambar 28.  Diagram Alir Penentuan Genotipik Warna Bulu Domba
+7

Referensi

Dokumen terkait