UKURAN DAN BENTUK TUBUH SERTA PENDUGAAN BOBOT
BADAN DOMBA GARUT, DOMBA EKOR TIPIS DAN
DOMBA EKOR GEMUK
SKRIPSI
BETARI UMI TIRTOSIWI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
ii
RINGKASAN
BETARI UMI TIRTOSIWI. D14070209. 2011. Ukuran dan Bentuk Tubuh serta Pendugaan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Ismeth Inounu, MS.
Domba merupakan ternak yang bermanfaat bagi kepentingan manusia yaitu sebagai bahan pangan sumber protein hewani. Domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik morfometrik berdasarkan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk serta menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh.
Penelitian ini dilaksanakan di kandang domba CV. Mitra Tani Farm dan Tawakkal Farm. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur variabel-variabel linear tubuh domba yang meliputi tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8), lingkar dada (X9) dan lingkar kanon (X10). Pengukuran bobot badan juga dilakukan untuk diduga berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh. Jumlah ternak yang diamati sebanyak 163 ekor terdiri atas 65 ekor domba Garut (32 jantan dan 33 betina), 66 ekor domba Ekor Tipis (33 jantan dan 33 betina) dan 32 ekor domba Ekor Gemuk (10 jantan dan 22 betina). Domba yang diamati merupakan domba dewasa tubuh umur satu tahun (I1) baik jantan maupun betina.
Uji T2-Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran linear tubuh domba yang diamati. Hasil uji T2-Hotelling menunjukkan bahwa domba yang diamati sangat berbeda satu dengan yang lain (P<0,01). Perbedaan juga tampak pada jantan domba Ekor Tipis terhadap jantan domba Ekor Gemuk (P<0,05). Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan jenis domba yang diamati.
Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk mengetahui penciri ukuran dan bentuk domba yang diamati. AKU menunjukkan bahwa ukuran domba Garut lebih tinggi dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk sedangkan bentuk domba yang diamati berbeda satu sama lain yang mengindikasikan ketiga jenis domba tersebut berbeda secara genetik. Irisan diagram kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Garut lebih besar dibandingkan dengan irisan diagram kerumunan data domba Ekor Gemuk dan domba Garut. Hal tersebut sesuai dengan asal usul domba Garut yang merupakan persilangan domba Merino, domba Kaapstad dan domba Ekor Tipis sehingga tingkat kekerabatan domba Garut dengan domba Ekor Tipis lebih tinggi.
iii diperoleh pada domba yang diamati adalah lingkar dada; yang masing-masing diperoleh sebesar 0,344; 0,420; 0,414 pada jantan domba Garut, domba Ekor tipis dan domba Ekor Gemuk, sedangkan pada betina sebesar 0,446; 0,220; 0,739.
Elastisitas yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu cm lingkar dada pada jantan domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk masing-masing akan meningkatkan bobot badan sebesar 190,96; 187,58; 163,37 g; sedangkan pada betina domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk masing-masing akan meningkatkan bobot badan sebesar 169,47; 75,56; 254,93 g. Variabel lain yang mempengaruhi bobot badan adalah lebar kelangkang dan lingkar kanon. Setiap peningkatan satu cm lebar kelangkang dan lingkar kanon pada jantan domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk akan meningkatkan bobot badan masing-masing sebesar 486,65; 425,99; 457,98 g dan 1.364,87; 1.137,01; 679,58 g; sedangkan pada betina domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk akan meningkatkan bobot badan masing-masing sebesar 680,61; 298,67; 690,05 g dan 934,55; 116,59; 586,51 g. Lebar kelangkang dan lingkar kanon merupakan variabel yang paling besar berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan, apabila variabel tersebut meningkat setiap satu cm.
iv
ABSTRACT
Size, Shape and Prediction of Body Weight Garut Sheep, Thin-Tailed Sheep and Fat-Tailed Sheep
Tirtosiwi, B. U., R. H. Mulyono and I. Inounu
Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep are breeds of sheep that have the potential to be bred in Indonesia. This research is carried out to measure the size and shape of sheep by using Principal Component Analysis (PCA) and to estimate the body of Garut sheep, Thin-tailed sheep and Fat-tailed sheep by using Principal Component Regression Analysis (PCRA). T2-Hotelling results showed that sheeps observed were significantly different between breeds. This is due to differences in groups of sheeps. Principal Component Analysis results showed that size of Garut sheep more higher than Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep. The differences of shape was indicates the differences genetics of sheep were observed. Slices of crowd chart of Garut sheep and Thin-Tailed sheep higher than Garut sheep and Fat-Tailed sheep. That was suitable with the origin of Garut sheep are cross by Merino sheep, Kaapstad sheep and Thin-Tailed sheep so that Garut sheep and Thin-Tailed sheep have more kindsip than Garut sheep and Fat-Tailed sheep. Principal Component Regression Analysis results showed that the primary identity for body measurements of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep were chest girth (X9) and it was the most influential variable to predict body weight of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep. That was showed by highest elasticity values of chest girth (X9), which each gained at 0,344; 0,420; 0.414 for rams of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Thin-Tailed sheep and ewes at 0,446; 0,220; 0,739. Elasticity obtained showed that each increase in one cm in chest girth (X9) in rams of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep will each increase body weight 190,96 g; 187,58 g; 163,37 g; while ewes will increase the body weight of 169,47 g; 75,56 g; 254,93 g. Beside chest girth (X9), rump width (X7) and cannon circumference (X10) has considerable effect on body weight of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Thin-Tailed sheep. That was indicates increase of one cm rump width (X7) and cannon circumference (X10) rams of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep will increase body weight 486,65 g; 425,99 g; 457,98 g and 1.364,87 g; 1.137,01 g; 679,58 g; while ewes will increase body weight amounted to 680,61 g; 298,67 g; 690,05 g and 934,55 g; 116,59 g; 586,51 g.
v
UKURAN DAN BENTUK TUBUH SERTA PENDUGAAN BOBOT
BADAN DOMBA GARUT, DOMBA EKOR TIPIS DAN
DOMBA EKOR GEMUK
BETARI UMI TIRTOSIWI
D14070209
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
vi
Judul : Ukuran dan Bentuk Tubuh serta Pendugaan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk
Nama : Betari Umi Tirtosiwi
NIM : D14070209
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.) (Prof. Dr. Ir. Ismeth Inounu, MS.) NIP. 19621124 198803 2 002 NIP. 19550101 198203 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1989 di Kabupaten Rembang,
Propinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama atau sulung dari tiga bersaudara
dari pasangan Marsam, SP dan Ibu Muchrozah.
Pendidikan Penulis diawali pada tahun 1993 di Taman Kanak-Kanak
Muslimat NU I Lasem dan diselesaikan pada tahun 1995. Penulis memulai
pendidikan dasar pada tahun 1995-2001 di Madrasah Ibtidaiyah Annasshriyah
Lasem. Selanjutnya Penulis pada tahun 2004 lulus dari Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Lasem, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Rembang pada tahun 2004-2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2008 Penulis diterima
sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB. Penulis aktif dalam organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM D-Knights) sebagai salah satu staf
di Riset dan Pengembangan Mahasiswa (RPM) Eksternal. Selain itu, Penulis juga
aktif dalam berbagai kepanitiaan di IPB seperti Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI)
dan D’Farm Festival (DFF). Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa BBM
(Beasiswa Bantuan Mahasiswa) pada tahun 2008/2009 dan beasiswa PPA
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi,
seminar, penelitian dan skripsi ini dengan lancar. Shalawat dan salam tak lupa Penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya sehingga kita semua senantiasa memperoleh perlindungan Allah SWT.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan judul ”Ukuran dan
Bentuk Tubuh serta Pendugaan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan
Domba Ekor Gemuk” Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kontribusi dan
wujud peran aktif Penulis dalam dunia peternakan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan ukuran dan bentuk tubuh serta
pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh pada domba Garut,
domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga
skripsi menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu, memotivasi dan mengijinkan untuk mempergunakan
fasilitas-fasilitas selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
dalam dunia pendidikan dan peternakan. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor, Juli 2011
ix
Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling ……… 7
Analisis Komponen Utama ………... 8
Analisis Regresi Komponen Utama ……….. 8
Korelasi antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba ………... 9
Analisis Komponen Utama (AKU) ………... 13
Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) ………... 15
x
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ……… 16
CV. Mitra Tani Farm ………. 16
Tawakkal Farm ………. 17
Analisis Deskriptif Sifat Kuantitatif Ukuran Linear Tubuh dan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ……….. 18
Statistik T2-Hotelling pada Domba yang Diamati ………. 21
Persamaan Ukuran dan Bentuk dari Variabel-Variabel Linear Pengukuran Tubuh Domba yang Diamati …………... 23
Domba Garut ………. 23
Domba Ekor Tipis ………. 24
Domba Ekor Gemuk ……….. 24
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Pembentukan Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk …….. 25
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Variabel-Variabel Pengukuran Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis
Pendugaan Peningkatan Bobot Badan berdasarkan Peningkaran Ukuran Linear Variabel Tubuh ……… 40
KESIMPULAN DAN SARAN ………... 43
Kesimpulan ……… 43
xi
UCAPAN TERIMA KASIH ………... 44
DAFTAR PUSTAKA ……….. 45
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Ukuran Tubuh Domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada
Umur Satu Tahun ………. 3
2. Karakteristik Domba Ekor Tipis di Indonesia ……….. 4
3. Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Umur Lebih dari Satu Tahun 4
4. Rataan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur Dewasa … 5
5. Jumlah Domba yang Diamati ………... 10
6. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Garut 19
7. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor
Tipis ……….. 20
8. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor
Gemuk ………. 21
9. Rekapitulasi Hasil T2-Hotelling Jantan dan Betina pada
Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ... 22
10. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan
Keragaman Total pada Domba Garut ………... 23
11. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan
Keragaman Total pada Domba Ekor Tipis ………... 24
12. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan
Keragaman Total pada Domba Ekor Gemuk ………... 25
13. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ... 27
14. Persamaan Regresi Komponen Utama pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ………...
29
15. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Jantan ………...
30
16. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
Bobot Badan Domba Garut Betina ………... 31
17. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
Bobot Badan Domba Ekor Tipis Jantan …………... 31
18. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
Bobot Badan Domba Ekor Tipis Betina …………... 32
19. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Jantan ……… 32
20. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pengukuran Linear Ukuran Tubuh Domba ………. 12
2. Lokasi MT Farm (A) pada Peta Ciampea, Bogor ………... 16
3. Kandang Domba Pembibitan di MT Farm ……….. 17
4. Lokasi Tawakkal Farm pada Peta Cimande, Bogor ……… 17
5. Perkandangan di Tawakkal Farm, Cimande ………... 18
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Perhitungan Manual Statistik T2-Hotelling pada Domba Garut
Jantan dan Domba Ekor Tipis Jantan ……….. 49
2. Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama pada Domba
Garut ……… 51
3. Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks
Kovarian pada Domba Garut ………... 54
4. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut Jantan
dan Betina ……… 54
5. Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks
Kovarian pada Domba Ekor Tipis ………... 55
6. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis
Jantan dan Betina ………. 55
7. Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks
Kovarian pada Domba Ekor Gemuk ………... 56
8. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Gemuk
Jantan dan Betina ……… 56
9. Persamaan Regresi Komponen Utama pada Domba Garut,
Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ……….. 57
10. Perhitungan Manual Analisis Regresi Komponen Utama pada
Variabel Linear Ukuran Tubuh pada Domba Garut Jantan ……. 58
11. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung
pada Domba Garut Jantan ………... 62
12. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung
pada Domba Garut Betina ………... 62
13. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung
pada Domba Ekor Tipis Jantan ……… 63
14. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung
pada Domba Ekor Tipis Betina ………... 63
15. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung
pada Domba Ekor Gemuk Jantan ……… 64
16. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung
pada Domba Ekor Gemuk Betina ……… 64
17. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada
Domba Garut Jantan ……… 65
18. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada
Domba Garut Betina ……… 65
xv
Domba Ekor Tipis Jantan ……… 66
20. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Tipis Betina ………
66
21. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Gemuk Jantan ……….
67
22. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada
Domba Ekor Gemuk Betina ……… 67
23. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
Bobot Badan Domba Garut Jantan ……….. 68
24. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap
Bobot Badan Domba Garut Betina ……….. 68
25. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Jantan ……….. 69
26. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Betina ……….. 69
27. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Jantan ……….. 70
28. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Betina ……….. 70
29. Gambar Pengukuran Linear Tubuh Domba yang Diamati …….. 71
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang sangat bermanfaat.
Populasi dan konsumsi daging domba yang semakin meningkat dari tahun ke tahun
diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik (2009) yang menyatakan bahwa
populasi domba di Indonesia berkisar 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar
10.199.000 ekor pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 juta ekor
domba pada tahun 2010. Kelebihan domba dibandingkan ternak lain adalah domba
dipelihara untuk memproduksi wol. Domba merupakan salah satu hewan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan di seluruh dunia.
Domba yang terdapat di Indonesia antara lain domba Garut, domba Ekor
Tipis dan domba Ekor Gemuk. Domba Garut berpotensi baik untuk dikembangkan
sebagai sumber daging dan memiliki performa ukuran tubuh yang lebih baik
daripada domba Lokal lain sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam adu
ketangkasan domba. Keunggulan domba Ekor Tipis adalah domba ini termasuk
domba prolific dan mampu beradaptasi dengan pakan terbatas, sedangkan domba
Ekor Gemuk memiliki kelebihan dalam hal kemampuan beradaptasi pada lingkungan
tropis seperti di Indonesia.
Morfometrik masing-masing jenis domba yang dikembangkan di Indonesia
merupakan karakteristik yang mencerminkan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh
dari jenis domba tersebut. Berdasarkan morfometrik dari seekor domba, dapat
ditentukan bobot badan domba tersebut dan sekaligus dapat memberikan gambaran
atau bentuk sebagai ciri khas domba yang bersifat mewaris.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik
morfometrik berdasarkan ukuran (size) dan bentuk (shape) pada domba Garut,
domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Penelitian ini juga bertujuan menduga
bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh pada domba Garut, domba Ekor
2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Domba
Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba
merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas
rendah dan dipelihara untuk memproduksi daging, susu, wol, kulit dan hasil limbah
yang dapat digunakan sebagai pupuk menurut Gatenby (1991). Damron (2006)
menyatakan bahwa domba diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, subphylum Vertebrata, class Mammalia, order Artiodactyla, suborder Ruminata, family Bovidae, genus Ovis dan species Ovies aries. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan bahwa populasi domba di Indonesia meningkat dari tahun ke
tahun yaitu 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar 10.199.000 ekor pada tahun
2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 juta ekor domba pada tahun 2010. Populasi
domba terbesar di Indonesia ditemukan di Jawa Barat. Menurut Direktorat Jenderal
Peternakan (2008) populasi domba di Jawa Barat pada tahun 2007 sebesar 4.605.417
ekor, sedangkan pada tahun 2008 sebesar 5.311.836 ekor. Menurut FAO (2004)
terdapat tiga jenis domba di Jawa yaitu domba Ekor Tipis yang ditemukan di seluruh
Pulau Jawa, domba Priangan dari Jawa Barat dan domba Ekor Gemuk dari Jawa
Timur.
Domba Garut
Domba Garut atau dikenal sebagai domba Priangan ditemukan di Jawa Barat
yaitu Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis dan Tasikmalaya (FAO, 2004). Asal mula
domba Garut menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan FAO
(2004) merupakan hasil persilangan domba Merino dan Kaapstad dengan domba
Lokal pada tahun 1864. Domba Merino didatangkan dari Australia pada tahun 1860,
sedangkan domba Kaapstad berasal dari Afrika Selatan. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa domba Merino dan Kaapstad disilangkan dengan domba Lokal milik K. F.
Holle dan disebar ke Garut dan sekitarnya sehingga didapatkan domba Garut.
Mansjoer et al. (2007) menyatakan bahwa domba Garut memiliki tingkat kesuburan tinggi (prolifik), memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai
sumber daging dan dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata daerah. Domba ini
banyak dipelihara sebagai domba aduan (tipe tangkas) dan sebagai sumber pedaging
3 tanduk yang kekar dan besar. Domba Garut tipe Daging banyak menyebar di
Kecamatan Wanaraja dan Sukawening. Domba ini mempunyai tubuh yang kompak,
telinga yang panjang, memiliki wol yang halus dengan warna dasar dominan putih,
serta memiliki paha belakang yang cukup besar. Menurut Gunawan dan Noor (2005)
keunggulan domba Garut yaitu memiliki produktivitas cukup baik dan memiliki
keunggulan komparatif dalam performa, kekuatan dan bobot badan yang dapat
bersaing dengan domba impor dalam hal kualitas dan produktivitas. Riwantoro
(2005) menyatakan bahwa domba Garut memiliki prestasi dalam seni ketangkasan
domba sehingga pelestarian plasma nutfah domba Garut perlu dilakukan.
Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba Garut Tangkas memiliki
ukuran-ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan domba Garut Daging. Domba Garut
Tangkas dipelihara lebih intensif dan telah melalui seleksi lebih ketat ke arah domba
aduan sehingga memiliki tubuh yang lebih besar, aktif dan mempunyai karakteristik
tertentu. Sifat tangkas pada domba Garut kemungkinan berasal dari domba Lokal.
Domba Garut Daging mempunyai asal-usul yang sama dengan domba Garut Tangkas
karena jantan yang telah diafkir dikawinkan dengan betina domba Lokal.
Sifat kualitatif domba Garut menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu
putih, hitam, coklat dan kombinasi, bentuk ekor tipis atau sedang dan bentuk telinga
pendek. Mulliadi (1996) menyatakan performa domba Garut dipengaruhi tiga bangsa
yaitu domba Kaapstad yang mempengaruhi tinggi, domba Merino yang
mempengaruhi sifat tanduk dan domba Lokal yang mempengaruhi sifat tangkas.
Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran tubuh domba Garut Tangkas dan Garut Daging
pada umur lebih dari satu tahun menurut Mulliadi (1996).
Tabel 1. Ukuran Tubuh Domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada Umur Satu Tahun
Ukuran Tubuh Satuan Garut Tangkas Garut Daging
Jantan Betina Jantan Betina
Tinggi pundak cm 68,34±4,95 63,36±4,42 62,27±4,50 58,20±4,26 Panjang badan cm 63,00±5,79 56,01±4,00 58,44±5,60 56,09±4,71 Lebar dada cm 17,36±2,45 15,72±2,09 15,64±2,19 15,04±2,18 Dalam dada cm 29,98±3,19 27,16±2,58 26,90±2,74 25,58±2,65 Lingkar dada cm 81,63±7,06 74,33±5,91 72,34±7,16 68,83±6,07 Lingkar kanon cm 8,59±1,00 7,12±0,67 7,34±0,79 6,66±0,64
4
Domba Ekor Tipis
Bradford dan Inounu (1996) menyatakan domba Ekor Tipis menyebar di
Jawa Barat, Semarang dan Sumatra. Domba Ekor Tipis dikenal sebagai domba
Lokal, domba pribumi atau domba asli. Domba ini banyak ditemukan di Jawa Barat
dan Jawa Tengah (FAO, 2004). Sifat kualitatif domba Ekor Tipis menurut Einstiana
(2006) memiliki warna bulu putih dan kombinasi (dua warna atau tiga warna),
bentuk ekor tipis dan bentuk telinga panjang. Menurut FAO (2004) domba Ekor
Tipis berwarna putih dan ditemukan bintik hitam di sekeliling mata dan hidung,
kadang-kadang di tempat lain serta pada ekor tidak ditemukan banyak lemak. Jantan
memiliki tanduk melingkar dan betina tidak bertanduk. Ukuran telinga medium
dengan posisi menggantung dan domba ini menghasilkan wolyang kasar.
Tabel 2. Karakteristik Domba Ekor Tipis di Indonesia
Karakteristik
Domba Ekor Tipis
Jawa Semarang Sumatera
Warna Putih, hitam, coklat Putih Putih, coklat terang
Kualitas bulu Rendah Rendah Rendah
Tanduk Betina: tidak ada Betina: tidak ada Betina: tidak ada Jantan: bertanduk Peternakan Jonggol (UP3J) pada Umur Lebih dari Satu Tahun
Ukuran Tubuh Satuan Jantan Betina
Tinggi pundak cm 55,66±3,37 57,87±4,26
Panjang badan cm 51,60±3,59 57,56±3,50
Lebar dada cm 15,30±1,95 18,23±1,86
Dalam dada cm 28,18±5,06 32,83±3,47
Lingkar dada cm 71,46±4,78 71,12±4,56
Sumber: Einstiana (2006)
Tabel 2 menyajikan karakteristik domba Ekor Tipis di Jawa, Semarang dan
Sumatera menurut Bradford dan Inounu (1996). Tabel 3 menyajikan sifat kuantitatif
domba Ekor Tipis yang meliputi ukuran tubuh domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan
5 Einstiana (2006). Prahadian (2011) melaporkan bahwa lingkar dada merupakan
variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba
Ekor Tipis di Tawakkal Farm yaitu sebesar 63,54±4,23 cm.
Domba Ekor Gemuk
Domba Ekor Gemuk banyak ditemukan di Madura, Jawa Timur Lombok,
Sumbawa, Kisar dan Sawa. Asal mula domba ini ditemukan pertama kali di Asia
Barat Daya oleh para pedagang Arab. Pada tahun 1731, pemerintah mendatangkan
domba Kirmani dari Persia. Domba Kirmani ini merupakan domba yang memiliki
ekor gemuk dan bulu kasar. Domba Kirmani tersebut kemudian dikembangkan di
Pulau Madura dan mulai dikenal sebagai domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk
memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan domba Ekor Tipis (FAO, 2004).
Sifat kualitatif domba Ekor Gemuk menurut Einstiana (2006) memiliki warna
bulu dominan putih maupun kombinasi dua warna, bentuk ekor gemuk, besar dan
bentuk telinga panjang. Menurut FAO (2004), bobot jantan dewasa 45-50 kg dan
betina 25-35 kg. Warna bulu putih, tidak bertanduk dengan bulu wol kasar. Domba
Ekor Gemuk merupakan domba yang tahan terhadap iklim panas dan kering.
Karakteristik domba Ekor Gemuk menurut Bradford dan Inounu (1996) memiliki
ekor besar, lebar dan panjang, sedangkan domba Ekor Gemuk di Pulau Madura
mempunyai ekor gemuk yang ekstrim dengan bagian pangkal ekor besar dan bagian
ujung ekor kecil. Djajanegara et al. (1992) melaporkan bahwa sifat kuantitatif yang meliputi panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk ditemukan
sebesar 58,4±2,85 dan 57,9±3,48 cm. Tabel 4 menyajikan ukuran-ukuran tubuh
domba Ekor Gemuk di Pulau Madura dan Rote menurut Wijonarko (2007).
Tabel 4. Rataan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur Dewasa
Ukuran Tubuh Satuan
Pulau Madura Pulau Rote
Jantan Betina Jantan Betina
Tinggi pundak cm 64,95±5,48 61,77±3,63 62,30±4,46 57,34±3,17 Panjang badan cm 64,74±5,30 57,85±4,43 56,02±4,23 51,35±3,62 Lebar dada cm 14,46±1,68 15,36±2,05 14,06±0,94 13,25±1,68 Dalam dada cm 28,83±2,50 28,54±3,45 30,62±2,64 26,47±1,28 Lingkar dada cm 77,56±6,25 70,67±6,64 75,80±10,10 63,68±5,90
6
Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba
Morfologi merupakan ilmu mengenai form atau shape yang biasa digunakan untuk mempelajari karakteristik eksternal seperti anatomi, sedangkan morfometrik
yaitu suatu cara pengukuran sesuatu yang diamati (Biology Online Team, 2005c).
Morfometrik mencakup ukuran atau size dan bentuk atau shape. Ukuran dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif (Biology Online Team,
2005b). Bentuk dapat diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda
penampilan eksternal (Biology Online Team, 2005a).
Heritabilitas bobot badan ditemukan lebih kecil dibandingkan heritabilitas
ukuran tulang tubuh pada domba Suffolk menurut Janssens dan Vandepitte (2003).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa heritabilitas bobot badan ditemukan sebesar 0,49;
sedangkan heritabilitas ukuran tulang tubuh yang meliputi tinggi pundak, panjang
badan, dalam dada, lebar pinggul dan lingkar kanon memiliki heritabilitas ditemukan
berkisar antara 0,35-0,57. Heritabilitas adalah proporsi dari total variasi suatu sifat
yang diakibatkan oleh pengaruh genetik yang dapat diwariskan ke generasi
berikutnya (Noor, 2008).
Ukuran-ukuran tubuh menurut Mulliadi (1996) dapat digunakan untuk
memberikan gambaran hubungan morfogenetik suatu ternak dan penyebarannya
pada satu wilayah atau negara. Diwyanto (1982) menyatakan bahwa ukuran tubuh
dapat digunakan untuk menaksir bobot badan dan karkas, serta memberi gambaran
bentuk tubuh ternak sebagai ciri khas suatu bangsa tertentu. Pengukuran ukuran
linear permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam
seleksi (Mulliadi, 1996). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengukuran ukuran linear
permukaan tubuh tersebut dilakukan untuk memperoleh perbedaan ukuran-ukuran
tubuh dalam populasi ternak. Ukuran-ukuran tubuh sangat berguna sebagai peubah
seleksi, karena memiliki nilai heritabilitas dan keragaman yang cukup besar
(Diwyanto, 1982). Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu
kelompok ternak merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena berhubungan
erat dengan karakteristik suatu bangsa. Menurut Scanes (2003) perbedaan ukuran
tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda pada
7 Amano et al. (1981) menyatakan bahwa pengukuran linear permukaan tubuh dapat dilakukan menurut metode yang dibakukan pada ternak sapi berdasarkan
Wagyu Cattle Registry Association, Jepang (1979). Variabel pengukuran terdiri atas 10 buah, yaitu: withers height (tinggi pundak), hip height (tinggi pinggul), body length (panjang badan), chest width (lebar dada), chest depth (dalam dada), hip width (lebar pinggul), rump width (lebar kelangkang), rump length (panjang kelangkang), chest girth (lingkar dada) dan cannon circumference (lingkar kanon). Menurut Diwyanto (1982) beberapa ukuran yang juga perlu dilakukan pada domba adalah
panjang tanduk, lebar muka, lebar ekor, panjang ekor dan berat badan. Mulliadi
(1996) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh berkorelasi dengan bobot badan
jantan dan betina pada domba Garut. Ukuran-ukuran tersebut meliputi tinggi pundak,
tinggi kelangkang, panjang badan, panjang kelangkang, lebar dada, dalam dada, lebar
pangkal paha, lebar tulang tapis, lingkar dada, lingkar kanon, panjang tengkorak,
lebar tengkorak, tinggi tengkorak, panjang dan lebar ekor.
Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) statistik deskriptif meliputi nilai
tengah, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman. Nilai tengah atau rataan
adalah ukuran pemusatan data yang menimbang data menjadi dua kelompok yang
memiliki massa yang sama. Rataan merupakan suatu nilai dasar yang digunakan
untuk membandingkan setiap individu dalam contoh (Warwick et al., 1995). Ragam atau variance menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) yaitu ukuran penyebaran data
yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat
(rataan), sedangkan simpangan baku (standard deviation) populasi yaitu akar dari
ragam. Koefisien keragaman atau coefficient of variation merupakan simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata (Warwick et al., 1995).
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa statistik T2-Hotelling bertujuan untuk
mendapatkan perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian
statistik ini dapat dilakukan sekaligus atau secara bersamaan pada banyak variabel
pengukuran. Apabila hasil T2-Hotelling diperoleh nyata, maka dapat dilanjutkan
untuk pengujian lebih lanjut seperti Analisis Komponen Utama dan Analisis
8
Analisis Komponen Utama
Menurut Gaspersz (1992), Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Component Analysis (PCA) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Analisis ini digunakan untuk
menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) data
dan mengintrepetasikannya. AKU juga merupakan tahap antara pada kebanyakan
penelitian. Pada Analisis Regresi Komponen Utama, AKU merupakan tahap antara
karena komponen utama dipergunakan sebagai input dalam membangun analisis
regresi (Gaspersz, 1992).
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa komponen utama pertama merupakan
kombinasi linear terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data
dalam persentase (proporsi) terbesar. Komponen utama kedua adalah kombinasi
linear terbobot variabel asal yang tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama
serta memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan oleh komponen
utama pertama. Keunggulan teknik komponen utama yaitu suatu teknik analisis
untuk mengatasi masalah multikolinearitas dalam analisis regresi klasik yang
melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Menurut Otsuka et al. (1980), hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam diagram kerumunan berdasarkan skor
komponen utama pertama (skor ukuran) dan skor komponen utama kedua (skor
bentuk).
Analisis Regresi Komponen Utama
Menurut Gaspersz (1992), Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) atau
Principal Component Regression Analysis (PCRA) merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik AKU. Pada analisis ini, AKU dijadikan sebagai
tahap analisis antara untuk memperoleh hasil akhir dalam analisis regresi.
Penggunaan ARKU dilakukan pada studi penelitian yang melibatkan banyak variabel
bebas dari sistem konkrit dan hubungan atau saling ketergantungan diantara
variabel-variabel bebas tersebut dapat ditemukan. Keunggulan teknik komponen utama dalam
analisis regresi adalah mengatasi masalah multikolinearitas diantara variabel-variabel
bebas dan meningkatkan ketepatan pendugaan parameter model regresi dengan cara
9 dengan aplikasi MICROSTAT, STATGRAPHICS, SAS, SPSS dan STATPRO
(Gaspersz, 1992).
Korelasi antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba
Pleiotropy adalah aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi ekspresi dua sifat atau lebih sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara
sifat-sifat tertentu pada ternak (Martojo, 1990). Mulliadi (1996) melaporkan bahwa
ukuran-ukuran tubuh berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan dan
betina. Tinggi pinggul, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, panjang kelangkang
dan lebar kelangkang berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan
masing-masing sebesar 0,82; 0,79; 0,82; 0,79; 0,66; 0,79. Lingkar dada, lingkar
kanon dan panjang badan memiliki korelasi positif pada domba Garut betina,
masing-masing sebesar 0,80; 0,60; 0,64. Menurut Utami (2008) tinggi pundak, lebar
dada dan dalam dada berkorelasi positif dengan bobot badan domba Ekor Tipis
betina, masing-masing sebesar 0,51; 0,62; 0,55; sedangkan pada jantan korelasi
positif ditemukan pada lebar dada dan dalam dada sebesar 0,66 dan 0,68. Prahadian
(2011) melaporkan bahwa tinggi pinggul berkorelasi positif terhadap bobot
badan pada jantan dan betina domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm, masing-masing elastisitas sebesar 4,28 dan 0,42.
Menurut Doho (1994) tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan
memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk,
masing-masing sebesar 0,65; 0,78; 0,65. Fourie et al. (2002) melaporkan bahwa tinggi
pundak dan lingkar kanon memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba
Dorper jantan sebesar 0,59 dan 0,46. Hanibal (2008) juga melaporkan bahwa lingkar
dada dan panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan
Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89 dan 0,70.
Gunawan et al. (2006) menyatakan bahwa lingkar dada berkorelasi positif terhadap skor ukuran pada domba Garut Pedaging Cinagara. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
bobot badan berkorelasi positif terhadap skor ukuran (Hanibal, 2008). Mulliadi
(1996) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi pemeliharaan dan
10
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan
selama satu bulan pada bulan Januari-Pebruari 2011, sedangkan pengolahan data
dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Pebruari-Maret 2011 dan penulisan
dilaksanakan sampai dengan Mei 2011.
Materi
Ternak
Domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang digunakan
dalam penelitian ini telah dewasa tubuh umur satu tahun (I1). Umur domba I1 dilihat
dari satu pasang gigi seri yang tanggal dan berganti. Total atau jumlah ternak yang
digunakan berjumlah 163 ekor. Domba yang berasal dari CV. Mitra Tani Farm yaitu domba Garut jantan dan betina, domba Ekor Tipis betina, domba Ekor Gemuk jantan
dan betina; sedangkan domba Ekor Tipis jantan berasal dari Tawakkal Farm. Tabel 5 menunjukkan jumlah domba yang diamati dalam penelitian ini.
Tabel 5. Jumlah Domba yang Diamati
Jenis Kelamin Domba Garut Domba Ekor Tipis Domba Ekor Gemuk
♂ 32 ekor 33 ekor 10 ekor
♀ 33 ekor 33 ekor 22 ekor
Jumlah 65 ekor 66 ekor 32 ekor
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkat ukur, kaliper,
pita ukur, timbangan digital, digital camera, warpack, sepatu boot dan alat-alat tulis. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan data penelitian meliputi alat tulis,
11
Prosedur
Bagian-bagian tubuh domba yang diukur meliputi tinggi pundak (X1), tinggi
pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul
(X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8), lingkar dada (X9), lingkar
kanon (X10) dan bobot badan (Y). Berikut ini disajikan metode pengukuran
variabel-variabel ukuran linear tubuh domba.
1. Tinggi pundak (X1) diukur dengan tongkat ukur dari jarak tertinggi pundak
sampai permukaan tanah (satuan cm).
2. Tinggi pinggul (X2) diukur dengan tongkat ukur dari jarak tertinggi pinggul
tegak lurus dengan permukaan tanah (satuan cm).
3. Panjang badan (X3) diukur dengan tongkat ukur dari jarak garis lurus dari tepi
tulang processus spinosus sampai os ischium (satuan cm).
4. Lebar dada (X4) diukur dengan kaliper dari jarak antara penonjolan sendi
bahu os scapula bagian kanan dan kiri (satuan cm).
5. Dalam dada (X5) diukur dengan tongkat ukur dari jarak antara titik tertinggi
pundak dan tulang dada (satuan cm).
6. Lebar pinggul (X6) diukur dengan kaliper pada sendi pinggul antara sebelah
kanan dan sebelah kiri (satuan cm).
7. Lebar kelangkang (X7) diukur dengan kaliper pada jarak antara sisi luar sudut
pangkal paha sebelah kanan dan sebelah kiri (satuan cm).
8. Panjang kelangkang (X8) diukur dengan pita ukur, merupakan jarak antara
pangkal paha sampai os ischium (satuan cm).
9. Lingkar dada (X9) diukur dengan pita ukur, melingkar rongga dada di
belakang sendi bahu (satuan cm).
10.Lingkar kanon (X10) diukur dengan pita ukur, secara melingkar di
tengah-tengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri (satuan cm).
11.Bobot badan (Y) diukur dengan timbangan digital, merupakan bobot
keseluruhan domba (satuan kg).
12 Gambar 1. Pengukuran Linear Ukuran Tubuh Domba
Keterangan: X1 = Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3 = Panjang Badan, X4 = Lebar
Dada, X5 = Dalam Dada, X6 = Lebar Pinggul, X7 = Lebar Kelangkang, X8 =
Panjang Kelangkang, X9 = Lingkar Dada, X10 = Lingkar Kanon
Analisis Data
Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan dan
simpangan baku pada masing-masing variabel diolah berdasarkan rumus Mattjik dan
Sumertajaya (2002), sedangkan koefisien keragaman diolah berdasarkan rumus
Warwick et al. (1995) sebagai berikut:
x=∑ Xi
N i=1
n =
X1+X2+…+Xn n
s= ∑ Xi X
2 n
i=0
n 1 =
∑X2 ∑X 2/n
n 1
KK=s x Keterangan:
x = Rataan data contoh Xi = Data contoh
n = Banyak data sampel
13
Statistik T2 Hotelling
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa untuk menguji perbedaan vektor nilai
rata-rata ukuran-ukuran tubuh diantara dua populasi, dapat menggunakan statistik T2
-Hotelling. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
Ho: U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran tubuh dari kelompok
ternak pertama sama dengan kelompok ternak kedua.
H1: U1≠ U2 artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda.
Statistik T2-Hotelling dirumuskan sebagai berikut (Gaspersz, 1992):
T2= n1n2
n1+n2 x1 x2 'SG
1 x 1 x2
Keterangan:
n1 = Ukuran contoh dari populasi 1 n2 = Ukuran contoh dari populasi 2
SG-1 = Invers dari matriks peragam gabungan SG
x1-x2 = Vektor selisih nilai rata-rata contoh dari kedua populasi
Selanjutnya besaran:
F= n1+n2 p 1 n1+n2 2 p
T2
akan berdistribusi dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p − 1
Analisis Komponen Utama (AKU)
Analisis Komponen Utama bertujuan untuk menerangkan struktur
ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. AKU digunakan untuk
mereduksi data dan mengintrepetasikannya (Gaspersz, 1992).
Gaspersz (1992) menyatakan model matematika AKU sebagai berikut:
Yp= a1pX1+a2pX2+…+appXp
Keterangan:
Yp = Komponen utama ke-p
Xp = Peubah ke-p untuk p = 1, 2, 3, … , 10 a1p-app = Vektor ciri ke-p untuk p = 1, 2, … , 10
Model persamaan ukuran pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba
Ekor Gemuk sebagai berikut:
14
disajikan dalam bentuk diagram kerumunan. Skor komponen utama atau vektor
ukuran ditampilkan sebagai sumbu X, sedangkan skor komponen kedua atau vektor
bentuk ditampilkan sebagai sumbu Y. Berdasarkan persamaan komponen utama
pertama dan kedua, akan diperoleh penciri. Penciri ukuran diperoleh dari vektor ciri
tertinggi pada persamaan komponen utama pertama, sedangkan penciri bentuk dari
15
Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU)
Analisis Regresi Komponen Utama merupakan teknik analisis regresi yang
dikombinasikan dengan teknik AKU. Persamaan regresi dalam bentuk variabel asli X
sebagai berikut: b3 = Koefisien regresi dari panjang badan (X3) b4 = Koefisien regresi dari lebar dada (X4) b5 = Koefisien regresi dari dalam dada (X5) b6 = Koefisien regresi dari lebar pinggul (X6) b7 = Koefisien regresi dari lebar kelangkang (X7) b8 = Koefisien regresi dari panjang kelangkang (X8) b9 = Koefisien regresi dari lingkar dada (X9)
b10 = Koefisien regresi dari lingkar kanon (X10)
Elastisitas rata-rata dari bobot badan (Y) terhadap setiap variabel bebas Xi
dalam model regresi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gaspersz, 1992):
Ei=∂Y
Ei = Elastisitas rata-rata dari variabel takbebas Y (bobot badan) terhadap variabel bebas Xi (i = 1, 2, …, 10)
bi = Koefisien regresi dari variabel bebas Xi (ukuran-ukuran linear tubuh) dalam persamaan regresi
Xi = Nilai rata-rata dari variabel bebas Xi (ukuran-ukuran linear tubuh)
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Mitra Tani Farm
CV. Mitra Tani Farm (MT Farm) berlokasi di Jl. Baru, Tegal Waru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. MT Farm ini merupakan usaha penggemukan dan pembibitan ternak yang meliputi domba, sapi, kambing dan kelinci. Domba yang
dipelihara meliputi domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk.
Limbah peternakan dimanfaatkan untuk keperluan sarana kebun, persawahan dan
kolam ikan yang juga dimiliki perusahaan. Lahan MT Farm seluas hampir satu ha dengan kapasitas mendekati 1.000 ekor ternak. Ternak didatangkan dari luar Bogor
seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gambar 2 menyajikan peta lokasi MT Farm.
Gambar 2. Lokasi MT Farm (A) pada Peta Ciampea, Bogor
Kandang domba dibagi menjadi dua bagian yaitu kandang penggemukan dan
pembibitan. Kandang pembibitan terdiri atas empat kandang besar yang
masing-masing kandang meliputi 10 kandang koloni. Setiap kandang koloni diisi satu ekor
jantan dan 10 ekor betina. Empat kandang beranak dan menyusui ditemukan pada
setiap kandang besar pada bagian tengah kandang. Kandang domba dibuat dari bahan
bambu dan kayu dengan sistem atap monitor. Domba dikandangkan sepanjang hari
(pemeliharaan intensif). Pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore. Pakan
17
(a) Tampak dari Samping (b) Tampak dari Dalam
Gambar 3. Kandang Domba Pembibitan di MT Farm
Kandang penggemukan domba terdiri atas empat kandang besar yang
meliputi 10 kandang koloni. Satu kandang koloni terdiri atas 10-11 ekor domba.
Setiap kandang koloni diisi bangsa domba yang sama. Bahan pembuatan kandang ini
adalah kayu dengan sistem atap monitor dan lantai yang dibuat dari bahan bambu.
Domba dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pakan diberikan dua
kali sehari pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat.
Tawakkal Farm
Gambar 4. Lokasi Tawakkal Farm pada Peta Cimande, Bogor
18 dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pemberian pakan dilakukan
tiga kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari (pakan hijauan atau rumput) dan siang
hari (ampas tahu).
Perkandangan di Tawakkal Farm meliputi empat kandang besar. Tiga kandang besar berisi kandang individu, sedangkan satu kandang besar berisi kandang
koloni. Kandang individu diisi domba dewasa. Kandang koloni digunakan untuk
domba usia muda atau lepas sapih. Sistem atap monitor dengan bahan kandang kayu.
Gambar 4 menyajikan perkandangan domba di Tawakkal Farm.
Sumber: Saungdomba (2010)
(a) Kandang Pembibitan (b) Kandang Individu Gambar 5. Perkandangan di Tawakkal Farm, Cimande
Analisis Deskriptif Sifat Kuantitatif Ukuran Linear Tubuh dan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk
Statistik deskriptif meliputi rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman
masing-masing variabel yang diamati. Tabel 6 menyajikan hasil pengukuran variabel
yang diamati pada jantan dan betina domba Garut. Koefisien keragaman variabel
linear permukaan tubuh pada betina berkisar antara 4,18-9,80%; sedangkan jantan
antara 5,65-9,15%. Koefisien keragaman tersebut di bawah 10%. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ukuran variabel linear permukaan tubuh domba Garut
memiliki keseragaman yang tinggi. Hal yang tidak demikian ditemukan pada
variabel bobot badan. Koefisien keragaman bobot badan domba Garut jantan dan
betina di atas 10%. Keragaman yang tinggi pada variabel bobot badan kemungkinan
disebabkan keragaman lingkungan yang tinggi. Menurut Janssens dan Vandepitte
19 heritabilitas ukuran linear permukaan tubuh. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
heritabilitas bobot badan pada domba Suffolk adalah 0,49; sedangkan heritabilitas
ukuran linear permukaan tubuh adalah 0,35-0,57 pada domba Suffolk.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Garut
Variabel
Pengukuran Satuan
Jenis Kelamin
♂ (32 ekor) ♀ (33 ekor)
Tinggi Pundak cm 74,14±4,43 (5,98%) 63,26±3,14 (4,96%) Tinggi Pinggul cm 73,76±4,36 (5,91%) 64,18±3,58 (5,58%) Panjang Badan cm 73,70±5,10 (6,90%) 63,23±2,64 (4,18%)
Lebar Dada cm 19,19±1,18 (6,16%) 14,84±0,88 (5,92%)
Dalam Dada cm 33,13±2,55 (7,71%) 27,33±2,38 (8,72%)
Lebar Pinggul cm 15,53±1,28 (8,26%) 13,96±1,37 (9,80%) Lebar Kelangkang cm 17,23±1,54 (8,92%) 15,50±0,83 (5,33%) Panjang Kelangkang cm 22,77±2,08 (9,15%) 18,42±1,20 (6,51%) Lingkar Dada cm 88,88±5,02 (5,65%) 72,09±4,04 (5,61%) Lingkar Kanon cm 8,73±0,59 (6,80%) 6,74±0,50 (7,44%) Bobot Badan kg 49,28±7,12 (14,45%) 27,41±4,51 (16,46%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Ukuran variabel lebar dada pada domba Garut betina pada penelitian ini tidak
jauh dengan yang ditemukan oleh Mulliadi (1996). Mulliadi (1996) menyatakan
bahwa lebar dada pada domba Garut Daging adalah 15,04±2,18 cm. Ukuran lingkar
dada domba Garut ditemukan paling tinggi pada penelitian ini. Hal tersebut
bersesuaian dengan Mulliadi (1996) bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran
linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Garut Daging.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran lingkar dada pada Garut Daging jantan dan
betina masing-masing sebesar 72,34±7,16 cm dan 68,83±6,07 cm.
Hasil pengukuran variabel dan bobot badan pada jantan dan betina domba
Ekor Tipis disajikan pada Tabel 7. Koefisien keragaman variabel linear permukaan
tubuh jantan antara 3,90-10,34%; sedangkan pada betina berkisar antara
4,88-11,82%. Koefisien keragaman tersebut di bawah koefisien keragaman bobot badan.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran variabel linear permukaan tubuh domba
Ekor Tipis memiliki keseragaman yang tinggi. Sebaliknya, hal yang tidak demikian
ditemukan pada variabel bobot badan. Koefisien keragaman bobot badan domba
20 permukaan tubuh. Keragaman yang tinggi pada variabel bobot badan kemungkinan
disebabkan keragaman lingkungan yang tinggi. Ukuran lingkar dada domba Ekor
Tipis ditemukan paling tinggi pada penelitian ini. Hal tersebut bersesuaian dengan
Prahadian (2011) bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran linear permukaan
tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran lingkar dada pada Ekor Tipis sebesar
63,54±4,23 cm.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor Tipis
Variabel
Pengukuran Satuan
Jenis Kelamin
♂ (33 ekor) ♀ (33 ekor)
Tinggi Pundak cm 61,39±3,90 (6,35%) 59,70±4,10 (6,86%) Tinggi Pinggul cm 60,44±3,02 (5,00%) 60,11±3,80 (6,31%) Panjang Badan cm 61,21±3,39 (5,53%) 60,42±4,09 (6,78%)
Lebar Dada cm 16,42±1,26 (7,69%) 14,69±1,15 (7,81%)
Dalam Dada cm 27,85±2,88 (10,34%) 25,22±2,85 (11,29%) Lebar Pinggul cm 13,42±0,79 (5,90%) 13,86±1,09 (7,84%) Lebar Kelangkang cm 16,24±1,26 (7,78%) 15,38±0,82 (5,33%) Panjang Kelangkang cm 18,06±0,70 (3,90%) 17,82±1,62 (9,11%) Lingkar Dada cm 73,52±3,73 (5,07%) 70,23±3,43 (4,88%) Lingkar Kanon cm 7,58±0,42 (5,50%) 6,50±0,77 (11,82%) Bobot Badan kg 32,82±4,77 (14,54%) 24,09±2,88 (11,97%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Tabel 8 menyajikan hasil pengukuran variabel serta bobot badan pada jantan
dan betina domba Ekor Gemuk. Koefisien keragaman variabel linear permukaan
tubuh pada betina berkisar antara 3,24-7,82%; sedangkan jantan antara 4,39-14,81%.
Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa ukuran variabel linear permukaan tubuh domba
Ekor Gemuk memiliki keseragaman yang tinggi. Sebaliknya, koefisien keragaman
bobot badan domba Ekor Gemuk jantan dan betina secara umum berada di atas
koefisien ukuran variabel linear permukaan tubuh sehingga dapat dinyatakan
memiliki tingkat keragaman yang tinggi, meskipun koefisien keragaman pada
panjang kelangkang jantan ditemukan di atas keragaman bobot badan. Ukuran
panjang kelangkang domba Ekor Gemuk dengan keragaman yang tinggi
memungkinkan program seleksi ukuran panjang kelangkang dilaksanakan.
21 keragaman lingkungan yang tinggi, yang meliputi pemberian pakan, kualitas pakan,
perkandangan dan manajemen pemeliharaan.
Tabel 8. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor Gemuk
Variabel
Pengukuran Satuan
Jenis Kelamin
♂ (10 ekor) ♀ (22 ekor)
Tinggi Pundak cm 59,84±4,13 (6,90%) 57,56±2,86 (4,97%) Tinggi Pinggul cm 61,17±5,87 (9,59%) 59,34±2,34 (3,94%) Panjang Badan cm 59,36±4,53 (7,63%) 58,19±1,96 (3,37%)
Lebar Dada cm 15,05±0,76 (5,06%) 14,27±1,01 (7,07%)
Dalam Dada cm 25,44±2,91 (11,42%) 25,06±1,96 (7,82%)
Lebar Pinggul cm 13,40±0,88 (6,53%) 13,58±0,85 (6,22%) Lebar Kelangkang cm 14,81±0,90 (6,07%) 15,50±0,60 (3,86%) Panjang Kelangkang cm 18,30±2,71 (14,81%) 17,50±1,01 (5,78%) Lingkar Dada cm 70,85±3,11 (4,39%) 66,27±2,15 (3,24%) Lingkar Kanon cm 7,00±0,33 (4,76%) 6,41±0,37 (5,72%) Bobot Badan kg 27,93±3,81 (13,65%) 22,85±3,11 (13,59%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Ukuran variabel panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk
betina pada penelitian ini tidak jauh dengan yang ditemukan oleh Djajanegara et al. (1992). Djajanegara et al. (1992) menyatakan bahwa panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk adalah 58,4±2,85 cm dan 57,9±3,48 cm.
Ukuranlingkar dada domba Ekor Gemuk ditemukan paling tinggi pada penelitian ini.
Hal tersebut bersesuaian dengan Wijonarko (2007) bahwa lingkar dada merupakan
variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba
Ekor Gemuk di Pulau Rote. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran lingkar dada pada
Ekor Gemuk jantan dan betina sebesar 75,80±10,10 cm dan 63,68±5,90 cm. Hal
tersebut tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian ini.
Statistik T2-Hotelling pada Domba yang Diamati
Statistik T2-Hotelling dapat digunakan membandingkan ukuran-ukuran tubuh
secara bersamaan atau sekaligus pada dua kelompok ternak yang berbeda sehingga
dapat ditemukan persamaan atau perbedaan diantara keduanya. Tabel 9 merupakan
rekapitulasi hasil statistik T2-Hotelling pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan
domba Ekor Gemuk baik pada jantan maupun betina. Perhitungan T2-Hotelling tidak
22 lingkungan. Variabel ukuran-ukuran linear tubuh banyak dipengaruhi faktor genetik.
Hasil statistik T2-Hotelling menunjukkan bahwa domba yang diamati sangat nyata
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan sangat nyata ditemukan pada setiap dua
kelompok ternak yang diamati (P<0,01) sedangkan nyata berbeda ditemukan pada
jantan domba Ekor Tipis terhadap jantan domba Ekor Gemuk (P<0,05).
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil T2-Hotelling Jantan dan Betina pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk
Domba Statistik T2-Hotelling P Kesimpulan
Garut x DET 1,08 0,000 **
Garut x DEG 0,96 0,000 **
DET x DEG 0,43 0,000 **
♂ Garut x ♂ DET 6,08 0,000 **
♂ Garut x ♂ DEG 3,88 0,000 **
♂ DET x ♂ DEG 0,91 0,011 *
♀ Garut x ♀ DET 0,57 0,003 **
♀ Garut x ♀ DEG 2,41 0,000 **
♀ DET x ♀ DEG 0,78 0,002 **
♂ Garut x ♀ Garut 6,11 0,000 **
♂ DET x ♀ DET 1,68 0,000 **
♂ DEG x ♀ DEG 5,36 0,000 **
Keterangan: DET = Domba Ekor Tipis; DEG = Domba Ekor Gemuk; ** = sangat nyata (P<0,01), * = nyata (P<0,05)
Secara umum, hasil statistik T2-Hotelling menyatakan perbedaan
ukuran-ukuran linear tubuh diantara dua kelompok domba yang diamati. Hal tersebut terjadi
karena perbedaan kelompok domba yang diamati. Domba Garut berbeda dengan
domba Ekor Tipis karena domba Garut dibentuk dari berbagai bangsa domba seperti
domba Kaapstad yang berasal dari Afrika, domba Merino dan domba Lokal menurut
Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan Food and Agricuture Organization (FAO, 2004). Domba Ekor Gemuk berbeda dengan domba Ekor Tipis karena domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Asia Barat Daya
yang telah beradaptasi lama dengan lingkungan di Indonesia menurut FAO (2004).
Domba Ekor Tipis merupakan domba Lokal yang disebut juga domba pribumi atau
23
Persamaan Ukuran dan Bentuk dari Variabel-Variabel Linear Pengukuran Tubuh Domba yang Diamati
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh pada masing-masing kelompok domba
yang diamati berikut penciri disajikan terlebih dahulu sebelum kemudian dibahas.
Kelompok domba Garut dibahas terlebih dahulu kemudian domba Ekor Tipis dan
domba Ekor Gemuk.
Domba Garut
Tabel 10 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk, akar ciri serta keragaman
total pada domba Garut berdasarkan Analisis Komponen Utama. Keragaman total
87,0% merupakan keragaman total tertinggi sehingga komponen utama pertama
dapat mewakili persamaan ukuran. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut
adalah 220,15. Lingkar dada memiliki vektor ciri tertinggi yaitu 0,63 sehingga
lingkar dada (X9) memberikan pengaruh yang besar terhadap skor ukuran tubuh
domba Garut. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai penciri ukuran tubuh pada
domba Garut. Keragaman total 4,7% diperoleh pada persamaan komponen utama
kedua atau persamaan bentuk. Keragaman total tersebut ditemukan terbesar setelah
keragaman total komponen utama pertama. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan
tersebut adalah 12,00.Vektor ciri tertinggi pada persamaan bentuk adalah tinggi
pinggul (X2) yaitu 0,66 sehingga tinggi pinggul memberikan pengaruh yang besar
terhadap skor bentuk pada domba Garut. Tinggi pinggul dapat dijadikan sebagai
penciri bentuk tubuh domba Garut.
24
Domba Ekor Tipis
Tabel 11 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk, akar ciri serta keragaman
total pada domba Ekor Tipis berdasarkan Analisis Komponen Utama. Keragaman
total 52,0% merupakan keragaman total tertinggi sehingga komponen utama pertama
dapat mewakili persamaan ukuran. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut
adalah 38,52. Tinggi pundak (X1) memiliki vektor ciri tertinggi pada persamaan
ukuran yaitu 0,55 sehingga tinggi pundak memberikan pengaruh yang besar
terhadap skor ukuran tubuh domba Ekor Tipis. Tinggi pundak dapat dijadikan
sebagai penciri ukuran tubuh pada domba Ekor Tipis. Keragaman total 16,8%
diperoleh pada persamaan komponen utama kedua atau persamaan bentuk.
Keragaman total tersebut ditemukan terbesar setelah keragaman total komponen
utama pertama. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 12,42.
Vektor ciri tertinggi pada persamaan bentuk adalah lingkar dada (X9) yaitu −0,62
sehingga lingkar dada memberikan pengaruh yang besar terhadap skor bentuk pada
domba Ekor Tipis. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai penciri bentuk tubuh domba
Ekor Tipis.
Tabel 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Ekor Tipis
Tabel 12 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk, akar ciri serta keragaman
total pada domba Ekor Gemuk berdasarkan Analisis Komponen Utama. Keragaman
total 63,0% merupakan keragaman total tertinggi sehingga komponen utama pertama
25
Keragaman total tersebut ditemukan terbesar setelah keragaman total komponen
utama pertama. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 7,92.
Vektor ciri tertinggi pada persamaan bentuk adalah lingkar dada (X9) yaitu 0,81
sehingga lingkar dada memberikan pengaruh yang besar terhadap skor bentuk pada
domba Gemuk. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai penciri bentuk tubuh domba
Ekor Gemuk.
Tabel 12. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Ekor Gemuk
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Pembentukan
Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk
Tabel 13 menyajikan rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk pada domba
Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang diamati; berdasarkan
persamaan ukuran dan bentuk. Gambar 6 menyajikan diagram kerumunan data
domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk, berdasarkan skor ukuran
dan bentuk. Pengelompokan data pada diagram kerumunan memperlihatkan
26 dengan hasil statistik T2-Hotelling yang menunjukkan perbedaan diantara data
ukuran-ukuran tubuh jenis domba yang diamati.
Gambar 6. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh Jantan dan Betina pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk
Berdasarkan skor ukuran, data domba Garut berkerumun di sebelah kanan
kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ukuran tubuh domba Garut lebih besar dibandingkan domba
Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Hal ini bersesuaian dengan Tabel 6. Skor
ukuran domba Ekor Tipis melingkupi skor ukuran domba Ekor Gemuk yang
mengindikasikan bahwa kisaran skor ukuran domba Ekor Tipis lebih besar. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa ukuran tubuh domba Garut secara umum lebih
besar dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk meskipun ditemukan
beberapa ekor domba Garut memiliki ukuran tubuh yang sama dengan domba Ekor
Tipis dan domba Ekor Gemuk; tetapi tidak ditemukan ukuran tubuh domba Garut
yang berukuran lebih kecil daripada kelompok domba Ekor Tipis dan domba Ekor
Gemuk.
Berdasarkan diagram kerumunan data masing-masing jenis domba yang
diamati, kerumunan data domba Garut berada diantara kerumunan data domba Ekor
Tipis dan domba Ekor Gemuk berdasarkan perolehan skor bentuk. Skor bentuk
27 Gemuk. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak
berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa. Domba Garut merupakan hasil
persilangan antara domba Merino, domba Kaapstad dan domba Lokal menurut
Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan FAO atau Food and Agriculture Organization (2004). Domba Lokal yang dimaksud Merkens dan Soemirat (1926) merupakan domba Ekor Tipis yang diamati pada penelitian ini. Pada Gambar 6,
irisan diagram kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Garut lebih besar
dibandingkan dengan irisan diagram kerumunan data domba Ekor Gemuk dan
domba Garut. Hal tersebut mengindikasikan tingkat kekerabatan domba Garut
dengan domba Ekor Tipis lebih tinggi.
Tabel 13. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk
Domba Penciri Ukuran Penciri Bentuk
Garut X9 (Lingkar dada) (+) X2 (Tinggi pinggul) (+) DET X1 (Tinggi pundak) (+) X9 (Lingkar dada) (−) DEG X2 (Tinggi pinggul) (+) X9 (Lingkar dada) (+)
Keterangan: DET= Domba Ekor Tipis; DEG= Domba Ekor Gemuk; Tanda (+) menunjukkan korelasi positif antara penciri dan skor; Tanda (−) menunjukkan korelasi negatif antara penciri dan skor
Seluruh penciri ukuran berkorelasi positif terhadap skor ukuran, sedangkan
penciri bentuk pada domba Ekor Tipis berkorelasi negatif terhadap skor bentuk.
Korelasi positif antara penciri bentuk terhadap skor bentuk ditemukan pada domba
Garut dan domba Ekor Gemuk. Lingkar dada merupakan penciri ukuran tubuh
domba Garut pada pengamatan ini yang berkorelasi positif terhadap skor ukuran.
Gunawan et al. (2006) menyatakan bahwa lingkar dada berkorelasi positif terhadap skor ukuran pada domba Garut Pedaging Cinagara. Hanibal (2008) melaporkan
bahwa bobot badan berkorelasi positif terhadap skor ukuran. Penciri ukuran domba
Garut yaitu lingkar dada berkorelasi positif dengan skor ukuran. Secara tidak
langsung, lingkar dada berkorelasi positif terhadap bobot badan. Domba Garut yang
dipelihara di CV. Mitra Tani Farm merupakan domba penggemukan dengan pemeliharaan intensif. Pada pemeliharaan intensif, pengaruh lingkungan (pemberian