• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dengan Pemberian Pakan Konsentrat dan Limbah Tauge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dengan Pemberian Pakan Konsentrat dan Limbah Tauge"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA GARUT

DENGAN PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT

DAN LIMBAH TAUGE

SYEH AHMAD MUHAMMAD BASALAMAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dengan Pemberian Pakan Konsentrat dan Limbah Tauge adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diaju-kan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

SYEH AHMAD MUHAMMAD BASALAMAH. Performa Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dengan Pemberian Pakan Konsentrat dan Limbah Tauge Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan SRI DARWATI.

Performa domba dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan diantaranya pakan, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji performa domba ekor tipis (DET) dan domba garut, umur 6-10 bulan atau kategori umur I0, yang diberi perlakuan pakan rumput lapang, konsentrat serta limbah tauge. Penelitian ini menggunakan 6 ekor DET (BB 16.27±0.86 kg, KK= 5.29%) dan 6 ekor domba garut (BB 10.68±1.82 kg, KK= 17.04%) dengan dua perlakuan pakan yaitu rumput + konsentrat (P0) dan rumput lapangan + limbah tauge (P1). Pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi pakan dan konversi pakan merupakan parameter yang diukur. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) pola faktorial ukuran 2x2 dengan tiga ulangan dan data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). PBBH dan konversi pakan tidak dipengaruhi oleh pakan dan bangsa domba, namun konsumsi pakan dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Konsumsi pakan domba ekor tipis (505.54±43.59 gram/hari) tertinggi dibandingkan domba garut (316.45±45.37 gram/hari). Konsumsi pakan domba dengan pakan P1 (437.28±116.89 gram/hari) lebih tinggi dibandingkan P0 (384.71±100.45 gram/ hari). Hal ini menunjukkan bahwa ransum limbah tauge lebih palatabel dan bisa digunakan sebagai pakan alternatif pengganti konsentrat. DET memiliki PBBH, konsumsi pakan dan konversi pakan lebih baik dibanding-kan domba garut.

Kata kunci: domba ekor tipis, domba garut, limbah tauge, performa.

ABSTRACT

SYEH AHMAD MUHAMMAD BASALAMAH. The Performance of Thin Tail Sheep and Garut Sheep Feed with Concentrated and Sprout Waste. Supervised by SRI RAHAYU and SRI DARWATI.

(6)

(505.54±43.59 g/d) was higher than garut sheeps (316.45±45.37 g/d). Feed consumption of sheep to feed P1 (437.28±116.89 g/d) was higher than P0 (384.71±100.45 g/d). This was indicating that more sprouts waste palatabel ration and can be used as an alternative feed concentrates. Thin tail sheep has a better performance than garut sheeps, visible from ADG, feed intake and feed conversion.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA GARUT

DENGAN PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT

DAN LIMBAH TAUGE

SYEH AHMAD MUHAMMAD BASALAMAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Performa Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dengan Pemberian Pakan Konsentrat dan Limbah Tauge Nama : Syeh Ahmad Muhammad Basalamah

NIM : D14090022

Disetujui oleh

Ir Sri Rahayu, MSi Pembimbing I

Dr Ir Sri Darwati, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Per -forma Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dengan Pemberian Pakan Konsentrat

dan Limbah Tauge”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, juga pada keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang istiqomah hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pe-ngaruh pemberian pakan tambahan berupa konsentrat dan limbah tauge terhadap performa domba ekor tipis dan domba garut serta pemanfaatan limbah tauge seba-gai pakan substitusi konsentrat. Selama ini pakan tambahan berupa konsentrat banyak digunakan, namun secara ekonomis harganya mahal sehingga peternak kecil jarang menggunakannya. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan infor-masi tentang pakan tambahan alternatif berbahan lokal yang mudah diperoleh serta harganya terjangkau, sehingga para peternak bisa menggunakannya untuk meningkatkan performa ternak domba.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi, Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi serta Bapak Prof Dr Ir Pollung H. Siagian, MS yang telah memberi-kan bimbingan dan saran akademik. Ucapan terima kasih pula penulis sampaimemberi-kan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc, Ibu Ir Lilis Khotijah, MSi dan Ibu Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi, selaku dosen penguji ujian sidang penulis. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Direktorat Kemahasiswaan IPB atas pemberian dana beasiswa Siklus Pemda Jawa Barat tahun 2009-2013. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada nenek tercinta (Konaah Almh.), bapak (M. Cecep Sukmana Alm.), ibu (Siti Mariam) dan seluruh keluarga serta keluarga besar Bapak Hermansyah, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih kepada teman kelompok penelitian (Listya, Monica, Ike dan Gayuh), anak-anak kandang (Anugrah, Waluyo, Fajar, Alhidayat, Ubay dan Ipien) serta teman-teman, khususnya GR46 atas bantuan dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 3

Rancangan Percobaan 4

Peubah yang Diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan Umum Penelitian 5

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) 7

Konsumsi Pakan 8

Konversi Pakan 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 13

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien bahan pakan yang digunakan selama penelitian

(da-lam bentuk bahan kering) 2

2 iKandungan nutrien ransum yang digunakan selama penelitian berlang-

sung (berdasarkan bahan kering) 3

3 iRataan suhu dan kelembaban udara di lokasi kandang 5 4 iRespon fisiologis pada domba selama penelitian 6 5 iKonsumsi bahan kering harian domba selama penelitian 8 6 iKonversi pakan pada domba selama penelitian 10

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik rataan pertambahan bobot badan harian domba 7

2 Grafik rataan konsumsi BK pakan 9

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba ekor tipis dan domba garut merupakan domba lokal yang telah ber-kembang dan mempunyai tingkat daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan sekitar. Namun, domba lokal di Indonesia umumnya memiliki produktivitas yang rendah, salah satunya disebabkan oleh pakan yang diberikan mempunyai kualitas dan kuantitas yang masih rendah. Peternak pada umumya memelihara ternaknya masih sederhana, yaitu dengan digembalakan atau dipelihara di kandang dengan memberikan pakan rumput atau hijauan lainnya.

Pemberian rumput saja belum dapat mencukupi kebutuhan ternak secara maksimal, sehingga ternak diberi pakan tambahan seperti konsentrat. Hasanah (2006) menyebutkan bahwa penggunaan konsentrat dapat menghasilkan pertam-bahan bobot badan harian (PBBH) domba yang optimal jika dibandingkan dengan hanya menggunakan hijauan. Hasil penelitian Tangendjaja et al. (1994) bahwa DET yang digemukkan dengan pakan hijauan rumput gajah menghasilkan PBBH 90.5 gram/ekor/hari, sedangkan rumput gajah dan konsentrat dapat menghasilkan PBBH hingga 102.68 gram/ekor/hari (Hasanah 2006).

Kelemahan dari konsentrat adalah kandungan serat kasar yang rendah dan harganya yang relatif lebih mahal. Oleh karena itu perlu adanya bahan pakan alternatif sebagai tambahan atau pengganti konsentrat sebagai sumber protein, serat kasar dan harganya yang murah. Salah satu bahan pakan alternatif tersebut adalah limbah tauge. Limbah tauge merupakan limbah yang terbuang dari produk-si tauge. Secara ekonomi limbah tauge mudah diperoleh dan harganya murah. Adapun secara kualitas limbah tauge mengandung protein kasar sebesar 13.63% dan serat kasar sebesar 49.44% (Rahayu et al. 2010).

Rahayu et al. (2010) menyatakan bahwa potensi ketersediaan limbah tauge di Kotamadya Bogor berkisar antara 1.5 ton/hari. Kandungan protein dan TDN limbah tauge yang hampir sama dengan konsentrat diharapkan dapat menghasil-kan pertumbuhan yang baik. Oleh karena itu pemanfaatan limbah tauge sebagai substitusi konsentrat pada domba diharapkan dapat menghasilkan performa dom-ba yang dom-baik dan menjadi suatu rujukan untuk penerapan oleh masyarakat secara luas.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performa domba ekor tipis jantan dan domba garut jantan yang diberi perlakuan pakan rumput dengan konsentrat serta rumput dengan limbah tauge sebagai pengganti konsentrat. Penggunaan bangsa domba yang berbeda untuk mengetahui tingkat pertumbuhan yang lebih baik diantara bangsa domba tersebut.

Ruang Lingkup Penelitian

(15)

2

konsentrat terhadap performa domba. Adapun ternak percobaan yang digunakan adalah bangsa domba lokal yaitu domba ekor tipis dan domba garut, jenis kelamin jantan dengan kategori umur domba I0 (kurang dari satu tahun) yang dipelihara selama 2 bulan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 3 Januari 2013 sampai 28 Februari 2013. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah kandang, termometer, termometer bola kering bola basah, stetoskop, timbangan domba digital, timbangan pakan, obat-obatan, alat tulis dan kamera digital. Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran 1.5 x 0.75 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum.

Bahan

Bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah ternak dan pakan. Ternak yang digunakan adalah 12 ekor domba jantan umur 6-10 bulan (kategori umur I0), terdiri dari 6 ekor domba ekor tipis atau DET (BB 16.27±0.86 kg, koefisien ke-ragaman=5.29%) dan 6 ekor domba garut (BB 10.68±1.82 kg, koefisien keragam-an=17.04%). Domba ekor tipis dan domba garut diperoleh dari peternakan rakyat.

Pakan yang digunakan adalah rumput lapang, konsentrat dan limbah tauge. Pakan tersebut diberikan pada ternak menjadi dua perlakuan yaitu rumput lapang dan konsentrat sebagai perlakuan kontrol (P0) serta rumput lapang dan limbah tauge sebagai perlakuan pembanding (P1). Kandungan nutrien bahan pakan yang digunakan selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan yang digunakan selama penelitian

(da-ilam bentuk bahan kering)

Antar Universitas IPB (2013); 2) Wandito (2011); 3) Rahayu et al. (2010);

BK= bahan kering; PK= protein kasar; SK= serat kasar; LK= lemak kasar;

(16)

3 Rumput lapang yang digunakan sebagai pakan diperoleh dari lapang pastura Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Konsentrat diperoleh dari distribu-tor pakan ternak, sedangkan limbah tauge diperoleh dari pedagang-pedagang tauge yang berada di Pasar Bogor dan sekitarnya.

Prosedur

Persiapan Pemeliharaan

Persiapan pemeliharaan meliputi persiapan tempat dan peralatan, pengadaan pakan serta obat-obatan. Pemberian kalung nama dari selang dan tambang sebagai identitas ternak.

Domba yang baru datang dari peternak diberi rumput segar serta air gula. Hari berikutnya, domba dicukur bulunya, kuku kaki dipotong serta dimandikan untuk menghilangkan parasit luar. Obat-obatan yang digunakan saat domba datang seperti obat cacing, obat antibiotik, obat tetes mata, dan obat luka luar. Pengacakan dilakukan dengan mengundi setiap domba yang diberikan perlakuan serta penempatan domba di dalam kandang.

Pemeliharaan

Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu domba diberi masa adaptasi pakan dan lingkungan hingga domba terbiasa terhadap pakan perlakuan dan lingkungan sekitar. Adaptasi pakan dan lingkungan dilakukan selama ±14 hari. Konsumsi pakan diukur dengan penimbangan sisa pakan pada keesokan hari serta dicatat berat sisa pakannya. Penimbangan bobot badan dilakukan dua minggu sekali selama pemeliharaan, hal ini untuk menghindari stress pada domba. Kan-dungan nutrien ransum yang digunakan selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan nutrien ransum yang digunakan selama penelitian berlang-

(17)

4

Rancangan Percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial ukuran 2x2 dengan tiga ulangan. Faktor pertama perlakuan adalah bangsa domba (DET dan domba garut) dan faktor kedua adalah perlakuan pemberian pakan (P0 dan P1). Model matematis yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut:

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + ɛijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan perlakuan ke-i, dan ke-j serta ulangan ke-k

µ : nilai tengah

Ai : pengaruh perlakuan jenis domba ke-i (DET dan Garut)

Bj : pengaruh perlakuan beda pakan ke-j (P0 dan P1)

(AB)ij : interaksi antara bangsa jenis domba dan beda pakan (AB)

ɛijk : pengaruh galat percobaan

Data yang diperoleh diuji asumsi kemudian dianalisis ragam (Analysis of Variance atau ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dengan software Minitab 16. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan tersebut.

Peubah yang Diamati

1. Pertambahan Bobot Badan (gram/hari)

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) diperoleh dari bobot badan akhir penggemukan dikurangi bobot badan awal ketika ternak akan dipelihara (setelah masa adaptasi pakan dan lingkungan) dibagi dengan lamanya pemeliharaan ber-langsung. Berikut ini rumus yang digunakan untuk mengetahui PBBH domba.

Pertambahan bobot badan harian (gram/hari) = (bobot akhir – bobot awal) lama pemeliharaan

2. Konsumsi Pakan (gram/hari)

Konsumsi pakan setiap ternak dihitung setiap hari yaitu selisih dari pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan (gram/ekor/hari). Sisa pakan diperoleh dari konsumsi ternak pada pagi hari berikutnya.

3. Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi tiap harinya terhadap pertambahan bobot badan. Berikut ini rumus yang diguna-kan untuk menghitung konversi padiguna-kan.

(18)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian

Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ter-nak. Kandang yang digunakan merupakan kandang individu. Kandang ini memili-ki langit-langit atap tipe tertutup dengan bahan asbes, sehingga sirkulasi udara keluar masuk melalui ventilasi di bagian belakang dan depan kandang serta di bagian sisi kanan dan kiri kandang.

Ventilasi di bagian belakang kandang berhadapan langsung dengan lapang pastura, sehingga angin bertiup cukup kencang maka pada sore sampai pagi hari ditutup terpal plastik supaya udara malam yang dingin tidak masuk langsung ke kandang. Pada pagi sampai sore hari ventilasi di bagian belakang dibiarkan ter-buka untuk sirkulasi udara dan ditutup bila keadaan hujan, karena air hujan dapat mengenai kandang individu yang dekat dengan ventilasi tersebut. Kondisi di sekitar lingkungan tempat penelitian baik suhu maupun kelembaban disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan suhu dan kelembaban udara di lokasi kandang

Waktu Suhu di dalam sehingga sirkulasi udara tidak bebas keluar. Berbeda dengan suhu siang dan sore hari ketika terpal plastik dibuka, maka udara bebas masuk sehingga sirkulasi udara lancar. Suhu udara selama penelitian masih berada pada kisaran yang opti-mum bagi ternak untuk berproduksi di daerah tropis. Menurut Yousef (1985) dan Kartasudjana (2001) menyatakan suhu optimal bagi ternak di daerah tropis adalah 22 sampai 31°C.

Kelembaban udara di dalam kandang lebih tinggi dibandingkan penelitian Farid (2012) yaitu 91.00±2.14 (pagi), 77.00±7.22 (siang) dan 81.00± 8.56 (sore). Kelembaban udara di dalam kadang yang tinggi mengakibatkan udara di dalam kandang mengandung uap air yang tinggi dan diduga dihasilkan dari proses respirasi ternak dari sore hari hingga pagi hari. Suhu dan kelembaban di sekitar kandang dipengaruhi juga oleh kondisi cuaca selama penelitian yaitu musim hujan. Menurut BMKG (2013), curah hujan pada bulan Januari sebesar 509.8 mm lebih tinggi dibandingkan curah hujan bulan Februari sebesar 406.2 mm.

(19)

me-6

nyatakan bahwa proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen pemeliharaan. Rataan respon fisiologis pada domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Respon fisiologis pada domba selama penelitian Jenis Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda

menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0.05); P0 = 50% rumput lapang+50% konsentrat; P1 = 50% rumput lapang+50% limbah tauge

Suhu tubuh, denyut jantung dan frekuensi respirasi mempunyai hubungan yang erat. Jika suhu tubuh mengalami peningkatan, maka respirasi akan semakin cepat dan denyut jantung mengalami pulsus (Isnaeni 2006). Suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi domba pada penelitian ini masih berada pada kisaran normal di daerah tropis yaitu suhu rektal 38.2-40 °C, denyut jantung 70-80 kali/menit serta laju respirasi 15-25 hembusan/menit (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

Respon fisiologis pada DET dan domba garut tidak berbeda nyata (P>0.05), namun perlakuan pakan berpengaruh terhadap respon fisiologis domba (P<0.05). Pakan P0 mengakibatkan respon fisiologis domba lebih tinggi dibandingkan P1, baik DET maupun domba garut. Hal tersebut diduga karena kandungan air pada limbah tauge lebih tinggi dibandingkan konsentrat sehingga dapat mengimbangi peningkatan panas yang terjadi di dalam tubuh ternak. Selain itu kandungan vitamin C (asam askorbat) pada limbah tauge dapat mempengaruhi respon fisio-logis domba seperti mengurangi tingkat stres pada domba (Mugendi et al. 2010; Shah et al. 2011).

Kondisi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari peternak. Ternak yang dipilih merupakan ternak yang sehat, normal atau tidak cacat dan sudah lepas sapih berumur dibawah satu tahun (I0). Sebelum masa adaptasi, ternak diberi obat cacing, vitamin dan obat tetes mata. Pada awal masa adaptasi domba ekor tipis banyak mengalami sakit orf atau radang di sekitar bibir (45%), sehingga kon-sumsi pakan menurun. Selama penelitian berlangsung, masih terdapat gangguan kesehatan yang terjadi yaitu sakit mata (30%), diare (25%), kembung atau bloat (20%) dan orf (20%).

(20)

7

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

PBBH merupakan indikator kecepatan pertumbuhan seekor ternak selama pemeliharaan. PBBH dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Rataan PBBH domba da-pat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik rataan pertambahan bobot badan harian domba

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan, bangsa dan interaksi keduanya tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap PBBH domba. Pada Gambar 1 bahwa PBBH perlakuan pakan P1 lebih tinggi dari P0. Hal ini dikare-nakan kandungan protein dan TDN pada limbah tauge lebih tinggi dibandingkan konsentrat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soeparno (2005) bahwa kon-sumsi pakan yang mengandung protein dan energi yang tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Perlakuan pakan P1 baik DET maupun dom-ba garut mengalami peningkatan tiap minggunya. Namun pakan P0 pada DET minggu kedua dan domba garut minggu keempat mengalami penurunan yang di-sebabkan oleh bentuk pakan, faktor cuaca (curah hujan) serta kesehatan ternak. Hal ini didukung dengan pernyataan Hasanah (2006) bahwa curah hujan memiliki korelasi yang kuat dengan hijauan dan kesehatan domba.

Perbedaan respon laju pertumbuhan domba dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, pakan (perlakuan nutrisi yang berbeda), bangsa ternak yang diguna-kan, hormon dan jenis kelamin (Soeparno 2005; Yani dan Purwanto 2006). Dom-ba garut memiliki laju pertumbuhan yang rendah diduga karena genetik yang beragam, karena ternak domba yang digunakan tidak diseleksi terlebih dahulu dan domba yang diperoleh dari peternak kekurangan nutrien tertentu dari pakan yang digunakan pada induk dombanya. Pakan yang digunakan mengakibatkan bakalan domba mengalami kekurangan hijauan, terlihat pada saat penelitian berlangsung terdapat beberapa ternak domba yang memakan bulunya. Soeparno (2005) me-nyatakan bahwa ternak yang mengalami kekurangan gizi yang cukup saat pregnansi akan mengalami pertumbuhan kompensatori yang kurang sempurna. Hal ini akan mengakibatkan laju pertumbuhan yang lambat sehingga memperlam-bat tercapainya kedewasaan dan umur potong (Soeparno 2005).

(21)

8

DET pada penelitian ini memiliki PBBH sebesar 33.28±5.31 gram/ekor/hari (P0) dan 55.48±29.79 gram/ekor/hari (P1) lebih rendah dibandingkan penelitian Purnomo (2006) yaitu 89.28±31.77 gram/ekor/hari (DET, PK=16.15%, perlakuan pakan rumput lapang dan ampas tahu). Hal ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi, kecernaan pakan, sedangkan nilai rataan PBBH DET lebih tinggi dibandingkan domba garut karena DET diduga lebih baik dalam mencerna nutrien pakan.

DET merupakan jenis domba dengan kerangka kecil, sedangkan domba garut memiliki kerangka besar. Hal ini akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan dewasa tubuh dari masing-masing jenis domba. Soeparno (2005) menambahkan bahwa ternak tipe besar akan mulai gemuk pada berat tubuh yang lebih tinggi daripada ternak tipe kecil. DET akan cepat mencapai ukuran kerangka maksimal, selanjutnya mendepositkan energi untuk pertumbuhan otot sebaliknya domba garut, domba garut (pada umur yang sama) sedang mendepositkan energinya untuk mencapai pertumbuhan kerangka maksimal (dewasa tubuh). Dewasa tubuh akan berhubungan dengan bobot dewasa dan umur potong (Soeparno 2005).

PBBH domba dengan pemberian pakan P0 lebih rendah dibandingkan dengan P1. Bentuk fisik konsentrat yaitu mash menyebabkan waktu tinggal dalam rumen lebih cepat, sehingga tidak tersedia cukup waktu bagi mikroba untuk mencerna serat kasar di bagian rumen. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Budiman et al. (2006) yaitu perlakuan pakan dalam bentuk mash kurang efisien untuk dicerna serta kurang disukai oleh ternak.

Konsumsi Pakan

Ternak mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrien. Tingkat konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hewan, jenis pakan dan ling-kungan. Selain itu, daya tampung rumen yang terbatas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan kering. Rataan konsumsi bahan kering harian domba ekor tipis dan domba garut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Konsumsi bahan kering harian domba selama penelitian

Jenis Domba Perlakuan Pakan Rataan

P0 P1

Konsumsi bahan kering harian (gram/ekor/hari) DET 473.26 ± 137.53 b 537.83 ± 114.64 b 505.54 ± 143.59 a Garut 296.15 ± 117.09 b 336.74 ± 160.16 b 316.45 ± 145.37 b

Rataan 384.71 ± 100.45 b 437.28 ± 116.89 a 411.00 ± 107.48 b

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0.05); P0 = 50% rumput lapang + 50% konsentrat; P1 = 50% rumput lapang + 50% limbah tauge.

(22)

9 pakan terhadap bangsa, konsumsi DET lebih tinggi dibandingkan domba garut. Hal ini karena bobot awal domba yang digunakan berbeda. Konsumsi BK pakan pada DET maupun domba garut menunjukkan jumlah yang optimum yaitu ber-kisar antara 3%-4% dari BB. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tomaszewka et al. (1993) bahwa kebutuhan BK per ekor/hari untuk domba Indonesia dengan bobot tubuh 10-20 kg adalah 3.1%-4.7% dari bobot tubuh untuk PBBH hingga 100 g.

Secara umum palatabilitas domba dengan pakan P1 lebih baik dibanding-kan P0 terlihat dari konsumsi yang lebih tinggi (Gambar 2). Konsumsi P1 tinggi karena tekstur lembut, warna hijau cerah, tidak berdebu dan kandungan nutrisi pada limbah tauge. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Retnani et al. (2009) bahwa pakan berupa wafer dengan penambahan limbah tauge hingga 50%, lebih disukai domba karena tekstur dan aroma yang khas. Hal ini didukung Ensminger (2002) bahwa palabilitas pakan ternak ruminansia dipengaruhi oleh faktor rasa, kecerahan warna hijauan, tekstur dan kandungan nutrisi pakan.

Gambar 2 Grafik rataan konsumsi BK pakan

Pada Gambar 2 konsumsi BK pakan pada minggu kedua hingga minggu ke-enam meningkat, kecuali domba garut perlakuan P0 terjadi penurunan konsumsi pada minggu keempat dan meningkat lagi pada minggu keenamnya. Hal ini dika-renakan salah satu domba garut perlakuan P0 mengalami sakit diare sehingga konsumsi pakannya menurun. Setelah domba diobati dan sehat, konsumsi pakan meningkat kembali.

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan pakan yang dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu yang telah ditentukan dibandingkan dengan pertambahan bobot badan ternak. Semakin rendah nilai konversi pakan maka ternak semakin baik dalam mengkonversi pakan menjadi daging/otot. Rataan konversi pakan disajikan pada Tabel 6.

Konversi pakan pada kedua jenis domba tidak berbeda nyata (P>0.05). Konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, musim, suhu dalam kandang dan lingkungan, potensi genetik dan kandungan nutrien pakan (Hermawan 2009).

(23)

10

Tabel 6 Konversi pakan pada domba selama penelitian

Jenis Domba Perlakuan Pakan Rata-rata

P0 P1

DET 14.49 ± 2.65 11.92 ± 6.61 13.20 ± 4.72

Garut 14.36 ± 3.23 12.65 ± 3.40 13.51 ± 3.11

Rata-rata 14.42 ± 2.64 12.28 ± 4.72 13.35 ± 3.81

Keterangan : P0 = 50% rumput lapang + 50% konsentrat; P1 = 50% rumput lapang + 50% limbah tauge.

Konsumsi yang tinggi tidak diikuti dengan PBBH yang tinggi sehingga nilai konversi penelitian ini berbeda dengan nilai konversi penelitian Rianto et al. (2006) yaitu untuk domba umur 8-10 bulan (BB 15.36±1.64 kg) dan konversi pakan sekitar 13.52 (pakan rumput gajah dan konsentrat). Nilai konversi yang ren-dah untuk rataan secara keseluruhan dan perlakuan P1 serta lebih lebih tinggi untuk rataan perlakuan P0 jika dibandingkan penelitian Rianto et al. (2006). Begitu juga hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian Mathius et al. (1996) yaitu 8.8 (pakan rumput kering dan konsentrat, PK 15.01). Adanya perbedaan tersebut diduga terdapat pada keragaman genetik dari domba yang digunakan serta kandungan nutrien pada pakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsumsi pakan DET lebih baik dibandingkan domba garut dengan berian pakan yang sama. Performa domba jantan kategori umur I0 dengan pem-berian pakan rumput lapang + limbah tauge lebih baik dibandingkan pempem-berian pakan rumput lapang + konsentrat. Limbah tauge bisa dijadikan pakan alternatif sumber protein dan pengganti konsentrat.

Saran

Perlu dilakukan pemilihan bibit domba terlebih dahulu sehingga performa yang diharapkan bisa tercapai. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan ternak pada bangsa dan umur yang berbeda, metode pem-berian pakan seperti pempem-berian pakan dalam bentuk pelet serta kecernaan pakan.

DAFTAR PUSTAKA

(24)

11 [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data cuaca,

kelembaban dan curah hujan wilayah Darmaga Bogor. Bogor (ID): BMKG. Budiman A, Dhalika T, Ayuningsih B. 2006. Uji kecernaan serat kasar dan bahan

ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dalan ransum lengkap berbasis hijauan daun pucuk tebu (Saccharum officinarum). JIP. 6(2): 132-135.

Dilaga WS, Adiwinarti R. 2011. The effect of tofu cake as an additional feed on

local male sheep’s water consumption and their physiological response. Inter. J.

of Waste Ress. 1(2): 1-3.

Ensminger ME. 2002. Sheep and Goat Science. Ed ke-6. New York (US): Interstate Publisher Inc.

Farid A. 2012. Performa domba jonggol dan domba garut jantan dengan ransum komplit mengandung Indigofera sp. dan limbah tauge [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hartadi H, Reksohadiprojo S, Tillman AD. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Hasanah K. 2006. Penampilan domba ekor tipis jantan yang diberi konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada lama penggemukan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hermawan MU. 2009. Performa produksi domba ekor tipis jantan pada berbagai level substitusi kulit singkong terhadap rumput dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta (ID): Kanisius.

Kartasudjana R. 2001. Proses Pemotongan Ternak di RPH. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional.

Mathius IW, Martawidjaja M, Wilson A, Manurung T. 1996. Studi strategi kebutuhan energi protein untuk domba lokal : I. fase pertumbuhan . JITV. 2(2): 84-91.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.

Mugendi JB, Njagi ENM, Kuria EN, Mwasaru MA, Mureithi JG, Apostolides Z. 2010. Effects of processing technique on the nutritional composition and anti-nutrient content of mucuna bean (Mucuna pruriens L.). Afr. J. Agric. Res. Kotamadya Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Retnani Y, Syananta FP, Herawati L, Widiarti W, Saenab A. 2009. Physical characteristic and palatability of market vegetable waste wafer for sheep. Animal Prod. 12(1): 29-33.

(25)

12

Shah SA, Zeb A, Masood T, Noreen N, Abbas SJ, Samiullah M, Alim MA, Muhammad A. 2011. Effects of sprouting time on biochemical and nutritional qualities of Mungbean varieties. Afr. J. Agric. Res. 6(22): 5091-5098.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gajah Mada. Univ. Tangendjaja B, Wina E, Budiarsana IGM. 1994. Ransum penggemukan domba

dengan bahan lokal. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian RI.

Tomazweska MW, Mastika IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradarya TR. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID): Sebelas Maret Univ Pr.

Wandito DS. 2011. Performa dan morfometrik domba ekor gemuk dengan pemberian pakan konsentrat dan limbah tauge pada taraf pemberian yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media Petern. 29(1): 35-46.

(26)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam suhu rektal domba selama penelitian

Selang Kepercayaan db JK KT P

Perlakuan Pakan 1 0.31688 0.31688 0.002

Bangsa domba 1 0.00750 0.00750 0.493

Perlakuan Pakan* Bangsa domba 1 0.00021 0.00021 0.908

Galat 8 0.11630 0.01454

Total 11 0.44088

Lampiran 2 Hasil analisis ragam PBBH domba selama penelitian

Selang Kepercayaan db JK KT P

Perlakuan Pakan 1 1 154.7 1 154.7 0.070

Bangsa domba 1 1 641.8 1 641.8 0.158

Perlakuan Pakan* Bangsa domba 1 1 171.8 1 171.8 0.444

Galat 8 2 115.9 1 264.5

Total 11 4 084.3

Lampiran 3 Hasil analisis ragam konsumsi pakan selama penelitian

Selang Kepercayaan db JK KT P

Perlakuan Pakan 1 108 294 108 294 0.040

Bangsa domba 1 107 269 107 269 0.000

Perlakuan Pakan* Bangsa domba 1 171 431 171 431 0.592

Galat 8 111 068 111 383

Total 11 127 062

Lampiran 4 Hasil analisis ragam konversi pakan selama penelitian

Selang Kepercayaan db JK KT P

Perlakuan Pakan 1 123.44 123.44 0.346

Bangsa domba 1 166.16 166.16 0.622

Perlakuan Pakan* Bangsa domba 1 114.03 114.03 0.461

Galat 8 187.09 123.39

Total 11 230.72

Lampiran 5 Rumus untuk menghitung nilai TDN (Hartadi et al. 1993) Bahan Pakan Hijauan

% TDN = (-26.685) + 1.334 (SK) + 6.598 (LK) + 1.423 (Bet-N) + 0.967 (PK)

– 0.002 (SK)2 – 0.670 (LK)2– 0.024 (SK) (Bet-N) – 0.055 (LK) (BetN)

(27)

14

Bahan Pakan Konsentrat

% TDN = 22.822 – 1.440 (SK) – 2.875 (LK) + 0.655 (Bet-N) + 0.863 (PK) + 0.020 (SK)2 – 0.078 (LK)2 + 0.018 (SK) (Bet-N) + 0.045 (LK)(BetN)

– 0.085 (LK) (PK) + 0.020 (LK)2 (PK)

Keterangan : Bet-N = bahan ekstrak tanpa nitrogen; LK = lemak kasar; PK = protein kasar; dan SK = serat kasar.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1990 di Garut, Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak M. Cecep Sukmana (alm.) dan Ibu Siti Maryam. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1997 di SDN 2 Samarang. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Samarang (2003) dan SMAN 2 Tarogong Kidul (2006). Penulis diterima di IPB pada tahun 2009 melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Tekno-logi Peternakan, Fakultas Peternakan.

Gambar

Tabel 3  Rataan suhu dan kelembaban udara di lokasi kandang
Gambar  1   Grafik rataan pertambahan bobot badan harian domba
Gambar  2  Grafik rataan konsumsi BK pakan

Referensi

Dokumen terkait

Maka, informasi kandungan lemak pada sari fermentasi kedelai yang rendah bila dibandingkan sumber protein lain (susu hewani dan produk daging) juga perlu digencarkan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Kudu 02 Baki Sukoharjo dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan anak sekolah dasar mengenai pemilihan makanan

Bagaimanapun juga unsur-unsur Fungsi Ruang, Bentuk dan Ekspresi akan menentukan bagaimana arsitektur dapat meninggikan nilai suatu karya, memperoleh tanggapan serta

Teori ini sering digunakan untuk kota-kota yang termasuk sebagai kota metropolitan atau semi metropolitan dengan permasalahan yang cukup kompleks dalam kawasan

Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu

(c) Ada siswa SMAN 2 Bengkulu yang tidak lulus ujian nasional (d) Ada hewan berkaki empat yang berkembang biak dengan

Pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan produk domestik regional bruto perkapita (PDRB

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model Make A Match dengan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil