• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Domba Ekor Tipis Jantan Yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola Dan Kulit Singkong Pasca Transportasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Domba Ekor Tipis Jantan Yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola Dan Kulit Singkong Pasca Transportasi"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI

PAKAN RUMPUT

Brachiaria humidicola

DAN KULIT

SINGKONG PASCA TRANSPORTASI

SKRIPSI PANJI KUSUMAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

PANJI KUSUMAH. D14050527. 2011. Performa Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola dan Kulit Singkong Pasca Transportasi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr.Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi.

Ternak yang telah mengalami proses pengangkutan umumnya akan mengalami penyusutan bobot badan. Hal ini disebabkan karena ternak umumnya diangkut menggunakan mobil pick up atau truk dengan tingkat kepadatan dan suhu yang tinggi sehingga ternak mengalami stres selama diperjalanan. Penggunaan kulit singkong sebagai pakan ternak diharapkan dapat menjadi pakan alternatif untuk mengembalikan bobot badan domba pasca transportasi, karena kulit singkong merupakan pakan sumber energi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, namun penggunaannya harus dibatasi karena terdapat kandungan zat antinutrisi HCN.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian rumput Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda terhadap lama rekondisi domba ekor tipis jantan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari sampai 3 Maret 2009, di Laboratorium Lapang bagian Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi penelitian yang digunakan adalah domba ekor tipis jantan yang berumur dibawah 1 tahun berjumlah 12 ekor dengan bobot rata-rata 16,38 ± 0,92 kg. Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pakan yang berbeda, yaitu P0 (100% rumput Brachiaria humidicola dan 0% kulit singkong), P1 (75% rumput Brachiaria

humidicola dan 25% kulit singkong), P2 (50% rumput Brachiaria humidicola dan

50% kulit singkong) dan P3 (25% rumput Brachiaria humidicola dan 75% kulit singkong). Peubah yang diamati adalah penyusutan bobot badan pasca transportasi, lama rekondisi, pertambahan bobot badan selama masa pemulihan, konsumsi pakan selama masa pemulihan dan konversi pakan selama masa pemulihan. Rancangan statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA), jika hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian ransum tidak berpengaruh terhadap lama rekondisi, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Domba dengan perlakuan pemberian 25% kulit singkong dan 75% rumput Brachiaria humidicola menghasilkan waktu rekondisi yang paling cepat dan mengandung HCN dalam ransum yang lebih kecil dibanding batas ambang kemampuan domba dalam menerima HCN. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kulit singkong dapat digunakan sebagai pakan substitusi sumber energi bagi ternak pasca transportasi dengan kadar yang dapat direkomendasikan maksimum 25%.

(3)

ABSTRACT

Performance of Male Thin Tail Sheep Given of Brachiaria humidicola Grass and Cassava Hull After Transportation

Panji Kusumah, M. Yamin and S. Rahayu

Livestock transportation has been known to cause decrease in their body weight. This is because that livestock are generally transported by pick up car or truck with a high density and temperature so that livestock become stress during the trip. Using cassava hull as livestock feed is expected to become alternative feed for the

sheep’s body weight recovery, because the cassava hull is a source of energy with

high carbohydrate content, but its use should be restricted because there are HCN as antinutrition substances. Twelve yearling male indigenous local sheep with initial average body weight 16,94 ± 0,67 were used in this research. Dietary treatments consisted of R0 : 100% Brachiaria humidicola + 0% cassava hull, R1 : 75% cassava hull + 25% Brachiaria humidicola, R2 : 50% cassava hull + 50% Brachiaria

humidicola, R3 : 25% cassava hull + 75% Brachiaria humidicola. The experimental

design was randomized completely design. Variables observed were recondition time, body weight decrease, daily weight gain, feed consumption and feed conversion. The data were analyzed using Analysis of Variance and any significant differences were

further tested using Duncan’s test. The results showed that different level of

Brachiaria humidicola grass and cassava hull did not have effect on the time of

recondition, daily weight gain, average feed consumption and feed conversion during reconditioning periods. The conclusion of research is that cassava hull could be used as a feed substitute energy source for sheep after transportation, with recommended level of cassava hull can be 25%.

(4)

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI

PAKAN RUMPUT

Brachiaria humidicola

DAN KULIT SINGKONG

PASCA TRANSPORTASI

PANJI KUSUMAH D14050527

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : Performa Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola dan Kulit Singkong Pasca Transportasi Nama : Panji Kusumah

NIM : D14050527

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

(Dr. Ir. M. Yamin, M. Agr. Sc.) NIP. 19630928 198803 1 002

Pembimbing Anggota,

(Ir. Sri Rahayu, M. Si.)

NIP : 19570611 198703 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1987 di Sukabumi, Jawa Barat. Penulis adalah putra satu-satunya dari pasangan Bapak H. Dodo Sudrajat dan Ibu Hj. Ecin Kuraesin.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di SD Negeri 1 Cicurug, Sukabumi. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Cicurug, Sukabumi dan pendidikan menengah atas di SMA Terpadu Hayatan Thayyibah Sukabumi pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Ikatan Keluarga Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI), Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim Fakultas Peternakan (FAMM

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur Penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan nikmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan umat muslim hingga akhir zaman.

Penelitian yang penulis lakukan mengambil judul “Performa Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola dan Kulit Singkong

Pasca Transportasi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diketahui level pemberian pakan rumput Brachiaria

humidicola dan kulit singkong yang terbaik untuk performa domba ekor tipis jantan

pasca transportasi. Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna bagi penelitian-penelitian berikutnya dan dapat diterapkan secara nyata di masyarakat.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini dari semua pihak untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Terakhir, tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

(8)
(9)

viii Halaman

Rancangan dan Analisis Data ... 15

Perlakuan ... 15

Model ... 16

Kehomogenan Ragam ... 16

Uji Kenormalan ... 16

Kebebasan Galat ... 17

Peubah yang Diamati ... 17

Penyusutan Bobot Badan ... 17

Lama Rekondisi ... 18

Konsumsi Pakan ... 18

Pertambahan Bobot Badan ... 18

Konversi Pakan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Penyusutan Bobot Badan Pasca Transportasi ... 19

Lama Rekondisi ... 21

Konsumsi Pakan Selama Masa Pemulihan ... 23

Pertambahan Bobot Badan Harian Selama Masa Pemulihan ... 26

Konversi Pakan Selama Masa Pemulihan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

UCAPAN TERIMAKASIH ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Nutrisi Kulit Singkong dan Rumput B. humidicola ... 7

2. Kandungan Nutrisi Pakan yang Digunakan Selama Penelitian ... 12

3. Rataan Lama Rekondisi Domba Pasca Transportasi ... 21

4. Rataan Konsumsi Pakan Selama Masa Pemulihan ... 23

5. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba Selama Masa Pemulihan ... 26

(11)

vii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian ... 11 2. (a) Rumput Brachiaria humidicola; (b) Kulit Singkong ... 12 3. (a) Timbangan Pakan; (b) Kandang Individu; (c) Timbangan

Bobot Badan; (d) Ember Pakan ... 13 4. (a) Mobil Pengangkut Domba; (b) Kondisi Domba Selama

Pengangkutan ... 14 5. Diagram Rataan Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah Transportasi .... 37

2. Data Lama Rekondisi Domba Pasca Transportasi ... 38

3. Data Konsumsi Bahan Kering ... 39

4. Data Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Selama Masa Pemulihan ... 40

5. Data Konversi Pakan ... 41

6. Analisis Ragam Lama Rekondisi ... 42

7. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Pakan ... 42

8. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan ... 42

9. Analisis Ragam Konversi Pakan ... 42

10. Uji Asumsi Lama Rekondisi ... 43

11. Uji Asumsi Konsumsi Pakan ... 45

12. Uji Asumsi Pertambahan Bobot Badan ... 47

13. Uji Asumsi Konversi Pakan ... 49

14. Transformasi Nilai Konversi Pakan ... 51

15. Analisis Ragam Konversi Pakan Setelah Transformasi ... 52

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu hewan penghasil daging yang cukup banyak diminati di Indonesia. Populasi domba tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Namun penyebaran domba di beberapa wilayah tidak merata karena tingkat konsumsi dan produksi domba yang berbeda. Sebagai contoh wilayah Jakarta setiap tahun kekurangan ± 4000 ton daging domba untuk dikonsumsi, sebaliknya wilayah Jawa Barat setiap tahunnya menghasilkan ± 23000 ton daging domba lebih banyak dari kebutuhan konsumsinya (Direktorat Jendral Peternakan, 2009). Untuk mengatasi ketimpangan tersebut maka perlu dilakukan distribusi domba dari wilayah yang kelebihan ke wilayah yang kekurangan stok domba. Kendala utama dalam pendistribusian domba ini adalah penyusutan bobot badan selama perjalanan. Penyusutan bobot badan ini disebabkan domba mengalami stres selama pengangkutan. Stres pengangkutan ini dapat dipicu oleh beberapa hal, yaitu jarak pengangkutan, lama perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat kepadatan saat pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat perjalanan dan tingkat kerentanan terhadap stres.

Domba yang telah mengalami pengangkutan harus diperlakukan dengan baik sesampainya di kandang agar pengembalian bobot badan yang menyusut selama pengangkutan dapat berlangsung dengan cepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian pakan yang baik. Kualitas dan kuantitas pakan dapat mempengaruhi lama rekondisi domba karena pakan merupakan unsur yang sangat menentukan pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak.

(14)

2

(Gross Energy) yang cukup tinggi, yaitu sebesar 3.553 Kcal. Kandungan HCN dalam

kulit singkong dapat dikurangi hingga batas aman penggunaannya dengan menggunakan beberapa metode. Menurut Balagopalan et al. (1988), kandungan HCN dalam singkong dapat direduksi dengan metode pengeringan, perendaman, perebusan, fermentasi dan kombinasi dari proses-proses ini.

Tujuan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba (Ovis aries)

Klasifikasi Domba

Pengetahuan tentang bangsa-bangsa domba dengan segala ciri-cirinya sangat penting dalam usaha pemeliharaan domba, karena satu jenis domba memiliki keunggulan yang berbeda dengan jenis lainnya. Secara umum, ternak domba dikelompokan menjadi domba tipe potong, wol dan dual purpose, yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol. Domba diklasifikasikan menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Artiodactyla Family : Bovidae Genus : Ovis

Spesies : Ovis aries

Domba Ekor Tipis

Bangsa domba ekor tipis sangat kecil dan ekornya yang tidak menunjukan adanya tanda-tanda lemak, panjang ekornya tidak sampai pergelangan kaki. Bobot potongnya hanya sekitar 24 kg dan tinggi pundak sekitar 57 cm (Hardjosworo dan Levine, 1987). Domba ekor tipis memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulunya maupun karakteristiknya tidak seragam, dan hasil dagingnya relatif kecil atau sedikit.

(16)

4 Stres Selama Pengangkutan

Domba yang mengalami pengangkutan lebih dari 3 jam umumnya akan mengalami penyusutan bobot badan sesampainya di tempat tujuan. Hal tersebut disebabkan karena domba mengalami stres selama dalam perjalanan. Stres merupakan respon ternak terhadap kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi fisiologisnya. Tingkat stres pengangkutan dipengaruhi oleh jarak, lama perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat kepadatan saat pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat perjalanan, keefektifan istirahat setelah perjalanan dan sifat kerentanan terhadap stres (Fernandez

et al., 1996). Untuk mengurangi stres selama pengangkutan, domba yang baru

sampai di tempat tujuan sebaiknya dibiarkan menghirup udara segar (digembalakan) terlebih dahulu selama kurang lebih 30 menit, baru setelah itu dimasukan ke dalam kandang (Ramada, 2009) atau bisa juga dengan pemberian gula dan insulin pada domba (Dinasih, 2006).

Stres selama pengangkutan dapat mengakibatkan penurunan kandungan glikogen otot, penurunan persentase karkas, luka memar, kekurangan oksigen dan pengeluaran darah yang kurang sempurna pada saat pemotongan (Fernandez et al., 1996). Menurut Yuwono dan Sodiq (2006), penurunan kandungan glikogen disebabkan karena rendahnya precursor untuk pembentukan glukosa yang disuplai akibat kekurangan pakan. Pendapat serupa diungkapkan Leng (1970), yang menyatakan bahwa laju pemasukan glukosa meningkat seiring meningkatnya asupan energi.

Penyusutan Bobot Badan

(17)

5 mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keadaan diam atau tidak terlalu banyak bergerak mengalami penyusutan bobot badan sebesar 3,6%. Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (1981) melaporkan bahwa penyusutan bobot badan domba dapat mencapai 4-9% apabila jarak transportasi hanya sekitar 80 km. Apabila jarak transportasi dari suatu daerah ke tempat lainnya mencapai sekitar 200 km, maka terjadi penyusutan bobot badan sekitar 8-10%. Apabila pengangkutan dilakukan secara baik serta pemberian pakan dan minum secara teratur selama perjalanan dengan jarak 1000-1500 km, ternyata penyusutan bobot badan hanya mencapai sekitar 4-5% (Muhearn, 1968).

Selama pengangkutan ternak mengalami urinase dan defikasi lebih sering terutama pada awal perjalanan sehingga mengalami penurunan bobot badan (Shorthose dan Wythes, 1988). Dehidrasi cairan pada ternak biasanya disebabkan karena meningkatnya frekuensi urinase, pernafasan dan pengeluaran cairan melalui keringat (Ingram, 1964). Menurut Puspianah (2008), penyusutan bobot badan domba terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan selama pengangkutan.

Kulit Singkong

Tanaman singkong (Manihot esculenta Crantz) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo

Euphorbialis, famili Euphorbiacea, genus Manihot dan spesies Manihot esculenta

Crantz. Ubi kayu atau singkong merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan tahan

(18)

6 singkong sebesar 3,48 juta ton, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi kulit singkong bagian dalam dapat dilihat pada Tabel 1.

Pemanfaatan kulit umbi ketela pohon sebagai pakan selain hijauan untuk ternak kambing dan domba sudah dilakukan oleh beberapa peternak, namun pemanfaatannya hanya dalam jumlah yang terbatas, sebab kulit umbi ketela pohon bila diberikan dalam jumlah besar dapat menimbulkan keracunan akibat hadirnya sianida yang dapat menyebabkan kematian (Gushairiyanto, 2003). Asam sianida adalah satu bahan kimia yang paling beracun dibanding bahan racun lainnya, karena asam sianida cepat bereaksi dengan organ/ sel hewan atau manusia dan merusaknya (Yuningsih, 1991).

Sifat racun kulit umbi ketela pohon jika dimakan ternak adalah akibat terbebasnya sianida dari glukosida sianogenik yang terkandung di dalam sel kulit umbi (Gushairiyanto, 2003). Hal ini disebabkan cairan rumen domba mampu membebaskan glukosida sianogenik menjadi sianida (Bahri, 1987).

Dosis letal minimum untuk sianida yang diberikan pada domba adalah sebesar 2,5-4,5 mg HCN/ kg bobot badan, namun jika domba merumput dapat tahan pada 15-20 mg HCN/ kg bobot badan/ hari (Sudaryanto, 1987). Dalam jumlah kecil, HCN dapat dinetralkan tubuh menjadi tiosianat (Rochmy, 2009). Apabila konsumsi sianida terlalu banyak atau melebihi batas toleransi, menyebabkan kerja kelenjar tiroid akan terganggu. Hal ini akan langsung mempengaruhi pertumbuhan karena sianida merupakan saingan kelenjar tiroid dalam mengambil yodium (Sudaryanto, 1987). Bahaya lain HCN pada kesehatan adalah pada sistem pernapasan, di mana oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN dan menyebabkan sesak napas (Purwantisari, 2007).

(19)

7 Rumput Brachiaria humidicola

Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea, terkenal dengan nama

Koronivia grass. Rumput Brachiaria humidicola merupakan tanaman tahunan,

perkembangan vegetatif dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di lapang segera membentuk hamparan (Skerman dan Rivers, 1990). Daunnya tidak berbulu dan umumnya menggulung untuk menahan penguapan air. Helai daunnya gepeng dengan panjang 12-25 cm dan lebar 5-16 mm. Panjang malai 7-12 cm. Malai terdiri dari 3-5 tandan, dengan panjang tandan 2-5 cm. Panjang spikelet kira-kira 5 mm sedangkan panjang floret 4 mm. Warna bunga ungu atau ungu kecoklatan. Jumlah kromosom yaitu 2n=72. Menurut Jayadi (1991), rumput Brachiaria

humidicola dapat ditanam secara vegetatif dengan pols, stolon atau biji. Rumput ini

mempunyai toleransi pada daerah dengan drainase kurang baik dan lebih tahan terhadap tekanan pengembalaan berat. Selain itu juga memiliki toleransi yang baik terhadap naungan dan secara kualitatif memiliki potensi yang baik sebagai hijauan pakan untuk ternak (Ginting dan Tarigan, 2006).

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Kulit Singkong dan Rumput B. humidicola

Pakan

Sumber : *) Hasil Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2004) **) Skerman dan Rivers (1990)

Kandungan nutrisi rumput Brachiaria humidicola dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karena perbedaan jenis naungan yang berpengaruh pada intensitas cahaya (Kurniawan et al., 2007), umur potong, sifat tanah dan iklim (Ginting dan Tarigan, 2006).

Konsumsi Pakan

(20)

8 mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut (Tillman et al., 1998). Salah satu indikasi ternak mengalami cekaman akibat transportasi dapat dilihat dari perubahan konsumsi pakannya (Grandin, 1993). Pengangkutan menyebabkan penurunan konsumsi BK pakan dan peningkatan konsumsi air minum (Moss, 1982). Peningkatan konsumsi air minum ini dilakukan domba untuk menurunkan panas tubuhnya dan mengganti cairan tubuh yang hilang selama pengangkutan (Rianto, et al., 2003). Upaya ternak untuk menurunkan panas tubuh dan mengimbangi jumlah air yang keluar dari tubuh adalah dengan meningkatkan konsumsi air minum (Isroli, 1990).

Suhu lingkungan kandang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi domba yang baru sampai di tempat tujuan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat berpengaruh langsung terhadap tingkat konsumsi pakan ternak. Apabila suhu lingkungan kandang relatif rendah maka akan merangsang peningkatan konsumsi BK pakan, sedangkan bila suhunya tinggi menyebabkan konsumsi pakan menurun karena konsumsi air minum meningkat, sehingga berakibat pada penurun konsumsi energi (Arora, 1995). Cockram et al. (2000) menyatakan dalam penelitiannya bahwa domba yang pada awalnya dipelihara di padang pegembalaan kemudian mengalami perlakuan transportasi selama 16 jam dan dimasukan ke dalam kandang, menghasilkan tingkat konsumsi pakan yang lebih sedikit dan tingkat konsumsi air minum yang lebih banyak dibandingkan domba yang sejak awal dipelihara dalam kandang. Selain faktor lingkungan, tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh daya palatabilitas pakan yang diberikan. Daya palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu penampilan dan bentuk makanan, bau, rasa dan tekstur (Church dan Pond, 1988). Berdasarkan faktor nutrisinya kandungan energi pakan sangat berpengaruh terhadap rataan konsumsi harian, sedangkan kandungan protein pakan sama sekali tidak berpengaruh terhadap konsumsi harian (Mathius et al., 2003).

Lama Rekondisi

(21)

9 sama, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan selama perjalanan (Lynch et al., 1992).

Mempercepat masuknya glukosa darah kedalam otot dengan pemberian insulin akan mempercepat masa rekondisi karena glikogen yang terkuras, yang mengakibatkan penurunan bobot badan, dapat diganti dengan cepat (Romadhona, 2008). Kualitas pakan yang diberikan pada domba dapat mempengaruhi lama rekondisi. Menurut Puspianah (2008), apabila kandungan protein kasar pada pakan semakin mendekati kebutuhan protein kasar yang dibutuhkan domba maka waktu rekondisinya akan semakin cepat.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak yang diberikan. Pertambahan bobot badan yang diperoleh ternak merupakan hasil zat-zat makanan yang dikonsumsi (Maryati, 2007). Parakkasi (1999) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan harian dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Ransum yang memiliki nilai nutrien tinggi dan tingkat palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak (Hermawan, 2009). Pertambahan bobot badan domba sangat dipengaruhi oleh kandungan pakan yang diberikan, terutama kandungan protein kasarnya (Puspianah, 2008). Proses penggilingan bahan makanan biasanya memberikan peningkatan yang relatif besar dalam performa ternak untuk hijauan yang berkualitas rendah, karena partikel serat menjadi kecil (Church dan Pond, 1988).

Pertumbuhan semua hewan kambing, yang pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat yang kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh (Ngadiyono, 1985). Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah 6 bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai kebutuhannya (Maryati, 2007).

Konversi Pakan

(22)
(23)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada tanggal 10 Februari hingga 1 Maret 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Kandang B). Analisis Proksimat pakan yang digunakan, dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Analisis asam sianida (HCN) kulit singkong dilakukan di Balai Besar Industri Agro, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian RI, Bogor.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 ekor domba jantan lokal yang berumur kurang dari satu tahun dengan rata-rata bobot badan 16,38 ± 0,92 kg. Domba diperoleh dari Pasar Hewan Cianjur, Jawa Barat.

Gambar 1. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian. Pakan dan Minum

Pakan yang digunakan adalah rumput Brachiaria humidicola yang diperoleh dari padang rumput laboratorium lapang ruminansia kecil sedangkan kulit singkong diperoleh dari industri rumah tangga keripik singkong di kompleks Pesantren Darul

(24)

12 Kampus IPB, Darmaga, Bogor. Rumput Brachiaria humidicola yang diberikan, sebelumnya diangin-anginkan terlebih dahulu supaya rumput tidak terlalu basah saat diberikan pada domba. Kandungan nutrien rumput Brachiaria humidicola dan kulit singkong yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan yang Digunakan Selama Penelitian

Jenis sampel BK ABU PK SK LK BetN TDN GE HCN

--- (%) --- (Kcal) (mg/ kg pakan)

B. humidicola 17,22 1,31 1,53 4,67 0,40 9,21 -

100 7,65 8,94 27,28 2,34 53,79 43,88

Klt. Singkong 25,00 0,74 2,51 2,52 0,19 19,04 - 922

100 3,05 10,05 10,10 0,73 76,08 82,42 3552 440

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor. 2009.

Keterangan : BK : Bahan Kering BetN : Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen PK : Protein Kasar TDN : Total Digestible Nutrient

SK : Serat Kasar GE : Gross Energy

LK : Lemak Kasar HCN : Asam Sianida

(a) (b)

Gambar 2. (a) Rumput Brachiaria humidicola dan (b) Kulit Singkong Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kandang individu dengan ukuran 120 x 80 x 120 cm. Dindingnya terbuat dari tembok semen dengan atap tipe monitor berbahan asbes dan lantainya terbuat dari kayu. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan antara lain tempat pakan untuk rumput dan kulit singkong serta tempat air minum dari ember plastik kapasitas tiga liter, thermometer, timbangan pegas merk “THREE

(25)

13 obat-obatan. Kandang dan beberapa peralatan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

(b)

(a) (c)

(d)

Gambar 3. (a) Timbangan Pakan, (b) Kandang Individu, (c) Timbangan Bobot Badan dan (d) Ember Pakan.

Prosedur

Persiapan

(26)

14 Transportasi Ternak

Domba diangkut dengan menggunakan mobil pick up merk suzuki carry 1,5 yang pada bagian baknya bisa dibuat dua tingkat, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Bak mobil mempunyai atap dan pagar yang terbuat dari besi yang berfungsi sebagai penahan domba agar tidak kabur dan pelindung dari terik matahari dan hujan. Luasan bak mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut 12 ekor domba penelitian adalah ± 1,6 m2, apabila dirata-ratakan maka setiap ekor domba akan menempati luas 0,135 m2. Pengangkutan dilakukan siang hari dan menempuh jarak ± 108 km selama ± 6,5 jam. Selama diperjalanan domba berada dalam posisi duduk dan tidak diberi makan maupun minum.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Mobil Pengangkut Domba dan (b) Kondisi Domba Selama Pengangkutan.

Pelaksanaan Penelitian

(27)

15 Pemeliharaan

Pemeliharaan domba dilakukan selama tiga minggu, mulai 10 Februari hingga 1 Maret 2009. Selama penelitian berlangsung domba dipelihara dalam kandang individu dengan pemberian pakan berupa rumput Brachiaria humidicola

dan kulit singkong sesuai dengan perlakuan. Domba diberikan pakan berdasarkan kebutuhan total bahan kering yaitu 3,5% dari bobot badan. Domba diberi pakan tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari (06.00-07.00 WIB), siang hari (12.00-13.00 WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB). Pemberian air minum dilakukan secara ad-libitum.

Pemberian kulit singkong diberikan dalam wadah plastik berupa ember, sedangkan rumput diberikan dalam bentuk segar. Pemberian kulit singkong pada domba yang mengalami perlakuan P1, P2, dan P3 dilakukan pada pagi hari (didahulukan) dan pemberian rumput dilakukan pada siang dan sore hari. Kulit singkong yang diberikan terlebih dahulu ini dimaksudkan karena kulit singkong tergolong jenis pakan baru dan memiliki sifat palatabilitas yang rendah, sehingga tidak terlalu disukai oleh domba. Selanjutnya sisa pakan ditimbang keesokan harinya, sebelum pemberian pakan di pagi hari. Setiap hari dilakukan penimbangan domba, penimbangan sisa pakan, pemberian pakan, pembersihan kandang dan alat, serta pemeriksaan kesehatan ternak.

Akhir Pemeliharaan

Penelitian ini berakhir ketika masing-masing domba jantan sudah mencapai bobot badan semula, yaitu bobot badan awal yang diperoleh pada saat domba akan diangkut dari Pasar Hewan Cianjur. Hal inilah yang dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui lama rekondisi domba ekor tipis jantan dengan pemberian rumput

Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda.

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pemberian pakan dengan tiga ulangan yaitu:

(28)

16 P3 = 25% rumput Brachiaria humidicola dan 75% kulit singkong.

Model

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap. Faktor perlakuannya adalah pemberian pakan pada taraf yang berbeda. Masing–masing taraf perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya ( 2002 ) adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi+ εij

Yijk = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j µ = Rataan umum

αi =Pengaruh persentase ransum level ke-i (P0, P1 , P2 , P3 ) εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

i = Perlakuan ke-i (0, 1, 2 dan 3) j = Ulangan ke-j (1, 2 dan 3)

Menurut Aunuddin (2005), dalam kaitan dengan pendugaan dan uji hipotesis maka diperlukan beberapa asumsi tentang ε, yaitu berupa:

a) ε bersifat bebas terhadap sesamanya, b) Ragam ε homogen atau Var (ε) = σ2, dan c) Pola sebaran dari εadalah N (0, σ2).

Kehomogenan Ragam. Uji Bartlett sering digunakan untuk memeriksa kehomogenan ragam dalam bentuk pengujian hipotesis dengan HN bahwa ragam

antara perlakuan bersifat homogen (σ2

1= . . = σ2j = . . = σ2).

(29)

17 Kebebasan Galat. Peluang bahwa galat dari salah satu pengamatan yang mempunyai nilai tertentu harus tidak tergantung dari nilai-nilai galat untuk pengamatan yang lain.

Jika asumsi pokok tidak terpenuhi, salah satu jalannya adalah mentransformasi data. Transformasi data adalah usaha untuk merubah data dari suatu skala ke skala yang lain. Metode transformasi yang populer digunakan adalah Metode Box-Cox, yaitu dengan pemangkatan yang berupa:

untuk p ≠ 0 untuk p = 0

Parameter p dapat diperoleh secara empiris dari data, Box dan Cox menggunakan metode kemungkinan maksimal untuk menduga nilai tersebut.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dari pengaruh pemberian pakan rumput Brachiaria

humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda terhadap performa domba

pasca transportasi meliputi lama rekondisi, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan, serta penyusutan bobot badan sebagai data pendukung. Penyusutan bobot badan. Penyusutan bobot badan diperoleh dari hasil pengurangan bobot badan sebelum tansportasi dengan bobot badan setelah transportasi yang dinyatakan dalam persen, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan: Ba = bobot badan sebelum transportasi (kg) Bb = bobot badan setelah transportasi (kg)

Penyusutan bobot badan juga dapat diperoleh dalam bentuk kg, dengan rumus:

Penyusutan bobot badan = Ba – Bb

(30)

18 Lama Rekondisi (hari). Waktu yang dibutuhkan ternak untuk mengembalikan bobot badan yang hilang selama perjalanan. Lama rekondisi dicapai apabila domba sudah mencapai bobot badan awal (sebelum mengalami pengangkutan).

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari). Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) yaitu pakan yang diberikan per hari dikurangi dengan sisa pakan. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang diberikan pada ternak selama rekondisi.

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) = pakan yang diberikan (g/ekor/hari) – sisa pakan (g/ekor/hari)

Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) yaitu bobot badan yang diperoleh dari selisih bobot badan akhir dengan bobot badan awal selama penelitian dibagi lama penelitian.

Keterangan: Ba = bobot badan awal (g) Bb = bobot badan akhir (g)

Konversi Pakan. Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi terhadap pertambahan bobot badan. Konversi pakan dihitung dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi pertambahan bobot badan. Menggunakan hitungan bahan kering karena pakan yang diberikan tidak dalam bentuk ransum dan terdiri dari dua jenis bahan pakan yang berbeda.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyusutan Bobot Badan Pasca Transportasi

Ternak yang mengalami pengangkutan umumnya akan mengalami penyusutan bobot badan ketika sampai di tempat tujuan, hal ini disebabkan ternak mengalami stres selama dalam perjalanan akibat perubahan lingkungan, pembatasan pakan dan keterbatasan gerak tubuh. Penyusutan bobot badan digunakan sebagai data pendukung dari penelitian ini dikarenakan domba belum mengalami perlakuan pakan yang berbeda selama transportasi. Rataan penyusutan bobot badan domba penelitian pasca transportasi adalah 0,57±0,36 kg (3,39±2,25%). Nilai standar deviasi yang dihasilkan relatif tinggi, hal tersebut wajar karena domba belum mengalami perlakuan pakan yang berbeda selama transportasi, sehingga tinggi rendahnya penyusutan bobot badan tidak tergantung dari perlakuan pakan yang diberikan, namun kemampuan individu domba itu sendiri dalam mengatasi stres selama pengangkutan.

(32)

20 besar yaitu 40-50 ekor, maka nilai penyusutan tersebut berdampak sangat besar dan menyebabkan kerugian bagi peternak.

Gambar 5. Diagram Rataan Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah Transportasi

Selama perjalanan, domba diangkut dengan menggunakan mobil pick up

dengan luas per ekor ±0,135 m2. Luasan ini sedikit lebih kecil dari kepadatan yang dianjurkan oleh Direktorat Jendral Peternakan (1997), yaitu sebesar 0,16 m2/ekor untuk domba dengan bobot badan 20 kg. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena rataan bobot badan domba yang diangkut kurang dari 20 kg, yaitu sebesar 16,94±0,67 kg.

Menurut Knowles et al. (1995) dalam penelitiannya menyatakan bahwa domba yang diangkut selama 14 jam dan 15 jam akan mengalami penurunan bobot badan masing-masing sebesar 6,7% dan 8% per ekor. Penurunan bobot badan yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 3,39±2,25%, jauh lebih kecil daripada penelitian yang dilakukan Knowles et al. (1995), hal tersebut wajar karena lama pengangkutan domba pada penelitian ini hanya ±6,5 jam.

Pengangkutan domba dilakukan pada siang hari, ketika matahari cukup terik dan suhu lingkungan tinggi. Hal tersebut mengakibatkan tingkat stres pada domba menjadi semakin tinggi, karena domba merupakan hewan homeotermal sehingga peningkatan suhu rektal sebesar 0,740C sudah mengakibatkan domba tersebut stres

(33)

21 (Knowles et al., 1995). Thermoneutral Zone (TNZ) atau suhu lingkungan yang nyaman bagi domba adalah 22-31 °C (Darmanto, 2009). Semakin tinggi tingkat stres yang dialami domba selama pengangkutan, maka semakin tinggi pula penyusutan bobot badannya. Namun, tidak hanya faktor lingkungan saja yang mempengaruhi penyusutan bobot badan domba selama pengangkutan. Menurut Puspianah (2008), penyusutan bobot badan sangat dipengaruhi oleh kondisi domba dan metode dalam pengangkutan. Domba dalam kondisi baik, akan mengalami penyusutan bobot badan yang lebih kecil dibandingkan dengan domba dalam kondisi kurang baik, walaupun jarak pengangkutan yang ditempuh sama. Metode pengangkutan domba pada penelitian ini menggunakan mobil pick up dengan bak tertutup dan pagar pelindung di bagian sisinya. Selama pengangkutan domba berada dalam posisi duduk dan tidak terlalu banyak bergerak. Hasil penelitian Broom et al. (1996), menyatakan bahwa domba yang mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keadaan terus bergerak mengalami penyusutan bobot badan sebesar 5,5%, sedangkan domba yang mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keadaan diam atau tidak terlalu banyak bergerak mengalami penyusutan bobot badan sebesar 3,6%. Nilai penyusutan yang didapat Broom et al. (1996), mendekati hasil yang didapat pada penelitian ini yaitu 3,39%.

Lama Rekondisi

Lama rekondisi merupakan waktu yang dibutuhkan ternak untuk mengembalikan bobot badan yang hilang selama perjalanan. Lama rekondisi dicapai apabila domba sudah mencapai bobot badan awal (sebelum pengangkutan). Rataan lama rekondisi berdasarkan pengaruh pemberian konsentrasi pakan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Lama Rekondisi Domba Pasca Transportasi Perlakuan Rataan Lama Rekondisi (hari)

P0 6,67 ± 9,81

P1 2,67 ± 1,53

P2 4,00 ± 3,00

(34)

22 Tabel 3 menunjukan bahwa pemberian pakan dengan konsentrasi kulit singkong dan rumput Brachiaria humidicola yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap lama rekondisi domba pasca transportasi (P>0,05). Rataan waktu rekondisi tercepat dihasilkan oleh P1 selama 2,67 hari sedangkan waktu rekondisi terlama diperoleh oleh P3 selama 12 hari. Rataan lama rekondisi domba selama penelitian mengalami keragaman yang cukup tinggi terutama pada P0 dan P3, hal ini terlihat dari tingginya nilai standar deviasi yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap individu domba dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Lynch et al., 1992). Selain itu, domba penelitian diperoleh dari pasar hewan yang merupakan tempat berkumpulnya domba yang berasal dari berbagai peternakan, sehingga menejemen pemeliharaan sebelumnya tidak sama.

(35)

23 Hal ini dikarenakan kulit singkong yang diberikan pada domba P1 tidak terlalu banyak, sehingga kandungan HCN yang dikonsumsi dalam tubuh masih aman dan bisa dinetralkan oleh tubuh menjadi tiosinat (Rochmy, 2009). Tidak adanya kendala HCN menyebabkan protein kasar dalam kulit singkong bisa langsung dicerna dan diserap oleh tubuh tanpa khawatir akan terjadi gangguan kesehatan.

Konsumsi Pakan Selama Masa Pemulihan

Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana kandungan zat makanan di dalamnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut. Tabel 4 memperlihatkan rataan konsumsi BK harian domba berdasarkan pengaruh pakan selama penelitian. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rataan konsumsi pakan domba selama rekondisi.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Pakan Selama Masa Pemulihan

Perlakuan Konsumsi Bahan Kering (BK)

B. humidicola Kulit Singkong Total

--- g/ekor/hari ---

P0 411,42 ± 67,66 0,00 411,42 ± 67,66

(36)

24 menyukainya. Setelah diberikan selama beberapa hari, beberapa domba sudah mulai terbiasa dan mulai menyukai kulit singkong namun sebagian lagi masih tidak menyukainya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap individu domba dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Lynch et al., 1992). Domba P0 menghasilkan nilai standar deviasi yang relatif kecil dan nilai konsumsi yang cukup tinggi dikarenakan domba sudah terbiasa mengkonsumsi rumput ketika dipelihara di peternakan rakyat, sehingga tidak kaget ketika diberikan pakan rumput

Brachiaria humidicola selama penelitian.

Gambar 6. Grafik Rataan Konsumsi BK (Bahan Kering) Harian

Gambar 6 menunjukan grafik rataan tingkat konsumsi BK harian domba yang sangat fluktuatif. Ternak yang mengalami stres akibat pengangkutan akan mengalami fluktuasi konsumsi pakan di awal pemeliharaan karena kondisi tubuh ternak yang belum sepenuhnya pulih dan masih dalam tahap adaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, ada dua faktor lain yang mempengaruhi fluktuasi ini, yaitu pengaruh ternak yang mengalami sakit dan kualitas pakan yang tidak seragam.

(37)

25 beberapa domba lain disekitarnya terkena penyakit ini pula. Penyakit mata atau pink eye biasa terjadi pada domba yang yang mengalami perjalanan jauh atau terkena debu. Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan kebutaan, penurunan berat badan dan biaya pengobatan yang mahal (Mininggu, 2010). Penyakit ini menyebabkan mata menjadi perih terutama jika terkena cahaya sinar matahari. Tingkat konsumsi pakan menjadi menurun akibat domba harus menahan sakit pada matanya sepanjang waktu. Selain penyakit pink eye, penyakit orf juga kerap terjadi pada domba selama penelitian. Penyakit ini menyerang domba P0 pada hari ke-6 dan berlangsung selama kurang lebih satu minggu, tapi beruntung penyakit ini tidak sampai menyerang domba lain dan hanya menyerang domba P0 saja. Penyakit orf merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus parapoxvirus yang dapat hidup lama di luar induk semang dan umumnya akan menyerang ternak selama 1-4 minggu. Walaupun penyakit ini relatif kurang berbahaya namun adanya gangguan nafsu makan menyebabkan laju pertambahan bobot badan ternak menjadi rendah, resistensi terhadap penyakit lain menurun dan akibatnya penyakit sekunder masuk, menyebabkan hewan tersebut sakit (Kartasudjana, 2001). Penurunan nafsu makan terjadi karena pada saat mengunyah makanan ternak mengalami sakit pada bagian mulut yang terkena orf sehingga peoses makan menjadi terganggu.

(38)

26 dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada beberapa hal yaitu penampilan dan bentuk makanan, bau, rasa, tekstur, dan suhu lingkungan.

Pertambahan Bobot Badan Harian Selama Masa Pemulihan

Pertambahan bobot badan harian merupakan salah satu faktor yang biasa digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan ternak. Rataan pertambahan bobot badan harian domba selama masa pemulihan berdasarkan pengaruh pemberian konsentrasi pakan yang berbeda selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba Selama Masa Pemulihan Perlakuan Rataan Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari)

P0 141,67 ± 57,95

P1 113,33 ± 49,33

P2 95,00 ± 37,75

P3 78,33 ± 122,71

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pakan dengan konsentrasi kulit singkong dan rumput Brachiaria humidicola yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian domba (P>0.05). Pertambahan bobot badan terendah diperoleh oleh P3, yaitu sebesar 78,33±122,71 g/ekor/hari. Sedangkan pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh oleh P0, yaitu sebesar 141,67±57,95 g/ekor/hari. Cheeke (1999) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertambahan bobot badan. Kuantitas pakan yang dimaksud adalah seberapa banyak jumlah pakan yang dikonsumsi, sedangkan kualitas pakan berhubungan dengan tingkat nutrisi pakannya. Ini berarti pertambahan bobot badan harian domba dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan nutrisi pakan. Semakin tinggi tingkat konsumsi dan nutrisi pakannya, semakin tinggi pula pertambahan bobot badan hariannya. Hal yang hampir serupa juga diungkapkan Rianto et al. (2006), yang menyatakan konsumsi energi dan protein yang tinggi menghasilkan laju pertumbuhan yang cepat sehingga meningkatkan PBBH.

(39)

27 kualitas pakan yang lebih baik daripada rumput Brachiaria humidicola, ini terlihat dari perbandingan kandungan PK dan TDN yang lebih tinggi pada kulit singkong. Namun kulit singkong memiliki zat antinutrisi HCN yang cukup berbahaya bagi kesehatan bila dikonsumsi terlalu banyak, sehingga perlu dibatasi dalam penggunaannya sebagai pakan ternak. Zat HCN inilah yang menyebabkan tingkat palatabilitas kulit singkong menjadi rendah, sehingga tingkat konsumsinya menjadi berkurang. Sebaliknya, rumput Brachiaria humidicola memang memiliki kualitas pakan yang lebih rendah dibanding kulit singkong, namun juga memiliki tingkat palatabilitas yang cukup tinggi karena merupakan makanan pokok bagi ternak ruminansia dan tidak ada pembatasan dalam penggunaannya.

Pertambahan bobot badan domba yang tidak seragam juga dapat terjadi karena pengaruh HCN dalam kulit singkong yang dikonsumsi domba. Kulit singkong yang digunakan dalam penelitian ini mengandung HCN sebesar 440 mg/ kg kulit singkong. Bila dihitung maka rataan tingkat konsumsi HCN per ekor domba berdasarkan perlakuan adalah sebesar 8,41 mg/ kg bobot badan/ hari (P1), 20,33 mg/ kg bobot badan/ hari (P2) dan 25,00 mg/ kg bobot badan/ hari (P3). Rataan konsumsi HCN tersebut relatif tinggi, terutama pada domba P2 dan P3. Menurut Sudaryanto (1987), dosis aman dalam mengkonsumsi HCN adalah sebesar 2,5-4,5 mg/ kg bobot badan/ hari, tetapi apabila domba mengkonsumsi rumput dapat tahan hingga 15-20 mg/ kg bobot badan/ hari. Selama penelitian berlangsung domba diberi pakan rumput

Brachiaria humidicola sehingga konsumsi HCN sebesar 8,41 mg/ kg bobot badan/

(40)

28 Gambar 7. Grafik Rataan Bobot Badan Harian

Gambar 7 memperlihatkan grafik rataan bobot badan harian domba, dimana terlihat semua domba mengalami peningkatan bobot badan di akhir pemeliharaan dibanding bobot badan semula. Gambar 7 juga memperlihatkan bagaimana grafik bobot badan harian domba yang cukup berfluktuatif.

Faktor utama yang menyebabkan fluktuasi bobot badan ini adalah tingkat konsumsi pakan yang juga sangat fluktuatif dan tidak menentu, seperti yang terlihat pada gambar 6. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1999), yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan harian dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Dengan kata lain tingkat konsumsi pakan berkolerasi positif terhadap bobot badan, semakin tinggi tingkat konsumsi pakannya maka semakin tinggi pula bobot badannya dan begitupun sebaliknya.

Selain faktor diatas, faktor lain yang berpengaruh adalah karena domba masih mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan baru, sehingga pola hidupnya masih belum teratur dan itu berakibat pada fluktuasi bobot badan. Lynch et al. (1992) menyatakan kemampuan tiap individu domba dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan berbeda-beda, menyebabkan pertambahan bobot badan hariannya berbeda pula.

Konversi Pakan Selama Masa Pemulihan

Konversi pakan adalah total pakan yang dikonsumsi untuk menaikan bobot tubuh satu satuan (Anastasia, 2007). Semakin rendah nilai yang diperoleh semakin efisien pakan yang diberikan pada ternak. Nesheim et al. (1979) menyatakan bahwa

(41)

29 konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktifitas tubuh, potensi genetik, nutrisi pakan, kandungan energi, penyakit, musim dan suhu dalam kandang serta lingkungan.

Tabel 6. Rataan Konversi Pakan Selama Masa Pemulihan Perlakuan Rataan Konversi Pakan

P0 19,64 ± 10,20

P1 19,16 ± 5,20

P2 23,33 ± 7,55

P3 150,45 ± 133,18

Tabel 6 memperlihatkan rataan konversi pakan, dimana hasil analisis sidik ragam konversi pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap perbedaan level pemberian pakan selama rekondisi. Rataan nilai konversi pakan yang dihasilkan dari penelitian ini mendekati nilai konversi pakan domba menurut NRC (1985) yaitu sebesar 4, terkecuali pada domba P3. Domba P3 menghasilkan nilai konversi pakan yang jauh lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu sebesar 31,77±27,83. Hal ini terutama disebabkan karena di akhir penelitian, domba P3 mengalami penurunan bobot badan secara drastis akibat tertular penyakit mata yang berasal dari domba P2. Selain itu, penurunan bobot badan domba P3 juga disebabkan karena akumulasi HCN dalam tubuh yang berasal dari konsumsi kulit singkong. Domba P3 mengkonsumsi kulit singkong lebih banyak daripada domba lainnya, sehingga jumlah akumulasi HCN yang terkandung dalam tubuhnya juga lebih banyak daripada domba lain. Akumulasi HCN ini menyebabkan domba mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan pernapasan (Purwantisari, 2007) dan pertumbuhan (Sudaryanto, 1987). Akibatnya bobot badan domba mengalami penyusutan bobot badan di akhir penelitian.

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pemberian imbangan kulit singkong dan rumput Brachiaria humidicola yang berbeda dalam ransum domba ekor tipis jantan pasca transportasi tidak berpengaruh terhadap performa domba yang meliputi lama rekondisi, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Domba dengan perlakuan pemberian 25% kulit singkong dan 75% rumput Brachiaria humidicola menghasilkan waktu rekondisi yang paling cepat dan mengandung HCN dalam ransum yang lebih kecil dibanding batas ambang kemampuan domba dalam menerima HCN. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kulit singkong dapat digunakan sebagai pakan substitusi sumber energi bagi ternak pasca transportasi dengan kadar yang dapat direkomendasikan maksimum 25%.

Saran

Penggunaan kulit singkong sebagai pakan alternatif sumber energi bagi ternak perlu dibatasi karena kandungan HCN yang terkandung di dalamnya sangat berbahaya bagi kesehatan. Sebaiknya dilakukan upaya pengurangan kadar HCN dalam kulit singkong seperti perendaman, pencucian, pengukusan, pengeringan dan fermentasi, sehingga lebih aman dalam penggunaannya sebagai pakan ternak khususnya domba. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah ternak yang lebih banyak, tingkat keseragaman yang lebih tinggi dan pada kondisi lingkungan yang lebih mendukung, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat.

(43)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul

“Performa Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria

humidicola dan Kulit Singkong Pasca Transportasi” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr.Sc. sebagai pembimbing utama skripsi dan Ibu Ir. Sri Rahayu, M.Si. sebagai pembimbing anggota skripsi, yang telah membimbing secara langsung dan bertanggung jawab terhadap kualitas tugas akhir. Terima kasih juga kepada Bapak M. Baihaqi, S.Pt. M.Sc. dan Ibu Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M.Si. yang banyak memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman tim penelitian laskar domba (Alwi, Ewa, MU, Aidil, Rudi dan Ade Irma) atas semangat, kerja sama dan dukungannya. Terima kasih juga kepada rekan-rekan yang telah membantu selama penelitian berlangsung (Mulya, Haer dan Pak Arif) serta Mas Budi dan keluarga besar Mitra Tani Farm atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan. Kepada Ibu Ir. Niken Ulupi MSi. sebagai pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan selama menjalankan perkuliahan di Fakultas Peternakan IPB.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang tua tercinta yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun materi serta doa tulus ikhlas yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih pula kepada Tomi, Dipa, Wardi, Fachri, Awlia, Dianti dan teman-teman Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Angkatan 42 lainnya, semoga kebersamaan yang selama ini terjalin dapat terus dijaga hingga akhir kelak. Terima kasih kepada pegawai dan staf Fakultas Peternakan IPB yang telah membantu dalam hal akademik. Teman-teman satu atap di Pondok As-Salam (Charles, Andi, Fatu, Abi, Wahyu, Dede, Amri, Asep, Alwi dan Almi) terima kasih atas semangat kekeluargaan dan kebersamaannya selama ini.

Bogor, Januari 2011

(44)

32 DAFTAR PUSTAKA

Akhirany, N. 1998. Nilai nutrisi ransum pellet berbasis jerami padi dengan berbagai level energi dan protein untuk pertumbuhan kambing kacang. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anastasia, A. 2007. Performa kambing lokal jantan pada lama penggemukan yang berbeda. Skripsi. Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi II. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Aunuddin. 2005. Statistika: Rancangan dan Analisis Data. IPB Press, Bogor.

Bahri, S. 1987. Peningkatan daya tahan kambing terhadap racun sianida. Disertasi. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Basis Data Statistik Pertanian. 2009. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. http://database.deptan. go.id/bdsp/index.asp. [12 Agustus 2009]. absence of transport. British Veterinary Journal. 152: 593-604.

Cahyono, B. 1998. Domba dan Kambing. Kanisius, Yogyakarta.

Cheeke, P.R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding, 2nd edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New York.

Church, D. C. & W. G. Pond. 1988. Basic Animal and Feeding. Joh Willey and Son. New York.

Cockram, M. S., J. E. Kent, P. J. Goddard, N. K. Waran, R. E. Jackson, I. M. McGilp, E. I. Southall, J. R. Amory, T. I. McConnell, T. O. Riordan & B. S. Wilkins. 2000. Behavioural and physiological responses of sheep to 16 h transport and a novel environment post-transport. The Veterinary Journal. 159: 139-146.

Darmanto, D. U. E. 2009. Respon fisiologis domba ekor tipis jantan yang diberi pakan rumput Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dinasih, E. 2006. Peningkatan mutu flavor daging yang dihasilkan dari domba yang diberi gula dan insulin pascatransportasi dengan waktu pemulihan yang berbeda. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. 1981. Pengembangan

(45)

33 terhadap Pustaka Ternak Domba Ekor Gemuk. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, Surabaya.

Fernandez, X., G. Yamin, J. Culioli, I. Legrand & Y. Quilichini. 1996. Effect of duration of feed withdrawal and transportation time on muscle charakteristic and quality in friesian holstein calves. J. Anim. Sci. 74: 1576-1783.

Ginting, S. P. & A. Tarigan. 2006. Kualitas nutrisi rumput Stenotaphrum secundatum

dan Brachiaria humidicola pada kambing. Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner. 453-458.

Grandin, T. 1993. Livestock Handling and Transport. Departenent of Animal Science. Colorado State University, Fort Collins.

Gushairiyanto. 2003. Penurunan kandungan sianida kulit umbi ketela pohon melalui perendaman. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. IX(2): 106-114.

Hardjosworo, P. S. & J. M. Levine. 1987. Pengembangan Peternakan di Indonesia. Model, Sistem dan Peranannya. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Hermawan, M. U. 2009. Performa produksi domba ekor tipis jantan pada berbagai level substitusi kulit singkong terhadap rumput dalam ransum. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Isroli. 1990. Intake makanan domba, suatu tinjauan aspek fisiologis. Media Peternakan. 6 (17): 17-22.

Ingram, M. 1964. Feeding meat animal before slaughter. Vet. Res., 76: 1305.

Jayadi, S. 1991. Pengenalan jenis tanaman pakan. Makalah Pelatihan Hijauan Makanan Ternak (Kalimantan II). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kartasudjana, R. 2001. Teknik kesehatan ternak. Modul Program Keahlian Budidaya Ternak. Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, Jakarta.

Knowles, T. G., P. D. Warriss, S. N. Brown, & S. C. Kestin. 1994. Long distance transport of export lambs. Veterinary Record. 134: 107-110.

Knowles, T. G., S. N. Brown, P. D. Warriss, A. J. Philips, S. K. Dolan, P. Hunt, J. E. Edwards & P. E. Watkins. 1995. Effects on sheep of transport by road for up to 24 hours. Veterinary Record. 136: 431-438.

Kurniawan, W., L. Abdullah & M. A. Setiana. 2007. Produksi dan kualitas rumput

Brachiara humidicola (Rend.) Sch, Digitaria decumbens Stent dan

Stenotaphrum secundatum (Walter) O.Kunt. di bawah naungan sengon, karet

dan kelapa sawit. Media Peternakan. 30(1): 11-17.

Leng, R. A. 1970. Glucose synthesis in ruminants. Adv. Vet. Sci. Comp. Med. 14: 209-260.

(46)

34 Maryati. 2007. Pengaruh bangsa dan jenis kelamin terhadap performa domba selama penggemukan. Skripsi. Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mathius, W., D. Sastradipradja, T. Sutardi, A. Natasasmita, L. A. Sofyan & D. T. H. Sihombing. 2003. Studi strategi kebutuhan energi protein untuk domba lokal: 5. induk fase laktasi. JITV. 8 (1): 26-39.

Mattjik, A. A. & I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Mininggu. 2010. Penyakit Bakterial pada Ruminansia. http://umm.ac.id. [06-06-2010]

Moss, R. 1982. Transport of Animal Intended for Breeding Production and Slaughter. Ministry of Agriculture. Fisheries and Food. Martin Nijhoff Publisher, London.

Muchtadi, D. 1989. Bahan Pengajaran Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut pertanian Bogor, Bogor.

Muhearn, C. J. 1968. Final steps before marketing. J. Agric. Sci., Cambridge. 9 (10). National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Revised

Edition. National Academy Press, Washington.

Nesheim, M. C., R. E. Austic & L. E. Card. 1979. Poultry Product. 12th Ed. Ea and Febiger, Philadelphia.

Ngadiyono, N. 1985. Studi pertumbuhan ternak kambing dipelihara secara tradisional di pedesaan sejak disapih sampai dengan umur dipotong. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Purwantisari, S. 2007. Gadung Solsi Sumber Pangan Berkarbohidrat. http:/wawasandigital.com. [12-08-2009].

Puspianah, R. 2008. Pengaruh penyusutan dan konsentrat terhadap pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi. Skripsi. Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ramada, A. 2009. Domba pun Bisa Mabuk. http://dombagarut.blogspot.com. [12-08-2009].

Rianto, E., D. Subiyantoro, Sularno & A. Purnomoadi. 2003. Konsumsi pakan dan air minum domba ekor tipis jantan setelah 4 dan 8 jam pengangkutan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor.

(47)

35 Rochmy, L N. 2009. Keracunan Makanan. http://suara-muhammadiyah.com.

[22-05-2009]

Romadhona, B. 2008. Pengaruh jenis kelamin terhadap lama rekondisi domba ekor gemuk yang diberi ransum komplit. Skripsi. Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Shorthose, W. R. & J. R. Wytes. 1988. Transport of Sheep and Cattle. In: Proceeding of 34th International Congress of Meat Science and Technology. Brisbane, Australia. 122-129.

Skerman, P. J. & F. Rivers. 1990. Tropical Grasses. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Smith, J. B. & S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Sudaryanto, B. 1987. Suplementasi Na2S2O3 ke dalam ransum berbahan dasar daun

singkong pada domba. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudaryanto. 1992. Reducing the HCN Content in Cassava Biomass. In New Technologies for Small Ruminant Production in Indonesia, Winrock International, Institute for Agricultural Development. P. 63-69.

Tillman, E., H. Hartadi, S. Reksohadiprajdo & S. Labdosoeharjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wardhani, D. K. 2006. Performans domba lokal yang digembalakan di padang rumput Brachiaria humidicola UP3 Jonggol dan penambahan dedak padi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yuningsih. 1991. Kasus keracunan sianida pada ternak. Balai Penelitian Veteriner, Bogor. Penyakit Hewan. 23 (41): 62-64.

(48)
(49)

37 Lampiran 1. Data Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah Transportasi

Perlakuan Sebelum Transportasi Sesudah Transportasi --- kg ---

P0U1 17 16,5

P0U2 17,7 17,3

P0U3 16,2 15,5

P1U1 16,5 16,5

P1U2 17,5 17,3

P1U3 17,2 16,4

P2U1 16 15

P2U2 16 14,8

P2U3 16,9 16,6

P3U1 16,8 16

P3U2 17,5 16,8

P3U3 18 17,8

Total 203,3 196,5

(50)

38 Lampiran 2. Data Lama Rekondisi Domba Pasca Transportasi

Ulangan P0 P1 P2 P3

--- hari ---

1 18 1 4 2

2 1 3 1 16

3 1 4 7 18

Total 425 340 285 235

Rataan/ekor 6,67 ± 9,81 2,67 ± 1,53 4,00 ± 3,00 12,00 ± 8,72

(51)

39 Lampiran 3. Data Konsumsi Bahan Kering

P0 P1 P2 P3

Ulangan

Rumput Total Rumput Kulit

Singkong Total Rumput

Kulit

Singkong Total Rumput

Kulit

(52)

Lampiran 4. Data Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Selama Masa Pemulihan

Ulangan P0 P1 P2 P3

--- g/ekor/hari ---

1 75 80 130 220

2 180 90 100 5

3 170 170 55 10

Total 425 340 285 235

Rataan/ekor 141,67 ± 57,95 113,33 ± 49,33 95,00 ± 37,75 78,33 ± 122,71

Keterangan: P0 = 100% rumput dan 0% kulit singkong selama 3 minggu P1 = 75% rumput dan 25% kulit singkong selama 3 minggu P2 = 50% rumput dan 50% kulit singkong selama 3 minggu P3 = 25% rumput dan 75% kulit singkong selama 3 minggu

(53)

41 Lampiran 5. Data Konversi Pakan

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 5,41 4,36 3,59 2,03

2 2,32 3,60 4,07 57,20

3 2,42 2,59 6,39 36,07

Total 10,15 10,55 14,05 95,3

Rataan/ekor 3,38 ± 1,76 3,52 ± 0,89 4,68 ± 1,50 31,77 ± 27,83

(54)

42 Lampiran 6. Analisis Ragam Lama Rekondisi

SK db JK KT F-hitung P

Perlakuan 3 153,33 51,11 1,11 0,399

Galat 8 367,33 45,92

Total 11 520,67

Lampiran 7. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Pakan

SK db JK KT F-hitung P

Perlakuan 3 5399,47 1799,82 0,53 0,675

Galat 8 27271,28 3408,91

Total 11 32670,75

Lampiran 8. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan

SK db JK KT F-hitung P

Perlakuan 3 6622,92 2207,64 0,40 0,759

Galat 8 44550,00 5568,75

Total 11 51172,92

Lampiran 9. Analisis Ragam Konversi Pakan

SK db JK KT F-hitung P

Perlakuan 3 1755,19 585,06 3,00 0,095

Galat 8 1561,87 195,23

Total 11 3317,06

(55)

43 Lampiran 10. Uji Asumsi Lama Rekondisi

Kenormalan

Nilai P > 0,05; maka nilai P menyebar normal.

Kehomogenan

Test for Equal Variances: RESI1 versus perlakuan

95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations

perlakuan N Lower StDev Upper Test statistic = 5,57; p-value = 0,135

(56)

44

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

3

Test for Equal Variances for RESI1

Nilai P > 0,05; maka nilai P bersifat homogen.

Kebebasan galat

Runs Test: RESI1

Runs test for RESI1

Runs above and below K = 2,220446E-16

The observed number of runs = 7 The expected number of runs = 7 6 observations above K; 6 below

* N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 1,000

(57)

45 Lampiran 11. Uji Asumsi Konsumsi Pakan

Kenormalan

Nilai P > 0,05; maka nilai P menyebar normal.

Kehomogenan

Test for Equal Variances: RESI1 versus perlakuan

95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations

perlakuan N Lower StDev Upper Test statistic = 6,58; p-value = 0,087

Gambar

Tabel 1.  Kandungan Nutrisi Kulit Singkong dan Rumput B. humidicola
Gambar 1.  Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian.
Gambar 2.  (a) Rumput Brachiaria humidicola dan (b) Kulit Singkong
Gambar 3. (a) Timbangan Pakan, (b) Kandang Individu, (c) Timbangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini sering digunakan untuk kota-kota yang termasuk sebagai kota metropolitan atau semi metropolitan dengan permasalahan yang cukup kompleks dalam kawasan

Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu

Kebutuhan air irigasi untuk mengaliri luas wilayah daerah irigasi Panunggal sebesar 9,62 ha dengan pola tanam padi- padi dimulai awal pengolahan lahan pada awal bulan

Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian di atas mungkin disebabkan kisaran ukuran ikan paweh yang diambil tidak begitu bervariasi (berkisar antara

Sama halnya seperti yang terjadi kepada keseluruhan informan, walaupun mereka menyaksikan sinetron dengan adegan yang sama, yaitu aksi-aksi yang terkesan negatif

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Yusephine Herdiana Rahayu Ningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Agresivitas Pajak terhadap

Baiknya Peranan Bidang Humas pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu dapat ditunjukkan oleh terlaksananya sebagian besar dari rangkaian

Penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum (2016) berjudul “Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK (Studi Kasus Multisitus).” Persamaan penelitian