• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Cerna Wafer Komplit Limbah Sayuran Pasar Terhadap Domba Ekor Tipis (Ovis aries)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Cerna Wafer Komplit Limbah Sayuran Pasar Terhadap Domba Ekor Tipis (Ovis aries)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA CERNA WAFER KOMPLIT LIMBAH SAYURAN

PASAR TERHADAP DOMBA EKOR TIPIS

(

Ovis aries

)

YOGI AJENG NINGRUM

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Cerna Wafer Komplit Limbah Sayuran Pasar Terhadap Domba Ekor Tipis (Ovis aries) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yogi Ajeng Ningrum

(4)

ABSTRAK

YOGI AJENG NINGRUM. Daya Cerna Wafer Komplit Limbah Sayuran Pasar Terhadap Domba Ekor Tipis (Ovis aries). Dibimbing oleh YULI RETNANI dan KOMANG G WIRYAWAN.

Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang berpotensi sebagai bahan pakan domba namun limbah sayuran pasar mudah rusak sehingga diperlukan pengolahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kecernaan domba ekor tipis terhadap pertambahan bobot badan domba yang diberi perlakuan pakan wafer komplit limbah sayuran pasar. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba ekor tipis dengan bobot badan antara 17 sampai 30 kg. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) berdasarkan bobot badan yaitu kecil, sedang, besar dengan 5 perlakuan yaitu : R1=100% pakan konvensional (hijauan dan dedak padi), R2=75% pakan konvensional + 25% wafer komplit limbah sayuran pasar, R3=50% pakan konvensional + 50% wafer komplit limbah sayuran pasar, R4=25% pakan konvensional + 75% wafer komplit limbah sayuran pasar, dan R5=100% wafer komplit limbah sayuran pasar. Komposisi wafer limbah sayuran terdiri dari klobot jagung, daun kembang kol, dan limbah kacang hijau. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian pakan wafer limbah sayuran pasar sampai taraf 50% tidak berpengaruh negatif terhadap kecernaan KCBK dan KCBO

Kata kunci: kecernaan, limbah sayur pasar, pertambahan bobot badan, wafer. ABSTRACT

YOGI AJENG NINGRUM. Digestibility of Market Vegetable Waste Wafer on Thin-Tail Sheep (Ovis aries). Supervised by YULI RETNANI and KOMANG G WIRYAWAN.

The vegetable waste is potential as feed for sheep, but it’s so easily damage, so that it is necessary to be processed. The purpose of this research was to investigate about the effect of vegetable waste wafer on body weight gain of sheep. This research used 15 Ovis musimon with body weight ranged between 17 until 30 kg. This research were arranged in Randomized Block Design which grouped by body weight with five treatments and three replications. The treatments were : R1=100% conventional feed (forage and rice bran), R2=75% conventional feed + 25% vegetable waste wafer, R3=50% conventional feed + 50% vegetable waste wafer, R4=25% conventional feed + 75% vegetable waste wafer, and R5=100% vegetable waste wafer. The composition ofwafercomplete feed of vegetable waste consisted of husk ofcorn, leavesof cauliflower, and bean sprouts waste.The results showed that the treatments until 50% were not gave negative effects on digestibility dry matter digestibility and organic matter digestibility

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DAYA CERNA WAFER KOMPLIT LIMBAH SAYURAN

PASAR TERHADAP DOMBA EKOR TIPIS

(

Ovis aries

)

YOGI AJENG NINGRUM

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Daya Cerna Wafer Komplit Limbah Sayuran Pasar Terhadap Domba Ekor Tipis (Ovis aries)

Nama : Yogi Ajeng Ningrum NIM : D24090122

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Komang G Wiryawan Pembimbing II

Tanggal Lulus: ( )

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 hingga November 2012 ini adalah daya cerna pakan wafer komplit limbah sayuran pasar. Pemilihan domba ekor tipis karena domba ekor tipis banyak ditemukan di peternakan rakyat dan berpotensi untuk dikembangkan. Pemanfaatan limbah sayuran pasar melalui pengolahan teknologi berupa wafer komplit merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai nutrisi dari limbah sayuran pasar. Limbah sayuran pasar yang digunakan adalah limbah sayuran dari Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Selain untuk meningkatkan nutrisi pakan juga mengurangi permasalahan sampah terutama permasalahan sampah di ibu kota.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat karya ilmiah ini kebih baik di masa mendatang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi di dunia peternakan.

Bogor, Februari 2014

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Rancangan dan Analisis Data 5

Perlakuan 5

Pakan Wafer Limbah Sayuran Pasar 7

Sifat Fisik Pakan 7

Konsumsi Nutrien Pakan 8

Pertambahan Bobot Badan 9

Efisiensi Pakan 10

Kecernaan Zat Makanan 10

Kecernaan Bahan Cering (KCBK) 11

Kecernaan Bahan Organik (KCBO) 12

SIMPULAN 12

SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(13)

UCAPAN TERIMAKASIH 16

DAFTAR TABEL

1 Susunan wafer komplit limbah sayuran pasar 2

2 Komposisi nutrien pakan (100%BK) 3

3 Komposisi nutrien pakan (100%BK) 3

4 Keadaan umum wafer komplit limbah sayuran pasar 7

5 Konsumsi nutrien pakan 8

6 Rataan pertambahan bobot badan dalam g ekor-1 hari-1 selama

pemeliharaan 8 minggu 9

7 Efisiensi Pakan (%) 10

8 Kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO)

pakan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Anova kecernaan bahan kering 15

2 Anova kecernaan bahan organik 15

3 Anova efisiensi pakan 15

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Persoalan sampah, terutama di Ibukota Jakarta telah menjadi masalah bagi warga setempat. DKI Jakarta merupakan wilayah dengan penduduk terpadat di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 14 469 km2 pada tahun 2010. Setiap harinya penerimaan sayuran di DKI Jakarta dari berbagai daerah mencapai puluhan bahkan ratusan ton minggu-1 di Pasar Induk Kramat Jati (Sumber BPS DKI Jakarta 2012).

Sumber sampah di Jakarta dapat berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pasar. Menurut Apriadji (1990)dan Sutamihardja (1978)limbah atau sampah secara umum merupakan zat-zat atau bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi. Hadiwiyoto (1983) menyatakan mengelompokkan sampah atau limbah secara khusus berdasarkan beberapa faktor yaitu menurut bentuk dan sifatnya. Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi sampah melalui cara reuse, reduce, dan recycle.

Pengurangan sampah di ibukota dapat dilakukan salah satunya dengan cara pemanfaatan limbah sayur pasar. Pemanfaatan limbah sayur pasar sudah banyak dilakukan oleh para peternak untuk digunakan sebagai makanan ternak. Namun dalam kenyataanya, limbah sayuran kurang diminati oleh hewan ternak karena tampilan fisik dan kandungan nutrisi yang kurang baik. Menurut Abun et al.

(2007) limbah sayuran memiliki nilai gizi rendah yang ditunjukkan dengan kandungan serat kasar tinggi, dengan kadar air yang tinggi walaupun dalam bahan kering kandunganPK berkisar 15 sampai 24%. Maka dari itu diperlukan pengolahan teknologi limbah sayur yangsalah satunya berupa wafer komplit limbah sayur pasar untuk menjadi pakan ternak. Ada beberapa pengolahan pakan diantaranya adalah pengolahan secara fisik, biologis, dan kimiawi (Yusmadi et al. 2008). Beberapa teknik pengolahan baik secara fisik, kimia, biologis maupun kombinasinya terbukti mampumeningkatkan nilai manfaat dari pakan limbah. Penelitian sebelumnya, Retnani et al. (2010) menggunakan pakan wafer limbah sayuran pasar untuk melihat produktivitas domba ekor gemuk. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa domba yang diberi pakan 50% rumput lapang dan 50% wafer limbah sayuran pasar mampu meningkatkan konsumsi bahan kering pertambahan bobot badan harian domba sebesar 19% sampai 24% dibanding domba yang tidak mengonsumsi wafer limbah sayuran pasar. Menurut ASAE (1994) wafer adalah pakan sumber serat alami yang dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan sehingga mempunyai bantuk ukuran panjang dan lebar yang sama.

(16)

2

penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan wafer komplit limbah sayur pasar terhadap kecernaan domba ekor tipis. Penelitian ini bermanfaat untuk mengurangi limbah sayur pasar yang tidak diolah sebagai sumber pakan bagi ternak domba ekor tipis melalui pengolahan pembuatan wafer. Selain itu mengetahui ransum terbaik dari penelitian ini melalui analisis kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.

METODE PENELITIAN

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan sebanyak 15 ekor domba ekor tipis jantan dengan bobot badan rata-rata 25.15±6.17 kg yang berumur 1 sampai 2 tahun .

Pakan

Bahan pakan yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu dedak padi, hijauan, dan wafer komplit limbah sayuran pasar. Wafer komplit limbah sayuran pasar yang diberikan dengan komposisi bahan baku seperti daun kembang kol, limbah kacang hijau, klobot jagung, bungkil kelapa, urea, molases, premix, CaCO3 (Retnani et al. 2010a). Limbah pasar yang dijadikan wafer komplit

diperoleh dari pasar induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Susunan ransum wafer komplit limbah sayuran pasar yang diberikan ditampilkan pada Tabel 1. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum.

Tabel 1 Susunan wafer komplit sayuran pasar

Bahan pakan Pemakaian (%)

Daun kembang kol 18.75

Limbah kacang hijau 32.50

Klobot jagung 18.75

Molases 5.00

Bungkil Kelapa 22.50

Urea 1.00

Premix 0.50

CaCO3 1.00

(17)

3 Tabel 2 Komposisi nutrien pakan (100% BK)

Komposisi

nutrien Hijauan Konsentrat Wafer

BK(%) 80.37 91.89 88.33 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor (2012)

Tabel 3 Komposisi nutrien pakan Komposisi R1: 100% Pakan konvensional (hijauan dan dedak padi); R2: 75% Pakan konvensional + 25% wafer komplit limbah sayuran pasar; R3: 50% Pakan konvensional + 50% wafer komplit limbah sayuran pasar; R4: 25% Pakan konvensional+ 75% wafer komplit limbah sayuran pasar; R5: 100% wafer komplit limbah sayuran pasar.

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor (2012)

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi peralatan untuk pembuatan wafer yang terdiri dari mesin chopper (kapasitas 500 kg jam-1, power 1 hp, phase 2, dan komponen utama pisau pemotong), mesin kempa, bak untuk mencampur ransum, timbangan. Kandang yang digunakan adalah kandang individu. Kandang berbentuk panggung dengan ukuran 200 cm x 100 cm x 100 cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan berupa bak papan kayu bersekat. Perlengkapan pengumpulan feses antara lain kantong plastik, keranjang, tali, dan spidol.

Lokasi dan Waktu

(18)

4

Prosedur

Pembuatan ransum perlakuan

Pembuatan wafer limbah sayuran pasar yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan. Limbah yang telah dikumpulkan lalu dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2 sampai 3 hari hingga kadar air bahan limbah sayuran pasar mencapai 13%. Setelah mencapai kadar air 13% maka dilakukan pencacahan menggunakan mesin chopper. Kemudian, cacahan limbah sayuran pasar tersebut dicampur dengan bahan lain seperti bungkil kelapa, molasses, urea, premix, dan CaCO3. Setelah tercampur rata dilakukan pencetakan dengan ukuran

5 cm x 5 cm x 5 cm dengan menggunakan mesin kempa dengan tekanan 200 kg cm-2 dan suhu 150 °C selama 15 menit. Kemudian wafer diangkat lalu didinginkan yang kemudian sebagian dari wafer akan dilakukan uji sifat fisik dan sebagian lagi dikemas dan disimpan di peternakan Cilangkap-Jakarta Timur selama 6 minggu. Penyimpanan ini menggunakan karung plastik ukuran 25 cm x 20 cm dengan isi per karung 20 buah wafer.

Pemeliharaan

Domba ditimbang bobot badan awalnya kemudian dikelompokkan lalu dimasukkan dalam kandang individu. Domba ekor tipis dipelihara dengan kandang individu berukuran 2 m3 x 1 m3 x 0.05 m3. Pemberian pada pagi hari berupa hijauan, siang hari berupa dedak padi, dan sore hari berupa wafer limbah sayuran pasar. Pemberian air minum diberikan dengan wadah ember plastik. Masa pemeliharaan selama 2 bulan dengan masa adaptasi selama 2 minggu. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari dimana pada pagi hari pukul 08.00 ternak domba diberikan pakan hijauan, pada siang hari pukul 12.00 diberikan pakan dedak padi, sisa pakan hijauan ditimbang sebelum diberikan dedak padi. Pada sore hari dedak padi yang tersisa ditimbang kemudian diganti oleh wafer komplit limbah sayuran pasar.

Perhitungan konsumsi pakan

Perhitungan konsumsi pakan dilakukan dengan menghitung selisih pemberian pakan pada ternak. Sesuai dengan perlakuan pemberian pakan pada pagi hari (pukul 08.00) berupa hijauan, perlakuan pemberian pakan siang hari (pukul 12.00) berupa dedak padi, dan sore hari (pukul 16.00) berupa wafer komplit limbah sayuran pasar. Sebelum pergantian pakan sisa pakan sebelumnya ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan ternak.

Pertambahan bobot badan

Pengukuran pertambahan bobot badan menggunakan alat timbang gantung dan karung. Pertambahan bobot badan didapat dengan pengukuran bobot badan awal penelitian sampai bobot badan akhir penelitian. Pengukuran dilakukan dua minggu sekali.

Efisiensi pakan

(19)

5 komsumsi BK (g ekor-1 hari-1)dibagi dengan pertambahan bobot badan (g ekor-1 hari-1).

Koleksi feses

Koleksi feses dilakukan selama 7 x 24 jam, feses yang dihasilkan kemudian diambil 10% dari jumlah total feses. Setelah hari ke-7 sampel dikomposit untuk setiap kelompok ternak atau individu ternak.Sampel feses dijemur dan dimasukkan dalam kantong plastik berlabel. Sampel feses kering matahari dimasukkan dalam oven 150 oC, kemudian ditimbang bobot konstan. Sampel dikompositkan dan digiling untuk analisis proksimat.

Pengambilan sampel pakan

Pengambilan sampel pakan dilakukan secara komposit baik hijauan, dedak padi, dan wafer komplit limbah sayuran pasar.

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

R1 : 100% pakan konvensional (hijauan dan dedak padi)

R2 : 75% pakan konvensional + 25% wafer komplit limbah sayuran pasar R3 : 50% pakan konvensional + 50% wafer komplit limbah sayuran pasar R4 : 25% pakan konvensional + 75% wafer komplit limbah sayuran pasar R5 : 100% wafer komplit limbah sayuran pasar

Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Pengelompokan berdasarkan bobot badan yaitu kecil, sedang, besar. Model matematika dari rancangan ini adalah :

Yij = µ + τi + ßj+ εij

Keterangan: µ = rataan umum τi = efek perlakuan ke-i

ßj = efek kelompok ke-j

εij =eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Sifat fisik pakan

(20)

6

kemudian ditimbang sisa bahan yang tertinggal pada tiap sieve. Modulus of Finess (MF) atau tingkat kehalusan adalah pengukuran kekasaran atau kehalusan agregat tertentu dihitung dengan menggunakan rumus :

MF =

2. Konsumsi nutrien pakan

Σ (% bahan tiap mesh × No Perjanjian ) 100

bahan dikategorikan berdasarkan nilai MF dengan ketentuan sebagaiberikut (Giger-Reverdin 2000):

nilai MF = 3.017 ≤ x ≤ 4.17 : kategori bahan kasar nilai MF = 0.9 ≤ x <3.017 : kategori bahan sedang nilai MF = x <0.9 : kategori bahan halus

Rataan ukuran partikel dihitung dengan rumus: D= (0.0041) x 2 MF x 2.54 x 10 x 1000 μm

Jumlah bahan kering dan bahan organik ditentukan dengan menghitung jumlah konsumsi bahan segar.

Konsumsi bahan kering = ∑ pakan yang dikonsumsi x BK pakan ransum Konsumsi bahan organik = ∑ pakan yang dikonsumi x BO pakan ransum Konsumsi protein kasar = ∑ pakan yang dikonsumsi x PK pakan ransum Konsumsi serat kasar = ∑ pakan yang dikonsumsi x SK pakan ransum Konsumsi lemak kasar = ∑ pakan yang dikonsumsi x LK pakan ransum 3. Pertambahan bobot badan

PBBH g hari-1 = 4. Efisiensi pakan

Penentuan efisiensi pakan dilakukan dengan perhitungan selisih bobot badan akhir dengan bobot badan awal (ekor-1) lama periode penelitian (hari-1).

Efisiensi pakan = x 100% Efisiensi protein = x 100% 5. Kecernaan zat makanan

Pengukuran kecernaan bahan kering

Kecernaan bahan kering = x 100%

Pengukuran kecernaan bahan organik

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pakan Wafer Limbah Sayuran Pasar

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan wafer limbah sayur pasar dimana sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari limbah sayuran pasar. Menurut Retnani et al. (2012) limbah sayuran memiliki beberapa kelemahan antara lain mudah busuk, voluminous (bulky) dan ketersediaannya berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan teknologi pengolahan pakan untuk membuat bahan menjadi tahan lama dan mudah disimpan. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pembuatan wafer hijauan. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan wafer limbah sayur pasar adalah limbah kacang hijau, klobot jagung, molasses, bungkil kelapa, urea, premix, CaCO3. Pembuatan

pakan berbentuk wafer melalui teknologi pengepresan dengan mesin kempa. Menurut ASAE (1994) wafer adalah pakan sumber serat alami yang dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan lebar yang sama.

Sifat Fisik Pakan

Peubah sifat fisik wafer yang diamati adalah warna, aroma, kepadatan, dan tekstur. Menurut Trisyulianti et al. (2003) wafer pakan komplit merupakan inovasi bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas, serta memiliki kandungan nutrisi yang lengkap karena penggunaan teknologi yang sederhana sehingga mudah diterapkan dan ekonomis. Keadaan umum wafer komplit limbah sayuran pasar dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 3 Keadaan umum wafer komplit limbah sayuran pasar

Peubah yang diamati Keadaan umum

Warna Coklat

Aroma Harum hijauan

Kepadatan Sangat padat

Tekstur/ukuran partikel (mm) (1.5±0.414)/sedang Sumber : Khasanah (2013)

(22)

8

suatu bahan pakan akan semakin tinggi pula nilai kecernaan. Berdasarkan hasil yang didapat nilai kerapatan wafer pakan komplit sedang sehingga nilai kecernaan yang didapatkan sedang.

Konsumsi Nutrien Pakan

Berdasarkan hasil data penelitian rerataan konsumsi bahan kering tiap perlakuan adalah R1 sebesar 1 599.40, R2 sebesar 1 635.03, R3 sebesar 1 637.10, R4 sebesar 1 468.43, R5 sebesar 1 481.86 dalam g ekor-1 hari-1. Data yang didapatkan tidak signifikan, hal ini berarti bahwa penambahan wafer komplit limbah sayuran pasar tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering. Palatabilitas ternak terhadap bahan makanan dapat mempengaruhi konsumsi bahan kering pakan tersebut. Palatabilitas mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK biasanya dipengaruhi oleh ukuran tubuh, jumlah energi yang terkandung dalam pakan, dan laju pencernaan.

(23)

9 Tabel 4 Konsumsi nutrien pakan

Total Konsumsi

Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5

--- g ekor-1 hari-1---

BK 1599.40±70.44 1635.03±89.52 1637.10±54.31 1468.43±46.63 1481.86±108.38 BO 1391.48±61.28 1462.31±80.06 1505.67±94.21 1402.79±44.54 1460.98±106.86 PK 264±17a 294±27ab 316±22c 303±11bc 343±25c LK 92.99±4.10 75.17±4.12 55.91±3.50 33.49±1.06 16.84±1.23 SK 319.88±14.09 363.93±13.01 376.53±12.49 352.42±11.19 370.46±27.10

TDN 953±59 1006±93 1038±68 954±41 1007±74

R1: 100% pakan konvensional (hijauan dan dedak padi); R2: 75% pakan konvensional + 25% wafer komplit limbah sayuran pasar; R3: 50% pakan konvensional + 50% wafer komplit limbah sayuran pasar; R4: 25% pakan konvensional+ 75% wafer komplit limbah sayuran pasar; R5: 100% wafer komplit limbah sayuran pasar.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan berat badan berdasarkan NRC (1985) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana. Penelitian ini menggunakan ternak domba jantan, pertambahan bobot badan harian jantan lebih tinggi dibanding dengan pada betina. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan pemberian wafer komplit limbah sayuran pasar sampai dengan taraf 100% tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan. Rata-rata pertambahan bobot badan domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g hari-1, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57 sampai 132 dalam g ekor-1 (Prawoto et al. 2001). Perlakuan R2, R3, R4, dan R5 sesuai dengan pernyataan tersebut dengan rataan PBB berkisar antara 85.71 dan 161.90 g ekor-1.

Tabel 5 Rataan pertambahan bobot badan dalam g ekor-1 hari-1 selama pemeliharaan 8 minggu

Bobot Badan Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5

Awal(kg) 24.80±7.46 25.67±7.23 25.60±7.46 24.73±7.75 24.93±6.43 Akhir(kg) 27.07±6.87 32.87±4.91 32.07±10.16 29.53±6.12 34.00±1.00 PBB(g ekor-1

hari-1) 40.48 128.57 115.48 85.71 161.90

PBBtotal

(24)

10

Efisiensi Pakan

Menurut Wiryawan et al.(2008), secara umum konsumsi pakan meningkat diikuti oleh meningkatnya bobot badan. Hal ini dikarenakan umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat seiring bertambahnya bobot badan sehingga mampu menampung pakan dalam jumlah yang lebih banyak. Efisiensi pakan didefinisikan sebagai perbandingan jumlah unit produk yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dengan jumlah unit konsumsi pakan dalam satuan waktu yang sama (Santosa 1995). Konsumsi bahan kering ransum selama penelitian berkisar antara 1 468.43 sampai1 637.10 dalam g ekor-1 hari-1. Selain itu, efisiensi pakan juga ditunjukkan melalui nilai konversi pakan yaitu hasil bagi antara jumlah konsumsi bahan kering ransum dan pertambahan bobot badan. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa efisiensi pakan R1 sebesar 1.15, R2 sebesar 7.19, R3 sebesar 6.08, R4 sebesar 6.28, dan R5 sebesar 10.37. Nilai efisiensi pakan terbaik ditunjukkan pada perlakuan R5 dimana perlakuan dengan 100% pakan wafer komplit limbah sayur pasar sebesar 10.37. Berdasarkan hasil analisis yang didapat nilai efisiensi pakan per kelompok tidak berbeda nyata. Konsumsi protein kasar selama pemeliharaan berkisar antara 297.56 sampai 336.79 dalam g ekor-1 hari-1. Pakan wafer komplit limbah sayuran pasar yang diberikan mengandung tingkat protein yang semakin meningkat dari perlakuan R1 sampai R5. Pakan perlakuan kontrol memiliki nilai efisiensi pakan lebih kecil dibandingkan perlakuan pakan wafer komplit dengan taraf yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khan et al. (1998) bahwa pemberian pakan ekstra dengan tingkat kandungan protein dan energi dapat meningkatkan retensi nitrogen dan efisiensi pakan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai efisiensi proetin kasar berkisar antara 7.07% sampai 50.86%.

Tabel 6 Efisiensi pakan (%)

Efisiensi Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5

Pakan 1.15±0.85 7.19±7.82 6.08±5.59 6.28±5.70 10.37±6.36 Protein 7.07±5.23 41.49±45.14 33.12±30.46 32.40±29.45 50.86±31.17 R1: 100% Pakan konvensional (hijauan dan dedak padi); R2: 75% Pakan konvensional + 25%

wafer komplit limbah sayuran pasar; R3: 50% Pakan konvensional + 50% wafer komplit limbah sayuran pasar; R4: 25% Pakan konvensional+ 75% wafer komplit limbah sayuran pasar; R5: 100% wafer komplit limbah sayuran pasar.

Kecernaan Zat Makanan

(25)

11 makanan umumnya dinyatakan sebagai koefisien cerna bahan kering (McDonald

et al. 1988). Kecernaan yang dilakukan dalam penelitian ini menururt Tillman et al. (1998) adalah kecernaan in vivo, dimana kecernaan nutrien menggunakan hewan percobaan melalui analisis nutrien pakan dan feses. Menurut Ranjhan dan Pathak (1979), menyatakan bahwa tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan dipengaruhi antara lain oleh jenis hewan, macam bahan pakan, jumlah ransum yang diberikan, cara penyediaan pakan, dan kadar nutrien yang terkandung. Adapun faktor lain yang mempengaruhi daya cerna ransum yaitu suhu, laju perjalanan pakan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, dan pengaruh terhadap perbandingan dari nutrien lainnya (Anggorodi 1994). Sebagian hijauan yang diberikan telah mengering, hal ini dapat menurunkan nilai kecernaan. Menurut Schneider dan William (1975) penyimpanan pakan kering untuk beberapa bulan, walaupun lebih disukai, dapat menurunkan nilai kecernaan. Pada organ kecernaan khususnya rumen dan retikulum berisi mikroorgasnisme seperti bakteri dan protozoa. Aktivitas mikroorganisme dalam pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan nilai kecernaan. Aktivitas mikroorganisme dalam mengurai partikel-partikel kecil pakan untuk memproduksi zat-zat kimia sederhana yang beberapa diserap oleh dinding lambung dan sebagian lagi dimanfaatkan oleh mikroorganisme. Pemberian perlakuan pakan selama pemeliharaan dilakukan masa penyesuaian selama dua minggu. Menurut Gatenby (1991) jenis pakan baru diberikan kepada ternak ruminansia seharusnya diperkenalkan secara perlahan-lahan guna memungkinkan mikroorganisme berubah karena mikroorganisme tidak dapat mengurai makanan asing dalam jumlah besar.

Tabel 7 Kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pakan

Peubah Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5

KCBK

(%) 65.11±0.97b 64.76±3.64b 67.01±0.33b 56.86±1.80a 55.74±2.57a KCBO

(%) 61.71±1.17b 60.66±4.50b 63.55±0.21b 51.00±2.30a 55.38±2.62a Huruf kecil yang berbeda nyata menunjukkan beda nyata pada taraf P<0.01. R1: 100% Pakan konvensional (hijauan dan dedak padi); R2: 75% Pakan konvensional + 25% wafer komplit limbah sayuran pasar; R3: 50% Pakan konvensional + 50% wafer komplit limbah sayuran pasar; R4: 25% Pakan konvensional+ 75% wafer komplit limbah sayuran pasar; R5: 100% wafer komplit limbah sayuran pasar.

Kecernaan Bahan Kering (KCBK)

(26)

12

analisis data yang diperoleh dari KCBK (%) perlakuan ransum baik R1, R2, R3, R4, dan R5 berdasarkan pernyataan Preston dan Leng (1987) kelima perlakuan termasuk kategori kecernaan bahan kering yang tinggi dan diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas ternak.

Kecernaan Bahan Organik (KCBO)

Nilai kecernaan bahan organik dari suatu pakan dapat menentukan kualitas pakan tersebut (Sutardi 1980). Berdasarkan hasil analisis laboratorium dapat diketahui bahwa nilai kandungan bahan organik (BO) hijauan sebesar 65.75%, konsentrat sebesar 83.9%, dan wafer sebesar 86.76%. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata (P>0.01) terhadap kecernaan bahan organik (KCBO). Rataan nilai KCBO pada perlakuan berkisar antara 51.00 sampai 63.55%. Pada R1 dan R3 memiliki nilai yang sesuai menurut Elita (2006) bahwa nilai rataan koefisien cerna bahan kering pada domba lokal sebesar 60.74%. Nilai rataan KCBO ini lebih besar dibandingkan dengan nilai KCBO domba lokal menurut Elita (2006) yaitu sebesar 60.74%. Perlakuan R3 memiliki KCBO tertinggi yaitu sebesar 63.55%. Hal ini menunjukkan nilai KCBO dan nilai KCBK berbanding lurus. Hal ini menunjukkan bahwa domba yang diberi perlakuan R1, R2, dan R3 tidak berbeda nyata.

SIMPULAN

Pemberian wafer komplit limbah sayuran pasar sampai taraf 50% tidak berpengaruh negatif terhadap kecernaan dengan nilai kecernaan sebesar 64.76% sampai 67.01% namun berpengaruh negatif terhadap konsumsi dan pertambahan bobot badan ternak.

SARAN

Pemeliharaan selama penelitian perlu dilakukan lebih dari dua bulan agar domba dapat menyesuaikan perlakuan pakan dalam pencernaan domba tersebut sehingga berdampak nyata terhadap pertambahan bobot badan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah AY, Qudsieh RI. 2008. Carcass characteristics of Awassi ram lambs slaughtered at different weights. Livestock Science 117:165-175.

(27)

13 Anggorodi R.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama.

[ASAE Standard] American Society for Agricultural Engineers Standard. 1994.

Wafers, Pellet and Crumbles-Definitions and Methode for Determaining Specific Weight, Durability and Moisture Content. In : Mc Ellhiney, R. R (ed). Feed Manufacturing Tech IV. Arlington (US): American Feed Industry Association.

Apriadji WH. 1990. Memproses Sampah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Masyarakat.

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2012. Jakarta dalam Angka 2012. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jakarta.

Elita AS. 2006. Studi perbandingan penampilan umum dan kecernaan pakan pada kambing dan domba lokal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gatenby RM.1991. Sheep. Edinburgh (DE) : University of Edinburgh.

Giger, Reverdin S. 2000. Characterization of feedstuffs for ruminants using some physical parameters. Anim. Feed Sci. Technol.86: 53-69.

Hadiwiyoto S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta (ID): Yayasan Idayu.

Kamal M. 1994. Nutrisi Ternak I. Yogyakarta (ID): Laboratorium Makanan Ternak Universitas Gadjah Mada.

Kearl LC. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. Utah (US) : Int’l Feedstuff Inst.

Khan MJ, Nisida T, Miyashige T, Hudateka K, Abe H, Kawakita Y. 1998. Effect of protein sources on digestibility of nutrients, balance of nitrogen and energy in goats and their in situ degrability in cattle.Asian Australas. J. Anim. Sci.11 (6): 673-679.

Khasanah NN. 2013. Perubahan sifat fisik dan uji akseptabilitas wafer pakan komplit ternak domba pada lama penyimpanan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

McDonald PRA, Edwards JFD, Green Halgh CA, Morgan. 1995. Animal Nutrition. New York (US) :John Wiley and Sons.

McDonald PRA, Edwards JFD, Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition4th Edition. New York (US): McGraw-Hill Book Company.

[NRC] National Research Council. 1985. Effect of Environment on nutrien requirements of domestic animals. Washington (US): National Academy Pr.

[NRC] National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Small Ruminants. Ed ke-6. Washington (US): National Academy Pr.

Prawoto JA, Lestari CMS, Purbowati E. 2001. Keragaan dan kinerja produksi domba lokal jantan yang dipelihara intensif dengan memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan campuran [abstrak hasil penelitian]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Preston TR, Leng RA. 1987. Matching Ruminant Production System with Available Resouces in the Tropics and Sub-Tropics.Armidale (US): Penambul Books.

(28)

14

Retnani Y, Basyemeleh S, Herawati L. 2009. Pengaruh Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer. Jurnal Ilmiah ilmu-Ilmu Peternakan 8(4): 197-198.

Retnani Y, Sondhy K, Lilis K, Andi S. 2010. Pemanfaatan wafer limbah sayuran pasar untuk ternak domba. Seminar Nasional teknologi peternakan dan veteriner [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta (ID). [diunduh 2013 mei 13]. Tersedia pada: Schneider BH, William PF. 1975. The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiments. Athens (GR): The University of Georgia Pr.

Santosa U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Sutamihardja RTM. 1978. Kualitas dan Pencemaran Lingkungan [laporan masalah khusus]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Bogor (ID) : IPB Pr.

Tillman D, Hartadi H, Rekshadiprodjo S, Prawirokusumo S, Ledbosoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University Pr.

Trisyuliati E, Suryahadi, Rakhma VN. 2003. Pengaruh peggunaan molasses dan tepung gaplek sebagai bahan pelekat terhadap sifat fisik wafer ransum komplit. Med. Pet. 26(2):35-39.

Toharmat T, Hotimah N, Nurasih E, Nazilah R, Noerzihad TQ, Sigit NA, Retnani Y. 2006. Status Ca, Mg dan Zn pada kambing peranakan etawa muda yang diberi ransum bentuk mash dengan pakan sumber serat berbeda.

Med. Pet. 30(2): 71-78.

Wiryawan KG, Anis M. 2008. Efektivitas Probiotik Bermineral Dalam Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pakan dan Pertumbuhan Ternak Domba. Seminar Departemen INTP; 2008 Januari 16. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Anova kecernaan bahan kering

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 14 373.049

Perlakuan 4 324.8235 81.20587 16.5288 3.837853 7.006077 SS*

Kelompok 2 8.921537 4.460769 0.907953 4.45897 8.649111 NS

Galat 8 39.30395 4.912994

Keterangan : JK: jarak kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Lampiran 2 Anova kecernaan bahan organik

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 14 373.049

Perlakuan 4 324.823 81.206 16.529 3.838 7.006077 SS*

Kelompok 2 8.922 4.461 0.908 4.459 8.649111 NS

Galat 8 39.304 4.913

Lampiran 3 Anova efisiensi pakan

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 14 463.770

Perlakuan 4 131.592 32.898 1.053 3.838 7.006077 NS

Kelompok 2 82.313 41.156 1.318 4.459 8.649111 NS

Galat 8 249.865 31.233

Lampiran 4 Anova pertambahan bobot badan

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Total 14 107674.792

Perlakuan 4 28714.097 7178.524 0.965 3.838 7.006077 NS

Kelompok 2 19433.296 9716.648 1.306 4.459 8.649111 NS

(30)

16

yogiajeng@gmail.com

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23 bulan November tahun 1991 dan diberi nama Yogi Ajeng Ningrum. Penulis adalah anak pertama dari bapak Gatot Wardiyanto dan ibu Suparmi. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Tarakanita 3 Jakarta pada tahun 2003 sampai 2006 kemudian sekolah menengah atas di SMA Negeri 29 Jakarta pada tahun 2006 sampai 2009 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor,

penulis pernah aktif di organisasi Forsa (2009 sampai 2010) dan pernah aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2010 sampai 2011 dan periode 2011 sampai 2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada Deptan-KKP3T yang telah mendanai

penelitian ini yang diketuai oleh Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc. Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc dan Prof Dr Ir Komang G Wiryawan, selaku dosen pembimbing atas bimbingannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Sri Suharti MSc selaku dosen penguji seminar pada tanggal 19 September 2013 atas saran dan nasihat yang telah diberikan. Ucapan terima kasih penulis ucapan kepada Dr Ir Suryahadi DEA dan Muhamad Baihaqi Spt MSc selaku dosen penguji pada sidang skripsi pada tanggal 9 Desember 2013 atas saran dan nasihat yang diberikan. Selain itu ucapan terima kasih penulis kepada dosen panitia seminar dan panitia sidang Dr Iwan Prihantoro Spt MSi atas saran dan nasihat yang diberikan. Terima kasih kepada Bapak Amir serta karyawan di peternakan rakyat Cilangkap, Jakarta Timur dan staf Laboratoriun Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor atas bimbingan, bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

(31)
(32)

Gambar

Tabel 1  Susunan wafer komplit sayuran pasar
Tabel 3  Keadaan umum wafer komplit limbah sayuran pasar

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pakan limbah tauge dan kangkung kering sebagai pakan alternatif pengganti rumput dalam ransum ternak domba ekor tipis jantan yang berumur kurang dari

Respon fisiologis domba ekor tipis yang diberi pakan dengan waktu pemberian pakan yang berbeda menunjukkan bahwa denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal masih

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan (Hardianto, 2006). Kuantitas pakan yang dimaksud adalah seberapa banyak jumlah pakan yang dikonsumsi,

Domba Ekor Tipis termasuk ternak yang telah lama dipelihara oleh peternak karena domba ini memiliki toleransi tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya

Tujuan usaha penggemukan domba antara lain untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang relatif lebih tinggi dengan memperhitungkan nilai konversi pakan

Rataan pertambahan bobot badan (PBB) itik Peking selama empat minggu pemberian pakan wafer ransum komplit dengan menggunakan limbah kulit kopi sebagai bahan penyusun

Produksi susu induk berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan, bobot sapih dan daya hidup anak domba ekor tipis Jawa periode lahir sampai sapih

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan (Hardianto, 2006). Kuantitas pakan yang dimaksud adalah seberapa banyak jumlah pakan yang dikonsumsi,