4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Domba Ekor Tipis
Salah satu jenis domba yang banyak dipelihara di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis. Domba Ekor Tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung. Domba Ekor Tipis termasuk ternak yang telah lama dipelihara oleh peternak karena domba ini memiliki toleransi tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup dan berkembangbiak sepanjang tahun (Najmuddin dan Nasich, 2019).
Domba Ekor Tipis juga dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung (Sumoprastowo, 1987). Menurut Purbowati et al. (2005), bobot dewasa Domba Ekor Tipis dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan 20-25 kg pada betina dengan persentase karkas berkisar antara 44%-49%. Domba Ekor Tipis termasuk ternak yang telah lama dipelihara oleh peternak karena domba ini memiliki toleransi tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup dan berkembangbiak sepanjang tahun.
B. Domba Ekor Gemuk
Domba ekor gemuk memiliki karakteristik ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor yang membesar merupakan timbunan lemak (cadangan energi), sedangkan bagian kecil tidak berlemak. Pada saat banyak pakan, ekornya terlihat gemuk, saat kekurangan pakan ekornya terlihat mengecil karena cadangan energi digunakan untuk kebutuhan tubuh. Domba ekor gemuk mempunyai keistimewaan, yaitu kemampuannya dalam beradaptasi terhadap lingkungan kering (Sumarna, 2017).
Domba Ekor Gemuk memiliki bentuk tubuh lebih besar daripada Domba Ekor Tipis. Domba Ekor Gemuk merupakan domba tipe pedaging, berat jantan dewasa antara 30 - 50 kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25 - 35 kg. Tinggi
5
7 badan pada jantan dewasa antara 60 – 65 cm sedangkan pada betina dewasa 52 - 60 cm (Malewa, 2007).
C. Domba Merino Cross
Domba Merino dikenal oleh masyarakat dunia karena produksi wool yang berkualitas. Merino jantan dewasa dapat mencapai bobot antara 70–80 kg, sementara merino betina antara 50–60 kg. Domba ini memiliki habitat di negara dengan empat musim. Domba merino tidak cocok dengan iklim yang panas dan terlalu lembab, sehingga domba ini kurang cocok untuk diternakkan di daerah trpois seperti Indonesia pada umumnya (Bell and Pond, 2005).
Domba Merino Cross adalah domba hasil persilangan domba Merino asal Australia dengan domba lokal Indonesia jenis Domba Ekor Gemuk. Persilangan domba ini dapat beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Domba Merino Cross tergolong dalam jenis domba pedaging. Produksi wool domba persilangan tipe pedaging dengan tipe wool selalu lebih rendah dari induk murninya dan perbedaannya akan semakin menonjol setelah berumur lebih tiga tahun, namun sebaliknya untuk jumlah kelahiran anak, jumlah yang disapih dan bobot sapih akan lebih tinggi. Produksi daging dan pertambahan bobot badan dari domba ini berada diantara Domba Merino dan Domba Ekor Gemuk (Iman dan Slyter, 1996).
D. Pakan
1. Rumput Gajah
Rumput gajah dipilih sebagai pakan ternak karena memiliki produktivitas yang tinggi dan memiliki sifat memperbaiki kondisi tanah (Handayani, 2002).
Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schaum) berasal dari Afrika, tanaman ini diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1962, dan tumbuh alami di seluruh dataran Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak yang memegang peranan yang amat penting, karena hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan ternak (Mihrani, 2008).
6
Rumput gajah dikenal dengan sebutan rumput Napier atau rumput Uganda yang memiliki umur panjang, tumbuh tegak membentuk rumpun dan memiliki rhizoma-rhizoma pendek. Dapat tumbuh pada dataran rendah sampai ke pegunungan. Toleransi terhadap tanah yang cukup luas asalkan tidak mengalami genangan air. Responsif terhadap pemupukan nitrogen dan membutuhkan pemeliharaan yang cermat. Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki perkembangan akarnya (Permadi, 2007). Rumput gajah termasuk tanaman tahunan membentuk rumpun yang terdiri 20-50 batang dengan diameter lebih kurang 2,3 cm. Tumbuh tegak dan lebat, batang diliputi perisai daun yang berbulu dan perakaran dalam. Tinggi batang mencapai 2-3 m, lebar daun 1,25-2,50 cm serta panjang 60-90 cm (Vanis, 2007).
2. Konsentrat
Konsentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah energi dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al., 1991).
Konsentrat dapat pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 1993). Pakan konsentrat meliputi susunan bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian dan beberapa limbah hasil proses industri bahan pakan biji-bijian seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes, dan umbi. Peranan pakan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996).
3. Menir Kedelai
Menir kedelai merupakan pecahan kedelai atau bisa disebut dengan hasil sortiran kedelai utuh (Pujiati, 2010). Menir kedelai mengandung protein yang tinggi yaitu diatas 35% (Astuti, 2014), tetapi sifatnya mudah terdegradasi di dalam rumen.
Protein di dalam rumen akan terdegradasi menjadi amonia, peptida dan asam amino, sedangkan protein yang lolos dari proses degradasi akan diserap di dalam usus halus (Sajati et al., 2012). Bungkil kedelai yang dipanaskan pada suhu 100oC dalam waktu 2 jam dapat menekan degradasi protein dalam rumen sebesar 54,51%
sedangkan pemanasan pada suhu 110oC selama 60 menit dapat menekan degradasi protein dalam rumen sebanyak 53,23% (Widyobroto et al., 1997). Nitrogen juga
7
dapat meningkat pada saat memasuki usus kecil, sehingga absorbsi asam-asam amino meningkat (Soeparno, 2009).
E. Teknologi Proteksi
Proteksi adalah teknologi untuk melindung kandungan nutrien di dalam bahan pakan yang dikonsumsi ternak. Bahan pakan sumber protein tinggi perlu dilakukan proteksi. Hal tersebut dikarenakan nutrien bahan pakan di dalam rumen akan terdegradasi oleh mikroba rumen. Salah satu metode proteksi untuk bahan pakan sumber protein adalah dengan cara penambahan bahan kimia berupa formaldehid (Suhartanto et al., 2014).
Perlakuan dengan formaldehid merupakan metode proteksi protein yang paling murah. Aldehid merupakan bahan yang digunakan untuk membentuk ikatan (cross linked) dengan grup asam amino dan amida dari ikatan protein yang dapat menurunkan kelarutan protein dan pH rumen. Ikatan tersebut dapat rusak dalam suasana asam abomasum sehingga dapat digunakan baik di dalam usus (Parakkasi, 1999).
F. Kualitas Kimia Daging
Daging tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air, mineral dan pigmen. Kadar masing-masing komponen tersebut berbeda-beda besarnya tergantung kepada jenis atau ras, umur dan jenis kelamin hewan. Daging yang sama setiap komponen kadarnya berbeda- beda antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga menentukan kualitas daging (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Tingkat keamanan daging sebagai bahan pangan, salah satunya ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar kolesterol, karena kejadian gangguan sistem peredaran darah manusia berkaitan erat dengan kadar kolesterol dalam plasma darahnya, sedangkan di sisi lain kadar kolesterol daging ini juga sangat diperlukan oleh banyak orang (Riyanto, 1998).
8 1. Kadar air
Air dalam daging ini merupakan komponen utama yang penting dalam bahan pangan termasuk daging karena akan memengaruhi tinggi rendahnya kadar lemak. Antara kadar air daging dengan kadar lemak nyata berkorelasi negatif sebesar -0,68% (Judge et al., 1989; Browning et al., 1990; Soeparno, 2009). Air dalam daging banyak ditemukan di jaringan otot bebas lemak dan sedikit pada jaringan adipose (Lawrie, 1995).
Kandungan air dalam karkas berbeda-beda kadarnya bergantung pada lokasi otot (Browning et al., 1990). Sebagian besar air terdapat dalam bentuk molekul- molekul bebas di serabut otot dan di antara lapisan jaringan ikat. Proporsi kadar air daging adalah 70% pada myofibril, 20% pada sarkoplasma dan 10% pada jaringan ikat (Soeparno, 2009).
2. Kadar Protein
Riyanto (1998) menyatakan bahwa protein otot bersifat hidrofilik artinya mempunyai kemampuan untuk mengikat air, dengan demikian protein daging dapat memengaruhi kadar air daging dan keduanya mempunyai hubungan erat. Perbedaan kadarprotein daging dapat disebabkan oleh adanya perbedaan macam otot yang berbeda dapat menghasilkan kadar protein daging yang berbeda pula terutama kadar protein miofibril dan jaringan konektif (Lawrie, 1995). Jenis otot yang berbeda pada umumnya akan mengandung kadar protein yang berbeda (Soeparno, 2009)
3. Kadar Lemak
Kadar lemak daging cukup bervariasi tergantung dari faktor bangsa, spesies, umur,dan lokasi otot. Berbedanya tingkat metabolisme karbohidrat dalam otot termasuk perbedaan proses glikogenesis dan glikolisis dapat menyebabkan perbedaan akumulasi kadar lemak otot (Forrest et al., 1975).
4. Kadar Kolesterol
Kolesterol tubuh berasal dari dua sumber yaitu makanan yang dimakan atau kolesterol eksogenous dan hasil biosintesis dalam tubuh yang disebut kolesterol endogenenous. Ternak ruminansia dengan ransum bebas kolesterol, maka semua kolesterol yang berada dalam usus halus murni merupakan kolesterol endogenous (Joseph, 2007). Kolesterol adalah suatu senyawa induk steroid yang disintesiskan
9
kesemua sel tubuh dan merupakan hasil metabolisme hewan, sehingga semua produk bahan pangan yang berasal dari daging, otak, hati dan telur mengandung kolesterol (Martin et al., 1987).
G. Tipe Otot
1. Otot Trieps Brachii
Otot Triceps brachii (TB) merupakan otot besar pada daerah segi tiga dari ujung ventral scapulla sampai ujung posterior darihumerus (Soeparno, 2009).
Aktivitas otot TB lebih aktif karena berada di bagian pangkal alat gerak. Otot Triceps brachii mempunyai tiga kepala yang berorigo pada scapulla, sisi humerus, berorigo pada ulna, dan beroribterio pada Proccesus olecranon ulna sehingga merupakan otot ekstensor siku yang terkuat, berperan untuk fleksi bahu, dan mampu menggerakan bahu atau kaki depan pada bagian Shoulder joint (Riyanto, 1998).
2. Otot Pectoralis profundus
Lokasi otot pectoralis profundus (PP) berada di bagian dada bawah sekitar ketiak tepatnya bagian sternum dada depan atau brisket dan meluas posterior ke bagian dada belakang atau plate, terletak diantara paha depan dan dada (AMLC, 1991). Bagian otot sapi ini agak berlemak dikarenakan aktivitas otot yang pasif dan cenderung menyimpan otot yang sangat efektif sebagai aduktor kaki depan dan berperan sebagai gerak maju badan bilakaki tidak bergerak (Riyanto, 1998).
H. Hubungan Pakan dan Lokasi Otot Terhadap Kualitas Kimia Daging
Menurut Soeparno (2009), pemberian pakan yang mengandung konsentrat rendah akan menghasilkan daging yang kurang berlemak dibandingkan dengan daging yang dihasilkan dari pakan yang mengandung konsentrat tinggi. Menurut Judge et al. (1989), kadar lemak daging sangat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh bangsa, umur, spesies, lokasi otot, dan pakan.
Tinggi rendahnya kadar air berhubungan dengan tinggi rendahnya kadar lemak. Antara air dengan kadar lemaknyata berkorelasi negatif sebesar -0,68 (Browning et al., 1990; Soeparno, 2009). Kandungan air diantara karkas dan lokasi otot dapat berbeda kadarnya. Karkas “lean” atau karkas yang memiliki lebih banyak
10
daging akan mengandung kadar air yang lebih tinggi dari pada karkas “typical”
(Browning et al., 1990).
HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh perbedaan bangsa domba (Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino Cross) terhadap kualitas kimia daging.
2. Terdapat pengaruh perbedaan otot Triceps brachii (TB) dan Pectoralis profundus (PP) terhadap kualitas kimia daging.
3. Terdapat interaksi antara perbedaan bangsa domba (Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino Cross) dan perbedaan otot (Triceps brachii dan Pectoralis profundus ) terhadap kualitas kimia daging domba.