• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYUSUTAN DAN KONSENTRAT TERHADAP PEMULIHAN BOBOT BADAN DOMBA EKOR GEMUK PASCA TRANSPORTASI SKRIPSI RIHCI PUSPIANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENYUSUTAN DAN KONSENTRAT TERHADAP PEMULIHAN BOBOT BADAN DOMBA EKOR GEMUK PASCA TRANSPORTASI SKRIPSI RIHCI PUSPIANAH"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYUSUTAN DAN KONSENTRAT TERHADAP

PEMULIHAN BOBOT BADAN DOMBA EKOR GEMUK

PASCA TRANSPORTASI

SKRIPSI RIHCI PUSPIANAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

RIHCI PUSPIANAH. D14104025. 2008. Pengaruh Penyusutan dan Konsentrat

terhadap Pemulihan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Pasca Transportasi.

Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, M.Si

Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, M.S

Usaha penggemukan domba merupakan salah satu usaha peternakan domba yang berkembang pesat saat ini. Hal ini dikarenakan pemeliharaan domba relatif mudah, memiliki produktivitas tinggi, mudah beradaptasi dan perputaran modal relatif cepat. Salah satu kendala dalam usaha penggemukan domba yaitu penyusutan bobot badan akibat pengangkutan domba bakalan dari tempat pembelian ke tempat penggemukan. Perdagangan domba masih ditekankan pada bobot badan sehingga penyusutan bobot badan akibat pengangkutan mempunyai pengaruh cukup besar. Untuk mengembalikan bobot badan yang menyusut selama transportasi dapat dilakukan dengan pemberian pakan konsentrat. Penggunaan pakan konsentrat terutama yang banyak mengandung biji-bijian, akan mempercepat pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan yang lebih baik (Purbowati, 2001). Menurut Herman (1989), domba yang digemukkan dengan pemberian pakan penguat (konsentrat) telah memberikan hasil yang nyata terhadap pertambahan bobot badan domba yaitu berkisar 90-106 g/ekor/hari.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 Agustus sampai 08 September 2007, di Peternakan Mitra Tani, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penyusutan dan konsentrat terhadap pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi.

Domba ekor gemuk yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor dengan bobot badan awal (26,89±4,96 kg), bobot badan setelah pengangkutan (24,50±4,77 kg) yang terdiri dari tiga ekor domba dengan penyusutan 5-10% yang diberi konsentrat jenis I, tiga ekor domba dengan penyusutan 5-10% yang diberi konsentrat jenis II, tiga ekor domba dengan penyusutan 10,01-15% yang diberi konsentrat jenis I dan tiga ekor domba dengan penyusutan 10,01-15% yang diberi konsentrat jenis II dengan umur kurang dari satu tahun. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2x2. Faktor pertama adalah penyusutan (5-10% dan 10,01-15% bobot badan). Faktor kedua adalah konsentrat (jenis I dan II). Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah lama rekondisi, konsumsi pakan dan pemulihan bobot badan yang dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Penyusutan bobot badan, konversi pakan dan analisis usaha dihitung secara matematika.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penyusutan bobot badan domba yang terjadi rata-rata sebesar 9,33%. Pemberian konsentrat jenis II menunjukkan lama rekondisi lebih cepat dibandingkan dengan konsentrat jenis I (P<0,05) masing-masing sebesar 9,17±2,86 hari dan 21,33±10,89 hari. Interaksi kedua faktor (penyusutan dan konsentrat) sangat mempengaruhi konsumsi pakan (P<0,01) yaitu konsumsi pakan domba pada penyusutan 5-10% sebesar 839,50±84,20 g/ekor/hari

(3)

lebih rendah dibandingkan dengan penyusutan 10,01-15% (P<0,01) sebesar 1182,60±44,30 g/ekor/hari. Konsumsi pakan pada penyusutan 10,01-15% dengan pemberian konsentrat jenis I sebesar 642,30±146,60 g/ekor/hari lebih rendah dibandingkan dengan konsentrat jenis II sebesar 1182,60±44,30 g/ekor/hari. Pemulihan bobot badan dengan konsentrat jenis II lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jenis I (P<0,01) masing-masing sebesar 282,40±105,50 g/ekor/hari dan 136,30±72,50 g/ekor/hari sedangkan konversi pakan sama pada penyusutan dan konsentrat yang berbeda (P>0,05). Berdasarkan perhitungan IOFC, tambahan keuntungan paling tinggi terdapat pada domba yang diberi konsentrat jenis II pada penyusutan 10,01-15% yaitu sebesar Rp. 32.722,00 per ekor. Konsentrat jenis II memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan konsentrat jenis I.

(4)

ABSTRACT

Effects of Weight Decrease and Concentrate on Weight Recovery of Fat Tailed After Transportation

Puspianah, R., S. Rahayu and M. Duldjaman

The main purpose of this research was to study the effects of weight decrease and concentrate on weight recovery of fat tailed after transportation. The research was conducted at Mitra Tani Farm, Ciampea-Bogor, in August to September 2007. The amount of sheep used were 12 lambs, consist of three lambs with weight decrease 5-10% weight and fed concentrate type I, three lambs with weight decrease 5-5-10% weight and fed concentrate type II, three lambs with weight decrease 10,01-15% weight and fed concentrate type I (11,10±0,45%) and three lambs with weight decrease 10,01-15% weight and fed concentrate type II (10,88±0,89%). The experimental design was factorial randomized design. Variables observed were recondition time, daily weight gain and feed consumption were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). Weight decrease, feed conversion, and income over feed cost were analyzed by mathematics. The results show that weight decrease was 9,33%. Concentrate type II showed recondition time were faster than concentrate type I (P<0,05). The interaction between weight decrease and concentrate influenced feed consumption (P<0,01) which were feed consumption on weight decrease 10,01-15% were higher than weight decrease 5-10% (P<0,01). Feed consumption on weight decrease 10,01-15% with concentrate type II were higher than concentrate type I (P<0,01). Daily weight gain with concentrate type II were higher than concentrate type I (P<0,01). In contrast, weight decrease and concentrate were same on feed conversion (P>0,05). Based on income over feed cost, the highest profit found on concentrate type II and weight decrease 10,01-15% was 32.722 rupiahs/lamb.

(5)

PENGARUH PENYUSUTAN DAN KONSENTRAT TERHADAP

PEMULIHAN BOBOT BADAN DOMBA EKOR GEMUK

PASCA TRANSPORTASI

RIHCI PUSPIANAH D14104025

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

PENGARUH PENYUSUTAN DAN KONSENTRAT TERHADAP

PEMULIHAN BOBOT BADAN DOMBA EKOR GEMUK

PASCA TRANSPORTASI

Oleh

RIHCI PUSPIANAH D 14104025

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Sidang pada tanggal 14 Mei 2008

Pembimbing Utama

Ir. Sri Rahayu, M.Si NIP. 131 667 775

Pembimbing Anggota

Ir. Maman Duldjaman, M.S NIP. 130 422 709

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP. 131 955 531

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 08 Oktober 1985 di Kota Tangerang dari pasangan Bapak Syurojih (alm.) dan Ibu Dahlia. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Penulis telah menikah dengan Fuaz Sukarya dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Fatih Abdullah.

Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Petir 01 Tangerang. Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 205 Kalideres, Jakarta Barat dan Pendidikan Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMUN 33 Cengkareng, Jakarta Barat.

Penulis mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2004.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Club Unggas di Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) periode 2004 – 2005. Penulis juga pernah menjadi anggota departemen Human Resources Development (HRD) di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) periode 2005-2006. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang selama satu bulan di Lembang pada tahun 2006. Penulis juga mendapatkan beasiswa dari Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina (YKPP) selama dua tahun.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala. Alhamdulillahirabbil'alamin, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Pengaruh Penyusutan

dan Konsentrat terhadap Pemulihan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Pasca Transportasi. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

shallallaahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para Sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam sampai hari kiamat.

Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar sebagai mahluk ciptaan Allah adalah pemenuhan kebutuhan pangan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan permintaan konsumsi daging domba. Produksi daging domba yang belum mencukupi konsumsi tersebut, telah memberikan motivasi kepada para peternak untuk mengembangkan usaha penggemukan domba. Hal ini dikarenakan pemeliharaan domba relatif lebih mudah, memiliki produktivitas tinggi, mudah beradaptasi dan perputaran modal relatif cepat.

Salah satu kendala dalam usaha penggemukan domba yaitu penyusutan bobot badan akibat pengangkutan domba bakalan dari tempat pembelian ke tempat penggemukan. Untuk mengembalikan bobot badan yang menyusut selama pengangkutan (rekondisi) dapat dilakukan dengan cara pemberian pakan konsentrat. Penggunaan pakan 100% konsentrat telah menunjukkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Melihat potensi usaha domba yang besar dan penggunaan pakan 100% konsentrat terhadap pertambahan bobot badan domba yang tinggi, maka perlu dilakukan suatu kajian mengenai pengaruh penyusutan dan konsentrat terhadap pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi.

Konsentrat dengan kandungan protein lebih tinggi menunjukkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat dengan kandungan protein lebih rendah sehingga lama pemulihan bobot badan akan lebih singkat.

Penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2008

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Domba Ekor Gemuk ... 3

Konsentrat ... 3

Transportasi Ternak di Indonesia ... 4

Stres Akibat Transportasi ... 5

Penyusutan Bobot Badan ... 5

Konsumsi Pakan ... 7

Pertambahan Bobot Badan ... 7

Konversi Pakan ... 8

Income Over Feed Cost ... 8

METODE Lokasi dan Waktu ... 9

Materi ... 9 Ternak ... 9 Pakan ... 9 Peralatan ... 10 Rancangan ... 11 Rancangan ... 11 Analisis Data ... 12

Peubah yang Diamati ... 12

Prosedur ... 13

Persiapan ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 13

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum ... 15

Pengaruh Pengangkutan terhadap Domba ... 15

Lama Rekondisi ... 17

Konsumsi Pakan ... 19

Konsumsi Zat Makanan ... 21

Pemulihan Bobot Badan ... 22

Konversi Pakan ... 23

Analisis Usaha ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

UCAPAN TERIMA KASIH ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rincian Domba yang Digunakan Selama Penelitian ... 9 2. Analisis Proksimat Konsentrat ... 10 3. Kebutuhan Nutrisi Domba Menurut NRC ... 10 4. Penyusutan Bobot Badan Domba dengan Cara Transportasi

yang Berbeda pada Jarak 120 km dan 400 km ... 17 5. Pengaruh Konsentrat terhadap Lama Rekondisi ... 18 6. Pengaruh Penyusutan terhadap Lama Rekondisi ... 18 7. Interaksi antara Penyusutan dan Konsentrat terhadap Konsumsi

Pakan ... 19 8. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar dan Total

Digestible Nutrients ... 21 9. Pengaruh Konsentrat terhadap Pemulihan Bobot Badan ... 23 10. Pengaruh Penyusutan terhadap Pemulihan Bobot Badan ... 23 11. Pengaruh Penyusutan dan Konsentrat terhadap Konversi Pakan ... 24 12. Rataan Keuntungan Usaha Selama Rekondisi ... 25

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Domba Bakalan, Kandang, Pakan dan Obat-obatan ... 11 2. Penyusutan Bobot Badan Domba Setelah Pengangkutan pada Penelitian ... 16 3. Interaksi antara Penyusutan dan Konsentrat terhadap Konsumsi

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Ragam Lama Rekondisi ... 33

2. Analisis Ragam Konsumsi Pakan ... 33

3. Analisis Ragam Pemulihan Bobot Badan ... 33

4. Analisis Ragam Konversi Pakan ... 33

5. Harga Konsentrat Selama Penelitian (rupiah/kg) ... 34

6. Perhitungan Total Digestible Nutrients (TDN) ... 34

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingkat konsumsi daging domba baik nasional maupun regional terus meningkat. Tingkat konsumsi di wilayah Jawa Barat sebesar 227.093 ton pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 351.780 ton pada tahun 2006 (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2006). Peningkatan konsumsi daging domba tersebut memberikan motivasi kepada para peternak untuk mengembangkan usaha peternakan domba. Salah satu usaha peternakan domba yang berkembang pesat saat ini adalah usaha penggemukan domba. Hal ini dikarenakan pemeliharaan domba relatif mudah, memiliki produktivitas tinggi, mudah beradaptasi dan perputaran modal relatif cepat.

Salah satu kendala usaha penggemukan domba yaitu penyusutan bobot badan akibat pengangkutan domba bakalan dari tempat pembelian ke tempat penggemukan. Pengangkutan domba dengan kendaraan truk umumnya dalam posisi berdiri dan tidak dapat bergerak bebas sehingga domba berdesak-desakan dan mengalami stres selama pengangkutan. Tingkat stres pengangkutan dipengaruhi oleh jarak, lama perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat kepadatan saat pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat perjalanan, keefektifan istirahat setelah perjalanan dan sifat kerentanan terhadap stres (Fernandez et al., 1996; Lawrie, 1991). Stres pengangkutan dapat mengakibatkan penurunan kandungan glikogen otot, penurunan bobot badan, penurunan persentase karkas, luka memar dan pengeluaran darah yang kurang sempurna pada saat pemotongan (Fernandez et al., 1996; Lawrie, 1991; Shorthose dan Whytes, 1988). Penurunan bobot badan tersebut mempunyai pengaruh cukup besar karena perdagangan domba masih ditekankan pada bobot badan domba.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan bobot badan yang menyusut selama pengangkutan adalah dengan pemberian pakan yang baik. Pengembalian bobot badan yang menyusut selama transportasi (rekondisi) sangat tergantung oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Dilihat dari segi nutrisi, pakan merupakan unsur yang sangat menentukan pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak.

(15)

Penggunaan pakan konsentrat terutama yang banyak mengandung biji-bijian akan mempercepat pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan lebih baik (Purbowati, 2001). Penelitian tentang pakan menunjukkan bahwa dengan menggunakan 100% konsentrat menghasilkan pertambahan bobot badan paling tinggi dengan lama penggemukan selama 9 minggu (± 2 bulan) sehingga didapat keuntungan yang maksimal (Mulyaningsih, 2006). Menurut Herman (1989), domba yang digemukkan dengan pemberian pakan penguat (konsentrat) telah memberikan hasil yang nyata terhadap pertambahan bobot badan domba yaitu berkisar 90-106 g/ekor/hari. Tingginya pertambahan bobot badan domba dengan pemberian pakan konsentrat diharapkan akan mempersingkat lama pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyusutan dan konsentrat terhadap pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ekor Gemuk

Di Indonesia, paling sedikit ada tiga bangsa domba yang dapat berkembang biak dengan baik yaitu domba ekor tipis, domba ekor gemuk dan domba Garut (Mason, 1980). Domba ekor gemuk merupakan domba yang berasal dari Asia Barat Daya atau Afrika Timur. Pada awalnya, Madura memiliki populasi domba ekor gemuk terbanyak, kemudian menyebar ke daerah Jawa Timur dan menjadi domba khas Jawa Timur (Edey, 1983). Domba ekor gemuk yang dihasilkan di Indonesia merupakan persilangan antara domba kirmani jantan dan domba asli Indonesia (Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, 1981).

Ciri khas domba ekor gemuk yaitu mempunyai ekor yang panjang dengan rataan panjang ekor 10 cm dan lebar ekor sekitar 4-8 cm, berbentuk huruf ”S”, ”R” atau ”U” dengan bagian pangkalnya yang besar dan semakin ke ujung semakin kecil serta mampu menimbun lemak yang banyak sebagai cadangan energi (Devendra dan Mc Leroy, 1982). Sutama (1993) mengatakan bahwa ekor yang gemuk merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan dalam bentuk lemak yang dapat dimanfaatkan jika terjadi kekurangan pakan. Ciri lain domba ekor gemuk yaitu tidak mempunyai tanduk (bertanduk benjolan kecil pada jantan), sebagian besar bulu berwarna putih dan mempunyai telinga sedang (Mason, 1980). Bentuk tubuh relatif lebih besar daripada domba ekor tipis dengan rataan bobot badan dewasa 27,2±4,7 kg untuk betina dan 30,5±6,9 kg untuk jantan, sangat prolifik dengan kemampuan beranak antara 1-3 ekor dan rataan 1,6 ekor serta secara biologis domba ekor gemuk mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang biak di daerah-daerah kering (Sutama, 1993).

Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar rendah tetapi kandungan zat-zat makanan yang dapat dicerna tinggi antara lain karbohidrat, lemak dan protein (Crampton dan Harris, 1969). Menurut Munier et al., (2004), pemberian pakan tambahan berupa konsentrat pada domba ekor gemuk selama pengkajian memperlihatkan produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian pakan tambahan. Martawidjaja (1986) mengatakan bahwa pemberian konsentrat pada

(17)

domba sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan domba tanpa konsentrat rata-rata 18 g/ekor/hari dan dengan konsentrat 71 g/ekor/hari. Penelitian tentang pakan menunjukkan bahwa dengan menggunakan 100% konsentrat menghasilkan pertambahan bobot badan paling tinggi dengan lama penggemukan selama 9 minggu (±2 bulan) sehingga didapat keuntungan yang maksimal (Mulyaningsih, 2006). Menurut Herman (1989), domba yang digemukkan dengan pemberian pakan penguat (konsentrat) telah memberikan hasil yang nyata terhadap pertambahan bobot badan domba yaitu berkisar 90-106 g/ekor/hari. Pemberian konsentrat penuh akan lebih efisien terhadap pertambahan bobot badan dibandingkan dengan adanya pembatasan konsentrat (Parakkasi, 1999).

Transportasi Ternak di Indonesia

Transportasi memegang peranan penting dalam usaha peternakan. Usaha peternakan di Indonesia tidak merata untuk setiap daerah (Dihansih, 2006). Dalam melancarkan arus perdagangan hasil peternakan, transportasi mempunyai peranan yang sangat besar sehingga dapat mempengaruhi pengadaan ternak yang kontinyu setiap waktu bagi konsumen, harga yang harus dibayar sesuai jarak pengangkutan yang ditempuh dan penekanan kerugian terhadap penyusutan bobot badan selama pengangkutan. Di Negara-negara yang sudah maju peternakan domba seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat, Inggris dan Rusia, banyak usaha yang telah dilakukan untuk mencegah hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian selama transportasi domba dari daerah produsen ke daerah konsumen (Sutedja, 1981).

Alat transportasi ternak yang digunakan di Indonesia antara lain kapal laut, kereta api dan truk (Adoe, 1981). Ternak potong yang berasal dari luar pulau Jawa menggunakan kapal laut sedangkan transportasi darat menggunakan kereta api atau truk. Ternak yang berada di dalam truk atau gerbong kereta api dimuat dalam posisi berdiri dengan jarak antar individu yang rapat. Keadaan ternak yang berdiri selama transportasi dapat menyebabkan luka memar, stres maupun penyusutan bobot badan (Lasmi, 1988).

Kepadatan yang dianjurkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan (1997) adalah 0,16 m2 per ekor untuk domba dengan bobot badan 20 kg. Menurut Cockram et al. (1996), domba dengan bobot badan 35 kg dan lama perjalanan lebih dari tiga jam sebaiknya kepadatan seluas 0,27 m2 per ekor. Domba dengan bobot badan 38 kg

(18)

dan lama transportasi 24 jam, sebaiknya kepadatan seluas 0,29 m2 per ekor (Knowles et al., 1995).

Stres Akibat Transportasi

Pengangkutan domba dengan kendaraan truk umumnya dalam posisi berdiri dan tidak dapat bergerak bebas sehingga domba berdesak-desakan dan mengalami stres selama pengangkutan. Stres dapat didefinisikan sebagai respon ternak yang tidak sesuai dengan fisiologisnya. Stres akibat transportasi diakibatkan gabungan dari lelah di perjalanan, pembauran dengan ternak lain, cuaca yang buruk (mikro klimat) serta kekurangan pakan dan minum. Hal-hal tersebut mengakibatkan stres pada ternak. Stres yang terjadi dapat berupa stres fisik maupun psikologis. Stres fisik akan menyebabkan pengurasan glikogen dalam otot sedangkan stres psikologis mengakibatkan peningkatan kerja saraf simpatis dan pelepasan adrenalin (Shorthose dan Whytes, 1988)

Tingkat stres pengangkutan dipengaruhi oleh jarak, lama perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat kepadatan saat pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat perjalanan, keefektifan istirahat setelah perjalanan dan sifat kerentanan terhadap stress (Fernandez et al., 1996; Lawrie, 1991). Stres pengangkutan dapat mengakibatkan penurunan kandungan glikogen otot, penurunan bobot badan, penurunan persentase karkas, luka memar dan pengeluaran darah yang kurang sempurna pada saat pemotongan (Fernandez et al., 1996; Lawrie, 1991; Shorthose dan Whytes, 1988). Apabila stres yang dialami ternak hanya sebentar dan tidak berkepanjangan , sebagian besar ternak dapat menyesuaikan diri. Apabila stres pada ternak berlangsung lama dan berkepanjangan, ternak tidak dapat menyesuaikan diri akan menyebabkan kelelahan bahkan kematian.

Penyusutan Bobot Badan

Penyusutan bobot badan domba sangat dipengaruhi oleh metode dalam pengangkutan dan kondisi domba. Domba dalam kondisi baik, penyusutan bobot badan akan lebih kecil dibandingkan dengan domba dalam kondisi kurang baik, walaupun jarak pengangkutan yang ditempuh sama. Transportasi dengan truk tanpa sekat dan tanpa air minum pada jarak 120 km dan 400 km menyebabkan penyusutan bobot badan masing-masing sebesar 9,77% dan 19,57%, transportasi dengan truk

(19)

yang diberi sekat dan tanpa air minum adalah 9,03% dan 15,37% dan transportasi dengan truk yang diberi sekat dan air minum adalah 7,20% dan 12,90% (Sutedja, 1981).

Diggins dan Bundy (1958) dari hasil penelitiannya diperoleh gambaran bahwa penyusutan bobot badan domba berkisar antara 5–8%, akan tetapi meskipun kondisi domba sama tetapi jarak yang ditempuh berbeda maka penyusutan bobot badan akan berbeda pula. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (1981) melaporkan bahwa penyusutan bobot badan domba dapat mencapai 4–9% apabila jarak transportasi hanya sekitar 80 km. Apabila jarak transportasi dari suatu daerah ke tempat lainnya mencapai sekitar 200 km, maka terjadi penyusutan bobot badan sekitar 8–10%. Kammlade-Kammlade (1955) menyatakan bahwa domba yang diangkut dengan truk dalam kondisi baik akan mengalami penyusutan bobot badan sekitar 5% dalam jarak pengangkutan 400 km. Apabila pengangkutan dilakukan secara baik serta pemberian pakan dan minum secara teratur selama perjalanan dengan jarak 1000–1500 km, ternyata penyusutan bobot badan hanya mencapai sekitar 4–5% (Muhearn, 1968).

Fernandez et al. (1996) menyatakan bahwa pengaruh lama pengangkutan 11 jam mengalami penurunan bobot badan sebesar 3,64% per ekor. Domba yang mengalami pengangkutan selama 14 jam mengalami penurunan bobot badan sebesar 6,7% per ekor (Knowles et al., 1995). Menurut Knowles et al. (1995), domba yang ditransportasikan selama 15 jam mengalami penurunan bobot badan rata-rata sebesar 8%. Pada sapi Bali jantan yang mengalami pengangkutan selama lebih kurang 48 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 1200 km mengalami penurunan bobot badan 8,33-12% dengan rata-rata 9,77% per ekor (Mas’ud, 1999). Penurunan bobot badan sapi Bali jantan setelah pengangkutan terutama disebabkan oleh terjadinya urinasi dan defekasi selama perjalanan sehingga isi saluran pencernaan dan kantung kemih berkurang. Penurunan bobot badan juga disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh melalui pernapasan dan keringat (Gortel et al., 1992).

Menurut Diggins dan Bundy (1958), penyusutan bobot badan domba tergantung pada beberapa faktor antara lain kapasitas angkutan, keadaan cuaca, pemberian pakan dan minum selama pengangkutan, jenis alat angkut yang digunakan (kereta atau truk) dan cara memuat serta jarak yang ditempuh. Penyusutan bobot

(20)

badan domba yang diangkut menggunakan truk atau kereta api dari daerah produsen ke daerah konsumen terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan selama pengangkutan.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi (Tillman et al., 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah jenis kelamin, bobot badan, keaktifan, tahap pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan kondisi lingkungan (Church dan Pond, 1988). Suhu udara yang tinggi menyebabkan konsumsi pakan menurun karena konsumsi air minum yang tinggi berakibat pada penurunan konsumsi energi (Siregar, 1984)

Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada beberapa hal antara lain penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa, dan tekstur pakan (Church dan Pond, 1988). Peningkatan konsumsi pakan biasanya akan menaikkan kecepatan aliran pakan. Hal ini berhubungan dengan ukuran partikel pakan, yaitu ukuran partikel pakan yang kecil akan meningkatkan konsumsi pakan. Konsumsi pakan juga bertambah jika diberikan pakan yang nilai kecernaannya lebih tinggi daripada pakan yang kecernaannya rendah (Arora, 1989). Menurut Martawidjaja (1986), pakan yang cukup kandungan protein dan mempunyai struktur pakan lebih halus dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan bertambahnya bobot badan dan dimensi tubuh sebagai refleksi kecukupan konsumsi zat makanan untuk metabolisme tubuh (Herman et al., 1985). Menurut NRC (1985), pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi total protein yang diperoleh setiap hari, jenis kelamin, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi fisiologis ternak dan tata laksana. Mathius (1998) melaporkan bahwa tingkat kenaikan bobot badan harian domba dan kambing di pedesaan berkisar antara 20-40 g/ekor/hari.

(21)

Penggunaan konsentrat terutama yang banyak mengandung biji-bijian lebih tinggi akan mempercepat pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan lebih baik. Penentuan jumlah konsumsi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik (Purbowati, 2001).

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mendapatkan bobot badan tertentu (Kasim, 2002; Budisatria, 1996). Konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, potensi genetik, nutrisi, kandungan energi dan penyakit (Nesheim et al., 1979). Konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktifitas tubuh, musim dan suhu dalam kandang. Budisatria (1996) mengatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi maka ternak tersebut tidak efisien dalam penggunaan pakan.

Income Over Feed Cost

Analisis ekonomi sangat penting dalam usaha penggemukan domba, karena tujuan akhir dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha penggemukan domba adalah biaya pakan. Cara perhitungan yang dapat digunakan adalah perhitungan yang hanya berdasarkan biaya pakan yang sering disebut dengan Income Over Feed Cost (IOFC) yaitu pendapatan dari pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Kasim (2002) mengatakan bahwa IOFC dapat dihitung melalui pendekatan penerimaan dari nilai pertambahan bobot badan ternak dengan biaya pakan yang dikeluarkan selama penggemukan. Wahju (1997) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat berpengaruh penting dalam perhitungan ini adalah pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan harga pakan selama pemeliharaan. Pertambahan bobot badan yang tinggi belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik pula serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

(22)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus sampai 8 September 2007 di Peternakan Mitra Tani (MT Farm), Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 ekor domba (ekor gemuk jantan) yang berumur kurang dari satu tahun dengan bobot badan awal (26,89±4,96 kg), bobot badan setelah transportasi (24,50±4,77 kg). Domba diangkut dari Kediri, Jawa Timur ke Peternakan Mitra Tani (MT Farm) di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Rincian domba yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Domba yang Digunakan Selama Penelitian Jumlah

(ekor)

Penyusutan Bobot

Badan (%) Konsentrat

Rata-rata dan Simpangan Baku Penyusutan Bobot Badan

3 5-10 Jenis I (7,20±1,17%)

3 5-10 Jenis II (6,94±2,24%)

3 10,01-15 Jenis I (11,10±0,45%)

3 10,01-15 Jenis II (10,88±0,89%)

Pakan

Pakan yang diberikan setelah berada di MT Farm adalah konsentrat penuh (100% konsentrat). Konsentrat yang digunakan selama penelitian adalah konsentrat jenis I dan II. Bahan-bahan yang digunakan dalam penyusunan konsentrat adalah dedak padi, pollard, tepung roti afkir, bungkil kopra, tetes (molases), onggok, kacang afkir, kulit coklat, vitamin mix, kapur, garam dan urea. Hasil analisis proksimat konsentrat yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

(23)

Tabel 2. Analisis Proksimat Konsentrat yang Digunakan Selama Penelitian Abu PK SK LK KA BK BS BK BS BK BS BK BS BK Konsentrat . . . % . . . Jenis I 12,81 87,19 11,90 13,65 9,05 10,38 13,43 15,40 3,75 4,30 Jenis II 13,23 86,77 12,78 14,73 11,89 13,70 13,41 15,45 5,68 6,55 Keterangan : KA : Kadar Air PK : Protein Kasar

BK : Bahan Kering LK : Lemak Kasar BS : Bahan Segar SK : Serat Kasar

Sumber: Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor (2007) Bobot badan domba yang digunakan dalam penelitian ini berkisar antara 20-30 kg maka menurut NRC (1985), kebutuhan nutrisi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Domba Menurut NRC (1985) Kebutuhan Nutrisi Bobot Badan (kg) PBBH (g/hari) BK (g) BK (%BB) TDN (g) PK (g) 20 250 1.000 5,0 800 167 30 300 1.300 4,3 1.000 191 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu berbentuk panggung dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 90x90x100 cm. Kandang individu tersebut sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan duduk dengan kapasitas 5 kg untuk menimbang pakan dan sisa pakan, timbangan gantung dengan kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, ban bekas sebagai penggantung domba pada saat ditimbang, gunting, terpal dan alat suntik. Contoh domba bakalan, kandang, pakan dan obat-obatan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(24)

Gambar 1. Domba Bakalan, Kandang, Pakan dan Obat-obatan

Rancangan Rancangan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 2x2. Faktor pertama adalah penyusutan (5-10% dan 10,01-15% bobot badan) dan faktor kedua adalah konsentrat (jenis I dan II). Pada masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan (jumlah domba). Model matematika menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:

Yijk = μ +αi + βj + αβij + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor perlakuan A (penyusutan) taraf ke-i dan

faktor perlakuan B (konsentrat) taraf ke-j dan ulangan ke-k μ

= Nilai tengah populasi

αi

= Pengaruh penyusutan (5-10% dan 10,01-15% bobot badan)

βj

= Pengaruh konsentrat (jenis I dan II)

αβij = Pengaruh interaksi antara penyusutan dan konsentrat

(25)

Analisis Data

Data yang diambil antara lain lama rekondisi, konsumsi pakan dan pemulihan bobot badan yang dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) program General Linier Model. Penyusutan bobot badan, konversi pakan dan keuntungan usaha berdasarkan IOFC dihitung secara matematika.

Peubah yang Diamati

Penyusutan Bobot Badan (%). Penyusutan bobot badan diperoleh dari hasil

pengurangan bobot badan awal dan bobot badan setelah transportasi yang dinyatakan dalam persen, yang dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Penyusutan bobot badan (%) = Keterangan:

A : bobot badan awal (kg)

B : bobot badan setelah transportasi (kg)

Lama Rekondisi (hari). Lama rekondisi dicapai apabila domba sudah mencapai

bobot badan awal (sesuai di tempat pembelian).

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari). Konsumsi pakan (g/ekor/hari) yaitu pakan yang

diberikan per hari dikurangi dengan sisa pakan. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang diberikan pada ternak selama rekondisi.

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) = pakan yang diberikan (g/ekor/hari) - sisa pakan (g/ekor/hari)

Pemulihan Bobot Badan (PBB) dalam g/ekor/hari. Pemulihan bobot badan

(g/ekor/hari) yaitu bobot badan yang diperoleh dari selisih bobot badan awal dengan bobot badan setelah pengangkutan dibagi lama rekondisi.

PBB (g/ekor/hari) =

Konversi Pakan. Konversi pakan yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi terhadap

pemulihan bobot badan selama rekondisi. Konversi Pakan =

(26)

Analisis Usaha

Income Over Feed Cost (IOFC) yaitu pendapatan yang didapat setelah dikurangi biaya pakan selama rekondisi.

IOFC = (Harga Jual – Harga Beli) – Biaya Pakan

Prosedur

Persiapan

Bahan, peralatan dan kandang individu telah disiapkan sebelum penelitian dilakukan. Domba yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 ekor domba (ekor gemuk jantan). Domba yang dipilih berumur kurang dari satu tahun (I0). Umur dapat diduga dengan melihat gigi serinya. Domba yang dibeli sudah dilakukan pencukuran bulu (wool). Penimbangan awal dilakukan di tempat pembelian di Kediri, Jawa Timur untuk mengetahui bobot badan awal. Setelah ditimbang, domba diangkut dengan menggunakan truk berkapasitas 150 ekor. Truk tersebut bertingkat tiga dan setiap tingkat terdapat lebih kurang 50 ekor. Selama pengangkutan sampai ke tempat penampungan (MT Farm), domba dalam posisi berdiri dan berdesak-desakan serta tidak diberi pakan dan minum. Jarak yang ditempuh lebih kurang 803 km dengan waktu tempuh selama lebih kurang 21 jam.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan selama empat minggu (±1 bulan) mulai tanggal 7 Agustus sampai 8 September 2007. Setelah domba tiba di tempat penampungan, domba langsung ditimbang kembali untuk mengetahui bobot badan setelah pengangkutan sehingga dapat diketahui penyusutan bobot badan. Domba ditempatkan secara acak ke dalam kandang individu berdasarkan penyusutan dan konsentrat yang diberikan. Kemudian dilakukan penyuntikan vitamin B kompleks, antibiotik, dan pemberian obat cacing

Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari (pukul 06.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00 WIB). Sebelum pakan diberikan, pakan ditimbang dan dicatat terlebih dahulu sisa pakan yang diberikan sebelumnya. Pemberian pakan dan air dilakukan secara ad libitum. Selama pemeliharaan, kandang, tempat pakan dan

(27)

minum dibersihkan setiap hari. Kotoran (feses) di bawah kandang akan digunakan sebagai pupuk kandang. Ternak yang mengalami gangguan kesehatan seperti mencret atau sakit mata langsung dilakukan pengobatan dengan pemberian vitamin dan atau antibiotik.

Pengumpulan Data

Data mengenai bobot badan awal domba didapat dari penimbangan di tempat pembelian (sebelum pengangkutan). Setelah pengangkutan, domba ditimbang kembali untuk mengetahui penyusutan bobot badan. Penimbangan bobot badan dilakukan satu minggu kemudian dan penimbangan selanjutnya dilakukan dua kali sehari. Konsumsi pakan dihitung setiap hari. Setelah bobot badan awal tercapai maka dapat diketahui lama rekondisi. Konversi pakan dan analisis usaha dihitung secara matematika selama rekondisi.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

Penelitian dilaksanakan di peternakan Mitra Tani yang berada di Desa Tegal Waru RT 04 RW 05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor pada ketinggian 219 m dpl. Luas lahan peternakan Mitra Tani sekitar 800 m2 yang terdiri atas bangunan kandang, tempat pemotongan ternak, dan rumah. Kandang yang digunakan selama penelitian adalah kandang individu berbentuk panggung dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 90x90x100 cm. Kandang individu membujur dari arah timur ke barat sehingga cahaya matahari di pagi hari dapat masuk menyinari ternak dan mengeringkan kandang. Ventilasi kandang terbuka, terbuat dari bambu yang disusun jarang dan bersilangan sehingga sirkulasi udara dapat berjalan lancar.

Gangguan kesehatan yang terjadi selama penelitian adalah penyakit mata dan mencret, tetapi tidak terlalu parah atau tidak tergolong penyakit akut (parah sekali). Penyakit mata ditandai dengan keluarnya cairan mata dan mata berwarna merah. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan antibiotik Vet-Oxy SB yang diteteskan pada mata sebanyak 1-3 tetes dan penyuntikan secara intramuskuler pada paha sebanyak 2 cc. Sedangkan penyakit mencret ditandai dengan feses yang encer dan tidak berbentuk bulat kecil. Pengobatan dilakukan dengan penyuntikan vitamin B Kompleks sebanyak 4 cc dan antibiotik Vet-Oxy SB sebanyak 2 cc secara intramuskuler pada paha. Ternak akan sembuh setelah beberapa hari pengobatan.

Pengaruh Pengangkutan Terhadap Domba

Pengangkutan ternak merupakan faktor penting dalam usaha penggemukan domba. Pengangkutan domba bakalan dalam keadaan berdesak-desakan dapat menyebabkan penyusutan bobot badan. Lasmi (1988) mengatakan bahwa ternak yang berada di dalam truk atau gerbong kereta api dimuat dalam posisi berdiri dengan jarak antar individu yang rapat. Keadaan ternak yang berdiri selama transportasi dapat menyebabkan luka memar, stres maupun penyusutan bobot badan. Penyusutan bobot badan domba setelah pengangkutan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

(29)

0 2 4 6 8 10 12 (% Bobot Badan) P e n yu s u tan Bob o t Bad an (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nomor Domba

Gambar 2. Penyusutan Bobot Badan Domba Setelah Pengangkutan Gambar 2. Penyusutan Bobot Badan Domba Setelah Pengangkutan pada Penelitian

pada Penelitian

Penyusutan bobot badan domba yang terjadi rata-rata sebesar 9,33%. Hal ini dikarenakan selama perjalanan domba tidak diberi pakan dan minum serta domba dalam posisi berdiri dan tidak dapat bergerak bebas. Kondisi tersebut menyebabkan stres pada ternak yang berakibat pada penurunan bobot badan domba. Menurut Diggins dan Bundy (1958), penyusutan bobot badan domba yang diangkut menggunakan truk atau kereta api dari daerah produsen ke daerah konsumen terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan selama pengangkutan.

Penyusutan bobot badan domba yang terjadi rata-rata sebesar 9,33%. Hal ini dikarenakan selama perjalanan domba tidak diberi pakan dan minum serta domba dalam posisi berdiri dan tidak dapat bergerak bebas. Kondisi tersebut menyebabkan stres pada ternak yang berakibat pada penurunan bobot badan domba. Menurut Diggins dan Bundy (1958), penyusutan bobot badan domba yang diangkut menggunakan truk atau kereta api dari daerah produsen ke daerah konsumen terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan selama pengangkutan.

Keadaan cuaca pada saat pengangkutan yang cukup panas menyebabkan ternak kepanasan dan merasa tidak nyaman selama pengangkutan. Stres panas yang dialami ternak dapat dilihat dari peningkatan suhu rektal, frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Menurut Knowles et al. (1995), domba merupakan ternak homeotermal sehingga peningkatan suhu rektal sebesar 0,740C sudah mengakibatkan domba tersebut stres. Domba yang mengalami pengangkutan, denyut jantungnya meningkat dari 100 kali per menit menjadi 150 kali per menit setelah 1,5 sampai 3 jam pertama perjalanan. Menurut Shorthose dan Wythes (1988), penurunan bobot badan domba setelah pengangkutan dapat disebabkan oleh dehidrasi cairan pada ternak akibat meningkatnya frekuensi urinasi, pernafasan dan pengeluaran cairan melalui keringat.

Keadaan cuaca pada saat pengangkutan yang cukup panas menyebabkan ternak kepanasan dan merasa tidak nyaman selama pengangkutan. Stres panas yang dialami ternak dapat dilihat dari peningkatan suhu rektal, frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Menurut Knowles et al. (1995), domba merupakan ternak homeotermal sehingga peningkatan suhu rektal sebesar 0,740C sudah mengakibatkan domba tersebut stres. Domba yang mengalami pengangkutan, denyut jantungnya meningkat dari 100 kali per menit menjadi 150 kali per menit setelah 1,5 sampai 3 jam pertama perjalanan. Menurut Shorthose dan Wythes (1988), penurunan bobot badan domba setelah pengangkutan dapat disebabkan oleh dehidrasi cairan pada ternak akibat meningkatnya frekuensi urinasi, pernafasan dan pengeluaran cairan melalui keringat.

Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Sutedja (1981). Penurunan bobot badan domba pada penelitian Sutedja (1981) yang

Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Sutedja (1981). Penurunan bobot badan domba pada penelitian Sutedja (1981) yang

(30)

mengunakan transportasi dengan truk tanpa sekat dan tanpa air minum rata-rata sebesar 19,57%. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jarak yang ditempuh, kondisi jalan selama pengangkutan dan kondisi domba pada saat pengangkutan sehingga stres yang dialami domba juga akan berbeda. Jarak yang ditempuh pada penelitian ini lebih kurang 803 km sedangkan pada penelitian Sutedja (1981) lebih kurang 400 km. Selain itu, domba dalam kondisi baik, penurunan bobot badan akan lebih rendah dibandingkan dengan domba dalam kondisi kurang baik. Hasil penelitian Sutedja (1981) mengenai penyusutan bobot badan domba dengan cara transportasi yang berbeda pada jarak 120 km dan 400 km dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penyusutan Bobot Badan Domba dengan Cara Transportasi yang Berbeda pada Jarak 120 km dan 400 km

Penyusutan (%) Transportasi 120 km 400 km I 9,77 19,57 II 9,03 15,37 III 7,20 12,90 Keterangan:

I : Transportasi dengan truk tanpa sekat dan tanpa air minum II : Transportasi dengan truk yang diberi sekat dan tanpa air minum III : Transportasi dengan truk yang diberi sekat dan air minum Sumber : Sutedja (1981)

Diggins dan Bundy (1958) mengatakan bahwa penyusutan bobot badan domba tergantung pada beberapa faktor antara lain kapasitas angkutan, keadaan cuaca serta pemberian pakan dan minum selama pengangkutan, jenis alat angkut yang digunakan (kereta atau truk) serta cara memuat dan jarak yang ditempuh.

Lama Rekondisi

Lama rekondisi dicapai apabila domba sudah mencapai bobot badan awal (sesuai di tempat pembelian). Rataan lama rekondisi berdasarkan pengaruh konsentrat selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan lama rekondisi dengan pemberian konsentrat jenis II lebih cepat dibandingkan dengan konsentrat jenis I (P<0,05). Rataan lama rekondisi dengan pemberian konsentrat jenis II dan I masing - masing

(31)

Tabel 5. Pengaruh Konsentrat terhadap Lama Rekondisi

Konsentrat Rataan Lama Rekondisi (hari)

Jenis I 21,33b ± 10,89

Jenis II 9,17a ± 2,86

Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama adalah nyata (P<0,05)

sebesar 9,17±2,86 hari dan 21,33±10,89 hari. Akhirany (1998) menyatakan bahwa peningkatan kadar protein pakan akan meningkatkan konsumsi pakan. Konsumsi pakan yang tinggi akan mempengaruhi pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Menurut NRC (1985), pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi total protein yang diperoleh setiap hari, jenis kelamin, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi fisiologis ternak dan tata laksana. Konsumsi protein kasar dengan pemberian konsentrat jenis II sebesar 115,01-162,01 g/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jenis I sebesar 64,76-66,67 g/ekor/hari (Tabel 8). Selain itu, kandungan protein kasar yang dimiliki konsentrat jenis II lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jenis I masing-masing sebesar 13,70% dan 10,38%. Kandungan protein kasar yang dimiliki konsentrat jenis II lebih mendekati kebutuhan protein kasar yang dibutuhkan oleh domba yaitu sebesar 14% (NRC, 1985) sehingga lama rekondisi akan lebih cepat dengan pemberian konsentrat jenis II.

Tabel 6. Pengaruh Penyusutan terhadap Lama Rekondisi Penyusutan (%) Rataan Lama Rekondisi (hari)

5-10 14,50 ±8,78 10,01-15 16,00 ±11,71

(32)

Berdasarkan Tabel 6, rataan lama rekondisi pada penyusutan 5-10% tidak berbeda dengan penyusutan 10,01-15% (P>0,05) masing-masing sebesar 14,50±8,78 hari dan 16,00±11,71 hari. Interaksi kedua faktor (penyusutan dan konsentrat) tidak mempengaruhi lama rekondisi (P>0,05). Hal ini berarti lama rekondisi hanya dipengaruhi oleh pemberian konsentrat tetapi tidak dipengaruhi oleh penyusutan yang berbeda.

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh jenis kelamin, bobot badan, keaktifan, tahap pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan kondisi lingkungan (Church dan Pond, 1988). Rataan konsumsi pakan berdasarkan pengaruh konsentrat dan penyusutan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Interaksi antara Penyusutan dan Konsentrat terhadap Konsumsi Pakan

Konsentrat Peubah yang Diamati Penyusutan

(%) Jenis I Jenis II Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) 5-10 10,01-15 623,90 ± 143,00 642,30A ±146,60 839,50A ± 84,20 1182,60B ± 44,30 Keterangan : Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris atau kolom yang sama

adalah sangat nyata (P<0,01)

Hasil análisis ragam menunjukkan bahwa interaksi kedua faktor (penyusutan dan konsentrat) sangat mempengaruhi konsumsi pakan (P<0,01) yaitu konsumsi pakan domba dengan pemberian konsentrat jenis II pada penyusutan 5-10% sebesar 839,50±84,20 g/ekor/hari lebih rendah dibandingkan dengan penyusutan 10,01-15% (P<0,01) sebesar 1182,60±44,30 g/ekor/hari. Konsumsi pakan yang tinggi pada penyusutan 10,01-15% disebabkan oleh tingginya nafsu makan domba yang diakibatkan oleh penyusutan yang sangat besar. Konsumsi pakan yang tinggi ini untuk memenuhi kebutuhan metabolisme yang hilang selama pengangkutan.

Akan tetapi, pemberian konsentrat jenis I pada penyusutan 10,01-15% menunjukkan konsumsi pakan sebesar 642,30±146,60 g/ekor/hari lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan konsentrat jenis II (P<0,01) sebesar 1182,60±44,30 g/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh konsentrat jenis II memiliki

(33)

tekstur lebih halus dan bau lebih baik (lebih merangsang domba untuk mengonsumsi pakan) dibandingkan dengan konsentrat jenis I. Konsentrat jenis II memiliki bau lebih baik dikarenakan oleh kandungan molases yang dimiliki oleh konsentrat jenis II lebih banyak dibandingkan dengan konsentrat jenis I. Menurut Hutagalung (1995), molases dapat memperbaiki aroma dan palatabilitas sekaligus meningkatkan daya guna ransum. Molases dapat digunakan dalam ransum domba yang berbasis limbah pertanian sampai sebesar 20% dan memberikan pertambahan bobot badan sebesar 106 g/ekor/hari. Church dan Pond (1988) menyatakan bahwa konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada beberapa hal antara lain penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa, dan tekstur pakan. Grafik mengenai interaksi antara penyusutan dan konsentrat terhadap konsumsi pakan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Interaksi antara Penyusutan dan Konsentrat terhadap Konsumsi Pakan Grafik yang disajikan oleh Gambar 3 menunjukkan bahwa konsumsi pakan tertinggi terdapat pada domba dengan penyusutan 10,01-15% dan dengan pemberian konsentrat jenis II sebesar 1182,60±44,30 g/ekor/hari. Hal ini dikarenakan konsentrat jenis II memiliki kandungan protein kasar sebesar 13,70% lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jenis I sebesar 10,38%. Selain itu, kandungan molases yang

(34)

dimiliki konsentrat jenis II lebih banyak dibandingkan dengan konsentrat jenis I sehingga konsentrat jenis II mempunyai aroma lebih baik. Molases dapat memperbaiki aroma dan palatabilitas sekaligus meningkatkan daya guna ransum (Hutagalung, 1995). Konsentrat II juga memiliki tekstur pakan lebih halus dibandingkan dengan konsentrat jenis I. Konsentrat I banyak memiliki butiran kasar yang terdapat pada pakan sehingga mengurangi palatabilitas ternak. Menurut Martawidjaja (1986), konsumsi pakan akan meningkat dengan pakan yang cukup kandungan protein dan mempunyai struktur pakan lebih halus.

Konsumsi Zat Makanan

Kebutuhan nutrisi ternak bervariasi antar spesies ternak dan umur fisiologis yang berbeda. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi antara lain jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan sekitar serta aktifitas ternak (Haryanto, 1992). Rataan konsumsi bahan kering, protein kasar, dan Total Digestible Nutrients (TDN) pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar dan Total Digestible Nutrients (g/ekor/hari)

Konsentrat Peubah yang Diamati Penyusutan

(%) Jenis I Jenis II Konsumsi BK Konsumsi PK Konsumsi TDN 5-10 10,01-15 5-10 10,01-15 5-10 10,01-15 544,00±124,70 560,00±127,80 64,76±14,85 66,67±15,22 301,70±69,20 310,60±70,90 728,40±73,10 1026,10±38,50 115,01±11,54 162,01±6,08 439,00±44,00 618,40±23,20 Keterangan : BK : Bahan Kering

PK : Protein Kasar

TDN : Total Digestible Nutrients

Berdasarkan Tabel 8, konsumsi bahan kering selama penelitian berkisar antara 544,00-1026,10 g/ekor/hari (Tabel 8). Hasil penelitian lebih rendah dibandingkan dengan standar NRC (1985) yaitu domba dengan bobot badan 20-30 kg membutuhkan bahan kering 1000-1300 g/ekor/hari. Perbedaan hasil dengan NRC

(35)

(1985) dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perbedaan bangsa domba, potensi genetik, kondisi lingkungan dan manajemen pemeliharaan.

Kebutuhan protein dalam pakan harus diperhitungkan dengan baik. Akhirany (1998) menyatakan bahwa peningkatan kadar protein pakan akan meningkatkan konsumsi pakan. Wiradarya (1991) menyatakan bahwa peningkatan kadar protein ransum mengakibatkan kenaikan tingkat konsumsi protein pada domba tetapi tidak mempengaruhi tingkat konsumsi bahan kering dan energi ransum. Jumlah konsumsi protein kasar selama penelitian berkisar antara 64,76-162,01 g/ekor/hari (Tabel 8). Hasil penelitian lebih rendah dibandingkan dengan standar NRC (1985) yaitu domba dengan bobot badan 20-30 kg membutuhkan protein kasar 167-191 g/ekor/hari. Walaupun konsumsi protein kasar lebih rendah, akan tetapi pertambahan bobot badan yang dihasilkan sesuai dengan standar NRC (1985) yaitu domba dengan bobot badan 20-30 kg, pertambahan bobot badan harian berkisar antara 250-300 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan dengan pemberian konsentrat jenis II rata-rata sebesar 282,40 g/ekor/hari (Tabel 8). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan protein kasar pada konsentrat jenis II sebesar 13,70%. Hasil ini mendekati standar NRC (1985) yang menyatakan bahwa domba membutuhkan pakan berkadar protein lebih rendah yaitu sebesar 14% bahan kering pakan.

Berdasarkan perhitungan Hartadi et al. (1990) nilai Total Digestible Nutrients (TDN) konsentrat jenis I dan II pada penelitian ini masing-masing sebesar 55,46% dan 60,27%. Jumlah konsumsi TDN selama penelitian berkisar antara 301,70-618,40 g/ekor/hari (Tabel 8). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan standar NRC (1985) yaitu domba dengan bobot badan 20-30 kg membutuhkan TDN sebesar 800-1000 g/ekor/hari. Perbedaan hasil dengan NRC (1985) disebabkan oleh perbedaan bahan-bahan penyusun pakan yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penyusunan konsentrat pada penelitian ini adalah dedak padi, pollard, tepung roti afkir, bungkil kopra, tetes (molases), onggok, kacang afkir, kulit coklat, vitamin mix, kapur, garam dan urea. Menurut Aboenawan (1991), semakin tinggi TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan oleh tubuh.

(36)

Pemulihan Bobot Badan

Pemulihan bobot badan merupakan rataan kembalinya bobot badan ke bobot badan semula selama rekondisi. Rataan pemulihan bobot badan berdasarkan pengaruh konsentrat selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rataan pemulihan bobot badan dengan pemberian konsentrat jenis II sebesar 282,40±105,50 g/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jenis I (P<0,01) sebesar 136,30±72,50 g/ekor/hari. Hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Romadhona (2008) yaitu sebesar 103,81±51,88 g/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh perbedaan

Tabel 9. Pengaruh Konsentrat terhadap Pemulihan Bobot Badan

Konsentrat Rataan Pemulihan Bobot Badan (g/ekor/hari) Jenis I 136,30A±72,50

Jenis II 282,40B±105,50

Keterangan : Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama adalah sangat nyata (P<0,01)

pakan yang digunakan pada saat penelitian. Pakan yang digunakan pada penelitian Romadhona (2008) adalah ransum komplit yang memiliki serat kasar lebih besar dari 18% sedangkan pada penelitian ini menggunakan konsentrat komersial secara penuh (100%) dengan kandungan serat kasar kurang dari 18%. Pakan dengan kandungan serat kasar lebih rendah akan lebih mudah diserap oleh domba karena waktu ruminasi akan lebih singkat. Penelitian tentang pakan menunjukkan bahwa dengan menggunakan 100% konsentrat menghasilkan pertambahan bobot badan paling tinggi dengan lama penggemukan selama 9 minggu (± 2 bulan) sehingga didapat keuntungan yang maksimal (Mulyaningsih, 2006). Selain itu, kandungan protein kasar lebih tinggi yang terdapat pada konsentrat jenis II akan mempercepat pemulihan bobot badan yang dihasilkan. Kandungan protein kasar yang dimiliki konsentrat jenis II sebesar 13,70%. Nilai tersebut mendekati kebutuhan protein domba sesuai standar NRC (1985) yaitu sebesar 14%.

(37)

Tabel 10. Pengaruh Penyusutan terhadap Pemulihan Bobot Badan

Penyusutan (%) Rataan Pemulihan Bobot Badan (g/ekor/hari) 5-10 160,60 ± 74,60

10,01-15 258,00 ± 134,00

Berdasarkan Tabel 10, rataan pemulihan bobot badan pada penyusutan 5-10% tidak berbeda dengan penyusutan 10,01-15% (P>0,05). Interaksi kedua faktor (penyusutan dan konsentrat) tidak mempengaruhi pemulihan bobot badan (P>0,05). Hal ini berarti pemulihan bobot badan hanya dipengaruhi oleh pemberian konsentrat tetapi tidak dipengaruhi oleh penyusutan yang berbeda.

Konversi Pakan

Konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, musim dan suhu dalam kandang dan suhu lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan, kandungan energi dan penyakit (Nesheim et al., 1979). Rataan konversi pakan pada penelitian ini tercantum dalam Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Penyusutan dan Konsentrat terhadap Konversi Pakan Konsentrat

Peubah yang Diamati

Penyusutan

(%) Jenis I Jenis II Rataan Konversi Pakan 5-10 10,01-15 5,64±1,27 5,07 ±2,44 4,54 ±1,70 3,35 ±0,62 5,09 ±1,47 4,21 ±1,85 Rataan 5,35 ±1,77 3,95 ±1,32 4,65 ±1,66 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rataan konversi pakan tidak dipengaruhi oleh pemberian penyusutan dan konsentrat yang berbeda, serta tidak terdapat interaksi antara kedua faktor (penyusutan dan konsentrat) terhadap konversi pakan (P>0,05). Hal ini berarti konversi pakan dengan konsentrat yang berbeda akan sama pada penyusutan yang berbeda.

Nilai konversi yang ideal untuk domba yang diberi pakan biji-bijian (penguat) adalah 7-8 (Speedy, 1980) sedangkan nilai standar konversi pakan domba menurut NRC (1985) adalah bernilai empat. Hasil konversi pakan pada penelitian ini lebih mendekati nilai standar konversi yang dinyatakan oleh NRC (1985) sebesar 4,65±1,66. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan maka ternak semakin efisien dalam penggunaan pakan.

(38)

Analisis Usaha

Analisis ekonomi sangat penting dalam usaha penggemukan domba, karena tujuan akhir dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha penggemukan domba adalah biaya pakan. Cara perhitungan yang dapat digunakan adalah perhitungan hanya berdasarkan biaya pakan yang sering disebut dengan Income Over Feed Cost (IOFC) yaitu pendapatan dari pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Keuntungan usaha selama penelitian berdasarkan IOFC dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan hasil perhitungan IOFC yang diperoleh pada Tabel 12 maka tambahan keuntungan yang paling tinggi selama rekondisi adalah domba yang diberi konsentrat Jenis II pada penyusutan 10,01-15% yaitu sebesar Rp. 32.722,00 per ekor. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh penting dalam IOFC adalah pertambahan

Tabel 12. Rataan Keuntungan Usaha Selama Rekondisi (rupiah/ekor) Konsentrat Peubah yang Diamati Penyusutan (%) Jenis I Jenis II Harga Jual* Harga Beli* Biaya Pakan* IOFC 5-10 10,01-15 5-10 10,01-15 5-10 10,01-15 5-10 10,01-15 481.100 405.733 438.650 369.933 11.380 14.710 31.070 21.090 443.700 498.100 404.550 454.150 7.991 11.228 31.160 32.722 Keterangan : * : Data yang digunakan berdasarkan data yang berlaku di Peternakan Mitra Tani (2007) bobot badan, konsumsi pakan dan harga pakan selama pemeliharaan. Pertambahan bobot badan yang tinggi belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik pula serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal (Wahju, 1997).

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian konsentrat jenis II menunjukkan lama rekondisi lebih cepat dibandingkan dengan konsentrat jenis I masing-masing sebesar 9,17±2,86 hari dan 21,33±10,89 hari sedangkan pengaruh penyusutan tidak mempengaruhi lama rekondisi. Interaksi kedua faktor (penyusutan dan konsentrat) sangat mempengaruhi konsumsi pakan yaitu jenis II sebesar 839,50±84,20 g/ekor/hari lebih rendah dibandingkan dengan penyusutan 10,01-15% sebesar 1182,60±44,30 g/ekor/hari. Pemulihan bobot badan dengan pemberian konsentrat jenis II sebesar 282,40±105,50 g/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jenis I sebesar 136,30±72,50 g/ekor/hari sedangkan pengaruh penyusutan tidak mempengaruhi pemulihan bobot badan. Konversi pakan sama pada penyusutan dan konsentrat yang berbeda. Berdasarkan perhitungan IOFC, tambahan keuntungan paling tinggi terdapat pada domba yang diberi konsentrat jenis II pada penyusutan 10,01-15% yaitu sebesar Rp. 32.722,00 per ekor. Tingginya konsumsi pakan domba dengan pemberian konsentrat jenis II menghasilkan pemulihan bobot badan yang besar sehingga mempersingkat lama pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi.

Saran

Penjualan domba sebaiknya dilakukan setelah dilakukan pemulihan bobot badan. Domba yang dipulihkan akan memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan tanpa pemulihan bobot badan.

(40)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala. Alhamdulillahirabbil'alamin, penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para Sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam sampai hari kiamat.

Pertama, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si dan Ir. Maman Duldjaman, MS selaku dosen pembimbing skripsi, serta Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Tak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Mohamad Baihaqi, S.Pt selaku dosen pembahas seminar yang banyak memberikan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini, serta Ahmad Yani, S.TP, M.Si dan Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc selaku dosen penguji sidang dengan penuh kesabaran dan keyakinan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fuaz Sukarya sebagai suami yang setia membantu dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Fatih Abdullah yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mama, bapak dan ibu mertua, kakak, adik dan segenap keluarga atas doa, perhatian, motivasi, dan pengorbanan moral maupun materi yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga MT Farm (Bapak Budi, Bapak Amrul, Bapak Afnan, Bapak Bahrudin, Bapak Tono, Ibu Siti, Ibu Parsi, Bapak Amir, dan Bapak Indra) atas motivasi, bantuan dan kerjasama baik berupa moral maupun materi selama penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Teknologi Produksi Ternak angkatan 41, teman-teman Wisma Nurul Fithri atas motivasi, perhatian dan bantuan serta kerjasama selama penelitian dan kuliah di IPB serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan.

Bogor, Juni 2008 Penulis

(41)
(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aboenawan, L. 1991. Pertambahan berat badan, konversi ransum dan nilai Total Digestible Nutrients (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada

domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Adoe, D. P. 1981. Sistem pengangkutan ternak sapi dan kerbau dalam rangka pengadaan daging di DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Akhirany, N. 1998. Nilai nutrisi ransum pellet berbasis jerami padi dengan berbagai level energi dan protein untuk pertumbuhan kambing kacang. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan : Retno Muwarni. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Budisatria, I. G. S. 1996. Pengaruh cara pemberian daun lamtoro dalam bentuk segar dan bentuk tepung terhadap penampilan domba. Buletin Peternakan. 20: 28-36.

Church, D. C. dan W. G. Pond. 1988. Basic Animal and Feeding. Joh Willey and Son. New York. Singapore.

Cockram, M. S., J. E. Kent, P. L. Boddard, N. K. Waran, I. M. McGilp, R. E. Jackson, G. M. Muwanga, dan S. Prytherch. 1996. Effect of space allowance during transport on the behaviouraland physiological respons of lambs during and after transport. J. Anim Sci 62 : 461 – 477.

Crampton, E. W. dan L. E. Harris. 1969. The Uses of Feedstuffs in The Formulation of Livestocks Ration. Applied Animal Nutrition. W. H. Freman and Co: San Fransisco.

Devendra, C. and G. B. Mc Leroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Longman Group Ltd, Singapore.

Diggins, R. J. and C. E. Bundy. 1958. Sheep Production. Prentice Hall Inc., Englewood, Cliffs, New York.

Dihansih, E. 2006. Peningkatan mutu flavor daging yang dihasilkan dari domba yang diberi gula dan insulin pascatransportasi dengan waktu pemulihan yang berbeda. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. 1981. Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan Domba di Jawa Timur. Tinjauan Khusus

(43)

terhadap Pustaka Ternak Domba Ekor Gemuk. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, Surabaya.

Direktorat Jenderal Peternakan. 1957. Standarisasi Sarana dan Transportasi Penyebaran dan Pengembangan Ternak Domba atau Kambing.

Edey, T. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australian Universities International Development Program (AUIDP), Canberra.

Fernandez, X., G. Yamin, J. Culioli, I. Legrand and Y. Quilichini. 1996. Effect of duration of feed withdrawal and transportation time on muscle characteristic and quality in Friesian Holstein calves. J. Anim. Sci. 74 : 1576-1783.

Gortel, K., A. L. Schaefer, B. A. Young, S. C. Kawamoto. 1992. Effect of transport stress and electrolyte supplementation on body fluids and weight of bulls. J. Anim. Sci. 72 : 547-553.

Hartadi, H., R. Soedomo dan D. T. Allen. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor.

Herman, R. 1989. Kualitas karkas domba lokal hasil penggemukan. Proceeding. Pertemuan Ilmiah Ruminansia (2). Departemen Pertanian, Jakarta.

Herman, R., Suwartono dan Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing Peranakan Etawah dari ukuran tubuh. Media Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Vol. 10, No. 1: 1-11.

Hutagalung, R. 1995. Penampilan domba jantan di Sumatera Utara dengan menggunakan ransum yang terdiri atas Paspalum dilatatum, molases dan urea dengan tiga macam sumber mineral. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kammlade, W. G. Sr. and W. G. Yr. Kammlade. 1955. Sheep Science. Lippicot Co. New York.

Kasim. 2002. Performans domba lokal yang diberi ransum komplit berbahan baku jerami padi dan onggok yang mendapat perlakuan cairan rumen. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Knowles, T. G., S. N. Brown, P. D. Warriss, A. J. Philips, S. K. Dolan, P. Hunt, J. E. Edwards and P. E. Watkins. 1995. Effects on sheep of transport by road for up to 24 hours. Veterinary Record. 136 : 431 – 438.

(44)

Lasmi, I. 1988. Analisis transportasi sapi potong dari daerah tingkat II Kabupaten Lamongan ke DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lawrie, F. A. 1991. Ilmu Daging. Terjemahan. A. Parakkasi. Ed ke-5. UI Press, Jakarta.

Martawidjaja, M. 1986. Pengaruh pencukuran dan pemberian konsentrat terhadap performa domba jantann muda. Jurnal Ilmu Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. 2 (4): 166.

Mason, I. L . 1980. Sheep in Java. World Animal Review.

Mas’ud, M. S. 1999. Pengaruh lama istirahat terhadap kadar asam laktat, glukosa dan magnesium darah pada sapi Bali. Tesis. Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Mathius, W. B., B. Haryanto dan I. W. R. Susana. 1998. Studi strategi kebutuhan energi-protein untuk domba lokal : Dua tingkat energi-protein ransum, atas jumlah foetus. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor.

Muhearn, C. J. 1968. Final steps before marketing. J. Agric. Sci., Cambridge. Vol.9 No. 10.

Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan domba ekor tipis jantan yang digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Munier, F. F., D. Bulo, Saidah, Syafruddin, R. Boy, N. F. Femmi dan S. Husain. 2004. Pertambahan bobot badan domba ekor gemuk (DEG) yang dipelihara secara intensif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press, Washington.

Nesheim, M. C., R. E. Austic and L. E. Card. 1979. Poultry Product. 12th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.

Gambar

Tabel 1. Rincian Domba yang Digunakan Selama Penelitian  Jumlah
Tabel 2. Analisis Proksimat Konsentrat yang Digunakan Selama Penelitian  Abu PK  SK LK  KA BK  BS BK BS BK BS BK BS  BK Konsentrat
Gambar 1. Domba Bakalan, Kandang, Pakan dan Obat-obatan  Rancangan
Gambar 2. Penyusutan   Bobot   Badan  Domba  Setelah  Pengangkutan              Gambar 2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi kategori status fisik ASA I-II di Instalasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan metode Admiralty data pasang surut lapangan menunjukan bahwa nilai K1 yang merupakan pasang surut diurnal yang

Umur simpan sari buah diduga dengan menghitung selisih skor awal produk dan skor pada saat produk tidak disukai dibagi dengan laju penurunan mutu (k) pada suhu

Tahap awal dari penelitian ini adalah identifikasi dan penetapan kadar tanin yang terdapat dalam daun jambu biji, karena senyawa tanin ini yang akan berfungsi

Dengan demikian, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa antara motivasi Xt, pelatihan X2 dan lingkungan kerja X3 secara bersama-sama berpengaruh terhadap kineija Lenaga

Setelah melewati masa akut, anti HAV dari kelas IgG akan menetap dalam tubuh sehingga pasien yang pernah terinfeksi hepatitis A tidak akan mengalami infeksi

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, khususnya di Kantor Kepolisian Resort Kota Besar Makassar, dengan menggunakan metode kepustakaan

Oleh itu Program Pembangunan Profesional yang diperlukan oleh pihak lembaga masing-masing ketika ini melalui pengendali-pengendali program tersebut seperti Institut Juruukur