• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap sistem Kwintalan dalam akad utang piutang pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap sistem Kwintalan dalam akad utang piutang pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Oleh

Siti Aminah

NIM. C72213166

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang dilakukan di Desa

Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik dengan judul ‚Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Sistem Kwintalan Dalam Akad Utang Piutang Pada

Masyarakat Petani Di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik‛.

Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dituangkan dalam dua rumusan masalah yaitu: Bagaimana transakasi dan akad sistem kwintalan dalam akad utang piutang pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik? Bagaimana solusi yang diambil kedua belah pihak apabila terjadi wanprestasi dan tinjauan hukum Islam terhadap sistem kwintalan dalam akad utang piutang pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik?

Dalam menyelesaikan skripsi ini, menggunakan metode penelitian kualitatif yang pengumpulan datanya menggunakan cara wawancara, kemudian diolah dengan cara editing, organizing, serta menganalisis dengan menggunakan kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang berkaitan dengan teknik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik ini ditemukan bahwa adanya sistem utang piutang yang menggunakan sistem kwintalan dilakukan oleh masyarakat petani dengan alasan karena latar belakang mereka sebagai petani gabah. Utang piutang ini sistemnya utang uang yang ditentukan nominalnya di awal yaitu sebesar gabah satu kwintal (bisa satu/dua/tiga kwintal dst. tergantung kesepakatan) dengan perjanjian akan dibayar gabah ketika waktu panen. Pada praktiknya, pihak petani membayar utang uang dengan gabah dengan mengikuti harga gabah yang lama atau pada saat meminjam. Sehingga membuat pengembalian menjadi kurang pembayaran pada saat harga gabah turun, dan terjadi kelebihan pembayaran ketika harga gabah naik.

Praktik utang piutang dengan menggunakan sistem kwintalan jika dianalisis dengan hukum Islam adalah bahwa sistem ini akadnya sah jika memenuhi rukun dan syarat yang ada pada akad qard}. Praktik ini dibolehkan karena pihak petani dan pemberi utang mengetahui dengan jelas dan saling ridho atau suka sama suka. Pihak petani tidak dirugikan dengan sistem pengembalian utang uang berupa gabah kwintalan. Dan pemberi utang tidak rugi ketika petani memberikan pengembalian berupa gabah. Ada dua bentuk utang piutang sistem kwintalan, yaitu praktik yang dibolehkan adalah sistem kwintalan yang pengembaliannya disesuaikan dengan harga gabah terbaru dan praktik utang piutang yang dilarang adalah yang terdapat unsur riba> yaitu pengembaliannya terdapat syarat bahwa utang akan dibayar gabah dengan mengikuti harga gabah yang lama.

(7)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIMNG iii

PENGESAHAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR TRANSLITERASI x

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 6

C. Rumusan Masalah 8

D. Kajian Pustaka 8

E. Tujuan Penelitian 12

F. Kegunaan Hasil Penelitian 12

G. Definisi Operasional 13

H. Metode Penelitian 14

I. Sistematika Pembahasan 19

BAB II KONSEP HUTANG PIUTANG DALAM ISLAM 21

A. Pengertian Al-Qard} 21

B. Dasar Hukum Al-Qard} 23

C. Rukun dan Syarat Al-Qard} 25

D. Mengambil Manfaat Utang 28

E. Ragam Manfaat (Kelebihan) Atas Pinjaman 30

BAB III PELAKSANAAN AKAD UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

(8)

ix

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33

1. Letak Geografis 33

2. Keadaan Demografi 34

3. Keadaan Sosial Ekonomi 35

4. Keadaan Pendidikan 36

5. Keadaan Keagamaan 38

B. Praktik Pelaksanaan Akad Utang Piutang dengan Sistem Kwintalan

Di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik 39

1. Latar Belakang terjadinya Utang Sistem Kwintalan 39

2. Proses terjadinya Utang Sistem Kwintalan 41

3. Solusi Apabila Terjadi Wanprestasi 46

BAB IV SOLUSI YANG DIAMBIL KEDUA BELAH PIHAK APABILA TERJADI WANPRESTASI DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP SISTEM KWINTALAN DALAM AKAD UTANG

PIUTANG PADA MASYARAKAT PETANI DI DESA TANJUNG

KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK 48

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan 48

B. Analisis Solusi Apabila Terjadi Wanprestasi 51

C. Analisis Hukum Islam terhadap Sistem Kwintalan 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 63

B. Saran 65

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kegiatan perekonomian masyarakat memang selalu menarik dan tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya erat kaitannya saling membutuhkan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bermacam-macam. Manusia tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan tolong menolong antar sesama manusia agar semua kebutuhan hidup bisa terpenuhi.

Qard{{{ merupakan salah satu bentuk taqarrub kepada Allah SWT., karena qard{ berarti berlemah-lembut dan mengasihi sesama manusia, memberikan kemudahan dan solusi dari duka dan kesulitan yang menimpa orang lain.1

Islam menganjurkan dan menyukai orang yang meminjamkan (qard{), dan membolehkan bagi orang yang diberikan qard{, serta tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang makruh, karena dia menerima harta untuk dimanfaatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, dan peminjam tersebut mengembalikan harta seperti semula.2 Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat al-Baqarah ayat 245:

(10)

                 

“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Q.S. al-Baqarah : 245).3

Islam mengajarkan etika bagi orang yang melakukan kegiatan utang-piutang. Diantaranya adalah bagi orang yang berutang, harus memiliki niat yang baik untuk membayar utang, membalas kebaikan dengan sepadan atau lebih baik dan menyegerakan dalam pembayaran utang. Bagi orang yang memberikan utang, tidak boleh membebankan tambahan saat pengembalian, hendaklah memberikan kelapangan dan kemudahan terhadap orang yang dalam kesulitan atau membebaskannya.

Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan utang-piutang menjadi sangat penting bagi kita sebagai orang Islam, terutama mengetahui aspek hukumnya, hak dan kewajiban bagi orang yang berutang, hak dan kewajiban orang yang memberikan utang, apa yang boleh dan apa yang dilarang bagi orang yang berutang maupun orang yang memberikan utang.

Interaksi sosial di masyarakat sangat diatur dalam Islam. Aturan-aturan tersebut dikenal dengan fiqh mu’a>malah, yaitu aturan-aturan (hukum) Allah SWT. yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan

3 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Sygma

(11)

keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan. Dalam arti manusia kapanpun dan di manapun, harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktifitas manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.4

Aplikasi qard{ sering kali kita jumpai berbeda dalam penerapannya. Terdapat perbedaan antara teori dan praktiknya. Akad qard} bertujuan sebagai sikap tolong-menolong sesama manusia, membantu dan memudahkan segala urusan kehidupan sering kali berubah tujuan sebagai lahan memperoleh keuntungan dan berbisnis. Sedangkan utang-piutang yang dibenarkan oleh

al-Qur’an dan sunnah adalah utang-piutang yang tidak ada tambahan antara jumlah pokok utang dengan jumlah pengembalian.

Sosiologi masyarakat petani di pedesaan banyak yang membutuhkan modal untuk mengelola lahan pertanian. Sulitnya akses permodalan dirasakan oleh kebanyakan masyarakat petani. Kebutuhan atas modal yang besar membuat sebagian besar masyarakat petani yang tidak mempunyai modal, berutang kepada orang yang mempunyai kelebihan harta di antara mereka. Dan sebagai kompensasi atas pinjaman yang telah diberikan, masyarakat petani memberikan pengembalian utang uang dengan gabah yang kadang tidak memperhatikan standart harga pasaran.

(12)

Pilihan berutang menjadi solusi untuk melangsungkan kegiatan bertani di musim tanam yang akan datang. Modal yang dibutuhkan masyarakat petani untuk bercocok tanam adalah modal yang akan digunakan untuk perawatan lahan, membeli benih padi dan pupuk, membayar upah buruh menanam benih padi hingga membayar upah menuai padi.

Ada penemuan menarik terkait dengan kegiatan masyarakat petani di Desa Tanjung, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Banyak masyarakat petani melakukan utang piutang uang yang digunakan untuk modal mengelola lahan pertanian. Pelakunya adalah petani dengan sesama petani. Petani dengan pedagang. Utang piutang itu menggunakan sistem kwintalan.

Sistem kwintalan adalah sistem utang piutang uang selama musim tanam yang dibayar dengan gabah sebanyak satu kwintal ketika musim panen. Tentang waktu pengembalian, lama waktu berutang adalah selama musim tanam padi sekitar tiga bulan. Apabila waktu panen yang akan datang petani yang berutang gagal panen, maka bisa dikembalikan di masa panen selanjutnya. 5

Mekanisme utang piutang sistem kwintalan adalah petani berutang uang kisaran antara Rp. 300.000,00-Rp. 350.000,00 (menyesuaikan harga gabah di pasaran) kepada seseorang, yang nanti akan dibayar ketika musim panen tiba, dengan gabah sebanyak satu kwintal. Berlaku pula kelipatannya. Utang uang Rp. 700.000,00 maka dikembalikan dengan dua kwintal gabah. Gabah yang

(13)

setelah dipanen dan dimasukkan ke dalam karung-karung biasanya bermacam-macam timbangannya. Ada yang satu karung gabah, lebih dari satu kwintal ataupun sebaliknya satu karung gabah, kurang dari satu kwintal. Untuk memastikan timbangan satu karung gabah sama dengan, atau kurang dari, atau lebih dari satu kwintal, maka dilakukan penimbangan gabah.6

Tata cara pengembalian utang piutang sistem kwintalan adalah dengan menimbang gabah terlebih dahulu. Jika timbangan gabah itu menyatakan lebih dari satu kwintal, pemberi utang membeli kelebihan itu. Pada umumnya apabila satu karung gabah setelah ditimbang ada 110 Kg, maka kelebihan gabah 10 Kg ini, akan dibeli oleh pemberi utang. Jadi utang uang Rp. 350.000,00 dibayar tepat dengan gabah 1 Kw/100Kg. Namun ada permasalahan ketika utang uang Rp. 350.000,00 dibayar dengan gabah satu kwintal pada saat harga gabah naik dan harga gabah turun. Artinya dalam pengembalian utang saat harga gabah naik, ada kelebihan yang akan menjadi milik pemberi hutang. Belum ada kejelasan pemberi utang akan mengembalikan kelebihan itu kepada pengutang atau tidak dikembalikan. Dan pada saat harga gabah turun waktu pengembalian, yang terjadi adalah pengutang kurang dalam hal membayar utang. 7

Adanya praktik utang piutang dengan sistem kwintalan ini sudah lama terjadi di masyarakat petani dan menjadi hal yang biasa dilakukan ketika memasuki musim tanam. Mengenai utang piutang yang dibayar dengan gabah,

(14)

secara tidak langsung peminjam menjual gabahnya kepada pemberi utang. Terdapat indikasi penggabungan akad utang piutang dan jual beli. Dimana gabah itu belum ada barangnya, namun dibeli seharga sama dengan jumlah uang yang dipinjamkan. Selain itu kualitas dari gabah yang belum diketahui, serta harga gabah di pasaran saat pengembalian bisa naik dan bisa turun.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini berusaha mengkaji secara mendalam tentang bagaimana akad dalam sistem kwintalan yang objeknya berupa uang dan gabah untuk dituangkan menjadi karya ilmiah dalam bentuk

skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang pada Masyarakat Petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Penelitian yang dimaksud ialah meninjau hukum Islam terhadap praktik utang piutang yang menggunakan sistem kwintalan dengan konsep utang piutang dalam Islam. Oleh karena itu diperlukan untuk mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul dari utang piutang dengan sistem kwintalan di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik, sebagai berikut: 1. Faktor terjadinya utang piutang dengan sistem kwintalan di Desa Tanjung

Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

(15)

3. Objek yang dijadikan utang piutang.

4. Hak dan kewajiban pengutang dan pemberi utang. 5. Utang piutang yang terjebak riba>.

6. Sistem utang piutang dan penyerahan barang yang digunakan untuk membayar utang.

7. Solusi yang diambil kedua belah pihak apabila terjadi wanprestasi.

8. Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang pada Masyarakat Petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian bisa fokus pada judul, maka disusunlah batasan masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Transaksi dan akad Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang pada

Masyarakat Petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

2. Solusi apabila terjadi wanprestasi terhadap sistem kwintalan dalam Akad

Utang Piutang pada Masyarakat Petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

3. Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Kwintalan dalam Akad Utang

(16)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana transaksi dan akad sistem kwintalan dalam akad utang

piutang pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana solusi yang diambil kedua belah pihak apabila terjadi

wanprestasi?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem kwintalan dalam akad

utang piutang pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik?

D. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan deskripsi tersebut, posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan.8

8 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi,

(17)

Beberapa penelitian terdahulu yang telah penulis telusuri, permasalahan utang piutang bukanlah hal yang baru untuk diangkat dalam sebuah penulisan skripsi. Sebelumnya telah ada yang membahas tentang utang piutang, di antaranya adalah:

1. Skripsi yang terbit pada tahun 2009, yakni berjudul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Implementasi Utang Piutang Pupuk dengan Gabah Di

Desa Pucuk Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto” yang

ditulis oleh Nurul Fadilah. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa implementasi utang pupuk dengan gabah yang terjadi di Desa Pucuk Kecamatan Dawarblandong adalah tidak dibenarkan oleh Islam. Karena utang piutang dalam Islam mensyaratkan dalam hal pengembalian utang harus sama dan sejenis.9

2. Skripsi yang ditulis oleh Nur Afifatun Nadhiroh pada tahun 2015 yang

berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Utang Piutang Sistem Ijo (Ngijo) di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun”.

Skripsi ini menjelaskan bagaimana analisis hukum Islam terhadap utang piutang sistem ijo yaitu sistem utang piutang uang yang dibayar gabah. Pertama, sistem ijo yang dilakukan tanpa adanya saksi menyebabkan akad tidak sempurna yang berarti akad yang dilakukan tidak sah. Kedua, sistem ijo bukan termasuk akad qard{ karena adanya ketidaksesuaian antara jumlah pokok utang dengan jumlah pelunasan, serta adanya

9 Nurul Fadilah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Piutang Pupuk dengan

(18)

tambahan 5% padi pada saat petani tidak bisa melunasi utang pada waktu jatuh tempo (panen).10

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah mekanisme dan sistem utang piutangnya. Mekanisme peminjaman sistem ijo adalah peminjaman yang pengembalian utang lebih besar tiga kali lipat dari uang yang dipinjam. Pengembalian tersebut dianggap oleh tengkulak sebagai ujrah karena telah memberikan pinjaman. Sistem ijo terdapat perjanjian yang apabila petani yang berutang tidak bisa melunasi pada jatuh tempo, tengkulak meminta tambahan sebesar 5% dari jumlah pokok yang diutang. Selain itu, pelakunya juga berbeda. Utang piutang sistem ijo pelakunya adalah antara hanya terjadi antara petani dan tengkulak. Penulis skripsi di atas menyebutkan pada kesimpulannya bahwa hasil penelitiannya utang piutang dalam sistem ijo bukan termasuk akad qard}.

Berbeda jika dalam sistem kwintalan pelakunya tidak hanya antara petani dan tengkulak, tetapi juga terjadi antara petani dengan sesama petani, petani dengan pedagang. Fokus penelitian sistem kwintalan adalah objek yang digunakan untuk membayar hutang yaitu gabah satu kwintal dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap akadnya jika utang uang dibayar dengan gabah satu kwintal.

10 Nur Afifatun Nadhiroh, “Analisis Hukum Islam Terhadap Utang Piutang Sistem Ijo (Ngijo) di

(19)

3. Skripsi dengan judul “Analisis Qard} Terhadap Tradisi Hutang Beras Di

Kelurahan Simolawang Kecamatan Simokerto Surabaya” yang terbit

pada tahun 2015, ditulis oleh Mochammad Rizki. Dalam tradisi hutang piutang yang terjadi di Kelurahan Simolawang terjadi ketika saat muqtarid} mengadakan suatu hajatan, kemudian mendapatkan sumbangan atau hutangan dari muqrid} yang berupa bahan-bahan pokok untuk konsumsi hajatan, kemudian pada saat mengembalikan muqtarid} harus memberikan kelebihan dalam pengembaliannya sebagai bentuk rasa terimakasih pada saat muqtarid} mengadakan hajatan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hutang piutang yang terjadi di kelurahan Simolawang Kecamatan Simokerto Surabaya tidak sah menurut hukum Islam, karena masih ada pihak yang dirugikan antara muqrid} dan muqtarid}, hal ini karena muqtarid} harus mengembalikan lebih dari setiap sumbangan atau hutang untuk hajatannya yang diterima muqrid}, namun terdapat tafsil (alternatif) jika muqtarid} memberikan tambahan tersebut dengan suka rela dan itu hukumnya sah.11

Ketiga kajian pustaka di atas, jelas terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang pada Masyarakat Petani di

Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”. Perbedaannya

terletak pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis ingin memfokuskan pada akad yang digunakan dalam utang piutang uang dibayar

(20)

dengan gabah yang menggunakan sistem kwintalan dan bagaimana tinjauan hukum Islamnya.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan penelitian ini memiliki tujuan:

1. Mengetahui transaksi dan akad utang piutang dengan menggunakan

sistem kwintalan pada masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

2. Mengetahui solusi yang diambil kedua belah pihak apabila terjadi

wanprestasi dan memahami tinjauan hukum Islam terhadap utang piutang dengan menggunakan sistem kwintalan di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem

Kwintalan dalam Akad Utang Piutang pada Masyarakat Petani di Desa

Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”, diharapkan dapat

memberikan manfaat serta dapat dipergunakan untuk:

1. Dari Aspek Teoritis

(21)

kwintalan dan dapat dijadikan sumber pengetahuan baik dalam ranah formal maupun non formal. Serta bisa dijadikan sebagai tambahan pemikiran dalam khazanah keilmuan bagi orang yang melakukan penelitian, khususnya mahasiswa jurusan muamalah yang ingin mendalami masalah yang terkait dengan utang piutang dengan sistem kwintalan.

2. Dari Aspek Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat yang terlibat dalam praktik utang piutang yang dilakukan dengan sistem kwintalan untuk kemudian bisa diterapkan sesuai dengan tata cara yang diperbolehkan dalam fiqh mu’a>malah. Di sisi lain, diperuntukkan bagi peneliti berikutnya sebagai perbandingan untuk membuat karya ilmiah yang lebih sempurna.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini ditujukan agar pembaca lebih memahami penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

(22)

1. Hukum Islam : Aturan-aturan atau ketentuan hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama yang berkaitan

dengan teori qard} atau konsep utang piutang dalam Islam.

2. Sistem kwintalan : Sistem kwintalan adalah sistem utang piutang uang selama musim tanam yang dibayar dengan gabah sebanyak satu kwintal ketika musim panen.

3. Akad Utang Piutang: akad meminjamkan harta kepada pihak lain untuk dimanfaatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, dan peminjam tersebut mengembalikan harta seperti semula.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif karena metode ini dapat menghubungkan peneliti dan responden secara langsung. Dengan menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bisa memfokuskan pada kasus yang terjadi di lapangan. Teknik untuk mendapatkan data diperoleh dari observasi, wawancara/interview dan dokumentasi. Untuk menghasilkan gambaran yang maksimal terkait Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang pada Masyarakat Petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik, dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri atas:

(23)

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Data tentang utang piutang dengan sistem kwintalan di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Gresik.

b. Data tentang hukum akad utang piutang dengan sistem kwintalan di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.12

Sumber data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang akan diteliti (responden)13. Adapun sumber primer dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara dengan pelaku utang piutang yang menggunakan sistem kwintalan yaitu masyarakat petani di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik. Dengan tujuan mendapatkan data yang kongkrit, maka dalam hal ini dilakukan dengan cara wawancara terhadap orang-orang yang pernah melakukan utang piutang sistem kwintalan, diantaranya :

1) Bapak Juwarto (Muqtarid})

12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI),

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 129.

13 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan,

(24)

2) Bapak Siswanto (Muqtarid}) 3) Ibu Soni (Muqtarid})

4) Bapak Harmono (Muqrid}) 5) Ibu Ruqaiyah (Muqtarid}) 6) Ibu Wuli (Muqrid}) 7) Ibu Tari (Muqrid}) 8) Ibu Napiah (Muqrid}) 9) Bapak Nur (Muqrid}) 10)Ibu Bayu (Muqtarid}) 11)Ibu Tarmi (Muqtarid}) 12)Ibu Warsi (Muqrid})

b. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder yaitu sumber yang mendukung atau melengkapi dari sumber primer14 yang dapat berupa referensi-referensi dan literatur yang mempunyai kolerasi dengan data penelitian ini. Diantara sumber buku yang penulis jadikan rujukan diantaranya yakni:

a) Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adila>tuhu, Jilid 5. b) Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah.

c) Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. d) Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah.

e) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah.

14Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),

(25)

f) Adiwarman A. Karim, Riba, Gharar dan Kaidah-kaidah

Ekonomi Syari’ah: Analisis Fikih dan Ekonomi. 3. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa teknik antara lain:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).15

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab lansung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu antara pengutang (Muqrid}) dan pemberi utang (Muqtarid}) di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.16 Dalam hal ini dokumen yang terkumpul adalah gambaran umum Desa Tanjung Kecamatan

15 Mohammad Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 234.

16 Husaini Usman dan Pornom Setyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi

(26)

Kedamean Kabupaten Gresik dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan bahasan penelitian.

4. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.17 Dalam hal ini data penelitian diperoleh dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data melalui metode:

a. Editing, yaitu pengecekan atau pengkoreksian data yang telah

dikumpulkan. Sanapah Faisal mengartikan “mengedit data” dengan

kegiatan memeriksa data yang terkumpul dari segi kesempurnaannya, kelengkapan jawaban yang diterima, kebenaran cara pengisiannya, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi relevansinya bagi penelitian, maupun keragaman data yang diterima peneliti.18 Yaitu dengan memeriksa data-data tentang utang piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

b. Organizing, yaitu menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya dan kerangka tersebut dibuat berdasarkan data yang relevan dengan sistematika pertanyaan dalam rumusan masalah. c. Analizing, yaitu tahapan analisis dan perumusan terkait tinjauan

hukum Islam terhadap utang piutang dalam sistem kwintalan.

(27)

5. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan analisis secara diskriptif kualitatif, yaitu bertujuan mendiskripsikan masalah yang ada sekarang dan berlaku berdasarkan data-data tentang utang piutang dalam sistem kwintalan yang didapat dengan mencatat, menganalisis dan menginterpretasikannya. Kemudian dikembangkan dengan pola pikir induktif, yaitu cara penyajian dimulai dari fakta-fakta yang bersifat khusus dari hasil riset dan terakhir diambil kesimpulan yang bersifat umum.

I. Sistematika Pembahasan

Terdapat lima bab pembahasan dalam sistematika pembahasan penelitian ini yang disusun secara sistematis agar mudah untuk dipahami. Berikut lima bab yang tersusun:

Bab pertama yaitu pendahuluan meliputi latar belakang permasalahan, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

(28)

syarat al-qard}, mengambil manfaat utang dan ragam manfaat (kelebihan) atas pinjaman.

Bab ketiga yaitu membahas tentang obyek pembahasan yang berkaitan dengan pembayaran utang dalam sistem kwintalan yakni mengenai gambaran umum lokasi penelitian di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik yang termasuk di dalamnya letak geografis, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi, keadaan pendidikan dan keadaan keagamaan. Serta praktik pelaksanaan utang piutang dengan sistem kwintalan yang termasuk di dalamnya latar belakang dan proses terjadinya sistem kwintalan.

Bab keempat merupakan analisis dan intrepretasi data, yakni analisis praktik, analisis solusi yang diambil kedua belah pihak apabila terjadi wanprestasi dan tinjauan hukum Islam terhadap utang piutang dalam sistem kwintalan di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik yang bertujuan untuk memberikan penjelasan sah atau tidaknya utang piutang dengan sistem kwintalan.

(29)

21 BAB II

KONSEP UTANG PIUTANG DALAM ISLAM

A. Pengertian al-Qard}

Al-Qard} secara bahasa berarti

ُعْطَقْلَا

(potongan). Menurut Wahbah az-Zuhaili dalam bukunya Fiqih Islam Wa Adilatuhu :

َ ت ْع ِ

ر ْي

ُف

ْلا

َق ْر

ِض

َا :

ْل َق ْر

ِض

ُل َغ

ة

َا :

ْل َق

ْط

ُع

َو ،

مُس

َي

َا ْل

َم

ُلا

َا ْل

َم ْد

ُ ف ْو

ُع

ِل ْل

ُم ْق

َِت

ِض

َ ق ْر

ًض

1

Secara bahasa, al-qard} berarti potongan. Harta yang diberikan kepada muqtarid} (orang yang meminjam) disebut qard}, karena merupakan potongan dari harta muqrid} (orang yang memberikan pinjaman). Sedangkan secara istilah, menurut Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary dalam bukunya

Fathul Mu’in :

َُضاَرْ قِْْاُ

-.َُلْ ثِم دُرَ ي ْنَا ىلَع ٍئَش ُكْيِلََْ َوَُو

‚al-qard} adalah memberikan milik sesuatu kepada orang lain dengan

pengembalian yang sama‛.2

Menurut hanafiyah qard} ialah :

َو ِا

ْص

ِط

َل

ًً

ِع ا

ْن َد

َْلا َن

ِف ي

ِة

:

َبِعِب ْوَأ .َُأَض اَقَ تَتِل ٍيِلْثِم ٍلاَم ْنِم ِْيِطْعُ ت اَم َوُ

َوُ :ىَرْخُأ ٍةَرا

.ِِلْثِم دُرَ يِل ِرَخ ِِ ٍلاَم ٍعْفَد ىَلَع دُرَ ي صْوُصْقَم دْقَع

3

‚harta yang memiliki kesepadanan yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Atau dengan kata lain, suatu transaksi yang dimaksudkan untuk

1 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, Juz 4, (Beirut: Da>r Fikr , 1998), 720.

2 Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary, Fathul Mu’in, (Aliy As’ad), Jilid 2, (Kudus: Menara

Kudus, t.t.), 206.

3

(30)

memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang sepadan dengan itu.‛4

Maz\hab-maz\hab yang lain mendefinisikan qard} sebagai bentuk pemberian harta dari seseorang (kreditur) kepada orang lain (debitur) dengan ganti harta sepadan yang menjadi tanggungannya (debitur), yang sama dengan harta yang diambil, dimaksudkan sebagai bantuan kepada orang yang diberi saja. Harta tersebut mencakup harta mitsliyat, hewan, dan barang dagangan.5

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah Jilid 4 mendefinisikan qard} adalah harta yang dipinjamkan seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan setelah ia memiliki kemampuan.6

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik bahwa qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qard} dikategorikan dalam aqd tat}awwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersil.7

Berdasarkan definisi-definisi di atas, pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu memberikan harta milik yang mempunyai kesepadanan kepada orang lain yang membutuhkan dan dikembalikan lagi kepada pemberi

4 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani), Jilid 5, (Jakarta: Gema Insani Darul

Fikr, 2007), 374.

5 Ibid, 374.

6 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Nor Hasanuddin), Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 181.

7 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,

(31)

pinjaman setelah peminjam memiliki kemampuan, dengan harta yang sepadan dengan harta yang dipinjam.

B. Dasar Hukum al-Qard}

Transaksi qard} diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadits

riwayat Ibnu Majah dan Ijma’ ulama. Sungguhpun demikian, Allah swt.

mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi ‚agama Allah‛.8

1. Al-Quran

Q.S. al-Baqarah ayat 245:

                       

‚Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu

dikembalikan.‛(Q.S. al-Baqarah: 245).9

Q.S. al-H}adi>d ayat 11:

                

‚Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia.‛ (Q.S. al-H}adi>d : 11).10

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk

‚meminjamkan kepada Allah‛, artinya untuk membelanjakan harta di

8 Ibid., 131.

9 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Sygma

Examedia Arkanleema, 2011), 39.

(32)

jalan Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga diseru

untuk ‚meminjamkan kepada sesama manusia‛, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat (civil society).11

2. Al-Hadis

Hukum memberi hutang adalah sunnah karena mengandung suatu kebaikan, yaitu menolong orang yang sedang ditimpa kesulitan. Menolong orang dalam keadaan seperti itu sangat dianjurkan oleh agama.12 Dalam hadis Rasulullah Saw. disebutkan :

: َلاَق ،َملَسَو ِْيَلَع ُها ىلَص ِِنلا نَأ ،ٍدوُعْسَم ِنْبا ِنَع

«

اًمِلْسُم ُضِرْقُ ي ٍمِلْسُم ْنِم اَم

ًةرَم اَهِتَقَدَصَك َناَك َِإ َِْْ ترَم اًضْرَ ق

»،

َةجام نبا اورُ

13

‚Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw. berkata, ‚tidaklah

seorang muslim yang memberikan qard} atas hartanya kepada orang muslim sebanyak dua kali, kecuali perbuatannya tersebut dinilai seperti sedekah satu kali‛. (HR. Ibnu Majah)

َلاَق :َلاَق ،َةَرْ يَرُ َِِأ ْنَع

ًةَبْرُك ٍنِمْؤُم ْنَع َسفَ ن ْنَم :َملَسَو ِْيَلَع ُها ىلَص ِها ُلوُسَر

،ٍرِسْعُم ىَلَع َرسَي ْنَمَو ،ِةَماَيِقْلا ِمْوَ ي ِبَرُك ْنِم ًةَبْرُك ُْنَع ُها َسفَ ن ،اَيْ ندلا ِبَرُك ْنِم

َو ،ِةَرِخ ِْاَو اَيْ ندلا ِِ ِْيَلَع ُها َرسَي

،ِةَرِخ ِْاَو اَيْ ندلا ِِ ُها َُرَ تَس ،اًمِلْسُم َرَ تَس ْنَم

ُهاَو

،ِيِخَأ ِنْوَع ِِ ُدْبَعْلا َناَك اَم ِدْبَعْلا ِنْوَع ِِ

َملسم اورُ

14

‚Abu Hurairah r.a. berkata, ‚Rasulullah saw. bersabda, barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari Qiamat. Dan barang siapa memberi kelonggaran kepada seorang yang kesusahan, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan di akhirat, dan barang siapa

11Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori..., 132.

12Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i Edisi Lengkap Mu’amalat, Munakahat,

Jinayat, (Bandung: Pustaka Setia), 65.

13 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, (Beirut: Da>rIhya>’, t.t.), 812.

(33)

menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.‛ (HR.Muslim) 3. Ijma’

Para ulama telah menyepakati bahwa qard} boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.15

C. Rukun dan Syarat al-Qard}

Rukun qard} ada tiga, yaitu: 1) S}i>gah, 2)‘A>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi), dan 3) Harta yang dihutangkan. Penjelasan rukun-rukun tersebut beserta syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

1. S}i>gah

Yang dimaksud dengan s}i>gah adalah i>ja>b dan qabu>l. Qard} terjadi dengan i>ja>b, seperti ‚saya hutangkan ini kepadamu‛ atau ‚saya milikkan

ini kepadamu agar kamu kembalikan sebesar itu pula‛ atau ‚ambilah ini

dan kembalikan lagi gantinya‛ atau ‚gunakanlah ini untuk

kepentinganmu dan kembalikanlah gantinya‛. Qard} terjadi disamping

(34)

dengan i>ja>b juga dengan qabu>l yang bersambung dengan i>ja>b, misalnya

‚saya dihutangi barang itu‛ atau ‚saya menerima hutang barang itu‛.16

Akad qard} dilakukan dengan s}i>gah i>ja>b qabu>l atau bentuk lain yang bisa menggantikannya, seperti cara mu’at}ah (melakukan akad tanpa i>ja>b qabu>l) dalam pandangan jumhur, meskipun menurut Syafiiyah cara

mu’at}ah tidaklah cukup sebagaimana dalam akad-akad lainnya.17 2. ‘A>qidain

Yang dimaksud dengan ‘a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi utang (muqrid}) dan pengutang (muqtarid}). Adapun syarat-syarat bagi pemberi utang dan pengutang adalah merdeka, baligh, berakal, bisa berlaku dewasa, berkehendak tanpa paksaan, dan boleh melakukan tabarru’ (berderma). Karena qard} adalah bentuk akad tabarru’. Oleh karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anak kecil, orang gila, orang bodoh, orang yang dibatasi tindakannya dalam membelanjakan harta, orang yang dipaksa, dan seorang wali yang tidak sangat terpaksa atau ada kebutuhan. Hal itu karena mereka semua bukanlah orang yang dibolehkan melakukan akad tabarru’.18

3. Harta yang dihutangkan

Para ulama berbeda pendapat tentang barang yang diutangkan. Menurut ulama Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta mitsli yaitu harta yang memiliki persamaan dan kesetaraan di pasar; harta yang

16 Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary, Fathul Mu’in..., 207. 17 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adhillatuhu..., 378.

(35)

satuan barangnya tidak berbeda yang mengakibatkan perbedaan nilainya, seperti barang-barang yang ditakar seperti gandum, ditimbang seperti kapas dan besi, dijual satuan dengan ukuran tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain (seperti kelapa, telur, dan kertas satu ukuran) dan yang diukur seperti kain.

Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa

diperbolehkan melakukan qard} atas semua benda yang bisa dijadikan objek akad salam, baik itu barang yang ditakar dan ditimbang seperti emas, perak dan makanan, maupun dari harta qimiyyat, seperti barang-barang dagangan, binatang, dan juga barang-barang yang dijual satuan. Sedangkan komoditi yang tidak dibolehkan dijadikan objek transaksi salam maka tidak sah untuk digunakan dalam transaksi qard}, seperti permata dan sejenisnya. Karena akad qard} menuntut adanya pengembalian benda serupa, sedangkan benda yang tidak tentu dan langka tidak mungkin atau susah dikembalikan benda yang semisal dengannya.

Standart keserupaan menurut ulama Malikiyah adalah kesamaan

dalam sifat dan ukuran, sedangkan menurut ulama Syafi’iyah dan

Hanabilah adalah kesamaan dalam bentuk.19 Sedangkan menurut pendapat Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary dalam bukunya Fathul Mu’in :

‚Wajib bagi muqtarid mengembalikan barang sepadan untuk yang

bersepadanan, yaitu uang emas/perak dan biji-bijian, sekalipun

(36)

uang itu telah ditarik dari peredaran oleh pemerintah karena dengan mengembalikan uang itulah yang lebih mendekati hak muqrid} ;dan wajib mengembalikan bentuk sepadannya untuk utang barang mutaqawwam, yaitu binatang, pakaian dan mutiara.‛20

D. Mengambil Manfaat Utang

Dibolehkan bagi muqrid} mengambil manfaat barang yang diutangkannya itu selama bukan datang dari dia dan tidak pula disebutkan dalam perjanjian sebelumnya, tetapi semata-mata atas kerelaan dari yang berutang. Hal ini diperintahkan oleh agama.21 Dalam hadis Rasulullah saw. disebutkan:

ُنْبا اَنَرَ بْخَأ ،ٍحْرَس ِنْب وِرْمَع ُنْب ُدََْْأ ِرِاطلا وُبَأ اَنَ ثدًَ

ْنَع ،ٍسَنَأ ِنْب ِكِلاَم ْنَع ، ٍبَْو

َملَسَو ِْيَلَع ُها ىلَص ِها َلوُسَر نَأ ،ٍعِفاَر َِِأ ْنَع ،ٍراَسَي ِنْب ِءاَطَع ْنَع ،َمَلْسَأ ِنْب ِدْيَز

َأ َرَمَأَف ،ِةَقَدصلا ِلِبِإ ْنِم لِبِإ ِْيَلَع ْتَمِدَقَ ف ،اًرْكَب ٍلُجَر ْنِم َفَلْسَتْسا

َيِضْقَ ي ْنَأ ٍعِفاَر اَب

: َلاَقَ ف ،اًيِعاَبَر اًراَيِخ َِإ اَهيِف ْدِجَأ ََْ :َلاَقَ ف ،ٍعِفاَر وُبَأ ِْيَلِإ َعَجَرَ ف ،َُرْكَب َلُجرلا

«

ِِطْعَأ

ًءاَضَق ْمُهُ نَسًَْأ ِسانلا َراَيِخ نِإ ،ُايِإ

»

،

َملسم ححص اورُ

22

‚Telah bercerita kepada kami Abu Thahir Ahmad bin Amr bin Sarh, telah bercerita kepada kami Ibnu Wahab, dari Malik bin Anas. Dari Zaid

bin Aslam, dari ‘Atok Ibnu Yasar, dari Abi Rafi’ ra. bahwa Rasulullah

Saw. pernah berutang seekor unta betina (umur 3 tahun) kepada seorang laki-laki, lalu dibawa kepada beliau seekor unta yang biasa untuk berzakat, maka aku disuruh Rasulullah untuk membayar untuk laki-laki itu (yang telah memberi utang tadi), dengan unta betina. Aku menjawab

‚tidak aku peroleh waktu itu, melainkan unta yang lebih baik dan berumur empat tahun‛. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ‚berikanlah

kepadanya unta itu, sesungguhnya sebaik-baik manusia ialah orang yang lebih baik dalam membayar utang‛. (HR. Muslim)

20

Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary, Fathul Mu’in..., 211.

21Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i..., 66.

(37)

Sepeti yang dijelaskan oleh Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary dalam bukunya Fathul Mu’in:

Jaiz bagi muqrid} menerima kemanfaatan yang diberikan kepadanya oleh muqtarid} tanpa atas disyaratkannya sewaktu akad, misalnya kelebihan ukuran atau mutu barang pengembalian dan pengembalian lebih bagus daripada yang diutangkan. Bahkan melebihkan pengembalian utang adalah disunnahkan bagi muqtarid}. Tidak makruh bagi muqrid} mengambil kelebihan tersebut sebagaimana halnya menerima hadiah, sekalipun berupa barang ribawi. 23

Sesungguhnya pembalasan dari sesuatu yang diutang, baik berupa uang maupun benda ialah semata-mata mengembalikannya ucapan do’a dan

ucapan terimakasih kepada orang yang meminjamkan itu.24 Dalam sebuah hadis dinyatakan :

َيْفُس ْنَع ،ِنَْْرلا ُدْبَع اَنَ ثدًَ :َلاَق ،ٍيِلَع ُنْب وُرْمَع اَنَ ثدًَ

ِنْب َميِاَرْ بِإ ِنْب َليِعَْسِإ ْنَع ،َنا

ِْيَلَع ُها ىلَص ِِنلا مِِم َضَرْقَ تْسا :َلاَق ،ِمدَج ْنَع ،ِيِبَأ ْنَع ،َةَعيِبَر َِِأ ِنْب ِللا ِدْبَع

: َلاَقَو ، ََِإ َُعَ فَدَف لاَم َُءاَجَف ،اًفْلَأ َِْعَبْرَأ َملَسَو

«

ا َكَراَب

اََِإ ،َكِلاَمَو َكِلَْأ ِِ َكَل ُلل

ُءاَدَْْاَو ُدْمَْلا ِفَلسلا ُءاَزَج

»،

اورُ

يئاسنلا

َ

25

‚Telah menceritakan kepada kami ‘Amr Ibnu ‘Ali berkata: telah

menceritakan kepada kami Abdurahman, dari Sufyan, dari Ismail bin Ibrahim bin Abdillah bin Abi Rabi’ah, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata: ‚pernah Rasulullah Saw. berutang kepadaku sebanyak empat puluh ribu (dinar atau dirham). Lalu datang kepadanya (orang yang memberikan) uang, maka diberikannya uang itu kepadaku, dan ia

berkata, ‘mudah-mudahan Allah memberi berkah pada keluarga dan

harta engkau’. Hanya balasan pinjaman ialah puji-pujian (terima kasih)

dan mengembalikannya‛. (HR. Nasa’i)

23 Syeikh Zainuddin Abdul Aziz al Malibary, Fathul Mu’in..., 213.

24Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i..., 67.

25 Abdur ar-Rohman bin Abi> Bakar, Ha>syiah al-Sanadi‘Ala Sanadi an-Nasa’i, (Halb: Maktabah

(38)

Demikian juga meminjam barang-barang yang lain, disunahkan melebihi pembayarannya atau membayar dengan yang lebih baik. Akan tetapi, apabila orang yang memberi utang itu memberikan syarat supaya pembayaran itu dilebihkan, kelebihan itu menjadi riba dan haramlah ia memakan kelebihannya itu.26 Hadis Rasulullah saw. menyatakan:

َأ ،َةَزَْْ ُنْب ُصْفًَ اَنَ ثدًَ

ايِلَع ُتْعَِس :َلاَق م ِِاَدْمَْْا َةَراَمُع ْنَع ، ٍبَعْصُم ُنْب ُراوَس َأَبْ ن

:َملَسَو ِْيَلَع ُها ىلَص ِللا ُلوُسَر َلاَق :ُلوُقَ ي

«

اًبِر َوُهَ ف ًةَعَفْ نَم رَج ٍضْرَ ق لُك

»،

ورُ

ا

َةماسأ نب ثرالا

27

‚Telah menceritakan kepada kami Hafs Ibnu Hamzah, menceritakan

Sawwar bin Mus’ab dari ‘Umar al-Hamdani berkata: Aku mendengar Ali ra. ia berkata Rasulullah Saw. bersabda, ‚tiap-tiap utang yang

sengaja untuk mencari nafkah, maka hukumnya riba‛. (HR. Al Haris bin Abu Usamah)

Pengharaman di atas adalah hal yang terkait dengan sesuatu yang apabila menghasilkan manfaat dari qard} yang disyaratkan atau dengan saling memahaminya. Apabila tidak ada persyaratan dan tidak saling memahami, maka orang yang mendapat qard} harus membayar lebih baik dari qard}, sifat atau jumlah.28

E. Ragam Manfaat (Kelebihan) Atas Pinjaman

Sebagaimana definisi riba> di atas, maka yang termasuk riba> qard} adalah jika diperjanjikan dalam akad atau dipersyaratkan atau disepakati dalam akad bahwa pihak peminjam harus membayar lebih dari pokok pinjaman. Jika yang diharamkan adalah ketika disyaratkan dalam akad, maka jika

26Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i..., 68.

27 Abu Muhammad al-Harits, Bughyat al-Bahits, Juz 1, (Madinah : Markaz Khidmat al-Tsanah

wa al-Sirah al-Nubuwah, 1992), 500.

(39)

hadiah/kelebihan pinjaman itu diberikan secara sukarela oleh pihak peminjam saat melunasi peminjaman, maka kelebihan itu bukan riba>, tetapi hibah atau sedekah sesuai dengan hadis Rasulullah saw. 29

Jika dijelaskan lebih detail, kelebihan pinjaman itu dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Memberikan tambahan atas pinjaman yang disyaratkan

Seluruh ulama sudah konsensus (ijma’) bahwa simpan pinjam dengan tambahan yang disyaratkan itu dilarang (diharamkan). Tentang orang meminjam dengan kelebihan karena tuntutan ‘urf (kebiasaan) itu sama dengan disyaratkan para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Pertama, menurut Malikiyah, sebagian Syafi’iyah dan sebagian

Hanabilah orang yang meminjam dengan bunga karena ‘urf (kebiasaan) itu sama dengan disyaratkan (tidak dibolehkan). Kedua, menurut

sebagian Syafi’iyah dan sebagian Hanabilah mengatakan orang yang

meminjam dengan bunga karena ‘urf itu tidak termasuk disyaratkan, maka dibolehkan bahkan termasuk husn al-qadha.

b. Memberikan Tambahan Atas Pinjaman Tanpa Syarat

Meminjam dengan syarat tambahan tanpa disyaratkan dalam akad

itu dibolehkan dalam syara’ bahkan termasuk husn al-qadha sebaik-baik pelunasan.

c. Memberikan Hadiah Sebelum Melunasi Utang

29 Adiwarman A. Karim dan Oni Sahroni, Riba, Gharar dan Kaidah-kaidah Ekonomi Syari’ah:

(40)

Yang dimaksud dalam masalah ini adalah seorang peminjam memberikan hadiah kepada pihak yang meminjamkan sebelum melunasi utang tanpa disyaratkan dalam akad. Tambahan/hadiah yang tidak dibolehkan (terlarang) adalah tambahan yang terjadi sebelum melunasi utangnya dan sebelum jatuh tempo. Kondisi yang kedua ini disebabkan (subhat) yakni dengan tambahan itu, peminjam berharap diberikan tambahan waktu untuk melunasi utangnya seperti halnya risywah.

Hadiah yang diberikan peminjam kepada pihak yang meminjamkan itu dibolehkan jika diberikannya ketika melunasi utang tanpa ada syarat atau kebiasaan. Sebaliknya, hadiah tersebut bisa menjadi riba> jika diberikan sebelum melunasi utang dan sebelum jatuh tempo selama tidak ada kebiasaan saling memberi hadiah (tahadi) di antara mereka sebelumnya atau ada sebab yang mewajibkan hadiah kepada pihak peminjam. Maksudnya, hadiah tersebut diberikan karena terkait dengan pinjaman yang diterimanya. Hadiah ini menjadi subhat bahwa yang bersangkutan ingin dikurangi besarnya pinjaman yang harus dibayar. Sedangkan pembayaran yang tidak terkait dengan pinjaman seperti biaya administrasi itu dibolehkan.30

(41)

33 BAB III

PELAKSANAAN AKAD UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

KABUPATEN GRESIK

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis

[image:41.595.150.511.581.670.2]

Desa Tanjung merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik dengan luas wilayah 605 Ha. Jarak tempuh Desa Tanjung ke Kecamatan Kedamean yaitu 2 Km. Sedangkan jarak ke pemerintahan kota adalah 30 Km. Batas wilayah Desa Tanjung terdiri dari, sebelah utara berbatasan dengan Desa Katimoho/Desa Turi Rejo, sebelah barat berbaasan dengan Desa Belahan Rejo dan selatan berbatasan dengan Desa Banyuurip/Desa Menunggal, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedamean.1

Tabel 1.1

Batas Geografis Desa Tanjung

Batas Dusun Batas Wilayah Sebelah Utara Desa Katimoho/Desa Turi

Rejo

Kecamatan Kedamean Sebelah Selatan Desa Banyuurip Kecamatan Kedamean Sebelah Barat Desa Belahan Rejo Kecamatan Kedamean Sebelah Timur Desa Kedamean Kecamatan Kedamean Desa Tanjung terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Tanjung Krajan, Dusun Tempel, Dusun Tanjung Dukuhan dan Dusun Sawen. Desa yang

(42)

terdiri atas 28 RT dan 7 RW ini membagi tanah seluas 605 Ha menjadi beberapa penggunaan yaitu 285 Ha luas tanah dan sawah, 187,5 Ha luas tanah tegalan, 125 Ha luas pekarangan, 4 Ha luas waduk dan 2 Ha luas kuburan/makam.2

2. Keadaan Demografi

Penduduk Desa Tanjung berjumlah 1.211 KK (Kepala Keluarga), dengan jumlah total 3.898 Jiwa, dengan rincian 1.973 laki-laki dan 1.925 perempuan. Agar dapat dideskripsikan secara lengkap mengenai informasi keadaan kependudukan di Desa Tanjung, maka akan dilakukan identifikasi jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi usia. Yang akan dipaparkan melalui tabel dibawah ini:

[image:42.595.153.513.282.564.2]

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia3 No. Usia Jumlah

1. 0-15 867

2. 15-65 2.737 3. 65 Ke atas 294

Total 3.898

Dilihat berdasarkan struktur usia diatas, penduduk di desa Tanjung mayoritas berada dalam kategori usia muda dan kategori produktifitas kerja (15 Tahun ke atas). Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat di desa Tanjung berada dalam masa produktifitas pemenuhan ekonomi

2 Abdul Manan, Wawancara, Tanjung, 21 Desember 2016.

(43)

yang cukup tinggi. Dan sebaliknya, penduduk yang berada dalam kategori usia tua atau non produktif terbilang rendah.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan dasar setiap harinya, kegiatan ekonomi menjadi sarana yang tidak bisa dilepaskan dari warga Desa Tanjung. Karena mata pencaharian merupakan salah satu penopang utama masyarakat dalam upaya memenuhi berbagai macam kebutuhan, baik primer maupun sekunder. Secara umum mata pencaharian warga desa Tanjung dapat terbagi menjadi beberapa jenis pekerjaan, seperti: petani, buruh tani, pegawai negeri, tukang, angkutan, TNI/Porli, karyawan, jasa, peternak maupun pedagang. Data sebaran mata pencaharian warga Desa Tanjung dapat diamati dalam tabel berikut ini:

[image:43.595.150.513.295.668.2]

Tabel 1.3

Mata Pencaharian Warga Desa Tanjung4 No. Nama Pekerjaan Jumlah

1. Petani/buruh tani 966 2. Pedagang 133 3. Karyawan Swasta 805 4. Mengurus rumah tangga 511 5. Pegawai Negeri Sipil 28 6. Wiraswasta 385

7. Guru 13

8. Pelajar/Mahasiswa 766 9. Lain-lain 192

(44)

Mayoritas warga di desa Tanjung berprofesi sebagai petani. Sebagian besar warga masih menjalani sistem hidup secara komunal dan subsisten, dimana segala sesuatu masih menjadi milik bersama-sama dan sebatas pemenuhan kebutuhan yang diperlukan. Kegiatan bertani yang dijalani oleh warga pun sudah berlangsung dengan cukup lama, atau bahkan turun temurun. Hal tersebut terlihat dari proses penggarapan lahan yang bahkan dilakukan oleh tiga generasi sekaligus, meliputi kakek, ayah, dan cucu.

4. Keadaan Pendidikan

Pendidikan di Desa Tanjung secara umum tergolong baik, hal tersebut dilihat dari banyaknya penduduk yang menempuh pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Akan tetapi, untuk sarana pendidikan yang ada hanya sampai pada tingkat SD, yakni 1 Taman Kanak-kanak (TK), 2 Sekolah Dasar (SD), dan satu PAUD. Sementara untuk akses pendidikan di bangku SMP dan SMA warga di Desa Tanjung mayoritas menyekolahkan anaknya di kecamatan dan kabupaten Gresik yang lebih mendukung ketersediaan sarana dan prasarananya. Untuk yang terdekat biasanya warga menyekolahkan anak mereka ke SMA yang berada di kecamatan Kedamean dan Kabupaten Gresik serta tidak melepas kemungkinan ada yang bersekolah di kabupaten dengan jarak yang lebih jauh lagi.5

(45)

Tingkat pendidikan masyarakat Tanjung mayoritas adalah tamatan SLTA, kemudian SLTP, masyarakat dengan pendidikan akhir perguruan tinggi (S1) tidak banyak ada sekitar 64 orang dan S2 9 orang saja. Berikut tabel penjelasan lebih rinci.

a) Pendidikan Formal

[image:45.595.174.493.279.553.2]

Tabel 1.4

Tingkat Pendidikan dan Jumlahnya6

No. Keterangan Jumlah 1. Akademi/Diploma III/S. Muda 12 2. Belum Tamat SD/Sederajat 332 3. Diploma I/II 3 4. Diploma IV/Strata I 64 5. SLTA/Sederajat 742 6. SLTP/Sederajat 700

7. Strata II 9

8. Strata III 1

9. Tamat SD/Sederajat 1277 10. Tidak/Belum Sekolah 558

Melihat tabel diatas dapat digambarkan bahwa kesadaran masyarakat Tanjung akan pendidikan sudah cukup baik.

b) Lembaga pendidikan Non Formal

Desa Tanjung merupakan desa yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam, sehingga sangat berpengaruh juga terhadap lembaga pendidikan non formal di desa tersebut. Ada beberapa lembaga pendidikan formal di Desa Tanjung yaitu TPA/TPQ. Setiap

(46)

dusun mempunyai TPA/TPQ dengan murid di sekitar lingkungan dusun sendiri.

5. Keadaan Keagamaan

Mayoritas agama di Desa Tanjung adalah pemeluk agama Islam sebanyak 3.855 orang. Ada beberapa Kegiatan rutinitas warga Desa Tanjung yakni yasinan, tahlilan, diba’an dan Isharian (hadroh). Untuk sarana keagamaannya terdapat 4 masjid dan 12 mushala. Selain Islam, masyarakat Desa Tanjung juga ada yang pemeluk agama Kristen sebanyak 2 orang dan Katolik sebanyak 36 orang.

[image:46.595.160.488.303.546.2]

Tabel 1.5

Agama yang Dianut dan Jumlahnya7 No. Keterangan Jumlah

1. Islam 3855

2. Kristen 2

3. Khatolik 36

4. Hindu -

5. Budha -

6. Lainnya 5

B. Praktik Pelaksanaan Akad Utang Piutang dengan Sistem Kwintalan Di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

Utang piutang menggunakan sistem kwintalan merupakan salah satu pilihan model berutang yang berlangsung sejak lama dan sampai saat ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat petani di Desa Tanjung. Setelah

(47)

penulis melakukan penelitian di lapangan, maka dapat dipaparkan beberapa hasil wawancara sebagai berikut.

1. Latar Belakang terjadinya Utang Sistem Kwintalan

Berdasarkan keterangan pelaku utang piutang baik pengutang dan pemberi utang yang menggunakan sistem kwintalan, mereka mengatakan bahwa sistem kwintalan berawal dari pihak berutang yang menawarkan jaminan pembayaran utang uang berupa gabah. Namun ada juga yang mengatakan bahwa pemberi utang lah yang mensyaratkan pembayaran utang uang dibayar dengan gabah.

Menurut Bapak Harmono sebagai pengutang, beliau pada awalnya ditawari oleh pedagang pengumpul dengan penawaran seperti ini, : ‚Maukah kau?, aku utangi uang, kembali gabah, dengan sistem

kwintalan?‛8

Pada saat itu Bapak Harmono juga berada dalam keadaan membutuhkan pinjaman uang untuk kebutuhan. Dan harta satu-satunya bapak Harmono yang bisa diusahakan untuk membayar utang tersebut adalah gabah yang akan dipanen di masa panen mendatang. Pak Harmono mengatakan bahwa satu satunya pendagang yang mau mengutangi dengan tidak meminta kelebihan adalah Pak Sukri. Pak Sukri mengutangi uang kepada pak Harmono dengan boleh membayar utangnya dengan gabah dan sesuai jumlah utang yang diterima Pak Harmono.

(48)

Begitu juga dengan pihak pengutang yang meminta kemudahan agar diperbolehkan membayar utang nya dengan gabah. Menurut Bapak Nur, beliau dulu pada saat berutang meminta dengan mengatakan kepada Bu Soni sebagai pemberi utang, :

‚Bu, tolong pinjami saya uang. Nanti kalau ada masa panenan gabah

saya kembalikan‛.9

Alasan berutang masyarakat petani bermacam-macam. Namun pada intinya semua karena kebutuhan ekonomi. Ada yang karena belum ada tanaman yang bisa dipanen di waktu musim tanam, juga dikarenakan untuk keperluan membeli pupuk, membayar upah buruh tani yang membantu mengelola sawah mereka, digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, digunakan untuk membayar sekolah anak-anak mereka. Sehingga praktik utang piutang menggunakan sistem ini masih sering dilakukan. Sebagaimana penuturan salah satu pelaku utang sistem kwintalan bahwa:

‚ya masih ada dan banyak yang melakukan sampai saat ini mbak. Alasan utamanya ya karena kebutuhan. Karena utang sistem Kwintalan lebih mudah tanpa meninggalkan jaminan apa-apa. Ya sama-sama percaya. La wong tani duwene gabah (Petani harta yang dimiliki gabah) ya itu yang dibuat untuk membayar‛10

Begitu juga menurut Bapak Siswanto sebagai muqtarid}, ketika ditanya mengapa menggunakan gabah sebagai alat pembayaran utang, beliau mengatakan bahwa beliau tidak mampu membayar menggunakan uang. Sehingga beliau menawarkan pembayaran utang akan dibayar

(49)

ketika gabah selesai dipanen. Lalu Bu Soni sebagai muqrid} memberikan pinjaman kepada Bapak Siswanto dengan kesepakatan utang uang Rp. 700.000,00 dibayar gabah dua kwintal, atau seharga Rp. 350.000,00 per Kwintalnya. Sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Dari pemaparan hasil penelitian, dapat diperoleh diskripsi Sistem Kwintalan adalah sistem utang piutang uang selama musim tanam yang dibayar dengan gabah sebanyak satu kwintal ketika musim panen. Mengenai latar belakang mengapa utang uang dibayar gabah, karena pelaku utang kwintalan pekerjaan utamanya sebagai petani penghasil gabah, dan harta satu-satunya yang dimiliki petani gabah adalah gabah. Sehingga syarat pengembalian gabah menjadi sangat mudah untuk dipenuhi oleh muqtarid}.11

2. Proses terjadinya Utang Sistem Kwintalan

Bu Tari sebagai muqtarid}\ meminjam uang kepada Bu Napiah sebesar Rp. 350.000,00. Dengan melihat harga gabah di pasaran pada waktu itu seharga Rp. 3.500,00 per Kg. Pada waktu transaksi Bu Tari mengatakan akan membayar utang tersebut dengan gabah yang akan dipanen, di masa panen yang akan datang.

Ketika musim panen gabah telah tiba, sesuai kesepakatan, Bu Tari membayar utang dengan gabah satu kwintal. Ternyata harga gabah di pasaran naik, yaitu Rp. 4.000,00 per Kg. Karena sudah disepakati diawal bahwa utang Rp. 350.000,00 akan dikembalikan dengan gabah satu

(50)

kwintal maka, kelebihan gabah yang jika diuangkan menjadi Rp. 50.000,00 diberikan kepada muqrid}. Seharusnya kelebihan itu dikembalikan kepada Bu Tari. Namun Bu Tari tidak mau memintanya dan diberikan kepada Bu Napiah selaku muqrid}. Bu Tari mengatakan bahwa kelebihan itu sebagai ungkapan terimakasih karena telah diberikan pinjaman di masa beliau mengalami kesulitan.

Lain halnya yang dialami oleh Ibu Semaning yang pada waktu itu berutang uang senilai dua kwintal gabah kepada Bu Ruqaiyah. Dan ketika panen harga gabah naik. Sedangkan mau tidak mau Ibu Semaning yang punya utang harus membayar dengan dua kwintal gabah sesuai dengan perjanjian di awal. Dengan berat hati dan kesadaran diri bahwa beliau berutang dan harus membayar. Di satu sisi beliau ada rasa keberatan bahwa gabah itu hasil jerih payah sendiri. Dan dengan mudahnya orang yang memberi pinjaman utang meminta gabah sebagai alat pembayaran yang tidak sebanding dengan uang yang dipinjam.

(51)

Menurut keterangan dari Ibu Ruqaiyah (muqrid}) yang berprofesi

sebagai pedagang perancangan, beliau mengatakan, ‚Pertama, biasanya

orang yang ingin berutang kepada saya, mengatakan, ‘Mbak Yah, ingin dibayar apa? Uang atau gabah?’ Jawaban saya, ‚Saya tidak

mengutangkan, kalau dibayar gabah, saya akan membeli gabahnya nanti. Harga pada saat membayar juga akan di sesuaikan dengan pasaran. Dan sebagai pedagang, saya juga tidak mau rugi‛. Pada intinya tergantung

kesepakatan para pihak perjanjiannya seperti apa.12

Berdasarkan wawancara, Ibu Ruqaiyah mengatakan, beliau menyadari bahwa sebenarnya dalam sistem kwintalan ada pihak yang dirugikan. Sehingga bagaimana beliau tidak terjebak dalam praktik utang piutang tersebut. Beliau mensiyasati akad diawal, agar nanti bukan mengutangkan, tetapi membeli. Karena menurut beliau sistem kwintalan gabah bisa menjurus pada praktik riba. Dan ketidakjelasan harga gabah yang cenderung naik turun pada masa panen.

Karena dalam sistem kwintalan berlaku jika harga gabah pada waktu mengembalikan utang tetap sama seperti diawal mengutangkan, maka tidak ada kelebihan pembayaran. Namun, jika harga gabah naik, pemberi utang mendapatkan keuntungan atas apa yang telah dipinjamkan. Dan jika harga gabah turun, karena sudah disepakati di awal, Rp. 3.500,00 per Kg, yang jika satu Kwintal gabah Rp. 350.000,00 maka peminjam hanya wajib membayar satu kwintal gabah saja. tanpa

(52)

menambah kekurangannya. Sehingga berakibat rugi pada pihak yang memberikan utang.

Adapun cara pengembalian utang dalam sistem kwintalan adalah dengan menimbang gabah terlebih dahulu. Jika timbangan gabah itu menyatakan lebih dari satu kwintal, biasanya pemberi utang membeli kelebihan itu. Apabila satu karung gabah setelah ditimbang ada 110 Kg, maka kelebihan gabah 10 Kg ini, akan dibeli oleh pemberi utang. Jadi utang uang Rp. 350.000,00 dibayar tepat dengan gabah 1 Kw/100Kg.

Praktik ini meskipun ada yang menyadari bahwa dapat merugikan salah satu pihak tetap ada yang melakukannya sampai sekarang. Ada yang mengatakan boleh saja asal pada praktiknya tidak merugikan. Yaitu dengan mengembalikan kelebihan pembayaran seperti yang telah dilakukan oleh bu Soni dan Bapak Nur. Bu Soni mengatakan bahwa ketika Bapak Nur mengembalikan utang sebesar satu kwintal gabah, terjadi kelebihan karena pada saat itu harga gabah naik dari Rp. 3.500,00 per Kg menjadi Rp. 4.000,00 per Kg, Bu Soni mengembalikan kelebihan sebesar Rp. 50.000,00 kepada bapak Nur.

(53)

petani. Sehingga menjadi utang uang dibayar uang sesuai dengan jumlah uang yang diterima petani ketika berutang dan tidak terjadi kelebihan pembayaran. Meskipun pada prosesnya tetap menggunakan gabah sistem kwintalan. Namun berbeda cara pengembalian yang membuat para pihak saling ridho.

Cara pengembalian utang yang lainnya adalah dengan mengembalikan gabah sistem kwintalan tanpa dengan cara pertama yang telah disebutkan di atas, petani memberikan gabah sesuai uang yang dipinjam di awal akad, jika utangnya sebesar gabah satu kwintal, maka petani membayar dengan satu kwintal gabah kepada pemberi utang. Petani tidak menambah kekurangan pembayaran meskipun pada saat itu harga gabah turun. Juga pemberi utang tidak mengembalikan kelebihan pembayaran meskipun pada saat itu harga gabah naik.

Tentang kelebihan pembayaran dan kekurangan pembayaran menurut Pak Harmono adalah resiko dari pemberian utang. Para pihak telah sama-sama mengetahui dan menyadari bahwa siapa saja yang membantu orang lain dengan mengutanginya, maka dia harus siap menerima resiko pemberian utang tersebut.

(54)

harga gabah di masa panen yang akan datang. Petani merasa sangat berterimakasih karena telah diberikan pinjaman uang ketika petani berada dalam kondisi sangat membutuhkan.

C. Solusi Yang Diambil Kedua Belah Pihak Apabila Terjadi Wanprestasi

Utang piutang sistem kwintalan yang d

Gambar

Tabel 1.1 Batas Geografis Desa Tanjung
Jumlah Penduduk Berdasarkan UsiaTabel 1.2 3
Mata Pencaharian Warga Desa TanjungTabel 1.3 4
Tingkat Pendidikan dan JumlahnyaTabel 1.4 6
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai suatu pedoman, maka dapat dirumuskan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Hal lain yang perlu disarankan bahwa jika implementasi kegiatan subidi dapat dilaksanakan terpusat, maka dalam pelaksanaannya perlu didisain bagaimana pengelolaan penyaluran

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karenaberkat anugrah dan karunia dari tuhan lah sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), direktorat yang menangani bidang operasi pencarian dan pertolongan dapat mengusulkan calon Inspektur untuk ditempatkan di Kantor

Dengan membandingkan gambar 1.1 dan 1.2, dapat terlihat bahwa Asia menjadi daerah yang memiliki peranan dan pengaruh besar terhadap perkembangan industri metanol, di sisi lain

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini dibatasi pada pengukuran pertumbuhan bakteri selulolitik yang