• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

69 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengenalan Bab

Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumen khususnya dalam Seksi Perparkiran yang mengelola retribusi parkir pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman. Bab ini juga mendeskripsikan mengenai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, serta menjelaskan profil objek penelitian yang digunakan oleh peneliti. Di bagian akhir bab ini, peneliti juga melampirkan transkrip wawancara dengan narasumber, yakni Bapak Bapak Bambang Sumedi Laksono,S.E.,M.M selaku Ketua Seksi Perparkiran dan bapak Sarwiji yang merupakan staf Seksi Perparkiran Dishubkominfo Kabupaten Sleman, Bapak Sulton Fatoni selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, dan Bapak Tarno selaku juru parkir.

4.2 Profil Objek Penelitian Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman terletak di Jalan KRT. Pringgodiningrat No. 70, Beran, Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55511. Dinas Perhubungan sudah ada sejak September 1945 yakni pada awal kemerdekaan. Sedangkan untuk bagian komunikasi dan informatika diawali dengan adanya

(2)

70

Departemen Penerangan pada 1945-1999. Saat Departemen Penerangan dilikuidasi kemudian dibentuklah Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi pad 2001-2005 yang kemudian pada 2005 diubah menjadi Departemen Komunikasi dan Informatika. Pada 2009, kelembagaan urusan komunikasi dan informatika dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga saat ini.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman ini berfungsi sebagai pelaksana Pemerintah Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati melalu Sekretaris Daerah (Perhubungan & Informatika, 2014). Adapun tugas dari Dishubkominfo yakni melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika. Dalam penyelenggaraan tugas tersebut, Dishubkominfo memiliki fungsi sebagai berikut :

- Perumusan kebijaksanaan teknis bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

- Pelaksanaan tugas bidang perhubungan,komunikasi dan informatika;

- Penyelenggaraan pelayanan umum bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

- Pembinaan dan pengembangan bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

(3)

71

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya.

4.2.1 Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dishubkominfo Selain fungsi di atas, dalam pelaksanaannya Dishubkominfo juga menghimpun beberapa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang nantinya akan disetorkan kepada kas daerah guna dikelola dan digunakan sebagai pembiayaan daerah. Adapun menurut buku profil tahun 2011 -2013 yang dikeluarkan oleh Dishubkominfo, ada beberapa pendapatan yang dikelola yaitu :

- Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum - Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor - Retribusi Menara Telekomunikasi - Retribusi Terminal

- Retribusi Ijin Trayek

Dalam komponen pendapatan yang ada, peneliti hanya mengulas tentang pendapatan retribusi parkir yang memang berhubungan dengan topik penelitian. Pendapatan retribusi parkir sendiri merupakan salah satu komponen pendapatan yang naik secara signifikan yaitu hampir 2 kali lipat, dilihat dari pendapatan yang diperoleh tahun 2012 sebesar Rp 431.405.000 naik menjadi Rp 832.399.000 pada tahun 2013.

(4)

72

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari buku profil tahun 2011-2013 (Perhubungan & Informatika), maka secara grafik, pendapatan yang dikelola Dishubkominfo adalah sebagai berikut :

2011 2012 2013 2014

Retribusi Parkir Tepi Jalan

Umum 408,147,00 431,405,00 832,399,00 1,050,970, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 970,130,50 1,188,484, 1,283,539, 1,332,418,0 Retribusi Menara Telekomunikasi - - 1,029,853, 1,527,778,5 Retribusi Terminal 245,542,70 402,796,80 425,495,50 417,676,500 Retribusi Ijin Trayek/Insidentil 6,815,000 1,750,000 510,000 290,000

Retribusi Tempat Khusus

Parkir - - - 240,372,00 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 1,400,000,000 1,600,000,000 1,800,000,000 Juml ah P endap at an GRAFIK 4.1.

DATA PAD DISHUBKOMINFO KABUPATEN SLEMAN

(5)

73

Dilihat dari data tersebut, bukan tidak mungkin pendapatan atas retribusi parkir akan meningkat pada tahun berikutnya. Namun peningkatan tersebut tidak akan berpengaruh signifikan terhadap optimalisasi kinerja pengendalian yang dilakukan seksi perparkiran khususnya, apabila dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di lapangan masih banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi. Oleh karena itu kenaikan hendaknya diiringi degan adanya pengendalian yang optimal. Karena dengan adanya peningkatan pendapatan dan upaya pengendalian sudah optimal, berarti bahwa Dishubkominfo dapat menjadi salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Sleman yang cukup berpotensi kedepannya. Kenaikan tersebut juga dapat digunakan untuk menutupi penurunan pendapatan yang terjadi pada retribusi ijin trayek. Sehingga dengan adanya kenaikan pendapatan atas retribusi parkir dan pengendalian yang optimal dalam pengelolaan parkir guna mengurangi fraud di lapangan, kinerja seksi perparkiran baru dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan retribusi parkir yang dihasilkan.

4.2.2 Komposisi Sumber Daya Manusia Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

Dalam pelaksanaan kegiatannya Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sleman didukung oleh sumber daya aparatur sejumlah 105 orang, terdiri atas 19 pejabat struktural, 13 pejabat fungsional, dan 73 staf. Adapun

(6)

74

staf yang bertanggungjawab mengelola perparkiran hanya 5 orang, terdiri dari 1 kepala seksi dan 4 anggota (Perhubungan & Informatika, 2014).

Dari data yang peneliti temukan di lapangan dengan jumlah SDM yang terbatas, seksi perparkiran khususnya belum menerapkan pembagian tugas secara optimal, dikarenakan permasalahan yang ada tidak sebanding dengan SDM yang tersedia. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bambang Sumedi selaku ketua seksi perparkiran dalam wawancara pada 23 Desember 2015, menyatakan bahwa banyaknya pelanggaran yang terjadi tidak sesuai dengan jumlah SDM yang dimiliki. (Sumedi, 2015 a). Hal yang sama mengenai minimnya SDM juga disampaikan oleh Bapak Sulton Fatoni selaku kepala Bidang Lalu Lintas pada wawancara tanggal 29 Januari 2016, yang menyatakan bahwa banyaknya pelanggaran yang terjadi dalam perparkiran ini dikarenakan kurangnya jumlah SDM (Fatoni, 2016). Dengan adanya kepentingan pelayanan kepada masyarakat dan permasalahan yang dihadapi dalam perparkiran ini, Dishubkominfo harus memiliki struktur pengendalian yang baik, secara keseluruhan maupun di dalam seksi perparkiran itu sendiri.

4.3 Struktur Pengendalian Dishubkominfo

Struktur pengendalian Dishubkominfo dilihat dari struktur organisasi yang terdapat di dalamnya. Struktur organisasi dan kelembagaan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman diatur

(7)

75

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 34 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

Dishubkominfo berkedudukan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika.

Pengendalian internal Dishubkominfo secara tidak langsung dilaksanakan melalui sub bagian (subbag) perencanaan dan evaluasi. Adapun fungsinya antara lain penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis urusan perencanaan dan evaluasi, pengoordinasian penyusunan rencana kerja, dan penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan dari tiap-tiap seksi yang ada dalam Dishubkominfo. Termasuk di dalamnya terdapat Seksi Perparkiran yang mengelola retribusi parkir.

(8)

76 G AM B A R 4.1.

(9)

77

Seksi perparkiran dibawahi oleh Kepala Bidang Lalu Lintas. Seksi ini memiliki tugas pokok yaitu menyelenggarakan dan membina pengelolaan dan pengendalian perparkiran di kabupaten Sleman. Seksi perparkiran memiliki 4 orang anggota yang terdiri dari 1 kepala seksi dan 4 orang staf yang bertugas melaksanakan tugas yang ada di dalamnya. Dalam melaksanakan tugas tersebut seksi perparkiran memiliki fungsi sebagai berikut :

- Penyusunan rencana kerja Seksi Perparkiran

- Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan dan pengendalian perparkiran

- Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan perparkiran - Penyelenggaraan pengendalian perparkiran

- Penyelenggaraan pelayanan dan pengendalian pengoperasian dan pembangunan fasilitas parkir

- Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Seksi Perparkiran.

Karena adanya SDM yang terbatas, di dalam seksi perparkiran belum terdapat pengendali internal. Seluruh kegiatannya diawasi oleh kepala seksi dan diotorisasi kepala bidang lalu lintas hingga nantinya disahkan oleh kepala dinas. Menurut penuturan kepala seksi perparkiran bapak Bambang Sumedi, bahwa pengawasan internal hanya dilakukan melalui penyerapan anggaran. Tetapi dari luar Dishubkominfo terdapat badan pengawas seperti inspektorat, BPKP, dan anggota dewan (Sumedi, 2016).

(10)

78

Dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan pelayanan parkir, pihak Dishubkominfo dibantu oleh juru parkir (jukir). Struktur atas juru parkir tidak terdapat dalam struktur organisasi Dishubkominfo, karena memang mereka bukan bagian dari Disbhukominfo. Juru parkir sendiri dipilih oleh pengelola parkir yang mendaftarkan lokasi usaha parkirnya. Sebelum ditetapkan menjadi juru parkir, pihak Dishubkominfo mengecek administrasi seperti foto dan fotocopy KTP calon juru parkir serta calon juru parkir diundang ke kantor Dishubkominfo untuk dilihat sikap dan perilakunya serta diberikan sosialisasi mengenai peraturan perparkiran. Baru setelah dilakukan pengecekkan, pihak Dishubkominfo memberikan keputusan apakah diizinkan atau tidak. Apabila diizinkan, ia berhak mengelola lahan parkir sesuai dengan surat izin yang berlaku, di bawah pengawasan pengelola parkir dan Dishubkominfo (Sumedi, 2016)

Guna menjalankan fungsi-fungsi di atas serta untuk mencapai maksud dan tujuan pengelolaan parkir seperti dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2015, Dishubkominfo memiliki beberapa mekanisme proses perizinan dan pengelolaan retribusi parkir. Mekanisme tersebut digunakan sebagai pengendali aktivitas pada Dishubkominfo dan dapat disebut sebagai upaya pengendalian yang ada pada Dishubkominfo.

4.4 Mekanisme pengendalian Dishubkominfo

Fungsi dengan adanya mekanisme tersebut adalah untuk mencegah terjadinya fraud pada pengelolaan retribusi parkir. Dengan adanya mekanisme maka memudahkan pimpinan untuk melakukan pengecekkan

(11)

79

terhadap proses yang dilakukan. Mengingat pengelolaan retribusi parkri tidak hanya dilakukan oleh Dishubkominfo tetapi juga dengan pihak di luar dishubkominfo seperti pengelola parkir dan juru parkir, sehingga dibutuhkan mekanisme pengendalian yang memadai. Mekanisme dalam pengendalian salah satunya dengan diadakannya kegiatan patroli. Mengingat SDM yang dimiliki oleh Dishubkominfo terbatas, maka berdasarkan SK Kepala Dinas dibentuklah tim gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP yang diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan di lapangan terhadap kegiatan perparkiran yang dilakukan jukir. Beberapa kegiatan yang ditetapkan mekanismenya adalah proses perizinan, penetapan denda, dan pengendalian di luar mekanisme seperti pembentukan tim penertiban dan pengawasan, penertiban menggunakan alat.

4.4.1 Pengajuan Izin Parkir dan Pelayanan Izin

Prosedur pengajuan izin parkir ini disusun berdasarkan SOP yang dibentuk Dishubkominfo yang mengacu pada Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perparkiran. Dalam pasal 16 ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang yang menyelenggarakan fasilitas parkir wajib memiliki izin. Prosedur pengajuan izin parkir oleh Dishubkominfo, bertujuan untuk menegakkan peraturan yang ada sehingga perparkiran menjadi lebih tertib dan tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat dengan adanya pungutan retribusi parkir yang ilegal, tidak berkarcis, atau adanya jual beli lahan parkir. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa

(12)

80

pengelolaan parkir di lapangan bekerjasama dengan pengelola parkir tidak hanya dilakukan oleh Dishubkominfo saja.

Dalam proses perizinan pengelola parkir harus mengisi form permohonan terlebih dahulu, dengan melampirkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), foto berwarna, materai, dan denah lokasi yang akan dijadikan sebagai lahan parkir. Form tersebut diserahkan kepada Dishubkominfo dalam hal ini seksi perparkiran dan kemudian akan dilakukan pengecekkan administrasi. Apabila administrasi lengkap maka pihak Dishubkominfo akan melakukan analisis lalu lintas dan mengkaji potensi parkir tersebut. Tetapi apabila administrasi dinilai tidak lengkap, akan dikembalikan kepada pengelola.

Adapun analisis lalu lintas menurut Bapak Bambang Sumedi dalam wawancara yang dilakukan pada 31 Desember 2015 pengkajian meliputi bahwa lokasi parkir tidak mengganggu lalu lintas, tidak membuat kemacetan, tidak mengakibatkan resiko kecelakaan dan tersedia lahan untuk melaksanakan kegiatan parkir. Sedangkan pengkajian potensi parkir adalah mengkaji kendaraan yang keluar masuk daerah tersebut, karena jumlah kendaraan tersebut mempengaruhi jumlah yang dibayarkan kepada pemerintah daerah (Sumedi, 2015). Langkah yang dilakukan Dishubkominfo ini sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 44 menjelaskan bahwa dalam penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, pemerintah daerah

(13)

81

harus memperhatikan rencana umum tata ruang, analisis dampak lalu lintas dan kemudahan bagi pengguna jasa.

Setelah dokumen dianalisis, tahap pengambilan keputusan dilakukan oleh Kepala Dishubkominfo. Menurut Bapak Bambang, tugas seksi perparkiran hanya membuat laporan hasil analisis. Dalam hal ini, kepala Dishubkominfo yang berwenang dalam pengambilan keputusan tertinggi, apakah pengajuan izin parkir disetujui atau tidak. Apabila disetujui, maka akan diterbitkan izin parkir yang diberikan kepada pengelola parkir yang berarti bahwa fasilitas parkir dapat diselenggarakan di lokasi tersebut dengan mematuhi aturan yang berlaku dalam Perda Nomor 6 Tahun 2015. Sedangkan apabila tidak disetujui, maka fasilitas parkir tidak dapat dilakukan di lokasi tersebut dengan alasan apapun. Izin hanya berlaku untuk satu lokasi fasilitas parkir dan satu penyelenggara fasilitas parkir, berlaku untuk periode 1 tahun dan bisa diperpanjang (Sumedi, 2015 b).

Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari Kepala Seksi Perparkiran , peneliti kemudian menyesuaikan hasil tersebut dengan SOP Nomor 974/0458/2015 tentang Pengajuan Izin Parkir dan dalam penerapannya sebagian besar sudah sesuai, dan diharapkan fungsi pengendalian dapat selalu diterapkan agar berjalan dengan baik.

(14)

82 G AM B A R 4. 2.

(15)

83

4.4.2 Prosedur Pengelolaan Retribusi Parkir

Berdasarkan penjelasan dari Kepala Seksi Perparkiran Dishubkominfo, Bapak Bambang Sumedi dalam wawancara pada 31 Desember 2015, bahwa pengelolaan parkir dikelola mandiri oleh Dishubkominfo berdasarkan perintah dari pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Dalam pengelolaannya dibagi menjadi dua, yaitu retribusi parkir yang dikelola secara langsung oleh Dishubkominfo atau melalui kerjasama dengan badan atau perorangan, dimana badan atau perorangan tersebut harus mengurus izin terlebih dahulu kepada Dishubkominfo. Badan yang dimaksud adalah organisasi parkir yang menaungi juru parkir dimana biasanya diketuai oleh pengelola parkir, sedangkan perorangan yakni orang pribadi yang melakukan kegiatan parkir dan pemungutan retribusi parkir di lokasi parkir atau biasa disebut sebagai juru parkir (jukir).

Retribusi yang dikelola meliputi parkir tepi jalan umum dan tempat khusus parkir. Seksi perparkiran adalah satu-satunya badan yang dapat memungut parkir secara langsung dan sekaligus sebagai penyetor. Selain retribusi parkir tepi jalan umum dan tempat khusus parkir, ada pula pajak parkir yang harus disetorkan kepada Dishubkominfo sebagai pengelola. Dalam penyetorannya, Dishubkominfo dibantu oleh kecamatan agar memudahkan masyarakat, sehingga tidak harus datang ke kantor Dishubkominfo terlebih dahulu. Sebelum disetorkan kepada kas daerah (Sumedi, 2015 b). Berikut skema pengelolaan retribusi parkir pada Dishubkominfo kabupaten Sleman.

(16)

84

GAMBAR 4.3.

PROSEDUR PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR

Sumber : (Sumedi, Prosedur Pengelolaan Parkir, 2015 b) Pajak Parkir Parkir di Tepi Jalan Dishubkominfo Surat Izin Parkir Pemungutan Penyetoran Pemda Kerjasama 1. Badan 2. Perorangan Dikelola Dishubkominfo 1. Parkir di Tepi Jalan 2. Tempat Khusus Parkir Dishubkominfo Tempat Khusus Parkir Dishubkominfo Tugas pembantuan oleh Kecamatan Kas Daerah

(17)

85 4.4.3 Tata Cara Penetapan Sanksi

Dalam proses pengelolaan, apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola maupun juru parkir seperti melakukan parkir tanpa karcis, tidak memakai atribut saat parkir, tidak mematuhi tatacara perparkiran, maka pihak Dishubkominfo memberikan sanksi sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Menurut Bapak Bambang Sumedi selaku Kepala Seksi Perparkiran Dishubkominfo dalam wawancara pada 31 Desember 2015 menyatakan bahwa penetapan sanksi dilakukan sesuai dengan Perda Nomor 6 tahun 2015. Apabila pengelola parkir tidak mematuhi ketentuan perizinan dan tetap menyelenggarakan fasilitas parkir tanpa karcis, maka akan dikenai sanksi berupa teguran lisan, peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha, hingga penutupan fasilitas parkir. Adapun penegakkan peraturan daerah kabupaten Sleman dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) (Sumedi, 2015 b).

Namun demikian, peneliti menilai bahwa penerapan sanksi belum efektif, dikarenakan pelanggaran yang terjadi di lapangan masih banyak, selain itu kegiatan patroli pun belum mencakup seluruh kabupaten Sleman. Menurut data pelanggaran selama tahun 2015, tercatat sebanyak 214 kasus. Perlu adanya evaluasi terhadap penerapan sanksi dan kegiatan patroli yang dilakukan. Supaya pelanggaran dapat ditekan dan pelaksanaan aturan dapat terwujud.

(18)

86

Uraian di atas mengenai struktur dan mekanisme pengendalian yang dilakukan Dishubkominfo adalah sebagai jawaban atas rumusan masalah pertama dalam penelitian ini. Peneliti menyimpulkan jika ditinjau lebih dalam upaya pengendalian dari sisi struktur dan mekanisme pengendalian saja belum cukup dan belum optimal melihat banyaknya kecurangan sebanyak 214 kasus yang diperoleh dilapangan saat proses penertiban. Sebenarnya pelanggaran yang dilakukan beberapa bukan merupakan pelanggaran berat, namun dibutuhkan pengendalian yang intensif dan rutin. Melihat dari sisi SDM seksi perparkiran yang hanya berjumlah 5 orang, jangan kemudian dijadikan alasan untuk tidak adanya pemisahan tugas. Pemisahan tugas tersebut diadakan untuk menghindari terjadinya fraud internal Dishubkominfo seperti yang sudah ditetapkan pada Sistem Pengendialian Internal Pemerintahan (SPIP).

Mekanisme SOP yang diciptakan akan berjalan dengan optimal apabila penerapan sanksi yang ada dipertegas. Adanya tim gabungan dinilai sangat membantu terealisasinya pengelolaan yang baik, jika dilaksanakan secara rutin. Kegiatan sosialisasi dalam patroli ini menjadi penting, sebagai tindak lanjut adanya penertiban oleh tim. Karena melalui kegiatan ini, pengelola parkir menjadi lebih memahami aturan dan sanksi yang harus diterima apabila melakukan pelanggaran. Selain itu penerapan sanksi juga harus tegas untuk menimbulkan efek jera kepada para pelaku pelanggaran sehingga pengelolaan retribusi dan perparkiran dapat semakin baik.

(19)

87 4.5 Analisis Fraud Triangle

Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya fraud dalam pengelolaan retribusi parkir. Pembahasan ini sekaligus menjawab rumusan masalah kedua mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan (fraud). Faktor-faktor tersebut akan disajikan melalui teori Fraud Triangle yaitu meliputi tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Peneliti menganalisis faktor ini dari juru parkir (dalam penelitian ini yaitu bapak Tarno, juru parkir Jalan Kaliurang Km.13,5 Sleman) yang melaksanakan kegiatan perparkiran di lapangan. Karena peneliti menilai bahwa juru parkir rawan terhadap tindakan fraud karena kedudukannya yang terpisah dari Dishubkominfo sebagai badan pengelola dan penegakkan aturan yang berlaku.

4.5.1 Tekanan (Pressure)

Beberapa hal yang menyebabkan tekanan pada juru parkir sehingga memaksa mereka untuk melakukan pelanggaran antara lain :

- Adanya permintaan dari organisasi yang menaunginya untuk menyetorkan sebagian pendapatannya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak selalu pengelola parkir melakukan kegiatan pemungutan retribusi di lokasi parkir. Terkadang mereka memiliki staf atau juru parkir sendiri untuk melakukan kegiatan perparkiran dan pemungutan retribusi di lokasi yang sudah berizin. Menurut juru parkir yang

(20)

88

peneliti temui, ia mengaku harus menyetorkan beberapa persen pendapatan hasil retribusi parkirnya kepada organisasi yang menaunginya, dimana uang yang disetorkan tadi akan digunakan untuk keperluan kampung tempat organisasi tersebut berada, misalnya ada anggota kampung atau anggota organisasi yang sakit, selain itu juga untuk menyetorkan kepada pemuda guna memenuhi kebutuhan pemuda disana.

“Kita kan sistemnya setor sama kampung sekian, hasilnya nanti nggak disetorkan semua. Nanti yang kerja dapat apa. Kita setor ke organisasi katakanlah 2%. Nah nanti sisanya untuk yang jaga. Di kampung kan nanti uangnya dibagi lagi untuk pemda sama untuk pemuda.”, ungkap bapak Tarno (Tarno, 2016).

- Pendapatan juru parkir yang tidak sesuai dengan resiko yang terdapat di lokasi parkir.

Adanya tekanan yang dirasakan oleh juru parkir dimana ia merasa harus bertanggungjawab atas kehilangan dan masalah lain yang mungkin ditemui saat menjalankan tugasnya dalam mengatur parkir, membuat ia melakukan pelanggaran supaya mendapatkan haknya sebagai orang yang bekerja di lokasi tersebut.

“Jalan kita yang ngurus, ada apa-apa kita yang ngurus. Misalnya ada penggalian jalan, nah pihak pemda kan nggak mau tau. Nanti yang kerja dapat apa. Kan istilahnya yang jaga itu kan resikonya nyawa ya”, ungkap bapak Tarno selaku juru parkir pada wawancara 28 Januari 2016 (Tarno, 2016).

(21)

89 4.5.2 Peluang (Opportunity)

Juru parkir yang melakukan pelanggaran biasanya memang terdapat peluang bagi dirinya untuk melakukan pelanggaran tersebut. Sehingga ia menggunakannya untuk melakukan fraud demi kepentingan dirinya sendiri maupun organisasi yang menaunginya. Beberapa hal yang menimbulkan peluang bagi juru parkir untuk melakukan fraud antara lain:

- Kurangnya pengawasan petugas khususnya di malam hari

Faktor ini dijadikan juru parkir untuk mel akukan pelanggaran khususnya di malam hari. Juru parkir yang peneliti temui mengaku ia bekerja dibagi menjadi 2 shift dalam sehari. Yaitu pukul 09.00-15.00 WIB dan pukul 15.00 – 21.00 WIB.

“Nggak pernah kena penertiban. Yang penting kan kita tiap bulannya udah setor yaudah. Soalnya kalo berdasarkan karcis gitu kan yang rugi kita yang kerja”, ungkap bapak Tarno (Tarno, 2016)

- Pengguna jasa parkir yang tidak meminta karcis parkir

Para pengguna yang tidak meminta karcis parkir, digunakan oleh juru parkir sebagai peluang bagi dirinya untuk melakukan pelanggaran. Karena dengan tidak diberikannya karcis parkir, maka juru parkir dapat menyalahgunakan karcis tersebut untuk menjaga jumlah setoran kepada pemerintah agar tidak meningkat karena frekuensi kendaraan dinilai tetap.

“Jadi kalo disini kan kita jarang ngasih karcis to mbak. Masalahnya sini jarang yang minta to mbak. Kalo kita mau ngasih karcis terus, dari sana kan hitungnya karcis to mbak, lha nanti kan otomatis kan kita setor ke pemda naik, yang

(22)

90

rugi kan nanti kita sendiri. Kita nggak dapet apa-apa.”, ungkap bapak Tarno selaku juru parkir pada wawancara 28 Januari 2016

- Kurangnya cakupan wilayah dalam kegiatan penertiban.

Saat peneliti melakukan wawancara dengan pak Tarno, beliau mengatakan bahwa tidak pernah menemui ada penertiban di wilayahnya dan ia mengakui tidak pernah terkena penertiban dengan tidak memberikannya karcis kepada pengguna jasa parkir (Tarno, 2016). Hal tersebut didukung dengan pernyataan kepala bidang lalu lintas,

“Karena kan masyarakat Indonesia itu pengendalian harus intensif sebenarnya. Tapi kan kadang-kadang cuma di Jalan Monjali, jadi kan masyarakat itu hampir cuek. Coba kalo di jalan ini tiap hari ada cegatan tiap hari di jalan mana, banyak lokasi yang dipakai. Jadi kan masyarakat beda. Tapi kan kalo misal operasinya hanya sebulan sekali atau dua kali dan di tempat yang sama itu mungkin kurang efektif. Artinya kurang mampu menjangkau mereka.”, ungkap bapak Sulton pada wawancara 29 Januari 2016 (Fatoni, 2016).

Kurang luasnya cakupan wilayah menurut kepala seksi perparkiran dikarenakan adanya jumlah SDM yang hanya 4 orang. Sedangkan tim gabungan hanya difokuskan di wilayah Depok yang menurut data pelanggaran memiliki tingkat pelanggaran tinggi (Sumedi, 2016). Faktor tersebut menyebabkan peluang bagi juru parkir atas tindakannya yang tidak diketahui oleh tim penertiban karena merasa tidak diawasi.

(23)

91 4.5.3 Rasionalisasi (Rasionalization)

Rasionalisasi merupakan pembenaran yang dilakukan oleh juru parkir atas tindakan fraud yang dilakukannya karena merasa memperoleh hak atas pekerjaannya sebagai juru parkir. Berikut beberapa rasionalisasi yang dilakukan juru parkir atas tindakan fraudnya :

- Pengguna jasa yang tidak meminta karcis parkir

Faktor ini selain menimbulkan peluang juga dapat dijadikan sebagai rasionalisasi juru parkir atas tindakannya tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa menurut keterangan juru parkir, ia akan memberikan karcis hanya apabila pengguna meminta, jika tidak, maka mereka melakukan pembenaran untuk tidak memberikan karcis.

“Tapi nek ada orang yang minta ya kita kasih, nek ngggak yo nggak. Nek parkiran besar biasanya pake karcis karena udah ada yang ngelola sendiri, tapi nek kecil kayak gini yo nggak usah nggak papa”, ungkap bapak Tarno (Tarno, 2016)

- Adanya kesepakatan bersama dari organisasi.

Faktor ini membuat juru parkir lebih yakin bahwa tindakan fraud yang dilakukan benar karena ada dukungan dari organisasi. Dalam kasus parkir tanpa karcis ini, juru parkir mengakui bahwa kesepakatan tersebut sudah disepakati bersama dengan anggota organisasi.

“Yoo itu kan udah ada kesepakatan dari awal, kita memang sudah sepakat dari awal gitu”, ungkap bapak Tarno

(24)

92

- Juru parkir merasa sudah mematuhi aturan dengan menyetorkan pendapatannya sesuai target tiap bulan kepada pemerintah.

Juru parkir membenarkan tindakannya tidak memberikan karcis karena ia menganggap bahwa kepentingan antara dirinya dan Dishubkominfo hanya sebatas izin dan setor pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan. Tanpa memperhatikan bahwa dari karcis itu sebenarnya digunakan oleh pemerintah untuk menetapkan target pendapatan atas lokasi tersebut, apakah layak dinaikkan atau tidak. Karena penetapan target oleh pemerintah dipertimbangkan dari frekuensi kendaraan yang ada di lokasi parkir (Sumedi, 2016).

“Yang penting kan kita tiap bulannya udah setor yaudah. Soalnya kalo berdasarkan karcis gitu kan yang rugi kita yang kerja. Karena otomatis kan bakal dinaikkan. Lha nek dinaikkan kita mau makan apa, ke kampung nanti kita nggak bisa. Nah yang kerja kan kita.”, ungkap bapak Tarno selaku juru parkir (Tarno, 2016).

4.6 Faktor-faktor Penyebab Fraud Triangle

Setelah dilakukan analisis menggunakan fraud triangle maka diperoleh hasil mengapa seseorang dalam hal ini juru parkir melakukan kecurangan. Dari analisis di atas peneliti merumuskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fraud triangle pada pelaku :

- Faktor kurangnya SDM dan intensitas pengawasan dan penertiban dari petugas Dishubkominfo.

(25)

93

Kurangnya intensitas pengawasan ini dapat menimbulkan peluang bagi juru parkir khususnya pada malam hari untuk tidak mematuhi aturan yang berlaku karena merasa tidak diawasi. Bapak Sulton selaku kepala bidang lalu lintas mengatakan bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh Dishubkominfo adalah kurangnya SDM, sehingga pengendalian yang dilakukan kurang efektif dan tidak menyeluruh. Sehingga masyarakat kurang merasa diawasi karena intensitas penertiban yang kurang (Fatoni, 2016).

- Faktor kurang tegasnya penerapan sanksi oleh Dishubkominfo. Menurut keterangan dari staf perparkiran bahwa pelanggar akan mendapatkan peringatan berupa teguran lisan dan akan dilakukan penahanan KTP jika memang masih melakukan pelanggaran di lapangan (Sarwiji, 2016). Menurut kepala seksi perparkiran, bapak Bambang, bahwa pihak Dishubkominfo masih memperhatikan aspek toleransi dalam penerapan sanksi, bahwa rata-rata juru parkir adalah orang dengan ekonomi lemah sehingga jangan sampai mematikan sumber penghasilan mereka jika sampai menimbulkan penutupan lahan (Sumedi, 2016)

- Faktor keterbatasan wewenang bagi Dishubkominfo untuk menindak secara hukum juru parkir yang melakukan fraud.

Pengelolaan parkir tidak hanya dilakukan oleh Dishubkominfo dengan pihak pengelola parkir saja, tetapi juga ada organisasi yang menaungi juru parkir dimana organisasi tersebut ada yang tidak

(26)

94

hanya dikelola oleh satu pengelola saja. Oleh karena itu, fraud yang terjadi tidak hanya dikalangan pengelola, tetapi juga juru parkir yang ada di lapangan, dan karena adanya keterbatasan wewenang seksi perparkiran Dishubkominfo untuk menindak lebih lanjut dalam konteks penerapan sanksi secara hukum, sehingga masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh Dishubkominfo sendiri. Karena dalam melakukan kerjasama, pihak Dishubkominfo hanya kepada pengelola tidak sampai kepada juru parkir, sehingga apabila juru parkir melakukan pelanggaran, maka pengelola parkir yang harus bertanggungjawab.

“Kewenangan saya hanya kepada pengelola. Nanti ndak dikira saya melanggar kewenangan saya.”, ungkap bapak Bambang pada wawancara 10 Januari 2016 (Sumedi, 2016).

4.7 Upaya Dishubkominfo dalam Menjaga Fungsi Pengendalian pada Pengelolaan Retribusi Parkir serta Saran Perbaikan di Masa yang Akan Datang.

Telah dijelaskan sebelumnya dalam rumusan masalah pertama mengenai struktur dan mekanisme, bahwa mekanisme SOP yang diciptakan akan berjalan dengan optimal apabila penerapan sanksi yang ada dipertegas. Karena struktur seksi perparkiran dengan SDM yang terbatas, maka adanya tim gabungan dinilai sangat membantu terealisasinya pengelolaan yang baik, jika dilaksanakan secara rutin. Oleh karena itu masalah struktur dan mekanisme tadi menjadi pembahasan di dalam rumusan masalah kedua mengenai analisis fraud triangle dan faktor-faktor yang melatarbelakangi

(27)

95

terjadinya fraud. Dimana masih banyak perbaikan yang harus dilakukan Dishubkominfo atas faktor-faktor penyebab kecurangan yang telah dibahas sebelumnya. Sehingga setelah mengetahui permasalahan dari rumusan pertama dan kedua, dalam rumusan masalah ketiga ini peneliti membahas mengenai upaya yang akan dilakukan Dishubkominfo untuk menjaga fungsi pengendalian dan saran perbaikan atas pengendalian pengelolaan retribusi parkir di masa yang akan datang, sebagai berikut :

4.7.1 Upaya yang Akan Dilakukan Dishubkominfo dalam Menjaga Fungsi Pengendalian

4.7.1.1 Peningkatan Kinerja Internal Seksi Perparkiran Melalui Pendidikan dan Pelatihan

Guna menghilangkan faktor tekanan, peluang dan rasionalisasi dari sisi Dishubkominfo mengenai masalah kurangnya SDM. Seksi perparkiran harus mengoptimalisasikan kinerja SDM yang ada di dalamnya. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Bambang selaku Kepala Seksi Perparkiran, seksi perparkiran akan meningkatkan kinerja para stafnya dengan merekomendasikan para staf untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) agar wawasan dan pemahaman para staf atas peraturan yang ada dapat ditingkatkan (Sumedi, 2015 b). Dengan SDM yang terbatas, apabila kinerjanya dapat dioptimalkan dan dikelola dengan baik, maka diharapkan kegiatan pengendalian juga dapat membuahkan hasil yang maksimal.

(28)

96

4.7.1.2 Penambahan Tim Pengawasan per masing-masing daerah Rencana penambahan tim pengawasan yang sifatnya outsource juga merupakan salah satu bentuk tindakan untuk menghilangkan faktor kurangnya SDM serta faktor kurangnya intensitas pengawasan dan penertiban terhadap juru parkir.

“Makanya kita usul. Kita kan punya 17 kecamatan, dan rencananya tiap kecamatan ada yang mokoih. Jadi misalnya Depok. Depok kan luas wilayahnya, jadi misal disitu ada 2 yang jaga yang memang keliling di wilayah itu ngecek tiap hari. Nah masyarakat kan juga beda, pelayanannya juga beda dengan kalo dia didatangi hanya sebulan sekali dua bulan sekali. Jadi secara sistem belum memadai yang ada saat ini. dan kita mengupayakan ada petugas-petugas di tiap-tiap kecamatan yang memang keliling hampir tiap hari di lokasi. Jadi nanti kita angkat tapi dia gak usah ngantor disini.”, ungkap Bapak Sulton selaku Kepala Bidang Lalu Lintas pada wawancara 29 Januari 2016 (Fatoni, 2016).

Peneliti menilai apabila pembentukan tim pengawas per kecamatan ini dapat di realisasikan, akan membantu proses pengendalian yang sudah ada. Tetapi harus diperhatikan pula pengendalian terhadap tim tersebut jangan sampai menimbulkan fraud di dalamnya.

4.7.1.3 Penggunaan Parkir Elektronik

Guna menghilangkan faktor-faktor tekanan, peluang dan rasionalisasi seperti masalah kurangnya SDM, penerapan sanksi yang kurang tegas, tekanan dari organisasi bagi juru parkir, dan rasionalisasi atas resiko yang dihadapi oleh juru parkir di lapangan, maka penggunaan parkir elektronik dinilai sebagai langkah yang tepat,

(29)

97

karena sifatnya yang juga netral dan bergantung pada sistem yang sudah diatur. Peneliti melihat adanya parkir elektronik akan membantu mengurangi faktor-faktor di atas. Tetapi harus dilakukan pemeliharaan secara berkelanjutan atas sistem yang digunakan, juga harus dibangun kesiapan masyarakat, petugas Dishubkominfo, juga para pengelola atau juru parkir atas perubahan yang terjadi supaya membentuk pengendalian yang baik.

4.7.2 Upaya yang Telah Dilakukan Dishubkominfo dalam Menjaga Fungsi Pengendalian Pengelolaan Retribusi Parkir

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Dishubkominfo kabupaten Sleman telah membentuk tim pengawasan dan penertiban yang beranggotakan dari berbagai instansi pemerintahan seperti TNI, Polri dan Satpol PP. Fungsinya adalah untuk mengawasi kegiatan perparkiran di wilayah kabupaten Sleman. Kegiatan patroli tersebut juga dilaporkan dalam Laporan Pelaksanaan Kegiatan. Adanya kegiatan patroli ini meningkatkan ketertiban juru parkir dalam melaksanakan tugasnya dan merupakan upaya pengendalian yang dilakukan oleh Dishubkominfo untuk mencegah terciptanya peluang fraud walaupun belum intensitas dan cakupan wilayahnya menurut Bapak Sulton masih perlu ditingkatkan.

(30)

98

4.7.3 Saran Perbaikan Pengendalian Pengelolaan Retribusi Parkir di Masa yang Akan Datang

4.7.3.1 Pembinaan Juru Parkir Mengenai Aturan Perparkiran yang Berlaku

Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sulton selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, bahwa rata-rata petugas parkir atau juru parkir adalah orang-orang yang tidak memiliki skill dalam melaksanakan parkir (Fatoni, 2016). Oleh karena itu, mereka sebaiknya dibina dan diberi pemahaman mengenai aturan yang ada, agar kesadaran mereka terhadap aturan perparkiran yang berlaku dapat meningkat dan membantu Dishubkominfo dalam melakukan pengendalian di lapangan. Karena menurut teori fraud awareness dan fraud risk assesment, guna mencegah fraud selain dibutuhkan kesadaran akan terjadinya fraud dan penilaian resiko atas fraud yang terjadi. Kesadaran atas aturan yang berlaku dapat mencegah timbulnya rasionalisasi bagi juru parkir untuk melakukan fraud.

4.7.3.2 Memberikan reward kepada juru parkir

Untuk mengatasi rasionalisasi dalam melakukan fraud oleh juru parkir dengan alasan adanya resiko di lapangan, pihak Dishubkominfo sebaiknya memberikan perhatian kepada juru parkir seperti melakukan pengecekkan rutin agar mengetahui kondisi lokasi parkir apakah ada kendala atau tidak, sehingga mereka merasa diperhatikan dalam bekerja, atau Dishbkominfo juga bisa memberikan pesangon

(31)

99

tambahan bagi juru parkir yang tercatat tidak pernah melakukan pelanggaran, sebagai reward agar juru parkir merasa dihargai keberadaannya dan semakin termotivasi untuk mentaati aturan, dengan demikian faktor rasionalisasi dalam fraud dapat ditekan.

Upaya Dishubkominfo guna menjaga fungsi pengendalian dan mencegah fraud dinilai cukup baik. Rencana yang dilakukan kedepan sudah menjawab faktor-faktor penyebab terjadinya fraud seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai adanya faktor tekanan, peluang dan rasionalisasi dari sisi juru parkir. Kegiatan pengendalian di atas akan lebih baik jika didukung dengan sarana pra sarana yang baik agar fungsi jalan dan lokasi parkir lebih optimal. Upaya pengendalian dengan meningkatkan kesejahteraan juru parkir juga penting agar mereka sadar akan aturan yang berlaku.

4.8 Kesimpulan Bab

Setelah dilakukan pembahasan dalam bab ini, kesimpulan atas rumusan masalah pertama dan kedua, adalah struktur organisasi dalam Dishubkominfo masih kurang sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2008 dan belum mampu dijadikan sebagai solusi atas permasalahan yang ada, karena belum ada pemisahan tugas dalam seksi perparkiran. Hal tersebut harus diperhatikan supaya tidak menimbulkan internal fraud seperti yang dijelaskan dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistm Pengendalian Internal Pemerintah . Untuk mekanisme pengendalian, proses perizinan dan pengelolaan parkir sudah sesuai dengan SOP dan peraturan daerah, namun

(32)

100

dalam penegakkan sanksi Dishubkominfo masih mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi dari juru parkir sehingga penegakkan sanksi atas pelanggaran menjadi tidak optimal dan kurang menimbulkan efek jera.

Dalam rumusan masalah kedua beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah faktor kurangnya SDM dari Dishubkominfo yang merupakan suatu tekanan, peluang, dan rasionalisasi terhadap fraud. Faktor ini dinilai paling kuat dari sisi Dishubkominfo sebelum faktor toleransi terhadap juru parkir yang menyebabkan penerapan sanksi menjadi tidak optimal. Kurangnya pengawasan dari pihak Dishubkominfo juga menimbulkan peluang dan menciptakan rasionalisasi bagi juru parkir untuk melakukan pelanggaran. Faktor penyebab fraud terbesar dari juru parkir adalah rasionalisasi bahwa resiko yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan perhatian yang diberikan oleh Dishubkominfo,sehingga wajar jika juru parkir melakukan fraud. Selain itu faktor peluang juga dijadikan rasionalisasi oleh juru parkir.

Oleh karena itu, dalam rumusan masalah ketiga, guna menjaga fungsi pengendaliannya Dishubkominfo akan membentuk tim penertiban dan pembinaan untuk setiap kecamatan di kabupaten Sleman, peningkatan kinerja SDM seksi perparkiran, penggunaan parkir elektronik, selain kegiatan patroli yang sudah dialkukan. Serta saran dari peneliti bahwa juru parkir membutuhkan pembinaan atas aturan perparkiran yang berlaku, selain itu perlu adanya perhatian dari Dishubkominfo terhadap juru parkir untuk menekan faktor rasionalisasi terhadap fraud yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan teori mekanisme pertahanan diri dari Sigmund Freud (dalam Minderop, 2011: 32-39), dalam novelet Ryoujuu ditemukan tujuh unsur mekanisme pertahanan

18 proses kunci pemberian informasi efektivitas relevansi 19 proses kunci kerja sama pimpinan jurusan produktivita s relevansi 20 proses kunci waktu mengajar dosen

untuk data yang tidak bisa ditemukan secara langsung dengan menggunakan tehnik wawancara ini maka jawaban akan data tersebut akan terungkap dari ucapan para informan.

Secara umum, penelitin ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang: Manajemen Pengembangan Human Capital Tenaga Kependidikan Menuju Perguruan Tinggi Unggul, di lingkungan

Yang dimaksud dengan jenis penilaian adalah berbagai tagihan yang harus dikerjakan oleh murid setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu jenis penilaian

Sediaan krim ekstrak ikan kutuk memberikan efek yang sama dengan efek yang diberikan oleh Bioplacenton, hal ini ditunjukkan dengan pada hari ke-7, rerata jumlah makrofag

Kemudian diikuti dengan membaca M buah bilangan bulat berbeda terpisah baris baru pada sebuah baris, yang masing-masing berupa salah satu bilangan antara 1 hingga 100 yang

YUNUS BIN ABD... YUNUS