• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Teori atribusi

Teori atribusi menganggap individu sebagai psikolog amatir yang mencoba untuk memahami alasan peristiwa yang terjadi di wajah. Teori atribusi untuk mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang memotivasi orang untuk melakukan apa pun. Tanggapan yang kita berikan ke acara tergantung pada penafsiran acara kita (Harold Kelley, 1973).

Apabila perilaku seseorang dianggap suatu hal yang luar biasa, maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi eksternal terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya jika hal itu dianggap hal yang biasa, maka akan dinilai sebagai atribusi internal. Kedua, konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Apabila konsensusnya tinggi, maka termasuk atribusi internal. Sebaliknya jika konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi eksternal. Faktor terakhir adalah konsistensi, yaitu jika seorang menilai perilaku-perilaku orang lain dengan respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku itu, orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal.

(2)

Alasan pemilihan teori ini adalah kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak terkait dengan persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai sesuatu sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal dari orang tersebut. Jadi teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan maksud tersebut.

2. Teori Rencana Perilaku

Dalam teori rencana perilaku menjelaskan bahwa perilaku yang dihasilkan oleh individu timbul karena niat untuk berperilaku. Sementara munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Fishbein, M & Ajzen, I, 1975 dalam Mustikasari, 2007 ), yaitu:

a). Behavioral Beliefs

Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku atas hasil tersebut.

b). Normative Beliefs

Normative beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

c). Control Beliefs

Control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power).

(3)

Penelitian tentang kepatuhan pajak telah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya yang menggunakan teori tersebut adalah penelitian Mustikasari (2007 dalam Arum, 2012 : 28). Dikaitkan dengan penelitian ini, Theory of Planned Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut. Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan memiliki keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak untuk membantu menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral beliefs).

Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan yang efisien dan efektif, serta penyuluhanpenyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak, akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak.

Behavioral beliefs, normative beliefs dan control beliefs sebagai tiga faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut, maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian

(4)

tahap terakhir adalah behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku (Mustikasari, 2007 dalam Arum, 2012 : 28).

3. Teori Pembelajaran Sosial

Andreas dan Enni Savitri / Procedia - Sosial dan Ilmu Perilaku 211 (2015) 163 - 169 165 Menurut teori pembelajaran sosial, seseorang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung (Bandura, 1977), proses pembelajaran sosial meliputi: proses perhatian, retensi, proses reproduksi motorik dan proses penguatan.

Proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang atau model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau model tersebut. Proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu model setelah model tidak lagi mudah tersedia. Proses reproduksi motoric adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan. Sedangkan proses penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model (Bandura, 1977 dalam Jatmiko, 2006 dalam Arum, 2012 : 29).

Jatmiko (2006) dalam Arum (2012 : 29) menjelaskan bahwa teori pembelajaran sosial ini relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan

(5)

pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di wilayahnya. Seseorang juga akan taat pajak apabila telah menaruh perhatian terhadap pelayanan pajak, baik fiskus maupun sistem pelayanan pajaknya. Terkait dengan proses penguatan, dimana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model, tampaknya cukup relevan apabila dihubungkan dengan pengaruh sikap tax professional pajak terhadap kepatuhan pajak.

4. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah kepatuhan adalah: “Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan mematuhi serta pelaksanaan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.” Selain itu terdapat beberapa pengertian kepatuhan dalam bidang perpajakan menurut para ahli, yaitu:

Menurut Nurmantu (2010: 148) dijelaskan bahwa terdapat dua macam kepatuhan yaitu: (1) Kepatuhan Formal. Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi: a) Wajib pajak membayar pajak dengan tepat waktu; b) Wajib pajak membayar pajak dengan tepat jumlah; c)

(6)

Wajib pajak tidak memiliki tanggungan Pajak Bumi dan Bangunan. (2) Kepatuhan material adalah dimana suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtansi atau hakekat memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Pengertian kepatuhan material dalam hal ini adalah (a) Wajib Pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas membutuhkan informasi; (b) Wajib Pajak bersikap kooperatif atau tidak menyusahkan petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi perpajakan; (c) Wajib Pajak berkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan tindakan sebagai warga negara yang baik (Nurmantu, 2010 :148).

a. Sosialisasi Pajak

Penyuluhan dan Sosialisasi pajak merupakan salah satu strategi paling penting di dalam memasyarakatkan pengetahuan dan peran penting pajak, oleh karena itu DJP berusaha untuk menyeragamkan sosialisasi perpajakan masyarakat meliputi: Media Informasi (Media televisi, Media koran, Media spanduk, Media poster, Media radio), Slogan, Cara penyampaian (Seminar, diskusi, dan sebagainya), Kualitas sumber informasi ( Call Center, Penyuluhan, Internet, Petugas pajak), Materi Sosialisasi dan Kegiatan penyuluhan. Melalui penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh petugas pajak, diharapkan dapat memudahkan masyarakat khususnya wajib pajak dalam memahami

(7)

administrasi dan menambah pengetahuan perpajakan mereka (Widodo et al., 2010).

Sosialisasi pajak adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Peran aktif pemerintah disini sangat dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat akan keberadaan pajak melalui penyuluhan atau sosialisasi rutin ataupun berupa pelatihan secara intensif, agar kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dapat meningkat atau dengan kebijakan perpajakan dapat digunakan sebagai alat untuk menstimulus atau merangsang wajib pajak agar melaksanakan atau meningkatkan kesadaran dalam membayar pajak (Nugroho, 2012).

Sosialisasi merupakan hal yang penting dalam upaya peningkatan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Sosialisasi pajak adalah pemberian wawasan, dan pembinaan kepada wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan. Sosialisasi tidak hanya dapat meningkatkan pengetahuan tentang pajak yang nantinya dapat berdampak pada peningkatan kesadaran wajib pajak itu sendiri. Namun, sosialisasi pajak diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga jumlah penerimaan pajak dapat bertambah sesuai target. Peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari

(8)

bertambahnya jumlah wajib pajak yang membayar, melapor, dan menyampaikan SPT, serta berkurangnya wajib pajak yang mempunyai tunggakan dan mempunyai sanksi baik administrasi maupun pidana. Peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat dicapai dengan adanya sosialisasi yang dilakukan secara intensif dan efektif oleh DJP (Rohmawati, 2013).

b. Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak

i) Pengertian Tax amnesty atau Pengampunan Pajak

Menurut Undang Undang Nomor 11 tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Menurut Muttaqin (2013) Tax amnesty merupakan pemberian fasilitas perpajakan berupa pembebasan dalam periode atau tenggang waktu tertentu dari pengenaan, pemeriksaan, pengusutan, dan penuntutan atas harta kekayaan atau penghasilan yang sebelumnya tidak atau belum sepenuhnya dikenakan pajak yang dilandasi oleh adanya pengakuan kesalahan dari wajib pajak dengan menyesali kesalahan tersebut dan janji tidak akan mengulangi kesalahan. Amnesty (Pengampunan) di bidang pajak dapat diartikan sebagai pembebasan kepada wajib pajak untuk melaksanakan atau memenuhi kewajiban membayar pajak termasuk sanksi administrasi dan tuntutan pidana, dan sebagai kompensasinya

(9)

terhadap wajib pajak dikenakan kewajiban untuk membayar pajak sejumlah uang tertentu.

Pengampunan pajak dikaitkan dengan keadaan atau situasi tertentu, maka masa pemberian pengampunan ditentukan secara terbatas, atau dengan kata lain dibatasi waktu tertentu. Ide dasar pengampunan pajak ini adalah untuk mendorong pembayar pajak yang selama ini telah menunggak pajak, karena melakukan pelanggaran baik dengana cara tidak membayar pajak maupun membayar pajak tapi tidak sepenuhnya. Kebijakan Tax Amnesty sebenarnya pernah dilakukan Indonesia pada tahun 1984. Pada hakekatnya implementasi tax amnesty maupun sunset policy sekalipun secara psikologis sangat tidak memihak pada wajib pajak yang selama ini taat membayar pajak (Ngadiman dan Huslin, 2015).

ii) Tujuan Tax amnesty atau Pengampunan Pajak

Menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2016 Pasal 2 ayat (2) mengenai tujuan tax amnesty atau pengampunan pajak yaitu (a) Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi; (b) Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan (c) Meningkatkan penerimaan

(10)

pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

Menurut Muttaqin (2013), Tax amnesty bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga dapat meningkatkan keadilan horizontal dan meningkatkan pendapatan dalam jangka menengah. Meningkatnya penerimaan Negara dalam jangka pendek didasrkan pada asumsi bahwa pada tahun dimana pengampunan pajak diberikan, masyarakat akan berbondong-bondong memanfaatkannya tanpa diliputi rasa takut dikenakan sanksi atas penghasilan sebelumnya. Para wajib pajak yang belum atau kurang patuh dapat dengan tenang membayar pajak, lepas dari rasa ketakutan atau bersalah di masa lalu karena kesalahan yang selama ini telah dilakukan diampuni oleh pemerintah. Tax amnesty akan menjadi pendorong bagi wajib pajak untuk melakukan pembayaran secara jujur. Dengan dilandasi kejujuran inilah, maka penerimaan Negara akan meningkat.

Menurut Ngadiman dan Huslin (2015) Keunggulan yang diharapkan bila kebijakan tax amnesty diimplementasikan yaitu akan dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional. Di sisi lain kelemahannya bila diterapkan pengampunan pajak adalah tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja setoran

(11)

pajak ke kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi terjadinya penyelewengan, manipulasi dan tindakan moral hazard lainnya. Para pengusaha yang memperoleh pemutihan pajak akan melakukan penggelapan kewajiban pajaknya. Kecuali bila diberlakukan pengampunan pajak bersyarat.

iii) Subjek dan Objek Tax Amnesty

Menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2016 Pasal 3 yang meliputi Subjek dan Objek Tax Amnesty adalah: (1) Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan Pengampunan Pajak. (2) Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan. (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu Wajib Pajak yang sedang: dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan,dalam proses peradilan atau menjalani hukuman pidana atas Tindak Pidana di Bidang Perpajakan. (4) Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak. (5) Kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas kewajiban: Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

(12)

iv) Model Tax Amnesty

Berdasarkan pada pengertian tax amnesty, dapat diketahui beberapa model tax amnesty berdasarkan praktek Negara-negara yang telah melaksanakan tax amnesty. Penetapan model-model ini didasarkan pada ruang lingkup tax amnesty yang diberikan oleh pemerintah masing-masing Negara. Menurut Erwin Silitonga dalam Muttaqin (2013) terdapat empat jenis tax amnesty yaitu: Model pertama, pengampunan hanya diberikan terhadap sanksi pidana perpajakan saja, sedangkan kewajiban untuk membayar pokok pajak termasuk pengenaan sanksi administrasi seperti bunga dan denda tetap ada. Tujuan dalam model ini adalah memungut dan menagih utang pajak tahun-tahun sebelumnya yang tidak dibayar atau dibayar tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga penerimaan negara meningkat sekaligus jumlah wajib pajak semakin bertambah. Model kedua, pengampunan pajak yang diberikan tidak hanya berupa penghapusan sanksi pidana, tetapi juga sanksi administrasi berupa denda.

Wajib pajak yang diberikan pengampunan tetap mempunyai kewajiban untuk melunasi hutang pokok pajak yang tidak/kurang bayar pada tahun-tahun sebelumnya dengan disertai bunga atau kekurangan pembayaran pajak. Tujuan dalam model ini pada dasarnya sama dengan model pertama, yang berbeda adalah jenis sanksi aministrasi yang dikenakan oleh fiskus hanya sebatas bunga

(13)

atas kekurangan pajak. Dengan demikian pada model ini, wajib pajak tetap harus membayar pokok pajak ditambah dengan bunga atas kekurangan pokok tersebut. Model ketiga, pengampunan pajak diberikan atas seluruh sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Konsekuensi pengampunan dalam model ini, maka wajib pajak hanya dikenakan kewajiban sebatas melunasi utang pokok untuk tahun sebelumnya tanpa dikenakan sanksi administrasi baik bunga, denda ataupun kenaikan serta sanksi pidana.

Model keempat, pengampunan diberikan terhadap seluruh utang pajak umtuk tahun-tahun sebelumnya dan juga atas seluruh sanksi baik yang bersifat administrasi maupun pidana. Dalam pengampunan pajak model ini, Negara melepaskan hak unruk melakukan penagihan atas seluruh hutang pajak yang seharusnya dibayar. Dengan demikian maka dalam model pangampunan ini, tidak ada uang pajak yang masuk ke negra sehingga tidak ada peningkatan atau penambahan penerimaan negara pada saat ditetapkannya pengampunan. Hal ini disebabkan hak negara untuk memperoleh penerimaan pajak dari tahun-tahun sebelumnya dilepaskan atau dibebaskan.

v) Bentuk Tax amnesty atau Pengampunan Pajak

Pola tax amnesty seperti model sunset policy hanya bisa diterapkan sekali dalam seumur hidup wajib pajak. Tax amnesty tersebut diberikan atas pajak-pajak yang belum pernah atau belum

(14)

sepenuhnya dikenakan atau dipungut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa atas pajak-pajak yang belum pernah atau belum sepenuhnya dikenakan atau dipungut dikenakan tebusan dengan tarif: (1) 1% (satu persen) dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini telah memasukkan Surat Pemberitahuan Pajak Pendapatan/Pajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak Kekayaan tahun 1984; (2) 10% (sepuluh persen) dari jumlah kekayaan yang dijadikan dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dimintakan pengampunan, bagi Wajib Pajak yang pada tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini belum memasukkan Surat Pemberitahuan Pajak Pendapatan/Pajak Perseroan tahun 1983 dan Pajak Kekayaan tahun 1984.

Tabel 2.1

Tarif uang tebusan dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

Nomor118/PMK.03/2016

Tarif uang tebusan atas harta di dalam wilayah

NKRI

2%

di mulai dari periode penyampaian Surat Pernyataan terhiitung sejak UU Tax amnesty sampai dengan 30 September

2016

3% 1 Oktober 2016 sampai 31 Desember 2016 5% 1 Januari 2017 hingga 31 Maret 2017 Tarif uang tebusan atas 4% di mulai dari periode penyampaian Surat

(15)

harta di luar negeri Pernyataan terhiitung sejak UU Tax amnesty sampai dengan 30 September

2016

6% 1 Oktober 2016 sampai 31 Desember 2016 10% 1 Januari 2017 hingga 31 Maret 2017

Tarif tebusan bagi WP dengan peredaran usaha sampai dengan Rp.4,8 Miliar

0,5% bagi WP yang mengungkapkan nilai harta Rp. 10 Miliar dalam Surat Pernyataan

2%

bagi WP yang mengungkapkan nilai harta lebih dari Rp. 10 Miliar dalam Surat Pernyataan untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak

UU berlaku sampai 31 Maret 2017 Sumber : www.ortax.org

c. Kualitas Pelayanan Pajak

Kualitas pelayanan pajak merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan diharapkan petugas pelayanan pajak harus memiliki kompetensi yang baik terkait segala hal yang berhubungan dengan perpajakan di Indonesia. Dengan semakin meningkatnya kualitas pelayanan pajak oleh instansi pemerintah diharapkan semakin membuat wajib pajak mengerti betapa pentingnya membayarkan pajak demi pembangunan Negara (Pranadata, 2014).

Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi persepsi wajib pajak untuk membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya mengenai bagaimana aparat pajak dalam memberikan pelayanan kepada

(16)

wajib pajak. Apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak tidak memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak, berarti pelayanan yang diberikan tidak berkualitas. Pelayanan yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada wajib pajak sehingga akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya kembali. Oleh karena itu, kualitas pelayanan digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Semakin baik kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh aparat pajak maka wajib pajak akan merasa puas sehingga wajib pajak akan menjadi patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kualitas pelayanan pajak maka wajib pajak akan cenderung untuk tidak patuh (Masruroh, 2013).

5. Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Andreas dan Enni Savitri, (2015) mengenai Pengaruh Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Pajak, Kegunaan NPWP, Jumlah dan Kualitas Pelayanan Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak dengan KesadaranWajib Pajak melalui Variabel Mediasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sosialisasi pajak, pengetahuan pajak dan kualitas layanan yang mempengaruhi kesadaran pajak sementara kegunaan npwp tidak mempengaruhi kesadaran pajak. Sosialisasi pajak, pengetahuan pajak yang mempengaruhi kepatuhan pajak sementara kegunaan pajak dan kualitas pelayanan tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Selanjutnya, kesadaran pajak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wajib pajak kesadaran memiliki peran mediasi penuh

(17)

dalam hubungan antara kegunaan npwp, kualitas pelayanan, dan kepatuhan wajib pajak. Sebaliknya, kesadaran wajib pajak tidak memiliki peran mediasi dalam hubungan sosialisasi pajak, pengetahuan pajak, dan pemenuhan wajib pajak.

Dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, mereka perlu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari peraturan pajak melalui sosialisasi perpajakan. Faktor lain yang penting adalah kualitas layanan dari otoritas pajak untuk mendorong kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Kepedulian akan wajib pajak dianggap mendorong kepatuhan pajak untuk berbagai peraturan pajak. Selanjutnya, untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak dapat disarankan untuk otoritas pajak untuk terus oleh memberikan pelatihan dan sosialisasi perpajakan dengan peningkatan kualitas layanan untuk mendorong kepatuhan pajak.

Nurlis & Islamiah Kamil, (2015) mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan, Denda Pajak dan Otoritas Pajak Jasa pada Kepatuhan Pajak: (Survey pada Wajib Pajak orang pribadi di Jabodetabek & Bandung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kesadaran wajib pajak, Pengetahuan, Denda Pajak dan Jasa Pajak memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi 'pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung . Kantor pelayanan pajak disarankan untuk memberikan konseling intensif kepada wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dari

(18)

wajib pajak untuk memenuhi dalam membayar kewajiban pajak mereka, dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Ngadiman dan Daniel Huslin (2015) mengenai Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (Studi Empiris: KPP Pratama Kembangan Jakarta barat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sunset policy berpengaruh negatif dan tidak signifikan artinya sunset policy mengalami kenaikan maka angka kepatuhan wajib pajak akan mengalami penurunan, begitupun sebaliknya. Sedangkan tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak artinya tax amnesty dan sanksi pajak mengalami kenaikan maka angka kepatuhan wajib pajak akan mengalami kenaikan pula, begitupun sebaliknya.

Wirda, Hamidah & Djudi (2015) mengenai Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Ponorogo). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, Pelayanan Fiskus dan Sanksi berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dan penelitian Heny Triastuti & Sri Rahayu (2015) mengenai Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman WP, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(19)

Kemanfaatan NPWP, Pemahaman WP, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota.

Ayu, Jantje & Heince (2014) mengenai Analisis Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak karena masih kurangnya kesadaran masyarakat di kota Manado terhadap pentingnya pajak untuk kelancaran pembangunan kota.

Siti Masruroh dan Zulaikha, (2013) mengenai Pengaruh kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan wajib pajak : (Studi Empiris pada WP OP di Kabupaten Tegal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. (b) Kemanfaatan NPWP, kulitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dan penelitian I Gede Putu Pranadata, (2014) mengenai Pengaruh pemahaman wajib pajak, Kualitas pelayanan perpajakan, dan pelaksanaan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Pemahaman wajib

(20)

pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan dan juga dikarenakan masih banyak wajib pajak yang mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP hanya untuk memenuhi kewajibannya sebagai karyawan pada instansi tempat meraka bekerja atau kepentingan lainnya, bukan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga masih banyak wajib pajak yang kurang paham terkait peraturan-peraturan pajak terbaru yang berlaku saat ini. (b) Kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh secara signifkan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu. Hal ini membuktikan bahwa dengan semakin baiknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. (c) Pelaksanaan sanksi pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak prang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya pelaksanaan sanksi pajak yang tegas dan dianggap merugikan oleh wajib pajak, akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

(d) Variabel kualitas pelayanan perpajakan merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. (e) Besarnya pengaruh

(21)

total variabel pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, dan pelaksanaan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu. Gede & Ketut (2014) mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan,

Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Kesadaran berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak artinya wajib pajak sadar akan pentingnya membayar pajak yang diperuntukkan untuk pembangunan daerah, maka akan cenderung meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak PKB dan BBNKB pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar, Sosialisasi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak artimya sosialisasi berjalan dengan baik. Dan Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dan penelitian Rahman Adi Nugroho, (2012) mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak dengan kesadaran membayar pajak sebagai variable intervening : (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan, pelayanan fiskus yang berkualitas, dan persepsi atas efektivitas perpajakan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesadaran membayar pajak. (b) Kesadaran membayar pajak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

(22)

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor – Faktor yang Mempengaruhi WP OP dalam Membayar Pajak

NO NAMA & TAHUN

PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN ANALISIS METODE

1 Andreas dan Enni Savitri, (2015) Pengaruh Sosialisasi Pajak,Pengetahuan Pajak, Kebijaksanaan NPWP, Jumlah dan Kualitas Pelayanan Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kesadaran Wajib Pajak melalui Variabel Mediasi.

1. Sosialisasi pajak, pengetahuan pajak dan kualitas layanan yang mempengaruhi kesadaran pajak sementara kebijaksanaan nomor id pajak tidak mempengaruhi kesadaran pajak.

2. Sosialisasi pajak,pengetahuan pajak yang mempengaruhi kepatuhan pajak sementara kebijaksanaan dari nomor id pajak dan kualitas pelayanan tidak mempengaruhi kepatuhan pajak.

3. Kesadaran pajak mempengaruhi kepatuhan pajak.

4. Kesadaran wajib pajak memiliki peran mediasi penuh dalam hubungan antara kebijaksanaan dari nomor id pajak, kualitas pelayanan, dan kepatuhan wajib pajak.

5. Kesadaran wajib pajak tidak memiliki peran mediasi dalam hubungan sosialisasi pajak, pengetahuan pajak, dan wajib pajak pemenuhan. Analisis Jalur (Path Analysis) 2 Nurlis & Islamiah Kamil, (2015) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan, Denda Pajak dan Otoritas

1. Kesadaran wajib pajak, Pengetahuan, Denda Pajak dan Jasa Pajak memiliki dampak yang signifikan terhadap

Metode accidental sampling

(23)

Pajak Jasa pada Kepatuhan Pajak: (Survey pada Wajib Pajak orang pribadi di Jabodetabek & Bandung).

kepatuhan wajib pajak orang pribadi 'pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung 2. Kantor pelayanan pajak

disarankan untuk memberikan konseling intensif kepada wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dari wajib pajak untuk memenuhi dalam membayar kewajiban pajak mereka, dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak.

3 Ngadiman dan Daniel Huslin (2015)

Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (Studi Empiris: KPP Pratama Kembangan Jakarta barat).

1. Sunset policy berpengaruh negatif dan tidak signifikan artinya sunset policy mengalami kenaikan maka angka kepatuhan wajib pajak akan mengalami penurunan. 2. tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak artinya tax amnesty dan sanksi pajak mengalami kenaikan maka angka kepatuhan wajib pajak akan mengalami kenaikan pula, begitupun sebaliknya. Metode simple random sampling 4 Wirda, Hamidah & Djudi (2015) Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp Pratama Ponororgo).

1. Sosialisasi Perpajakan tidak berpngaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Pelayanan Fiskus dan Sanksi berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Analisis regresi linear berganda 5 Heny Triastuti & Sri Rahayu (2015) Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman WP, Kualitas 1. Kemanfaatan NPWP, Pemahaman WP, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan

Analisis regresi linear

(24)

Pelayanan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota.

tidak berpengaruh terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak. berganda

6 Ayu, Jantje &

Heince (2014) Analisis Sosialisasi Pengaruh Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus

Dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado

1.Pengaruh sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak karena masih kurangnya kesadaran masyarakat di kota Manado terhadap pentingnya pajak untuk kelancaran pembangunan kota. Analisis Regresi linier berganda 7 Siti Masruroh, Zulaikha, (2013) Pengaruh kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan wajib pajak : (Studi Empiris pada WP OP di Kabupaten Tegal)

1. Pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

2. Kemanfaatan NPWP, kulitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Analisis regresi logistik.

(25)

8 I Gede Putu Pranadata, (2014)

Pengaruh pemahaman wajib pajak, Kualitas pelayanan perpajakan, dan pelaksanaan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP PRATAMA BATU

1. Pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan dan juga dikarenakan masih banyak wajib pajak yang mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP hanya untuk memenuhi kewajibannya sebagai karyawan pada instansi tempat meraka bekerja atau kepentingan lainnya, bukan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga masih banyak wajib pajak yang kurang paham terkait peraturan-peraturan pajak terbaru yang berlaku saat ini.

2. Kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh secara signifkan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu. Hal ini membuktikan bahwa dengan semakin baiknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. 3. Pelaksanaan sanksi pajak

berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak prang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Metode Regresi linier berganda

(26)

Batu. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya pelaksanaan sanksi pajak yang tegas dan dianggap merugikan oleh wajib pajak, akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. 4. Variabel kualitas pelayanan

perpajakan merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. 5. Besarnya pengaruh total variabel

pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, dan pelaksanaan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu.

9 Gede & Ketut (2014) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak 1.Kesadaran berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak artinya wajib pajak sadar akan pentingnya membayar pajak yang diperuntukkan untuk pembangunan daerah, maka akan cenderung meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak PKB dan BBNKB pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

2. Sosialisasi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

Analisis Regresi Linear berganda

(27)

wajib pajak artimya sosialisasi berjalan dengan baik.

3.Kualitas pelayanan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

10 Rahman Adi Nugroho, (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak dengan kesadaran membayar pajak sebagai variable intervening : (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu)

1. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan, pelayanan fiskus yang berkualitas, dan persepsi atas efektivitas perpajakan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesadaran membayar pajak.

2. Kesadaran membayar pajak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Analisis regresi berganda

Sumber : Data diolah penulis (2017)

B. Rerangka Pemikiran

1. Pengaruh Sosialisasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Sosialisasi pajak merupakan upaya dari Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dari wajib pajak pada khusunya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Dalam rangka mencapai tujuannya, maka kegiatan sosialisasi atau

(28)

penyuluhan perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak, kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru, dan kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar (Herryanto,2013). Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :

a. Penyuluhan/Sosialisasi langsung adalah kegiatan penyuluhan perpajakan dengan berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon Wajib Pajak. Contohnya yaitu Early Tax Education, Tax Goes To School/ Tax Goes To Campus, perlombaan perpajakan (cerdas cermat, debat, pidato perpajakan, artikel), sarasehan/ tax gathering, kelas pajak/ klinik pajak, seminar/ diskusi/ ceramah, dan workshop/ bimbingan teknis.

b. Penyuluhan/Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan penyuluhan perpajakan kepada masyarakat dengan tidak atau sedikit melakukan interaksi dengan peserta. Contoh kegiatan sosialisasi tidak langsung antara lain sosialisasi melalui radio/ televisi, penyebaran buku perpajakan. Penyuluhan sosialisasi pajak tersebut dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi.

2. Pengaruh Tax amnesty terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Menurut Undang Undang Nomor 11 tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang,

(29)

tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2016 Pasal 2 ayat (2) mengenai tujuan tax amnesty atau pengampunan pajak yaitu (a) Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi; (b) Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan (c) Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

Tax Amnesty dipandang sebagai jalan keluar untuk meningkatkan penerimaan di masa yang akan datang karena tax amnesty memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk masuk atau kembali ke dalam sistem administrasi perpajakan yang berdampak pada peningkatan penerimaan di masa yang akan datang. Indonesia melakukan tax amnesty dalam berbagai bentuknya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tax amnesty ini juga dapat dipandang sebagai rekonsilisasi nasional untuk menghapus masa lalu wajib pajak yang tidakpatuh dan perilaku otoritas pajak yang melanggar aturan (Ngadiman dan Huslin, 2015).

H2 : Tax amnesty berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang

(30)

3. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak kepada wajib pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian. Kepuasan wajib pajak dalam bidang jasa merupakan elemen penting dan menentukan dalam kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak yang harus dibayarnya. Pelayanan yang bagus yang diberikan oleh direktorat jendral pajak sangat membantu wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak tidak memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak, berarti pelayanan yang diberikan tidak berkualitas.

Pelayanan yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada wajib pajak sehingga akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya kembali. Oleh karena itu, kualitas pelayanan digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Semakin baik kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh aparat pajak maka wajib pajak akan merasa puas sehingga wajib pajak akan menjadi patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kualitas pelayanan pajak maka wajib pajak akan cenderung untuk tidak patuh (Masruroh, 2013).

H3 : Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

(31)

4. Model Konseptual Penelitian

Untuk membantu memahami pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka diperlukan suatu rerangka penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi, variabel independen dalam penelitian ini sosialisasi pajak, tax amnesty dan kualitas pelayanan pajak. Berdasarkan rerangka pemikiran, maka model konseptual penelitian ini adalah:

H1

H2

H3

Sumber: Data Diolah Penulis, 2017

Gambar 2.1

Model Konseptual Penelitian Sosialisasi Pajak Tax Amnesty Kualitas Pelayanan Pajak Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

(32)

C. Hipotesis

H1 : Sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

H2 : Tax amnesty berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

H3 : Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan uraian tersebut, masalah yang menjadi dasar ulasan adalah bagaimana bentuk kebudayaan prasejarah yang spesifik dari masa awal Holosen dan masa Neolitik di

Sebagai contoh hasil pengamatan dan komunikasi langsung yang dilakukan terhadap seluruh siswa yang menjadi anggota unit bisnis SMKN 8 Pontianak, mereka semua menerangkan

Ayat ini menjelaskan bahwa semua rasul itu diutus oleh Allah untuk menegakkan kalimat tauhid. Tugas mereka yang paling pokok dan utama adalah menyeru manusia

Salah satu dampak negatif dari perubahan struktural tersebut adalah meningkatnya arus urbanisasi yang akan menghambat proses pemerataan hasil pembangunan, di

Apakah ada hubungan stres ditinjau dari motivasi kerja pada mahasiswa bekerja. paruh

Hanya Anda yang tahu apa yang ingin Anda ciptakan, hanya Anda yang bisa benar-benar memvisikan apa yang Anda inginkan, hanya Anda yang bisa melibatkan semua indera Anda

Dari penelitian terhadap pembelajaran tenses bahasa Inggris berbasis web yang telah dilakukan, terdapat saran yang diusulkan peneliti diantaranya sebagai berikut. Perancangan