Toolkit untuk
Mengarusutamakan
Ketenagakerjaan dan
Pekerjaan yang Layak
Hak Cipta © International Labour Organization 2009 Edisi pertama 2009
Publikasi Kantor ILO tunduk kepada ketentuan hak cipta sesuai Protokol 2 Konvensi Universal tentang Hak Cipta. Meskipun demikian, kutipan singkat dari publikasi-publikasi ini dapat direproduksi tanpa harus memperoleh izin terlebih dahulu, selama sumbernya disebutkan. Untuk memperoleh hak atas reproduksi atau terjemahan, Anda dapat mengajukan permohonan ke ILO Publications (Rights dan Permissions), International Labour Offi ce, CH-1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor ILO menyambut baik permohonan-permohonan ini.
Perpustakaan, lembaga dan pengguna lain yang terdaftar di Inggris Raya pada Copyright Licensing Agency, 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP [Fax: (+44) (0)20 7631 5500; email: [email protected]], di Amerika Serikat pada Copyright Clearance Center, 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923 [Fax: (+1) (978) 750 4470; email: [email protected]] atau di negara lain pada organisasi-organisasi yang memiliki Hak untuk melakukan reproduksi, dapat membuat salinan fotokopi sesuai lisensi yang diberikan kepada mereka untuk tujuan ini.
ILO
Toolkit untuk mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak/UN System Chief Executives Board for Coordination
Jakarta, International Labour Offi ce, Edisi pertama 2009 ISBN 978-92-2-822931-8 (print)
ISBN 978-92-2-822932-5 (web pdf)
UN System Chief Executives Board for Coordination; International Labour Offi ce guide/decent work/promotion of employment/UN dan specialized agencies/interagency collaboration/technical collaboration. 13.01.1
Katalog ILO dalam Data Publikasi
Penyebutan yang digunakan dalam publikasi ILO, sesuai praktek PBB, dan presentasi materinya tidak menunjukkan pendapat apapun dari Kantor ILO terkait status hukum suatu negara, daerah atau wilayah manapun atau otoritasnya, atau terkait garis perbatasannya.
Tanggung-jawab atas pendapat yang disampaikan dalam artikel, penelitian dan kontribusi lain yang sudah ditandatangani akan ditanggung sendiri oleh pengarang masing-masing, dan publikasi ini bukan merupakan pengesahan oleh Kantor ILO atas pendapat-pendapat yang disampaikan dalam materi-materi tersebut. Penyebutan nama-nama perusahaan serta produk dan proses komersil tidak menunjukkan pengesahan oleh Kantor ILO, dan setiap kelalaian dalam menyebutkan perusahaan, produk atau proses komersil tertentu bukan merupakan sikap tidak setuju pihak ILO.
Publikasi ILO dapat diperoleh melalui toko buku utama atau kantor lokal ILO di berbagai negara, atau langsung dari ILO Publications, International Labour Offi ce, CH-1211 Geneva 22, Switzerland. Katalog atau daftar publikasi baru tersedia secara gratis di alamat tersebut di atas, atau melalui email: [email protected].
Daftar Isi
PENDAHULUAN 5
Latar belakang Toolkit dan mandatnya 5 Pekerjaan yang layak: Konsep dan tujuan strategis 7
Tujuan Toolkit 9
Komponen dan susunan Toolkit 9 Penerapan Toolkit di tingkat negara 10 PENILAIAN DI TINGKAT NEGARA 12 Susunan checklist penilaian 12 Panduan penilaian di tingkat negara 13
CHECKLIST DI TINGKAT NEGARA 23
A. PENCIPTAAN LAPANGAN PEKERJAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA 24
A1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pro-masyarakat miskin dan
mampu menghasilkan banyak lapangan pekerjaan 26
A2. Meningkatkan produktivitas 28
A3. Meningkatkan lingkungan makro ekonomi yang memungkinkan penciptaan
lapangan pekerjaan 30
A4. Investasi 32
A5. Meningkatkan kewirausahaan dan lingkungan yang kondusif untuk
dunia usaha 35
A6. Perdagangan dan pekerjaan 38
A7. Kebijakan sektoral 40
A8. Pengembangan sumberdaya manusia 42
A9. Teknologi dan ketenagakerjaan 45
A10. Pembangunan perekonomian lokal (LED) 47
A11. Kebijakan pasar tenaga kerja 50
A12. Penghasilan tenaga kerja 52
A13. Pekerjaan untuk kaum muda 54
A14. Respons terhadap krisis 57
A15. Migrasi internasional 60
A16. Perubahan iklim, pembangunan yang berkelanjutan dan “pekerjaan hijau” 63
A17. Perekonomian informal 66
A18. Pertanian dan ketenagakerjaan di pedesaan 60
B. PERLINDUNGAN SOSIAL 72
B1. Jaminan sosial 75
C. STANDAR DAN HAK-HAK DI TEMPAT KERJA 88
C1. Prinsip-prinsip fundamental dan hak-hak di tempat kerja 91
C2. Kebebasan berserikat 94
C3. Penghapusan kerja paksa 96
C4. Penghapusan perburuhan anak 98
C5. Non-diskriminasi dan peningkatan kesetaraan 100
C6. Penerapan standar-standar ketenagakerjaan internasional 103
D. TATA KELOLA DAN DIALOG SOSIAL 106
D1. Meningkatkan tata kelola yang baik: institusi dan peraturan tenaga kerja 109
Latar belakang Toolkit dan mandatnya
Dalam Konferensi Tingkat Dunia yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 2005, para kepala negara dan kepala pemerintahan lebih dari 150 negara telah membuat suatu komitmen untuk melaksanakan agenda internasional yang komprehensif yang mengharuskan adanya tindakan di tingkat global, regional, maupun nasional. Dalam ayat 47 Hasil KTT Dunia tahun 2005 ini, mereka mendeklarasikan pernyataan berikut ini:
“Kami sangat mendukung globalisasi yang adil dan bertekad membuat tujuan-tujuan yang mampu menciptakan ketenagakerjaan yang merata dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, termasuk perempuan dan kaum muda, sebagai sasaran utama dari kebijakan nasional maupun internasional yang relevan, serta strategi pembangunan nasional kami, termasuk strategi untuk mengentaskan kemiskinan, dan sebagai bagian dari upaya kami untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium.”
Komitmen ini telah ditegaskan kembali pada Juli 2006 dalam sidang tingkat tinggi Badan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) PBB bertema “Menciptakan lingkungan yang kondusif di tingkat nasional dan internasional bagi ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang dan dampaknya terhadap pembangunan yang berkelanjutan”. Deklarasi Menteri ECOSOC mengakui bahwa Agenda Pekerjaan yang Layak sebagai salah satu instrumen yang penting untuk mencapai tujuan ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, dan menetapkannya menjadi sasaran utama kebijakan nasional dan internasional yang relevan, serta strategi pembangunan nasional, sebagai bagian dari upaya mereka untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang disepakati secara internasional. Mereka selanjutnya meminta sistem multilateral secara keseluruhan, termasuk Dana, Program dan Badan-badan PBB, dan mengundang Lembaga-lembaga Keuangan Internasional, termasuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), untuk mendukung upaya mengarusutamakan tujuan-tujuan ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, melalui kebijakan, program dan kegiatan mereka.
Dalam upaya untuk membantu lembaga-lembaga yang menjadi anggota, Komisi Tingkat
Tinggi Program atau HLCP di bawah naungan Ketua Badan Eksekutif untuk Koordinasi (CEB) PBB telah meminta International Labour Organization (ILO) menyusun
Toolkit ini dalam sidangnya yang diselenggarakan pada April 2007. Badan itu menyatakan penghargaannya atas pendekatan inklusif yang diterapkan dalam menyusun Toolkit ini dan menganggap bahwa metodologi ini “dapat ditiru di bidang-bidang lain, sebagai bagian terpadu dari upaya menyempurnakan hubungan kebijakan dalam sistem PBB, serta mencari cara yang praktis bagi PBB dalam memberikan bantuan kepada negara-negara anggota, sehingga mereka dapat memperoleh manfaat nyata dari hubungan yang telah disempurnakan ini”.
Dukungan lain diberikan untuk Toolkit ini pada Juli 2007, yaitu pada saat segmen koordinasi ECOSOC meneliti implikasi operasional dari Deklarasi Tingkat Menteri pada tahun 2006 dan menekankan bahwa tujuan dari ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang “membutuhkan fokus multidimensial yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat madani, perwakilan pengusaha dan pekerja, organisasi-organisasi internasional, serta khususnya lembaga-lembaga PBB dan lembaga-lembaga keuangan internasional”. Resolusi ECOSOC menghimbau semua lembaga PBB terkait “untuk bekerjasama dalam menggunakan, menerapkan, dan mengevaluasi aplikasi Toolkit ini”; “untuk mengembangkan, melalui bantuan ILO, mekanisme-mekanisme untuk berbagi keahlian mereka tentang agenda ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, serta untuk menilai dampak kebijakan dan program yang terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua orang, dengan perhatian khusus pada perempuan dan kaum muda”; serta “meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang lebih besar, untuk melaksanakan agenda pekerjaan yang layak secara lebih baik, termasuk keempat tujuannya, bekerjasama secara erat dengan ILO,”. Resolusi ini juga menghimbau semua lembaga untuk merumuskan dan melaksanakan rencana aksinya sendiri serta menyusun rencana aksi menyeluruh pada akhir tahun 2009 untuk periode 2010-2015 guna meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
Pada Februari 2008, Komisi PBB untuk Pembangunan Sosial juga telah menerapkan
Resolusi tentang Meningkatkan ketenagakerjaan yang merata dan pekerjaan yang layak untuk semua orang yang menegaskan kembali bahwa “ada kebutuhan mendesak
untuk menciptakan lingkungan di tingkat nasional maupun internasional yang kondusif guna mencapai ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, sebagai pondasi untuk pembangunan berkelanjutan dan bahwa lingkungan yang mendukung investasi, pertumbuhan, dan kewirausahaan sangat penting untuk menciptakan peluang kerja baru, serta menegaskan kembali bahwa peluang untuk laki-laki dan perempuan dalam memperoleh pekerjaan produktif dalam kondisi yang bebas, setara, aman dan bermartabat adalah penting untuk memastikan terhapusnya kelaparan dan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial untuk semua orang, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan oleh semua bangsa serta globalisasi yang benar-benar inklusif dan adil”.
Bahwa ketenagakerjaan yang merata dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, termasuk perempuan dan kaum muda, sebagai cara yang paling efektif untuk keluar dari kemiskinan telah dikonfi rmasikan melalui penerapan target baru (1.B) di bawah
Tujuan Pembangunan Milenium 1, yaitu mengurangi separuh jumlah masyarakat yang
berpenghasilan kurang dari US$1 per hari pada tahun 2015. Ada empat indikator untuk target baru ini yaitu: (i) rasio antara pekerjaan dengan penduduk; (ii) proporsi wiraswasta (bekerja sendiri) dan kontribusi pekerja yang sudah berkeluarga terhadap jumlah total pekerja (pekerjaan rentan); (iii) proporsi masyarakat pekerja yang berpenghasilan kurang
(produktivitas tenaga kerja). Indikator-indikator ini perlu diuraikan berdasarkan jenis kelamin dan lokasinya (kota/desa).
Pekerjaan yang layak: konsep dan sasaran strategis
Pekerjaan yang layak ditetapkan ILO dan disahkan masyarakat internasional sebagai
pekerjaan produktif untuk perempuan dan laki-laki dalam kondisi bebas, adil, aman dan bermartabat. Pekerjaan yang layak mencakup peluang kerja yang produktif dan menghasilkan upah yang adil; memberi keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial untuk pekerja dan keluarga mereka; menawarkan prospek pengembangan diri, serta mendorong adanya integrasi sosial; memberi kebebasan kepada masyarakat untuk menyampaikan masalah mereka, berorganisasi, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka; serta menjamin adanya kesempatan dan perlakuan yang adil bagi semua orang.
Pekerjaan merupakan hal yang penting bagi kesejahteraan manusia. Di samping memberikan penghasilan, pekerjaan juga dapat mendukung peningkatan ekonomi dan sosial yang lebih luas, memperkuat individu, keluarga mereka, dan masyarakat. Pekerjaan adalah sumber martabat pribadi, stabilitas keluarga, perdamaian di tengah masyarakat, dan demokrasi, yang diberikan kepada masyarakat. Pekerjaan yang layak sangat diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan sarana untuk mencapai pembangunan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan di semua negara, baik negara berkembang maupun maju.
Dunia membutuhkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, terutama di negara-negara yang menghadapi masalah meluasnya kemiskinan, dan pekerjaan-pekerjaan ini harus berkelanjutan. Pekerjaan yang layak untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan berarti bahwa di bidang sosial, pekerjaan harus terbuka bagi semua orang
secara adil dengan upah yang adil. Ketimpangan dan diskriminasi akan menimbulkan rasa frustrasi dan amarah, dan ini dapat mengakibatkan dislokasi sosial dan ketidakstabilan politis. Memperbesar peluang untuk memperoleh pekerjaan yang layak bagi masyarakat yang lebih luas adalah elemen penting dalam menciptakan globalisasi yang lebih inklusif (terbuka) dan adil. Di bidang ekonomi, pekerjaan harus produktif dan mampu bersaing di pasar yang kompetitif. Di bidang lingkungan, pekerjaan harus mencakup pemakaian sumber daya alam dengan cara yang mampu melestarikan planet ini untuk generasi mendatang, serta aman untuk pekerja perempuan dan laki-laki maupun masyarakat.
Sayangnya, dunia kini tengah menghadapi “defi sit” pekerjaan yang layak. Walaupun terjadi peningkatan lebih dari 45 juta pekerjaan baru, di seluruh dunia masih ada 189,9 juta orang masih menganggur pada tahun 2007. Lima dari sepuluh orang bekerja, tapi mereka tetap rentan terhadap kemiskinan dan risiko, antara lain akibat penghasilan yang rendah atau tidak pasti, kondisi kerja yang berbahaya, serta tidak adanya asuransi kesehatan. Sekitar 487 juta pekerja di dunia tidak memperoleh upah yang cukup untuk mengangkat diri mereka maupun keluarganya ke atas garis kemiskinan (setara US$ 1 per hari) dan 1,3 miliar pekerja dan keluarga mereka masih hidup dengan upah kurang dari US$ 2 per hari. Kesenjangan gender masih ada, di mana hanya 49,1 persen perempuan
kurang terwakili, dan tidak memiliki suara, serta kurang memiliki perlindungan terhadap hilangnya penghasilan akibat cidera, sakit, cacat, atau usia tua. Gejolak ekonomi global dapat memperburuk defi sit pekerjaan yang layak ini. Pada tahun 2008, sebagian besar gejolak ekonomi diakibatkan oleh kekacauan pasar kredit dan kenaikan harga minyak dan pangan, yang dapat menambah jumlah pengangguran secara global sampai lebih dari 5 juta orang.
Untuk mengatasi defi sit ini dan menempatkan masalah ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak dalam kebijakan ekonomi dan sosial, Agenda Pekerjaan yang Layak memiliki empat tujuan strategis, yang sama pentingnya, sebagai bagian dari pendekatan yang seimbang dan terpadu. Keempat pilar Agenda Pekerjaan
Layak ini tidak dapat dipisahkan, saling terkait satu sama lain, dan saling mendukung sama
lain:
• Meningkatkan ketenagakerjaan dengan menciptakan lingkungan kelembagaan dan ekonomi yang berkelanjutan di mana:
– Individu dapat mengembangkan dan memperbaharui kapasitas dan keterampilan penting yang mereka butuhkan agar dapat bekerja secara produktif untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kesejahteraan mereka;
– Semua perusahaan, baik perusahaan negara maupun swasta, perlu terus tumbuh berkembang dan menciptakan pekerjaan yang lebih banyak, serta menciptakan peluang dan prospek penghasilan untuk semua orang; dan
– Masyarakat dapat mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi mereka, standar kehidupan yang baik, serta kemajuan sosial mereka.
• Mengembangkan dan memperkuat upaya perlindungan sosial – jaminan sosial dan perlindungan tenaga kerja – yang berkelanjutan dan diterapkan pada situasi nasional, termasuk:
– Perluasan jaminan sosial bagi semua orang, termasuk upaya menyediakan upah minimum bagi semua yang membutuhkan perlindungan tersebut, dan menerapkan cakupannya agar dapat memenuhi kebutuhan baru, serta ketidakpastian yang diakibatkan oleh cepatnya perubahan teknologi, masyarakat, demografi dan ekonomi;
– Kondisi kerja yang sehat dan aman; dan
– Kebijakan upah dan penghasilan, jam kerja serta kondisi kerja lainnya, yang dirancang agar dapat memastikan pembagian hasil yang adil bagi semua orang dan upah hidup minimum bagi semua orang yang bekerja dan yang membutuhkan perlindungan tersebut.
• Meningkatkan dialog sosial dan tripartitisme sebagai cara yang paling tepat untuk: – Menerapkan pelaksanaan tujuan-tujuan strategis sesuai kebutuhan dan situasi
setiap negara;
– Menterjemahkan pertumbuhan ekonomi ke dalam kemajuan sosial, dan kemajuan sosial ke dalam pertumbuhan ekonomi;
– Memfasilitasi pengembangan konsensus tentang kebijakan nasional dan internasional terkait, yang mempengaruhi strategi dan program ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak; dan
– Mengefektifkan lembaga dan peraturan tenaga kerja, termasuk menghargai pengakuan atas adanya hubungan kerja, meningkatkan hubungan industrial
yang baik, serta pengembangan sistem pengawasan tenaga kerja yang efektif. • Menghormati, meningkatkan, dan mewujudkan prinsip fundamental dan hak-hak
di tempat kerja, karena hak-hak dan kondisi yang kondusif ini diperlukan untuk mewujudkan secara penuh semua tujuan strategis, dengan catatan:
– Bahwa kebebasan berserikat dan pengakuan secara efektif atas hak untuk melakukan perundingan bersama sangat diperlukan untuk mencapai keempat tujuan strategis tersebut; dan
– Bahwa pelanggaran terhadap prinsip fundamental dan hak-hak di tempat kerja tidak dapat dipakai atau digunakan sebagai keunggulan komparatif yang sah, dan bahwa peraturan tenaga kerja tidak boleh digunakan untuk tujuan perdagangan yang bersifat proteksionistis.
Tujuan Toolkit
Sesuai mandatnya dan sebagai bagian terpadu dari proses antar lembaga (melalui CEB) dan proses antar pemerintahan (melalui ECOSOC), tujuan Toolkit adalah:
• Berfungsi sebagai “lensa” yang dapat digunakan para pengguna untuk melihat
hubungan kebijakan, strategi, program, dan kegiatan mereka dengan hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, dan bagaimana ia dapat meningkatkan hasil-hasil ini, termasuk melalui rencana aksi;
• Meningkatkan pengelolaan pengetahuan dan berbagi sarana untuk
mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Situs web interaktif
Toolkit ini memungkinkan para pengguna memberikan kontribusi mereka dan
memanfaatkan pengetahuan, serta media kebijakan dan pengoperasian yang ada, untuk mengidentifi kasi kesenjangan (gap) pengetahuan, dan bekerjasama dalam mengembangkan dan menguji media baru untuk mengisi gap itu;
• Meningkatkan kesadaran dan meningkatkan kapasitas, termasuk melalui
pelatihan, agar lembaga-lembaga multilateral, komunitas pembangunan internasional, konstituen nasional dan masyarakat madani dapat lebih memahami dan mampu melaksanakan Agenda Pekerjaan yang Layak secara lebih efektif; dan
• Perluasan di tingkat negara dan membantu Tim Negara PBB, para konstituen nasional,
pemangku kepentingan, dan mitra pembangunan lain untuk mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak dalam kerangka pembangunan nasional, serta meningkatkan hubungan antara kebijakan dengan pemusatan program serta membantu pencapaian tujuan reformasi PBB untuk “melaksanakannya dalam satu program terpadu”.
Komponen dan struktur Toolkit
• Daftar periksa (checklist) yang bersifat diagnostik dan peningkatan kesadaran yang berisi beberapa pertanyaan untuk evaluasi diri. Checklist ini terdiri dari beberapa bagian yang mencerminkan keempat pilar Agenda Pekerjaan yang Layak; bagian-bagian ini tidak terpisah dan menjadi bagian dari satu pendekatan yang terpadu. Checklist ini bersifat indikatif tentang jenis-jenis pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh setiap aktor lembaga di bidang sosial dan ekonomi – khususnya lembaga multilateral – untuk menilai dan mengoptimalkan dampak suatu kebijakan, strategi, program, dan kegiatannya terhadap ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Hasil evaluasi diri ini dapat digunakan untuk menyusun rencana aksi, dan digunakan sebagai basis untuk mengukur dan melaporkan kemajuan yang ada dalam mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak;
• Situs web interaktif (http://cebtoolkit.ilo.org) untuk mengelola pengetahuan dan berbagi sarana untuk mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Platform ini menawarkan beberapa metoda yang disumbangkan oleh
lembaga atau pemangku kepentingan nasional. Sarana ini mungkin berupa media tentang cara mengerjakan sesuatu, sarana berbasis pengetahuan, dan praktek terbaik, serta alat berbagi pengalaman negara atau kawasan lain di dunia ini. Para pengguna dapat mengirimkan sarana mereka sendiri, mengakses sarana orang lain dalam jaringan pengetahuan, memberi masukan, mengidentifi kasi kesenjangan pengetahuan, dan membuat beberapa e-forum untuk bekerjasama dengan orang lain dalam mengembangkan dan menguji sarana baru di bidang aplikasi tertentu yang dibutuhkan;
• Komponen peningkatan kapasitas dan peningkatan kesadaran yang berisi materi
pelatihan dan advokasi, serta pengaturan yang memungkinkan lembaga-lembaga multilateral, konstituen, komunitas pembangunan internasional, dan masyarakat madani lebih memahami dan mampu melaksanakan Agenda Pekerjaan yang Layak secara lebih efektif;
• Penerapan Toolkit di tingkat negara. Checklist untuk evaluasi diri pertama kali
Penerapan Toolkit di tingkat negara
Di tingkat negara, pendekatan Toolkit dapat digunakan oleh:
• Tim Negara PBB (UNCT), baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, untuk:
– Menilai bagaimana kerangka kerja program/bantuan pembangunan, seperti Kerangka Kerja Bantuan Pembangunan PBB (UNDAF), Kertas Kerja tentang Strategi Pengentasan Kemiskinan (PRSP) atau One UN Programme, yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tak langsung terhadap hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak dan cara mengoptimalkan hasil-hasil ini;
– Berbagi pengetahuan, pengalaman praktis, dan petikan pelajaran untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak;
– Menentukan pembagian tenaga kerja dan kerjasama strategis berdasarkan mandat dan kompetensi masing-masing lembaga, serta meningkatkan
pendekatan multi-disipliner dan multisektoral yang jelas dan saling mendukung agar dapat disampaikan secara efektif sebagai Satu Program PBB tunggal untuk ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak; dan
– Mengidentifi kasi dan memiliki basis kerjasama praktis dengan berbagai aktor sosial dan ekonomi, terutama aktor utama di dunia pekerjaan, yaitu Departemen Tenaga Kerja dan organisasi pengusaha dan pekerja, untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu pekerjaan yang layak.
• Pemangku kepentingan nasional, yaitu departemen pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, serta mitra pembangunan yang lain untuk mengkaji
kerangka kerja pembangunan nasional, seperti rencana pembangunan lima tahun atau rencana jangka menengah suatu negara, tentang dampak dan implikasinya terhadap ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Toolkit ini dapat digunakan, misalnya, untuk meningkatkan hubungan antarkebijakan beberapa aktor nasional yang berbeda, agar keseluruhan lingkungan yang ada kondusif untuk ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak bagi semua orang. Prioritas dan kerangka kerja pembangunan negara tersebut secara alami akan menentukan konteks dan terobosan tugas UNCT.
Negara-negara Anggota dalam sidang ECOSOC tahun 2007 memberi penekanan khusus pada dimensi Toolkit di tingkat negara. Resolusi ECOSOC ini secara khusus:
“Menghimbau lembaga-lembaga khusus, program, dan dana PBB, termasuk lembaga-lembaga non-residen, serta mengundang lembaga-lembaga keuangan internasiona –seuai mandat mereka masing-masing--, untuk meningkatkan sinergi dan kerjasama strategis, melibatkan para pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah dan perwakilan pengusaha dan pekerja, untuk merumuskan dan memberi hasil khusus yang terkait dengan tujuan ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak di tingkat negara, guna mendukung strategi dan program nasional, termasuk program pekerjaan yang layak di tingkat negara, sebagaimana yang ditetapkan ILO”.
Struktur checklist penilaian
Langkah pertama dalam menerapkan Toolkit di tingkat nasional adalah dengan menginventarisasi bagaimana pembangunan nasional/kerangka kerja program mempengaruhi ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak di negara tersebut, serta di mana dan bagaimana perbaikan dapat dilakukan. Toolkit ini menawarkan checklist pertanyaan yang bersifat diagnostik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan penilaian atau latihan inventarisasi ini.
Publikasi sebelumnya tentang Toolkit menyediakan checklist bagi setiap lembaga dalam sistem multilateral untuk digunakan di tingkat kelembagaan maupun global, agar dapat secara sistematis menentukan sendiri bagaimana kebijakan, program, dan kegiatannya dikaitkan dengan hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Dokumen ini menyesuaikan checklist tersebut secara khusus untuk digunakan di tingkat negara.
Checklist ini dibagi dalam beberapa bab, yang mencerminkan keempat pilar Agenda
Pekerjaan yang Layak, sebagaimana yang ditetapkan ILO dan disahkan secara global dan oleh semua negara dan kawasan. Setiap bab diberi warna yang berbeda agar mudah diidentifi kasi (merah muda untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan pengembangan usaha; hijau untuk perlindungan sosial; kuning untuk standar dan hak-hak di tempat kerja; dan oranye untuk tata kelola yang baik dan dialog sosial). Di bawah masing-masing pilar ini ada beberapa bagian yang mencerminkan sifat yang beraneka ragam, rumit, dan saling terkait satu sama lain, antara tujuan-tujuan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, dengan berbagai kebijakan dan bidang-bidang program yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
Panjang masing-masing bab ini tidak menunjukkan bobot salah satu pilar pekerjaan yang layak. Namun, beberapa elemen penting, yaitu pendekatan berbasis hak, dialog sosial, dan partisipasi mitra tripartit dalam menyusun kebijakan dan program, diarusutamakan ke bagian-bagian lain dalam checklist ini. Di samping itu, checklist ini tidak saja ditekankan pada dimensi kerja secara kuantitatif, tapi juga kualitatif, dan menggunakan “lensa kesetaraan gender” secara keseluruhan.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang beberapa dimensi yang berbeda dari Agenda Pekerjaan yang Layak dan untuk memfasilitasi proses identifi kasi hubungan antara bidang-bidang kebijakan yang berbeda dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, setiap bagian checklist ini didahului dengan teks perkenalan yang singkat.
Checklist ini juga mencakup tiga jenis kotak sumber, yaitu media/sarana tentang cara, media
berbasis pengetahuan dan praktek-praktek terbaik serta pelajaran yang dipetik dari negara dan kawasan lain di dunia, yang dapat diisi melalui kontribusi dari anggota UNCT dan aktor sosial dan ekonomi yang lain.
Panduan penilaian di tingkat negara
Panduan yang disajikan di bawah ini dimaksudkan untuk membantu UNCT, baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, untuk menggunakan checklist Toolkit ini sebaik dan seefektif mungkin, guna memberikan hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Departemen pemerintah, organisasi pengusaha atau pekerja, pemangku kepentingan nasional yang lain, serta mitra pembangunan juga dapat memanfaatkan panduan-panduan ini dalam menggunakan checklist agar dapat lebih memahami atau menilai dampak langsung maupun tak langsung dari kebijakan, program dan kegiatan mereka terhadap ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
1.
Tanya Jawab tentang penilaian di tingkat negara
Mengapa UNCT perlu menggunakan checklist Toolkit untuk melakukan penilaian di tingkat negara?
Agar UNCT, baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, dapat secara sistematis menginventarisasi cara yang lebih efektif untuk membantu suatu negara dalam mencapai prioritas pembangunan nasionalnya, serta memenuhi komitmen internasional yang terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, serta dapat memberi kontribusi untuk pencapaian MDG. Pengguna dapat menggunakan checklist Toolkit ini untuk menilai kerangka kerja pembangunan nasional/kerangka kerja program bersama (UNDAF, PRSP,
One UN Programme dari negara percontohan One UN, atau rencana pembangunan suatu
negara) mengenai dampaknya terhadap ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, serta cara meningkatkan hasil-hasil ini; dan bagaimana kebijakan, program, dan kegiatan dari masing-masing lembaga anggota ini (program negara dari lembaga-lembaga tersebut, seperti Program Negara untuk Pekerjaan yang Layak ILO) dapat membantu pencapaian hasil-hasil ini.
Pemakaian checklist Toolkit ini di tingkat negara tidak dimaksudkan sebagai audit eksternal. Tujuannya adalah untuk memiliki latihan internal yang sangat bermanfaat dan untuk memiliki pendekatan praktis yang memungkinkan lembaga anggota UNCT dan konstituen nasional untuk bekerja secara lebih efi sien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama, termasuk memiliki basis yang kuat untuk mengidentifi kasi dalam hal apa saja perlu dilakukan pembagian tenaga kerja secara strategis, dan di mana saja perlu dilakukan kerjasama strategis untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
Apa hasil dari penilaian di tingkat negara?
Idealnya, checklist Toolkit ini digunakan dalam dua tahap: tahap pertama adalah untuk mengkaji Program UNDAF, PRSP, One UN Programme atau kerangka kerja pembangunan lainnya yang telah dirumuskan, disepakati, dan disahkan bersama oleh UNCT secara keseluruhan bersama pemerintah dan peserta nasional; dan tahap kedua adalah untuk mengkaji kebijakan, program, dan kegiatan masing-masing lembaga tentang cara mereka membantu pencapaian hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak dalam Program UNDAF/PRSP/One UN Programme dan sebagai bagian dari program
lembaga-Untuk menggunakan Toolkit ini, UNCT, baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, atau para peserta nasional dapat menerapkan langkah-langkah berikut:
i. Membaca keseluruhan checklist untuk memahami keterpaduan keempat pilar Agenda Pekerjaan yang Layak, serta berbagai bidang kebijakan di masing-masing pilar yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. ii. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam checklist Toolkit ini. Untuk
memberi tanda contreng pada kata Ya atau Tidak dalam kotak checklist. Jawaban-jawaban yang diberikan harus bersifat obyektif – agar basis penilaian ini menjadi jelas dan dapat digunakan untuk mengusulkan peningkatan dan memantau kemajuan berikutnya. Daftar elemen-elemen sasaran terdapat di Bagian 2 di bawah ini.
iii. Mengidentifi kasi berbagai jenis sarana (penjelasan dan contoh sarana ada di Bagian ini).
iv. Memastikan adanya koordinasi dan komunikasi yang erat antara kantor-kantor pelaksana di tingkat negara atau country offi ce dengan kantor pusat masing-masing lembaga tentang pemakaian Toolkit ini, agar mereka dapat berbagi pengalaman dan hasil penilaian.
v. Menyusun laporan – tidak saja mengumpulkan jawaban-jawaban checklist ini tapi juga memberikan informasi penting untuk dibahas dalam UNCT dengan para peserta yang lebih luas, guna memperbaiki hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. vi. Mengidentifi kasi tindakan praktis untuk menindaklanjuti hasil penilaian.
Apakah semua pertanyaan yang ada di checklist ini perlu dijawab?
Checklist yang bersifat diagnostik dalam Toolkit ini diatur secara luas sesuai keempat pilar
Agenda pekerjaan yang layak, sebagaimana yang telah ditetapkan dan disetujui secara global dan oleh semua negara dan kawasan. Karena pilar-pilar ini bukan hal yang terpisah-pisah, tapi menjadi bagian terpadu dari satu pendekatan yang logis, maka checklist tidak dimaksudkan sebagai opsi “ambil dan pilih”. Untuk mencapai tujuan-tujuan ketenagakerjaan yang merata dan produktif, serta pekerjaan yang layak, maka semua pilar itu bersifat strategis dan harus menjadi pertimbangan.
Setiap negara tentu memiliki prioritasnya masing-masing, dan setiap lembaga UNCT punya mandatnya sendiri dan mungkin menganggap beberapa bagian checklist ini lebih relevan dari bagian yang lain. Namun, dengan menjawab semua pertanyaan yang ada, UNCT dapat mengidentifi kasi secara realistis:
• Pertama, aspek ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak yang mungkin berada di luar program UNDAF/PRSP/One UN Programme, dan menjadi tanggung-jawab para peserta nasional atau mitra pembangunan yang lain;
• Kedua, aspek ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak di mana ada keterbatasan komponen dalam program UNDAF/PRSP/One UN Programme, keterbatasan kegiatan, atau pendekatan yang berbeda dari apa yang disebutkan dalam checklist ini; dan • Ketiga dan yang terpenting, cakupan bidang-bidang dalam program UNDAF/PRSP/
One UN Programme dapat memperkaya atau menyempurnakan kebijakan, program
atau kegiatan, dengan mengintegrasikan hasil dan dampak ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
mana mereka hanya dapat melakukan kegiatan yang terbatas atau menerapkan pendekatan yang berbeda; dan, yang terpenting, bidang-bidang di mana mereka sudah terlibat di dalamnya dan dapat dilibatkan atau di mana ada peluang untuk memperkuat kebijakan, program, atau kegiatannya dengan cara mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
Upaya ini akan memberi gambaran yang lengkap tentang semua tujuan strategis dari Agenda Pekerjaan yang Layak, dan dapat membantu mengidentifi kasi peluang untuk menjalin kemitraan atau sinergi antar lembaga-lembaga yang ada di UNCT dan di mana pembagian tugas diperlukan untuk menyusun pendekatan yang lebih efi sien dan alamiah. Yang tak kalah pentingnya adalah bahwa upaya ini juga dapat membantu mengidentifi kasi aktor sosial dan ekonomi, yaitu lembaga-lembaga pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, peneliti, media, organisasi masyarakat madani, dan mitra pembangunan lain, yang perlu diajak berkonsultasi dan diajak bekerjasama dengan lembaga-lembaga UNCT, agar dapat meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak secara efektif.
Siapa yang harus melakukan penilaian di tingkat negara?
Untuk mengaplikasikan checklist Toolkit ini untuk mengkaji program UNDAF/PRSP/One UN
Programme, harus ada perwakilan dari semua lembaga UNCT, idealnya ketua lembaga
bersama staf program, dan staf teknisnya yang menggarap komponen-kompenen program yang berbeda. Untuk menggunakan checklist ini guna mengkaji kebijakan, program, dan kegiatannya, sebuah lembaga dapat memutuskan untuk membentuk satu latihan dengan melibatkan staf di tingkat negara maupun kantor pusat, sehingga dapat dilanjutkan dengan memperluas upayanya agar dapat mengoptimalkan hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Setiap lembaga perlu memastikan adanya koordinasi dan komunikasi yang tepat antara kantor di tingkat negara dengan kantor pusat, agar mereka dapat mempelajari pengalaman melalui penilaian diri dan berbagi pengetahuan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari latihan-latihan sebelumnya di tingkat lembaga maupun di lapangan.
Semua pihak yang akan memakai checklist Toolkit ini perlu diberi informasi tentang Agenda Pekerjaan yang Layak dan Toolkit itu sendiri. Sebelum melaksanakan latihan ini, satu sesi informasi dapat dilaksanakan dengan bantuan ILO.
Apakah pihak lain dapat menggunakan checklist Toolkit ini?
Checklist Toolkit ini merupakan penilaian diri dan instrumen untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat. Ia juga dapat digunakan para pemangku kepentingan di tingkat nasional, yaitu lembaga-lembaga pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, organisasi masyarakat madani, anggota parlemen, dan peneliti untuk lebih memahami hal apa saja yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas pekerjaan di suatu negara dan untuk menyaring kebijakan, program, dan kegiatan di bidang ekonomi dan sosial atau rencana pembangunan suatu negara untuk melihat cara meningkatkan koherensi kebijakan dan konvergensi program yang mengarah pada kesamaan tujuan dari pekerjaan yang layak untuk semua orang.
Bantuan apa saja yang dapat diberikan ILO?
mengklarifi kasi komponen-komponennya serta membahas bentuk-bentuk bantuan atau kerjasama yang sesuai. Bentuk-bentuk kerjasama ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini: (i) UNCT atau pemangku kepentingan nasional mengadakan inventarisasi sendiri dan dapat menghubungi anggota tim ILO via telepon atau email untuk meminta klarifi kasi, bantuan, nasehat; atau (ii) UNCT atau lembaga individual, departemen pemerintah, organisasi pengusaha atau pekerja mengidentifi kasi komponen mana saja dari aplikasi Toolkit ini yang memerlukan bantuan langsung, dan anggota tim ILO dapat melaksanakan beberapa misi untuk bekerjasama di tingkat negara; atau (iii) kegiatan tindak lanjut bersama. Para ahli teknis ILO sudah pernah melakukan berbagai kegiatan bersama anggota PBB yang lain serta para peserta nasional untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, khususnya melalui Program Negara untuk Pekerjaan yang Layak.
2.
Elemen-elemen yang menjadi basis penilaian di tingkat negara
Checklist Toolkit di tingkat negara berisi beberapa pertanyaan yang dilengkapi kotak jawaban
Ya/Tidak. Untuk menjawab secara seksama pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah hal yang mudah, atau bukan hanya sekadar memberi tanda contreng. Elemen atau kriteria jawaban harus diidentifi kasi secara jelas, agar ada data atau indikator yang obyektif untuk dijadikan pondasi, mengidentifi kasi kesenjangan (gap), dan tantangan yang utama, serta memberikan informasi yang realistis untuk merumuskan (kembali) atau menyempurnakan kebijakan, program, dan kegiatan, serta dapat memantau kemajuan berikutnya.
Untuk setiap bagian checklist ini, diusulkan agar basis/kriteria untuk menjawab “Ya” pada satu pertanyaan tertentu, diberikan secara spesifi k dan dijelaskan, dan peran serta tanggung-jawab siapa yang akan menyampaikan hasil-hasil tersebut diidentifi kasi secara jelas (lembaga utama, lembaga kolaborasi, atau mitra nasional). Beberapa alasan juga dapat diberikan untuk jawaban “Tidak” – alasan-alasan ini mungkin menunjukkan bidang-bidang di luar UNDAF/PRSP/One UN Programme atau di luar rencana pembangunan negara tersebut atau bidang-bidang yang berada di luar mandat suatu lembaga atau mungkin menunjukkan bidang-bidang yang perlu ditindaklanjuti di masa mendatang, termasuk kerjasama dengan para peserta di tingkat nasional, guna memperbaiki ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
Kriteria yang seobyektif mungkin tercantum di bawah ini dan penjelasan ringkas diberikan untuk membantu memberi gambaran tentang bagaimana pengguna dapat menentukan, membenarkan, dan menjelaskan jawaban-jawaban mereka. Beberapa contoh diberikan tentang cara menggunakan elemen-elemen ini untuk menentukan dasar dan indikator untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam memberikan hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak:
• Kerangka kerja pembangunan nasional/ kerangka kerja program: UNDAF, PRSP,
One UN Programme atau strategi pembangunan nasional yang lain, seperti rencana
pembangunan jangka menengah suatu negara, yang sudah dirumuskan secara konsultatif dan disahkan secara resmi oleh pemerintah dan pemangku kepentingan di tingkat nasional adalah dasar acuan yang paling jelas. Elemen-elemen untuk penilaian ini dapat berupa komponen khusus dari dokumen kerangka kerja yang resmi.
• Mandat kelembagaan: peraturan, pernyataan misi, standar, deklarasi, tujuan kebijakan yang utama dari sebuah lembaga merupakan acuan khusus bagi hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Lembaga tersebut mungkin sudah diberi
mencapai hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Program ILO untuk Pekerjaan yang Layak di level Negara adalah salah satu contohnya. Indikator untuk mengukur kemajuan, salah satunya adalah bahwa lembaga tersebut harus memerinci strategi dan rencana pelaksanaan yang jelas untuk mencapai mandat yang relevan. • Program dan alokasi anggaran: UNDAF/PRSP/One UN Programme mungkin sudah
mengalokasikan sumber daya khusus untuk kegiatan-kegiatan yang terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Sebuah lembaga mungkin sudah menyediakan, berdasarkan anggarannya, untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak – yaitu dengan menyediakan dana langsung (pinjaman, hibah, keuangan mikro) atau mungkin menggunakan sumber anggaran tambahan/donor untuk proyek atau kegiatan yang dimaksudkan secara jelas untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Salah satu indikator kemajuannya dapat berupa kenaikan persentase sumber daya UNDAF/PRSP/One UN Programme atau anggaran masing-masing lembaga yang digunakan untuk memperoleh hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
• Arahan atau panduan tentang perumusan, pelaksanaan, pemantauan, atau evaluasi atas kebijakan, program, atau kegiatan: UNCT, baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, misalnya, mungkin memiliki satu arahan yang mengharuskan penilaian di level negara negara untuk memasukkan kajian menyeluruh atas kondisi pasar tenaga kerja atau proposal proyek investasi infrastruktur harus mencakup penilaian tentang kemungkinan dampaknya terhadap penciptaan lapangan kerja atau malah sebaliknya bakal mengakatkan pengurangan kerja atau program pengembangan pertanian harus menjamin tidak dilibatkannya pekerja anak. Sebuah lembaga mungkin punya satu checklist untuk mengintegrasikan peraturan-peraturan tenaga kerja yang pokok ke dalam analisis nasional tentang kemiskinan atau panduan operasional yang menggunakan teknik-teknik padat karya (labour-intensive) dalam merespon krisis atau situasi pasca konfl ik. Atau ia dapat menetapkan hasil-hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak sebagai persyaratan tender proyek, atau memasukkan dampaknya terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan sebagai bagian dari evaluasi suatu kebijakan, program, atau kegiatan. UNCT atau pemerintah juga dapat memasukkan indikator ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak dalam laporannya tentang kemajuan pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDG). Perlu dicatat bahwa arahan atau panduan ini akan menjadi bagian dari sarana lembaga tersebut atau akan digunakan pemangku kepentingan nasional untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
• Kebijakan, program, atau kegiatan yang ditargetkan secara langsung: Kerangka kerja bantuan/pembangunan mungkin memiliki komponen yang secara langsung mentargetkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Sebagai contoh, sebuah lembaga mungkin punya program pelatihan untuk para staf atau konstituennya tentang masalah ketenagakerjaan dan buruh, kegiatan kolaboratif dengan organisasi pengusaha dan pekerja untuk meningkatkan pekerjaan yang layak, atau kegiatan untuk menghapus perburuhan anak, memfasilitasi transisi dari sekolah ke dunia
Ia mungkin memberi nasehat kepada pemerintah tentang kebijakan perdagangan, investasi langsung asing, perpajakan, dan lain sebagainya yang ramah terhadap dunia pekerjaan.
• Penelitian dan pengelolaan pengetahuan: UNCT, baik secara kolektif ataupun lembaga individual, mungkin sudah mengadakan penelitian, survei, kajian (desk reviews), praktek atau lokakarya, dan lain sebagainya, sebagai persiapan program pembangunan nasional/kerangka kerja program atau untuk meningkatkan basis pengetahuan tentang hubungan antara kebijakan, program, dan kegiatan, serta masalah ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak.
• Data dan statistik: UNCT, baik secara kolektif maupun individual, dapat secara teratur (lebih spesifi k: sesering apa) mengumpulkan informasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, tentang kondisi pasar tenaga kerja, serta ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak di negara tersebut. Salah satu indikator kemajuannya adalah bahwa data yang dikumpulkan untuk menyusun daftar terperinci tentang aspek-aspek pekerjaan yang layak dan data tersebut digunakan secara sistematis untuk memberi informasi tentang kebijakan, program dan kegiatan yang ada.
• Peningkatan kesadaran masyarakat dan advokasi: UNCT, baik secara kolektif maupun individual, mungkin punya beberapa kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, misalnya, melalui publikasi awal, temu media, seminar, dan lain-lain.
Dalam menggunakan elemen-elemen ini untuk melakukan penilaian di tingkat negara, UNCT, baik secara kolektif maupun individual, atau konstituen nasional perlu mempertimbangkan hal-hal penting berikut ini:
• Jenis dan tingkat aplikasi: Kita perlu mengetahui apakah referensi ini merupakan komponen utama UNDAF/PRSP/One UN Programme atau hanya merupakan kegiatan kecil? Apakah aplikasi ini diterapkan di tingkat nasional atau lokal atau untuk sektor atau kelompok sasaran tertentu? Di samping itu, kita juga perlu mencatat jenis kebijakan, program, atau kegiatan (misalnya: layanan nasehat, pinjaman, hibah, pelatihan, penelitian, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain); serta mengetahui aspek-aspek ketenagakerjaan dan pekerjaan layak yang dipengaruhi (misalnya oleh penghasilan, kesetaraan gender, pengurangan pengangguran di kalangan kaum muda, peningkatan keamanan kerja, peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, penghormatan atas hak berserikat dan perundingan bersama, dan lain-lain.).
• Kerangka waktu: Kerangka waktu penyelesaian perlu ditetapkan. Kebijakan, program, dan kegiatan yang dilaksanakan sebuah lembaga lebih dari lima tahun lalu mungkin sudah tidak relevan atau tidak bermanfaat lagi. Kerangka waktu yang tidak lebih dari tiga tahun yang lalu dan khususnya kegiatan-kegiatan yang masih berlangsung adalah lebih tepat. Jika sebuah kegiatan direncanakan untuk masa mendatang, maka perkiraan tanggal mulainya perlu disebutkan.
• Dimensi gender: Kebijakan, program, dan kegiatan mungkin membawa pengaruh yang berbeda, atau mungkin tidak secara khusus memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah perempuan dan laki-laki, anak perempuan, dan anak laki-laki yang biasanya berbeda. Perlu diklarifi kasi apakah dan bagaimana UNCT, baik secara kolektif maupun individual, mempertimbangkan dimensi gender dalam menilai masalah pekerjaan
• Kelompok sasaran: Penerima manfaat langsung maupun tak langsung dari kebijakan, program, dan kegiatan perlu dicatat. Misalnya, apakah UNDAF/PRSP/One UN
Programme mentargetkan pekerja di sektor perekonomian informal atau
kelompok-kelompok rentan lainnya, seperti penduduk pribumi, perburuhan anak, kerja paksa, remaja atau kaum tua, pekerja cacat, pekerja migran, dan lain-lain.
• Konsultasi dan kerjasama: Siapa yang diajak berkonsultasi dan siapa yang bekerjasama dalam menyediakan komponen UNDAF/PRSP/One UN Programme atau kebijakan, program, atau kegiatan lembaga yang terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, yaitu lembaga pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, organisasi masyarakat madani, mitra pembangunan non-PBB, dan lain sebagainya? Lembaga khusus mana yang diberi tanggung-jawab untuk menyampakan hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak?
3.
Sarana untuk mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan
yang
layak
Sebagai salah satu komponen penilaian di tingkat negara, UNCT, baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, perlu mengidentifi kasi dan mengevaluasi sarana yang dimilikinya untuk meningkatkan hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak dalam lingkup kompetensi guna berbagi mengenai hal itu dengan negara, lembaga, dan peserta di lingkup nasional yang lain. Basis pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu, dengan input dari sistem multilateral, serta negara, dan kawasan lain. Semua orang didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan praktek di tingkat masyarakat – untuk memberi kontribusi pada sarana dan sumberdaya yang mereka miliki sekarang; untuk mengidentifi kasi kesenjangan pengetahuan dan mengusulkan perbaikan untuk mencapai hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak yang lebih baik; serta memperluas, memperdalam, dan menyesuaikan “toolbox” dengan bidang-bidang tertentu dari aplikasi yang diinginkan.
Ada beberapa jenis sarana yang berbeda:
1 Sarana “cara”: petunjuk pengoperasian, arahan kelembagaan, panduan terbuka, Konvensi, Rekomendasi, Kode Etik, materi pelatihan dan sebagainya tentang cara mengintegrasikan hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak ke dalam kebijakan dan kerangka kerja bantuan pembangunan serta program dan kegiatan lembaga, cara meningkatkan kewirausahaan untuk perempuan dan kaum muda, cara meningkatkan pengembangan perekonomian lokal berbasis tenaga kerja, cara meningkatkan perlindungan sosial untuk pekerja ekonomi informal, cara mengadakan audit gender, dan lain-lain. Ada juga sarana advokasi: pesan melalui media, video promosi, materi pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat seperti tentang alasan mengapa pengarusutamaan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak merupakan strategi yang menguntungkan, atau mengapa kita perlu melibatkan departemen tenaga kerja serta organisasi pengusaha dan pekerja sebagai aktor penting di dunia pekerjaan
dalam merumuskan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan untuk meningkatkan pekerjaan yang layak.
2 Sarana berbasis pengetahuan: keterangan singkat tentang kebijakan dan hasil temuan penelitian, misalnya tentang dampak perjanjian perdagangan bebas atau subsidi pertanian atau kebijakan penghematan energi terhadap ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak; data dan statistik tentang pasar tenaga kerja dan indikator pekerjaan yang layak; laporan evaluasi tentang program dan proyek yang secara langsung maupun tak langsung berdampak pada pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik; jaringan pengetahuan antarlembaga di negara tersebut dan dengan negara lain (termasuk daftar ahli dan konsultan berdasarkan tema dan spesialisasi geografi s), dan lain-lain.
3 Praktek-praktek terbaik dan petikan pelajaran: dari berbagai kebijakan dan pengalaman praktis tentang apa yang sudah berhasil dilaksanakan, apa yang belum berhasil, faktor-faktor yang membuat sukses atau kegagalan, cakupan replikasi, adaptasi, dan peningkatan. Praktek-praktek “terbaik” dapat dinilai berdasarkan inovasi atau kreativitas mereka, serta dampaknya terhadap efektivitas, relevansi, atau keberlanjutan dalam mengarusutamakan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua orang.
4 Referensi dan situs web: untuk informasi lebih lanjut dan lebih terperinci.
4.
Menindak-lanjuti penilaian di tingkat negara:
Karena penilaian dimaksudkan untuk membantu sistem multilateral agar bekerja lebih efektif dan efi sien dalam membantu negara-negara mencapai tujuan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, kita perlu mengidentifi kasi upaya tindak lanjut berikut ini:
Laporan penilaian: Tim Negara PBB (UNCT), baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, mungkin dapat menyusun sebuah laporan penilaian yang berisi informasi berikut ini:
• Informasi latar belakang: menjelaskan cara melaksanakan penilaian di tingkat negara – bagaimana UNCT mengatur dirinya sendiri, siapa saja yang terlibat (tingkat tanggung-jawab), kerangka waktu, masalah yang dihadapi, serta pelajaran yang diperoleh.
• Checklist penilaian yang sudah diisi: Kita perlu melaporkan, sesuai bagiannya, tentang
keseluruhan empat bab yang mencerminkan keempat pilar strategis dari Agenda Pekerjaan yang Layak, dengan mengikuti struktur Toolkit. Untuk setiap bagian, analisis dan ringkaslah hasil-hasil yang diperoleh:
– Apabila kotak Ya sudah dicontreng, maka sebutkan elemen-elemen obyektif yang digunakan untuk menentukan, misalnya, pertumbuhan ekonomi yang pro masyarakat miskin dan menyediakan banyak pekerjaan yang telah ditingkatkan. Beberapa kriteria mungkin relevan dan perlu dijelaskan semuanya;
– Pastikan Anda memberi informasi terbaru; misalnya, tentang gender yang sudah diarusutamakan, dan mitra sosial yang sudah dikonsultasikan;
– Apabila Anda memberi tanda contreng pada kotak Tidak, maka berikan alasan mengapa kerangka kerja pembangunan atau kebijakan, program, atau kegiatan
sebuah lembaga misalnya belum meningkatkan keamanan di tempat kerja atau menyediakan tunjangan kesehatan untuk pekerja informal. Anda juga perlu mengidentifi kasi masalah, kesenjangan, dan tantangannya, sama seperti Anda melaporkan suatu keberhasilan – karena ia perlu dijadikan fokus tindakan untuk meningkatkan hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak. Di samping itu, Anda juga perlu mengidentifi kasi bidang-bidang di luar mandat atau kapasitas lembaga – karena ia dapat membantu menentukan pembagian pekerjaan dan kemungkinan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam UNCT dan dengan mitra nasional dan internasional yang lain.
• Informasi tambahan: Sebagai bagian dari laporan tersebut, Anda membutuhkan hal-hal berikut ini:
– Checklist yang sudah diisi di mana semua kotak Ya/Tidak sudah diberi tanda
contreng;
– Daftar sarana yang mungkin ingin dikirim UNCT ke situs web interaktif Toolkit; – Dokumentasi, alamat situs web, kode dan informasi rinci tentang proyek, dan
lain-lain untuk mendukung kriteria yang digunakan dalam penilaian.
Upaya tindak lanjut: UNCT, baik secara kolektif maupun sebagai lembaga individual, mungkin ingin menggunakan penilaian ini untuk mengidentifi kasi dan menindaklanjutinya dengan melakukan beberapa tindakan nyata berikut ini:
• Mengkaji, menyesuaikan, atau menyempurnakan strategi UNDAF/PRSP/One UN
Programme, terutama agar mampu membuat kebijakan, program, atau kegiatan
–secara langsung maupun tak langsung-- memberi dampak terhadap hasil ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak;
• Menggunakan hasil-hasil tersebut untuk berdialog dengan pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, serta pemangku kepentingan nasional lainnya tentang cara meningkatkan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak secara lebih efektif;
• Menjelaskan pembagian tanggung-jawab antar lembaga agar bisa beerja secara efektif sebagai satu kesatuan, termasuk dalam mengidentifi kasi potensi untuk menjalin kerjasama yang realistis antarlembaga, dengan konstituen nasional, dan mitra pembangunan yang lain;
• Berbagi hasil penilaian dengan staf masing-masing lembaga di tingkat negara dan kantor pusat serta membahas cara terbaik untuk memberikan hasil dan bekerja secara lebih efektif dalam UNCT guna membantu negara tersebut mencapai tujuan-tujuannya;
• Mengidentifi kasi kesenjangan pengetahuan, serta sarana dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan aplikasi tertentu, serta memberi usulan untuk mengembangkan sarana serta memperluas basis pengetahuan;
• Mengidentifi kasi peningkatan kapasitas dan kebutuhan advokasi yang terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak, serta memberi usulan tentang cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Penciptaan lapangan pekerjaan
dan Pengembangan usaha
Tanpa pekerjaan yang produktif, layak, dan dipilih secara bebas, maka tujuan untuk mencapai standar kehidupan yang layak, pertumbuhan sosial dan ekonomi, serta pemenuhan kebutuhan pribadi akan tetap menjadi khayalan. Pekerjaan yang produktif dan layak juga merupakan jalan yang paling efektif untuk menghapus kemiskinan.
Masalah penting yang dihadapi sebagian besar negara di dunia adalah belum sesuainya lapangan pekerjaan yang diciptakan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang ada. Elastisitas ketenagakerjaan (persentase kenaikan tenaga kerja untuk setiap kenaikan satu persen pertumbuhan GDP) masih rendah. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja pertumbuhan ekonomi belum sesuai dengan kinerja penciptaan lapangan kerja. Dalam konteks sekarang, dengan jatuhnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan krisis keuangan, serta melonjaknya harga minyak telah mendorong dunia ke dalam resesi, sehingga tantangan dalam penciptaan lapangan pekerjaan menjadi semakin besar.
Aspek yang paling mengkhawatirkan dari defi sit pekerjaan adalah dampaknya terhadap kaum muda; tanpa pekerjaan yang layak kita akan menghadapi risiko mengecewakan generasi Milenium kita. Risiko anak-anak muda menjadi pengangguran minimal tiga kali lebih besar dari risiko orang dewasa. Dan masih sulit bagi perempuan muda untuk memasuki, bersaing, dan melaksanakan pekerjaan dengan baik di pasar tenaga kerja, walaupun mereka biasanya mampu melaksanakan tugas lebih baik dari remaja laki-laki di dunia pendidikan.
Pengangguran terbuka hanyalah “puncak dari gunung es”. Masalah yang lebih serius di banyak negara adalah besarnya kelompok setengah pengangguran atau underemployment, yang bentuk yang bervariasi, seperti pekerja yang bekerja kurang dari pekerja penuh waktu atau melakukan jenis pekerjaan di bawah standar kualifi kasi pendidikan atau keterampilan mereka. Jumlah pekerja yang tidak punya akses ke pekerjaan formal makin banyak, sehingga mereka akhirnya bekerja di sektor perekonomian informal, tanpa berdasarkan undang-undang formal maupun mekanisme yang sesuai. Akibatnya, tingkat produktivitas mereka rendah, tidak aman, memperoleh upah sedikit, dan tidak dibekali perlindungan sosial. Pencarian pekerjaan juga mengakibatkan jutaan pekerja, yang sebagian besarnya perempuan, terpaksa pindah dari desa ke kota atau ke luar negeri. Jika masyarakat tidak memperoleh pekerjaan di daerah mereka, maka mereka akan mencari tempat lain. Migrasi tenaga kerja dapat menjadi sumber ketegangan ekonomi, sosial dan politik, di samping perdagangan manusia. Walaupun mereka sudah memperoleh pekerjaan hari ini, tingkat keamanan dan kepastian mereka semakin tidak jelas; mereka khawatir menjadi pengangguran dan tidak dapat memberi makan untuk keluarga mereka esok hari. Tanpa skema perlindungan sosial yang efektif dan jaring pengaman sosial, maka sebagian besar masyarakat tidak ingin menjadi pengangguran terbuka. Mereka terpaksa bekerja keras dengan jam kerja yang lama, tapi jenis pekerjaan mereka sulit dengan tingkat produktivitas
A
yang rendah, sehingga mereka tidak memperoleh upah yang cukup untuk menghidupi diri mereka maupun keluarganya – mereka adalah “pekerja miskin”.
Sayangnya, banyak kebijakan tidak menganggap penciptaan lapangan kerja sebagai tujuan eksplisit dari kebijakan ekonomi dan sosial, tapi sebagai hasil residual atau yang diharapkan dari kebijakan-kebijakan ini. Apa yang diperlukan adalah memasukkan masalah ketenagakerjaan dan dimensi sosialnya secara lebih tegas pada saat merumuskan kebijakan dan mengevaluasi pilihan-pilihan kebijakan yang ada, dan bukannya menganggap pekerjaan produktif dan merata hanya sebagai bahan renungan.
Pendekatan yang lebih holistik terhadap kebijakan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik juga perlu memberi perhatian khusus pada upaya pengembangan usaha dan peningkatan perusahaan-perusahaan yang berkelanjutan. Dalam konteks krisis keuangan saat ini, strategi untuk meningkatkan perusahaan-perusahaan yang berkelanjutan dapat membantu memastikan investasi swasta, terutama oleh usaha kecil, dapat memainkan peran penting dalam mencegah resesi atau mendorong pemulihannya secara cepat bila terjadi resesi. Walaupun banyak perusahaan memiliki pengaruh besar terhadap penyediaan lapangan kerja, di sebagian besar negara, usaha kecil menengah, termasuk koperasi yang memiliki pangsa besar justru mempunyai peluang untuk menciptakan lapangan kerja. Karena itu, tindakan untuk membuka potensi perusahaan dalam menciptakan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik adalah sangat penting. Kebijakan, peraturan, pelatihan bisnis, akses ke keuangan dan teknologi, pengembangan pasar, dan pembentukan organisasi yang lebih baik akan membantu pengembangan usaha dan meningkatkan perusahaan-perusahaan yang berkelanjutan. Kerangka kebijakan, hukum, judisial dan keuangan yang mengurangi biaya pendirian dan pengoperasian bisnis, termasuk prosedur pendaftaran dan perizinan yang lebih mudah, ketentuan dan peraturan yang tepat, termasuk untuk mengamankan hak-hak properti, dan peraturan pajak yang wajar dan adil, akan membantu pengusaha baru memulai usaha mereka di sektor perekonomian formal dan bisnis informal. Lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan atau transformasi perusahaan secara berkelanjutan perlu mengkombinasikan pencarian keuntungan secara sah – sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi – dengan kebutuhan pembangunan yang menghormati martabat manusia, pelestarian lingkungan, dan pekerjaan yang layak.
A1.
Meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang pro masyarakat miskin
dan menghasilkan banyak lapangan
pekerjaan
Semua lembaga internasional, bahkan lembaga yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ekonomi dan keuangan, diharapkan dapat membantu, atau minimal tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Masalah yang dihadapi banyak negara adalah bahwa pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, terutama bagi masyarakat miskin dan yang terpinggirkan.
Indikator yang mengukur kemampuan suatu negara menghasilkan peluang kerja yang memadai untuk masyarakatnya dapat memberikan wawasan penting tentang kinerja pembangunan di negara tersebut secara keseluruhan. Indikator-indikator ini mencakup tingkat pengangguran, rasio pekerjaan dengan penduduk, tingkat partisipasi tenaga kerja, dan intensitas pekerjaan dari pertumbuhan atau elastisitas ketenagakerjaan dalam hal output – indikator terakhir ini mengukur seberapa besar pertumbuhan jumlah tenaga kerja untuk setiap satu persen pertumbuhan ekonomi. Penurunan konten pekerjaan dari pertumbuhan ini adalah masalah yang terkait dengan kebijakan.
Penggunaan target 1.B dalam Tujuan Pembangunan Milenium 1 mengkonfi rmasikan bahwa penciptaan ketenagakerjaan yang produktif dan merata, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, termasuk perempuan dan kaum muda, adalah rute atau jalan keluar yang berkelanjutan dari kemiskinan. “Rute pekerjaan ke pengentasan kemiskinan” telah menjadi sesuatu yang penting dan mempengaruhi kegiatan debat dan kerjasama pembangunan. Mengintegrasikan secara tegas ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak ke dalam kebijakan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan akan membantu mengoptimalkan manfaat bagi masyarakat dan memastikan pertumbuhan yang bersifat inklusif dan berkelanjutan.
Situasi “pekerja miskin” perlu mendapatkan perhatian khusus – terutama di negara di mana proporsi perekonomian formalnya kecil, serta banyak perempuan dan laki-laki bekerja, biasanya dengan melakukan pekerjaan berat dengan jam kerja lama, tapi tetap tidak mendapatkan upah yang cukup untuk mengangkat diri mereka dan keluarganya keluar dari jurang kemiskinan.
Ya Tidak
Apakah kerangka kerja pembangunan nasional/ kerangka kerja program/
Apakah kebijakan, program, atau kegiatan lembaga Anda:
1.1 Secara tegas bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut?
1.2 Secara tegas mempertimbangkan dampak pertumbuhan tersebut terhadap penciptaan lapangan pekerjaan untuk kelompok perempuan dan laki-laki yang berbeda?
1.3 Memberi penekanan pada pertumbuhan yang “kaya pekerjaan” yaitu pola pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik?
1.4 Memberi penekanan pada pertumbuhan “pro masyarakat miskin”, yaitu pola pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pada perempuan dan laki-laki miskin di daerah-daerah pedesaan maupun perkotaan?
1.5 Ditekankan pada penciptaan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik sebagai strategi untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai tujuan
Millennium Development Goals?
1.6 Menjadikan ketenagakerjaan sebagai tujuan utama dari strategi pembangunan nasional?
1.7 Secara tegas mempertimbangkan tidak saja jumlah, tapi juga kualitas pekerjaan yang diciptakan (tingkat upah atau penghasilan, kondisi kerja, cakupan jaminan sosial, hak-hak pekerja)?
1.8 Memberi perhatian khusus pada “pekerja miskin”, yaitu mereka yang tidak mampu meningkatkan penghasilan mereka untuk menghidupi diri mereka maupun anggota keluarga mereka di atas garis kemiskinan US$ 1 atau US$ 2 per hari?
1.8.1. Jika ya, mengumpulkan statistik tentang jumlah dan karakteristik pekerja miskin?
How to Tools
Manuals Guidelines Directives Conventions and Reccomendations Knowledge-based tools
Policy briefs Research Data and statistics Evaluation reports Knowledge-sharing
Good practices
Africa
Asia and the Pacifi c Middle East
Latin America and Caribbean
A2.
Meningkatkan produktivitas
Negara berkembang dan negara maju sangat memperhatikan peningkatan produktivitas karena pertumbuhan produktivitas adalah sumber pertumbuhan yang utama dalam standar kehidupan, jalan yang berkelanjutan untuk keluar dari jerat kemiskinan dan menjadi basis persaingan di pasar global.
Masyarakat miskin biasanya miskin bukan karena mereka tidak punya pekerjaan (menjadi pengangguran bukanlah indikator kemiskinan yang tepat), tapi akibat dari rendahnya produktivitas dan kecilnya upah mereka. Karena itu, peningkatan produktivitas – yang menjamin adanya distribusi hasil produktivitas yang adil antara keuntungan bagi pemilik usaha dan investor dengan penghasilan yang lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik untuk para pekerja – adalah upaya penting untuk mengurangi kemiskinan. Siklus produktivitas, ketenagakerjaan, dan pembangunan yang baik juga bisa masuk melalui investasi perekonomian, saat sebagian hasil produktivitas diinvestasikan kembali oleh perusahaan menjadi inovasi produk dan proses produksi, perbaikan pabrik dan peralatan, serta upaya menjangkau pasar-pasar baru, yang mendorong peningkatan hasil pertumbuhan dan produktivitas.
Produktivitas mengacu pada efi siensi sumber daya yang digunakan. Produktivitas dapat diukur berdasarkan semua faktor produksi yang dikombinasikan (total produktivitas faktor produksi) atau berdasarkan produktivitas tenaga kerja –yang didefi nisikan: output atau nilai tambah dibagi jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Produktivitas tenaga kerja akan meningkat, bila nilai tambah meningkat pula melalui pemakaian, koordinasi yang lebih baik, dari semua faktor produksi. Nilai tambah dapat meningkat bila para pekerja bekerja lebih cerdas, keras, cepat dengan keterampilan yang lebih baik. Nilai tambah juga dapat meningkat melalui pemakaian mesin yang lebih banyak atau lebih baik, limbah materi input yang lebih sedikit, atau dengan penerapan inovasi teknologi.
Dalam beberapa kasus, dampak pergantian tenaga kerja terhadap pertumbuhan produktivitas tidak dapat dihindari. Namun, untuk jangka waktu yang lebih lama dan pada tingkat agregat, tidak ada pertukaran (trade-off) antara pertumbuhan produktivitas dengan pertumbuhan tenaga kerja di sebuah negara. Hasil produktivitas mampu bertahan melalui ekonomi makro, sehingga hilangnya pekerjaan di satu tempat atau sektor dapat diganti dengan pekerjaan di tempat atau sektor lain.
Kegiatan lembaga multilateral dapat secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Mereka, misalnya, dapat meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja atau memberi nasehat tentang hubungan antara produktivitas, pertumbuhan, dengan pekerjaan.
Ya Tidak
Apakah kerangka kerja pembangunan nasional/ kerangka kerja program/
Apakah kebijakan, program, atau kegiatan lembaga Anda:
2.1 Secara tegas mengatasi dampaknya terhadap produktivitas dan mengukur dampak tersebut?
2.2 Secara tegas mempertimbangkan bagaimana pertumbuhan produktivitas dapat menciptakan atau menghapus pekerjaan untuk perempuan dan laki-laki?
2.3 Mengatasi masalah bagaimana hasil produktivitas didistribusikan dan siapa yang akan memperoleh manfaatnya – hanya pengusaha/pemodal, atau juga para pekerjanya?
2.4 Bertujuan meningkatkan produktivitas tenaga kerja di pedesaan?
2.5 Bertujuan meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor perekonomian informal?
How to Tools
Manuals Guidelines Directives Conventions and Reccomendations Codes of Practice Training Materials Advocacy MaterialsKnowledge-based tools
Policy briefs Research Data and statistics Evaluation reports Knowledge-sharing
networks
Good practices
Africa
Asia and the Pacifi c Middle East
Latin America and Caribbean
North America Europe
A3.
Meningkatkan lingkungan makro
ekonomi yang memungkinkan
penciptaan lapangan kerja
Instrumen penting dalam kebijakan makro ekonomi adalah kebijakan moneter yang mengatur suku bunga dan pasokan uang di sebuah negara; kebijakan fi skal yang mengatur perpajakan dan belanja pemerintah; serta kebijakan perdagangan dan nilai tukar yang mengatur integrasi ke pasar dunia. Stabilitas makro ekonomi dan pengelolaan ekonomi yang efektif adalah faktor penting dari iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi. Tapi, kebijakan makro ekonomi juga mempengaruhi penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha, dan pekerjaan yang layak – tidak saja melalui investasi dan pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengurangi ketidakamanan akibat instabilitas ekonomi atau infl asi, serta membantu mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, dan membantu kebijakan sosial secara umum.
Walaupun kebijakan makro ekonomi biasanya merupakan urusan pemerintah dan bank sentral, organisasi-organisasi internasional dapat memainkan perannya dalam menganalisis kondisi ekonomi dan kerangka kerja kelembagaan saat ini, mengingatkan para pembuat kebijakan, pekerja dan pengusaha tentang implikasi pilihan mereka, termasuk menghindari bias terhadap daerah pedesaan, di mana mayoritas penduduk di banyak negara berkembang tinggal. Organisasi-organisasi internasional dapat memberi nasehat tentang tindakan –berdasarkan pengalaman dan penelitian di negara-negara lain-- untuk meningkatkan lingkungan makro ekonomi yang efektif dan kondusif untuk pertumbuhan lapangan kerja, pengembangan usaha yang berkelanjutan, dan kondisi kerja yang layak.
How to Tools
Manuals Guidelines Directives Conventions and Reccomendations Codes of Practice Training Materials Advocacy MaterialsKnowledge-based tools
Policy briefs Research Data and statistics Evaluation reports Knowledge-sharing
networks
Good practices
Africa
Asia and the Pacifi c Middle East
Latin America and Caribbean
North America Europe
Ya Tidak
Apakah kerangka kerja pembangunan nasional/ kerangka kerja program/
Apakah kebijakan, program, atau kegiatan lembaga Anda:
3.1 Secara khusus berupaya meningkatkan lingkungan makro ekonomi yang memungkinkan penciptaan lapangan kerja?
3.2 Memiliki metodologi untuk mengukur dampak kebijakan fi skal, moneter, atau nilai tukar terhadap ketenagakerjaan?
3.3 Menganalisis komposisi anggaran pemerintah untuk meningkatkan lapangan kerja dan pekerjaan yang layak?
3.4 Meningkatkan atau mendukung kebijakan tentang upah dan penghasilan?
3.5 Mengatasi dampak infl asi terhadap pekerjaan dan pengembangan usaha?
3.6 Mengatasi dampak nilai tukar terhadap pekerjaan dan pengembangan usaha?
3.7 Mengatasi dampak suku bunga terhadap pekerjaan dan pengembangan usaha?